PROPOSAL
Oleh
RIRIN ABAS
NIM. 841418020
1
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Oleh
RIRIN ABAS
NIM : 841418020
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui :
2
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL
Oleh
RIRIN ABAS
NIM : 841418020
Hari/Tanggal :
Waktu :
Penguji:
1. Dr.Hj.Rosmin Ilham,S.Kep.,Ns.,MM 1.
NIP. 19631126 198703 2 004
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 8
1.3 Rumusan Masalah 9
1.4 Tujuan Penelitian 9
1.5 Manfaat Penelitian 10
BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1 Kajian Teoritis11
2.1.1. Konsep Anak 11
2.1.2. Konsep Bullying 14
2.1.3. Konsep Orang Tua 19
2.1.4. Konsep Verbal Abuse 23
2.2. Kajian Penelitian yang Relevan 30
2.3. Kerangka Berpikir 33
2.3.1. Kerangka Teori 33
2.3.2. Kerangka Konsep 34
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 35
3.1.1. Lokasi Penelitian 35
3.1.2. Waktu Penelitian 35
3.2 Desain Penelitian 35
3.3 Variabel Penelitian 35
3.3.1 Variabel Independen 36
3.3.1 Variabel Dependen 36
3.3.3 Definisi Operasional 36
4
Populasi dan Sampel 37
3.4.1 Populasi 37
3.4.2 Sampel 37
3.4 Teknik Pengumpulan Data 39
3.5.1 Jenis Data 39
3.5.2. Metode Pengumpulan Data 40
3.5.3. Instrumen Penelitian 40
3.6. Teknik Analisa Data 44
3.7. Hipotesis Statistik 47
3.8. Etika Penelitian 47
3.9 Alur Penelitian 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 50
4.2 Hasil Penelitian 50
4.2.1. Karakteristik Responden 50
4.2.2. Analisa Univariat 53
4.3.3. Analisa Bivariat 55
4.3 Pembahasan 56
4.2.1. Verbal Abuse orang tua di SDN 16 Limboto Barat 56
4.2.2. Perilaku Bullying siswa SDN 16 Limboto Barat 61
4.3.3. Hubungan Verbal Abuse Orang Tua Dengan Perilaku
5
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kajian Penelitian yang Relevan ............................................................30
Tabel 3.4 Hasil Validitas berdasarkan nilai r hitung dan r table kuisioner perilaku
bullying .................................................................................................43
Tabel 3.5 Hasil Validitas berdasarkan nilai r hitung dan r table kuisioner verbal
abuse .....................................................................................................43
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Verbal Abuse Orang Tua di SDN 16
Limboto Barat........................................................................................54
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Bullying pada Anak Usia
Sekolah di SDN 16 Limboto Barat........................................................54
Tabel 4.8 Hubungan Verbal Abuse Orang Tua dengan Perilaku Bullying pada
Anak Usia Sekolah di SDN 16 Limboto Barat......................................55
6
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori 33
Gambar 2.2 Kerangka Konsep 34
7
DAFTAR LAMPIRAN
8
9
BAB I
PENDAHULUAN
Perguruan tinggi merupakan institusi yang memiliki peran dan posisi yang
akademik dan profesi. Pada setiap jenjang pendidikan perguruan tinggi, wajib
Kompetensi yang harus dicapai pada suatu bidang studi terdiri atas tiga
satu pendidikan yang berada dibawah naungan perguruan tinggi yaitu pendidikan
keperawatan.
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan ilmu dan kiat keperawatan
1
profesional yang berbentuk bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif,
2020)
peminat yang terus meningkat, hal ini menyebabkan jumlah lembaga pendidikan
Nasional, pada tahun 2020 terdapat 600 perguruan tinggi yang telah
Studi Keperawatan jenjang S1. Menurut BAN-PT (2015), terdapat 664 program
vokasi, pendidikan akademik dan pendidikan profesi. Oleh karena itu diperlukan
metode pembelajaran yang tepat dapat menumbuhkan minat peserta didik untuk
cara untuk menghantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada peserta didik
2
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Metode pembelajaran ini
merupakan metode dalam bentuk teori, praktik, maupun dalam tatanan nyata
mahasiswa. Mahasiswa belajar mengenai teori yang yang diberikan saat di kelas.
