Anda di halaman 1dari 23

KASUS DEMAM

BERDARAH
DENGUE DAN
CHIKUNGUNYA

Jenis : Propagate Epidemi


Mata Kuliah : Investigasi Wabah
KELOMPOK 6
anggota kelompok

TIA PUTRI CECILIA AKUBA (501190054)


SARTIN
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)

01 02
DEMAM BERDARAH
CHIKUNGUNYA
DENGUE

03 04
HOME-TESTING
01
DEMAM BERDARAH DENGUE

“Trend Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)


di Sulawesi Tenggara Berbasis Ukuran Epidemiolog”
PENGERTIAN
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan salah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus
Dengue yang ditransmisikan oleh nyamuk Aedes
Aegypti di daerah perkotaan dan nyamuk Aedes
Abopictus di daerah pedesaan.

World Health Organization (WHO)


melaporkan bahwa kasus DBD di dunia
terus meningkat dari 2,2 juta pada tahun
2010 menjadi lebih dari 3,34 juta pada
tahun 2016
GEJALA MASA INKUBASI

 Demam Lama inkubasi DBD ini


 Sakit kepala
adalah sekitar 4-7
 Nyeri otot, tulang atau sendi.
 Mual dan muntah. hari, atau paling
 Sakit di belakang mata lambat 12 hari.
 Kelenjar bengkak.
 Ruam.
METOD
E
Metode penelitian ini merupakan penelitian sekunder. Data yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Tenggara. Populasi dan sampel dalam penelitian
ini adalah seluruh data penderita kasus DBD yang terjadi di wilayah
kerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara dari tahun 2015
sampai dengan tahun 2019 sebanyak 7142 kasus.

Data yang sudah dikumpulakan selanjutnya


dianalisis secara univariat dengan bantuan
program SPSS untuk menggambarkan trend
kasus DBD dalam lima tahun terakhir yaitu
tahun 2015 s/d 2019 berdasarkan ukuran
epidemiologi.
ANGKA PREVALENSI
ANGKA INSIDENSI RATE
ANGKA CASE FATALITY RATE
KESIMPULAN

Trend angka prevalensi kasus DBD di Provinsi Sulewesi Tenggara dalam 5 (lima)
tahun terakhir yaitu tahun 2015 s/d 2019 bersifat fluaktuatif dalam setiap
tahunnya baik dari ukuran prevalence, Iisidence Rate maupun CFR, ini berarti
bahwa penyakit DBD di Sulawesi Tenggara masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang harus mendapat perhatian penuh dan masih perlu pola
pencegahan dan pengendalian penyakit ini yang lebih optimal terutama
keterlibatan atau peran serta masyarakat dalam pencegan penyakit DBD di
Sulawesi Tenggara
02
CHIKUNGUNYA
“Gambaran Epidemiologi Peningkatan Kasus Chikungunya
di Desa Kajongan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga”
PENGERTIAN

Chikungunya adalah penyakit tular vektor (vector-


borne disease) dengan tingkat morbiditas tinggi.
Chikungunya disebabkan arbovirus dari genus
Alphavirus (famili Togaviridae) yang ditularkan ke
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus yang terinfeksi virus
tersebut.
MASA
GEJALA INKUBASI

Manusia yang terinfeksi virus Periode inkubasi


Chikungunya umumnya penyakit antara satu
mengalami nyeri sendi parah atau dua sampai 12
disertai sindrom lain seperti hari tetapi umumnya
demam tinggi, sakit kepala, tiga sampai tujuh
mialgia, dan ruam. hari.
DATA CHIKUNGUNYA

DATA GLOBAL

Beberapa negara di Afrika dan Asia merupakan daerah endemis


chikungunya dan secara global, sebanyak 1,3 miliar orang yang
tinggal di 94 negara diperkirakan berisiko terinfeksi virus
Chikungunya.

DATA NASIONAL

Jumlah kasus chikungunya di


Indonesia sebanyak 5.042 kasus
pada tahun 2019.
Rancangan penelitian ini adalah case control
dilakukan di Desa Kajongan pada Bulan Maret
2021. Sampel terdiri dari 36 kasus dan 36
kontrol. Kasus adalah pasien suspek
chikungunya, kontrol adalah penduduk bukan

METODE suspek chikungunya yang tinggal berdekatan


dengan kasus suspek. Pengumpulan data
dengan pengambilan darah, survei jentik,
wawancara, dan pemeriksaan dengan Reverse
Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-
PCR).
HASIL
KARAKTERISTIK
HASIL
WAKTU TIMBUL GEJALA
HASIL
TANDA GEJALA
HASIL
INDEKS VEKTOR
HASIL
ANALISIS BIVARIAT
FAKTOR RISIKO
KESIMPULAN

Puncak penularan chikungunya di Desa Kajongan terjadi pada minggu ke-4


bulan Februari 2021. Peningkatan kasus chikungunya yang terjadi di Desa
Kajongan Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga merupakan penularan
setempat. Hal ini dapat diketahui dari riwayat kasus tidak pernah bepergian dari
luar wilayah sebelum sakit, beberapa anggota keluarga dalam satu rumah
terjangkit chikungunya, dan ditemukannya vektor penular chikungunya di
lingkungan sekitar kasus. Keberadaaan jentik pada tempat penampungan air
dan pelaksanakan PSN yang tidak rutin merupakan faktor risiko potensial yang
berhubungan dengan peningkatan kasus chikungunya .
THANKS!
Do you have any questions?

Anda mungkin juga menyukai