Anda di halaman 1dari 3

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Pers Desain ID, Skopje, Republik Makedonia


Buka Akses Jurnal Ilmu Kedokteran Makedonia. 2019 15 Agustus; 7(15):2444-2446. https://
doi.org/10.3889/oamjms.2019.660
eISSN: 1857-9655
Ilmu Klinis

Hubungan Obesitas dengan Keparahan Demam Berdarah Dengue


pada Anak di RSU Wangaya

Bella Kurnia*, I Wayan Bikin Suryawan

Departemen Kesehatan Anak, Rumah Sakit Umum Wangaya, Denpasar, Bali, Indonesia

Abstrak
Kutipan:Kurnia B, Suryawan IWB. Hubungan Obesitas LATAR BELAKANG:Dengue adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk yang disebabkan oleh salah satu dari empat virus Dengue
dengan Tingkat Keparahan Demam Berdarah Dengue pada
yang berkerabat dekat (DENV 1-4). Gejala klinis Infeksi virus dengue dapat bervariasi dari ringan (mild febrile illness), Demam Berdarah
Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya. Buka Akses
Maced J Med Sci. 2019 15 Agustus; 7(15):2444-2446. https:// (DF), Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga Demam Berdarah Dengue dengan syok (Sindrom Syok Dengue, DSS).
doi.org/10.3889/oamjms.2019.660
Kata kunci:Kegemukan; Anak-anak; demam berdarah dengue; TUJUAN:Penelitian ini dirancang untuk mengetahui hubungan obesitas dengan derajat keparahan Demam Berdarah Dengue
Kerasnya pada anak.
* Korespondensi:Bella Kurnia. Departemen Kesehatan
Anak, Rumah Sakit Umum Wangaya, Denpasar, Bali, METODE:Ini adalah studi kasus-kontrol. Pengambilan data pasien dilakukan secara retrospektif dari Departemen
Indonesia. Email: bellakurnia12@gmail.com
Kesehatan Anak RSU Wangaya antara bulan Maret 2019 sampai Mei 2019. Teknik pengambilan sampel adalah
Diterima: 15-Mei-2019; Diperbaiki: 01-Jun-2019; consecutive sampling. Sampel total 22 anak dengan DBD dengan syok dan 22 anak dengan DBD tanpa syok
Diterima:02-Jun-2019;Daring dulu:25-Jul-2019
diselidiki. Analisis statistik telah dilakukan oleh SPSS Statistics 20.0 for Mac (IBM Corp., Armonk, New York, USA).
Hak cipta:© 2019 Bella Kurnia, I Wayan Bikin Suryawan. Ini
adalah artikel akses terbuka yang didistribusikan di bawah Hasil positif DBD dibandingkan dengan uji Chi-square dan regresi logistik biner.
ketentuan Creative Commons Attribution-NonCommercial
4.0 International License (CC BY-NC 4.0) HASIL:Prevalensi DBD dengan syok adalah lima puluh persen dan DBD tanpa syok adalah 50%. Prevalensi obesitas
Pendanaan:Penelitian ini tidak menerima dukungan adalah 40,9%. Hasil analisis regresi logistik biner obesitas pada anak dan derajat keparahan DBD berkorelasi
keuangan signifikan dengan P-value 0,004 dan OR = 7,734.
Minat Bersaing:Para penulis telah menyatakan bahwa tidak ada
kepentingan yang bersaing KESIMPULAN:Obesitas berhubungan dengan beratnya demam berdarah dengue pada anak.

pengantar penduduk) dan Kalimantan Tenggara (120,08 per 100


ribu penduduk) [2]. Beberapa faktor risiko yang
berhubungan dengan keparahan DBD pada anak
Dengue adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk salah satunya adalah obesitas. Pada DBD terjadi
yang disebabkan oleh salah satu dari empat penyakit yang kebocoran plasma yang dapat menyebabkan syok
terkait eratvirus dengue (DENV 1-4). Tanda klinisvirus dengue hipovolemik yang menyebabkan DSS. Pada pasien
Infeksi dapat bervariasi dari ringan (penyakit demam ringan), obesitas, terjadi peningkatan produksi interleukin dan
Demam Berdarah (DF), Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga Tumor Necrosis Factors (TNF). Salah satu efek TNF
Demam Berdarah Dengue dengan syok (Sindrom Syok Dengue, adalah peningkatan permeabilitas kapiler; oleh karena
DSS). DBD merupakan penyakit infeksi yang banyak ditemukan itu, peningkatan permeabilitas kapiler lebih tinggi dan
di negara tropis seperti Indonesia. pada akhirnya akan menyebabkan DSS karena
kebocoran plasma masif [3]. Dari penelitian Devi et al.,
Infeksi Dengue ini biasanya menyerang anak-anak pada tahun 2015 terdapat hubungan antara obesitas
< 15 tahun dengan angka kematian yang tinggi [1]. Pada dengan keparahan DBD, dan juga Elmy pada tahun
tahun 2009, Indonesia memiliki kasus DBD terbanyak di Asia 2008 menemukan bahwa obesitas merupakan faktor
Tenggara. Pada tahun 2015, 3 provinsi dengan angka DBD risiko DSS, namun dari penelitian Sugiyanto et al.
tertinggi adalah Bali (208,7 per 100 ribu penduduk),
Kalimantan Timur (183,12 per 100 ribu penduduk).
Studi ini dirancang untuk menentukan
________________________________________________________________________________________________________________________________