3
mahasiswa dapat meningkat melalui pembelajaran metode teori dan praktik
berdiskusi dan partisipasi masih kurang, iklim yang kurang kondusif untuk
4
Dimensi dalam kepuasaan terdiri dari bukti langsung (tangible); meliputi
para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan
dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, risiko, atau
dengan metode pembelajaran baik teori dan praktik dikarenakan teori yang
diberikan di nilai sangat berguna untuk dibawa pada saat praktik klinik. Teori
yang diberikan tidak hanya sekedar hafalan melainkan dilatih untuk berpikir kritis
dilanjutkan dengan clinical skill lab. Adapun saat pembelajaran pada saat praktek
5
Adapun mahasiswa yang merasa kurang puas dengan metode pembelajaran
teori karena dinilai terlalu banyak menghafal, kurang diajak berpartisipasi saat
diskusi ataupun berpikir kritis dan juga terlalu banyak mencatat. Sedangkan pada
laporan dimana kegiatan itu harus dilaksanakan bersamaan dengan dinas sehingga
mempunyai akreditasi A.
puas dengan metode pembelajaran baik teori dan praktik dikarenakan teori
yang diberikan di nilai sangat berguna untuk dibawa pada saat praktik
6
klinik. Teori yang diberikan tidak hanya sekedar hafalan melainkan dilatih
basic learning dan dilanjutkan dengan clinical skill lab. Adapun saat
7
1.5 Manfaat Peneitian
pembelajaran.
2. Bagi Mahasiswa
3. Bagi Peneliti
8
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Kajian Teoritis
keterampilan tertentu (Telaumbauna & Sulastri, 2017). Usia sekolah adalah anak
pada usia 6-12 tahun. Pada masa ini anak-anak mulai bertanggung jawab atas
perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua, teman sebaya, dan orang
perubahan yang terjadi selama hidup seseorang. Anak usia sekolah mengalami
beberapa perubahan sampai akhir dari periode masa kanak-kanak dimana anak
mulai matang secara seksual pada usia 12 tahun. Tahap- tahap tersebut meliputi
(Ariyanti, 2016):
1) Pertumbuhan Fisik
dan tinggi badan 6 cm atau 2,5 inchi pertahunnya. Lingkar kepala tumbuh
sekitar 2-3 cm, ini menandakan pertumbuhan otak yang melambat karena
berat badan anak usia sekolah 6 – 12 tahun kurang lebih sebesar 3,2 kg per
tahun. Periode ini, perbedaan individu pada kenaikan berat badan disebabkan
oleh faktor genetik dan lingkungan. Tinggi badan anak usia 6 tahun, baik laki-
laki maupun perempuan memiliki tinggi badan yang sama, yaitu kurang lebih
115 cm. Setelah usia 12 tahun, tinggi badan kurang lebih 150 cm.
Kekuatan otot, koordinasi dan daya tahan tubuh meningkat secara terus-
menerus. Organ-organ seksual secara fisik belum matang, namun minat pada
jenis kelamin yang berbeda dan tingkah laku seksual tetap aktif pada anak-anak
2) Perkembangangan Kognitif
Anak usia sekolah mempelajari alfabet dan perluasan simbol yang disebut
3) Perkembangan Psikososial
Anak usia sekolah telah siap untuk bekerja dan berproduksi. Anak mau
terlibat dalam tugas dan aktivitas yang dapat mereka lakukan sampai selesai,
dan bekerjasama dengan orang lain dan anak juga patuh terhadap aturan-
10
aturan. Periode ini merupakan pemantapan dalam hubungan sosial anak dengan
orang lain.
4) Perkembangan Moral
dengan label baikatau buruk, benar atau salah. Pada tahap ini anak menentukan
bahwa perilaku yang benar terdiri atas sesuatu yang memuaskan kebutuhan
mereka sendiri. Pada tahap konvensional anak lebih terfokus pada kepatuhan
Pada masa usia sekolah terdapat karakteristik yang menonjol dari anak usia
sebaya. Pada masa ini anak banyak bergaul dengan teman sebaya karena teman
Anak mulai berpikir logis, meskipun masih konkrit operasional anak sudah
dahulu. Anak mulai menggunakan proses pikir logis dengan materi yang
11
konkret seperti objek, manusia, dan peristiwa yang dapat disentuh dan dilihat.
Pada masa ini anak sudah mulai mampu memilih makanan yang dianggapnya
relative dan bukan absolute. Sehingga anak memahami bahwa satu kata
memiliki lebih dari satu arti dan perbedaan kata untuk objek yang sama.
Anak usia sekolah dapat berkonsentrasi pada lebih dari satu aspek situasi.
terjadi perubahan bentuk pada substansi tersebut. Anak usia sekolah juga
masalah.
1. Definisi PerilakuBullying
mengintimidasi anak lain baik secara fisik maupun verbal dan biasanya terjadi
12
adalah sebuah penindasan yang mengakibatkan orang lain merasa terganggu.
1) Orang tua
Orang tua yang sering menghukum anaknya secara berlebihan atau situasi
rumah yang penuh stress, agresi, dan permusuhan. Anak akan mempelajari
temannya. Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap
2) Sekolah
13
membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan
3) Teman Sebaya
berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak heran
3. Ciri-Ciri Bullying
berdampak buruk bagi kesehatan mental remaja. Jika terjadi hanya dalam jangka
14
waktu pendek korban bisa menjadi tertekan, dan kehilangan minat untuk
1) Secara akademis, korban terlihat kurang cerdas dari orang yang tidak
2) Secara sosial, korban terlihat memiliki hubungan erat dengan orang tua
mereka.
3) Secara mental dan perasaan, korban melihat diri mereka sendiri sebagai
4) Secara fisik, korban adalah orang yang lemah, korban yang laki-laki
4. Bentuk-Bentuk Bullying
1) Bullying Verbal
2) Bullying Fisik
dengan sentuhan fisik antara pelaku dan korban yang dapat dilihat dengan
15
mata. Yang termasuk disini yaitu menampar, mencekik, memukul,
3) Bullying Mental/Psikologis
ditangkap mata dan telinga. Yang termasuk disini adalah memandang sinis /
dan lain-lain.
5. Dampak Bullying
berulang-ulang. Konsekuensi bullying bagi para korban, yaitu korban akan merasa
depresi dan marah. Korban marah terhadap dirinya sendiri, terhadap pelaku
tidak dapat atau tidak mau menolongnya. Hal tersebut kemudan mulai
mundur lebih jauh lagi ke dalam pengasingan. Bahkan dampak yang paling buruk
dapat terjadi yaitu percobaan bunuh diri, jika sudah sangat mengganggu kesehatan
mental korban.
bahwa siswa akan terperangkap dalam peran pelaku bullying, tidak dapat
perspektif lain, tidak memiliki empati, serta menganggap bahwa dirinya kuat dan
16
disukai sehingga dapat mempengaruhi pola hubungan sosialnya di masa yang
2) Konsep diri sosial korban bullying menjadi kurang karena korban merasa
tidak diterima oleh teman-temannya, malu, merasa rendah diri dan tidak
lingkungan sosialnya.
siswa
3. Mengatasi prejudice sosial dan sikap yang tidak sesuai atau diinginkan
17
4. Pengawasan dan monitoring perilaku siswa diluar kelas dan melibatkan
Menurut tata bahasa, orang tua adalah ayah, ibu kandung, orang yang dianggap
tua, atau orang yang di hormati atau disegani. Orang tua menjadi lembaga
anaknya.Semua orang tua adalah pribadi yang dari waktu ke waktu mempunyai
dua macam perasaan berbeda terhadap anak-anak mereka, menerima dan tidak
Pola asuh orang tua adalah suatu interaksi antara orang tua dengan anak yang
18
mana orang tua akan merawat, membimbing, mendidik anak terhadap jasmani dan
Beberapa bentuk pola asuh yang diterapkan orang tua pada anak menurut
anak. Mereka juga mengharapkan perilaku anak yang dewasa, mandiri dan
Pola pengasuhan ini menunjukkan dimana orang tua sangat terlibat dengan
anak, namun tidak terlalu menuntut atau mengontrol mereka. Orang tua