2444 https://www.id-press.eu/mjms/index
Kurnia dkk. Hubungan Obesitas dengan Tingkat Keparahan Demam Berdarah Dengue pada Anak
________________________________________________________________________________________________________________________________

hubungan obesitas dengan beratnya penyakit Demam Hasil


Berdarah Dengue pada anak.

Kami mengikutsertakan 44 anak dalam


penelitian ini yang terdiri dari 22 (50%) anak DBD
tanpa syok dan 22 (50%) anak DBD dengan syok.
Bahan dan metode
Karakteristik utama anak-anak dari kedua kelompok
ditunjukkan pada Tabel 1.
Desain Studi Tabel 1: Karakteristik Utama Studi
Penelitian ini merupakan penelitian Karakteristik Frekuensi, n (%)

observasional dengan desain case control. Data Jenis kelamin

Pria 28 (63,6%)
dikumpulkan secara retrospektif dari Departemen Perempuan 16 (36,4%)
Gendut
Kesehatan Anak di Rumah Sakit Umum Wangaya antara Ya 18 (40,9%)
26 (59,1%)
Maret 2019 hingga Mei 2019. Penelitian ini terdiri dari 44 Tidak

Terkejut

sampel serum. Penelitian ini menggunakan consecutive Ya 22 (50%)


22 (50%)
sampling. Subyek dibagi menjadi dua kelompok.
Tidak

Umur, tahun 11.11 (4.271) Min: 3, Maks: 17


Berat badan 41,76 (20,50) Min: 12, Maks: 99
Kelompok pertama, kelompok kontrol terdiri dari
penderita DBD tanpa syok (derajat I atau derajat II), tes
tourniquet positif, demam 2 – 7 hari, trombositopenia Analisis statistik dilakukan untuk mengidentifikasi
dan tanda-tanda positif kebocoran plasma seperti hubungan antara obesitas dan keparahan Dengue
peningkatan hematokrit, atau mengalami efusi pleura, (dalam hal ini, DSS). Analisis statistik menunjukkan
atau asites. Kelompok kedua, kelompok kasus termasuk bahwa terdapat hubungan antara obesitas dengan DSS
pasien yang didiagnosis DBD dengan syok (grade III atau dengan p-value 0,004 (< 0,05) dan OR sebesar 7,734 yang
grade IV), yang memenuhi kriteria DBD grade I atau berarti merupakan faktor risiko DSS dengan nilai OR > 1.
grade II plus tanda syok, seperti nadi lemah, tekanan Hasil analisis bivariat dan multivariat ditunjukkan pada
nadi menyempit, perfusi jaringan buruk, kulit lembab, Tabel 2.
dan penurunan output urin menurut kriteria WHO [4].
Obesitas dinilai dengan BMI untuk usia p> 85 menurut Tabel 2: Hasil analisis statistik
grafik pertumbuhan CDC [5]. Disesuaikan (multivariasi
Tidak disesuaikan (analisis bivariat
analisis, logistik biner
chi-kuadrat)
Tidak Terkejut, tidak regresi)
Terkejut, tidak
(%) p-
(%) nilai p ATAU CI 95% ATAU CI 95%
nilai
Kriteria Inklusi dan Pengecualian Gendut 14 (63,6%) 4 (18,2%)
Normal 8 (36,4%) 18 (81,8%) 0,005 7.875 1.964-31.574 0,004 7.734 1.910-31.321

Kriteria inklusi:Semua pasien rawat inap DBD


derajat I-IV di Departemen Kesehatan Anak RSU
Wangaya.
Kriteria pengecualian:Pasien dengan Diskusi
malnutrisi berat dan penyakit jantung bawaan.