seperti ini membiarkan anak melakukana apa yang ia inginkan. Hasilnya anak
mereka dengan cara ini karena mereka percaya bahwa kombinasi antara
keterlibatan yang hangat dan sedikit batasan akan menghasilkan anak yang
Pola yang membatasi dan menghukum, dimana orang tua mendesak anak
19
mereka. Orang tua yang otoriter menerapkan batas dan kendali yang tegas
pada anak dan meminimalisir perdebatan verbal. Orang tua yang otoriter
mungkin juga sering memukul anak, memaksakan aturan secara kaku tanpa
kata – kata kasar. Anak dari orang tua yang otoriter seringkali tidak bahagia,
anak yaitu :
1) Mendampingi
Setiap anak memerlukan perhatian dari orang tuanya. Namun, pada orang
tua yang bekerja memiliki sedikit waktu dengan anaknya dan pulang dari
tempat kerja dalam keadaan lelah. Hal ini bukan berarti orang tua tua lepas
2) Menjalin Komunikasi
hubungan orang tua dan anak. Melalui komunikasi orang tua dapat
20
menyampaikan harapan, dukungan dan motivasi. Begitu pula dengan anak,
anak dapat berbagi cerita dengan orang tua. Komunikasi yang terbuka dapat
3) Memberikan Kesempatan
adanya pengawasan dan pengarahan. Anak akan tumbuh menjadi sosok yang
serta mengeksplorasi dan mengambil keputusan. Orang tua kadang kala perlu
begitu pula dengan anak laki-laki yang ikut bermain permainan masak-
masakan.
4) Mengawasi
kepercayaan kepada anak serta komunikasi dan keterbukaan. Orang tua dapat
mengawasi secara langsung maupun tidak langsung dengan siapa dan apa
dalam kegiatan bermain anak laki-laki tidak bersikap terlalu kasar dan keras
dalam bermain begitu pula dengan anak perempuan tidak terlalu sensitif dan
cengeng.
21
Motivasi inilah yang akan mmbangkitkan semangat anak dalam mencapai
tujuan. Apabila anak belum berhasil, maka motivasi yang akan membuat
6) Mengarahkan
Orang tua memiliki posisi yang strategis dalam membantu agar anak
Verbal abuse atau biasanya disebut dengan emotional abuse adalah tindakan
Wujud konkret kekerasan atau pelanggaran jenis ini adalah penggunaan kata-kata
Verbal abuse terjadi ketika ibu sedang sibuk dan anaknya meminta perhatian
namun si ibu malah menyuruh anaknya untuk “Diam” atau “jangan menangis”
kurang ajar”, “kamu menyebalkan”, atau yang lainya. Kata-kata seperti itulah
yang dapat diingat oleh anak, bila dilakukan secara berlangsung oleh ibu
(Rakhmat, 2017). Tidak hanya seorang ibu yang bisa melakukan verbal abuse,
seorang ayah pun bisa melakukan verbal abuse ketika ia merasa kesal. “anak jadah
pakai kuping mu untuk mendengarkan nasihat orang tua. Muak aku melihat
perangai mu itu...” adalah contoh verbal abuse ketika seorang ayah merasa kesal
22
2. Karakteristik Verbal Abuse
Anderson (2020) membagi karakteristik dari verbal abuse menjadi tujuh, yaitu:
kemampuan.
contoh mungkin terdengar sangat jujur dan baik jika mengucapkan apa
23
3. Bentuk-Bentuk Verbal Abuse
1) Tidak sayang dan dingin ini misalnya: menunjukkan sedikit atau tidak sama
yang senantiasa berdampak jangka panjang, dan menjadi mimpi buruk yang tidak
pernah hilang dari benak anak yang menjadi korban (Suyanto, 2017). Verbal
24
1) Gangguan emosi
orang lain, termasuk kemampuan untuk percaya diri. Beberapa anak menjadi
hiperaktif, kesulitan belajar, gagal sekolah, sulit tidur, temper tantrum dan
sebagainya.
Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya jelek, tidak dicinta,
tidak dikehendaki, muram dan tidak bahagia, dan tidak mampu menyenangi
aktifitas.
3) Agresif
konsep diri.