Studi ini menemukan bahwa obesitas berhubungan


Analisis statistik dengan keparahan DBD (merupakan faktor risiko DSS).
Temuan ini didukung oleh teori bahwa obesitas dapat
Data disajikan dalam tabulasi distribusi, dan mempengaruhi keparahan infeksi dengue karena
analisis data dilakukan dengan paket statistik peningkatan produksi jaringan adiposa putih yang
berbantuan komputer (SPSS 20 untuk Mac). Data menyebabkan peningkatan produksi mediator inflamasi.
bivariat dianalisis dengan Chi-square dan analisis Mediator inflamasi ini adalah TNF(faktor nekrosis tumor)dan
multivariat dengan regresi logistik biner. beberapa interleukin (IL) seperti IL-1 , IL-6, dan IL-8. Pada
anak obesitas terjadi peningkatan TNF dan IL-6. Mediator
inflamasi ini akan meningkatkan permeabilitas kapiler.
Pernyataan etika Selanjutnya, kebocoran plasma progresif menyebabkan
Studi ini dilakukan mengikuti prinsip-prinsip risiko DSS yang lebih tinggi [4]. Hasil penelitian ini juga
Deklarasi Helsinki. Partisipasi dalam penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya seperti Ridha tahun
sepenuhnya sukarela dan anonim, dan telah disetujui 2018 dengan p-value 0,000[6]; Elmy et al., tahun 2009
oleh Komite Etik untuk Penelitian Medis Rumah Sakit dengan p-value 0,009 dengan OR 4,927 [3]; dan dari
Umum Wangaya. Chuansumrit et al., yang menunjukkan anak-anak dengan
berat badan > 50 persentil menurut umur lebih mungkin
untuk mengalami DBD derajat III dan IV dibandingkan
dengan mereka yang memiliki berat badan lebih rendah
dengan nilai P = 0,039 [7]. Studi-studi di atas menyatakan
bahwa obesitas dikaitkan dengan

________________________________________________________________________________________________________________________________

Buka Akses Maced J Med Sci. 2019 15 Agustus; 7(15):2444-2446. 2445


Ilmu Klinis
________________________________________________________________________________________________________________________________

keparahan dengue dan karena itu menjadi faktor risiko DSS. Muhammadiyah. 2015; 2 (1): 24-28.
Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian dari 2. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Status
Maria et all tahun 2013 yang mengakibatkan obesitas bukan Demam Berdarah Dengue. Indonesia: InfoDATIN; 2016.
merupakan faktor risiko atau berhubungan dengan derajat 3. Elmy S, Arhana BNP, Suandi IKG, Sidiartha IGL. Obesitas sebagai
keparahan DBD dengan Pvalue = 0,07 [1]. Dan juga faktor risiko sindrom syok dengue. Sari Pediatri. 2009; 11 (14):238- 243.
bertentangan dengan penelitian Tantri tahun 2017 dengan P-
value = 0,309 yang berarti tidak ada hubungan antara obesitas 4. Widiyati MMT, Laksanawati IS, Prawitohartono EP. Obesitas
dengan keparahan DBD [8]. sebagai faktor risiko sindrom syok dengue pada anak. Peditrica
Indonesia. 2013; 53(4):187-192.
Dari penelitian ini, kita dapat melihat bahwa https://doi.org/10.14238/pi53.4.2013.187-92

obesitas berhubungan dengan keparahan demam berdarah 5. Pusat pengendalian dan pencegahan penyakit. Indikator status gizi.
dengue pada anak. Anak obesitas memiliki risiko lebih tinggi CDC. 2016 Maret (dikutip Mei 2019). Tersedia dari: https://www.cdc.gov/
nccdphp/dnpao/growthcharts/training/overview /page5_1.html
mengalami syok saat mengalami demam berdarah dengue.
Dari penelitian ini, kita dapat memprediksi prognosis anak
6. Hanifah R, Darmawan MTS, Febriani TB. Hubungan Status Gizi
obesitas saat mengalami DBD; Oleh karena itu, kita dapat dengan Sindrom Syok Dengue pada anak 0-14 tahun di RS PKU
mengantisipasi dan mencegah anak obesitas agar tidak Muhammadiyah Bantul periode Januari-Desember 2016-2017.
mengalami syok saat mendiagnosis DBD. Jogjakarta: Universitas Islam Indonesia, 2018.

7. Chuansumrit A, Phimolthares V, Tardtong P, Tapaneya-Olam C,


Tapaneya-Olam W, Kowsathit P, dkk. Persyaratan transfusi pada
pasien demam berdarah dengue. Kesehatan Masyarakat J Trop
Med Asia Tenggara. 2000; 31: 0-14.
Referensi
8. Safi TM. Hubungan antara obesitas dan beratnya Demam
Berdarah Dengue pada anak. Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2017.
1. Permatasari DY, Ramaningrum G, Novitasari A. Hubungan status
gizi, umur, dan jenis kelamin dengan derajat keparahan demam
berdarah dengue pada anak. Jurnal Kedokteran

________________________________________________________________________________________________________________________________

2446 https://www.id-press.eu/mjms/index

Anda mungkin juga menyukai