25
5) Bunuh diri
dialami oleh anak. Stres mental ini apabila tidak tertangani maka
6) Perilaku bullying
terhdap anak. hal ini diangap wajar dalam mendidik anak. Akan tetapi anak
untuk melakukan sesuatu tetapi dipaksa untuk melakukannya dan ketika anak
2) Faktor pengalaman
Orang tua yang waktu kecilnya mendapat perlakuan salah merupakan situasi
pencetus terjadinya kekerasan pada anak. Semua tindakan kepada anak– anak
akan direkam dalam bawah sadar mereka dan akan dibawa sampai kepada
masa dewasa, dan terus sepanjang hidupnya. Anak yang mendapat perlakuan
26
kejam dari orang tua akan berlaku kejam kepada anak-anaknya. Orang tua
agresif melahirkan anak agresif, yang pada giliranya akan menjadi dewasa
3) Faktor keluarga
Faktor keluarga ini meliputi karakteristik anak, karakteristik orang tua dan
orangtua dan keluarga yang juga turut berperan terhadap terjadinya kekerasan
pada anak seperti orang tua yang agresif dan impulsif, keluarga hanya dengan
satu orang tua, orang tua yang dipaksa menikah saat belasan tahun sebelum
4) Faktor ekonomi
Sebagian besar kekerasan dalam rumah tangga terjadi karena dipicu faktor
kemiskinan dan tekanan hidup atau tekanan ekonomi, pengangguran, PHK, dan
beban lain kian memperparah kondisi itu. Faktor kemiskinan dan tekanan
lemah, rentan, dan dianggap milik orang tua, anak paling mudah menjadi
27
sasaran. Faktor ekonomi inni juga meliputi ketimpangan sosial. Kita
menemukan bahwa para pelaku juga korban kekerasan kebanyakan berasal dari
kelompok sosial ekonomi yang rendah. Akibat tekanan ekonomi, orang tua
mengalami stres berkepanjangan. Orang tua menjadi sangat sensitif dan mudah
orang tua bisa meradang dan membentak anak dihadapan banyak orang,
tua melakukan verbal abuse karena pada masyarakat tidak ada kontrol sosial
pada tindakan kekerasan anak-anak. Nilai-nilai sosial disini adalah dalam artian
masyarakat.
6) Faktor lingkungan
timbulnya kekerasan verbal. Televisi sebagai suatu media yang paling efektif
28
Televisi merupakan media yang paling dominan pengaruhnya dibanding
Menurut Rochmawati (2018) ada beberapa cara untuk mencegah verbal abuse,
yaitu:
terhadap anak.
usaha.
29
5) Pemberdayaan keluarga dalam program pencegahan kekerasan anak.
30
di Desa Jatiharjo
Kecamatan
Pulokulon
Kabupaten
Grobogan.
31
teman sebaya kuantiatif asosiatif. diteliti yaitu
terhadap perilaku Subjek dalam perilaku verbal
bullying pada penelitian ini abuse orang tua
remaja di SMP adalah siswa siswi dengan perilaku
Katolik Virgo SMP Katolik bullying dan jenis
Fidelis Virgo Fidelis penelitian
Maumere Maumere kuantitatif
yang berjumlah dengan
100 orang. Teknik pendekatan cross
pengambilan sectional.
sampel Perbedaannya
menggunakan terletak pada
sampling teknik
accidental. pengambilan
Berdasarkan sampel
hasil analisis data menggunakan
diperoleh nilai purposive
Fhitung = 6.441 sampling dan
dengan nilai P juga pada uji
(Sig) = 0.002 statistik yaitu uji
makaterdapat Chi square.
pengaruh antara
verbal abuse dan
konformitas teman
sebaya
terhadap perilaku
bullying pada
remaja di SMP
Katolik Virgo
Fidelis Maumere.
32
2.3 Kerangka Berfikir
2.3.1 Kerangka Teori
33
(Soetjinigsih, 2015) dan (Swearer, dkk, 2015).
2.2.1 Kerangka Konsep
Perilaku Bullying pada Anak
Verbal Abuse Orang Tua Usia Sekolah
Keterangan :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Hubungan
2.4. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan verbal abuse orang tua
dengan perilaku bullying pada anak usia sekolah di SDN 16 Limboto Barat.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
dengan metode statistika. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu ) antara variabel independen dan
pengukuran antara verbal abuse orang tua dan perilaku bullying oleh anak secara
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
35
3.3.1 Variabel Independen 35
Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah verbal abuse orang
tua.
bebas, variabel terikat sering disebut sebagai variabel akibat, karena adanya
variabel bebas (Sugiyono, 2016). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
36
anak, Mencela negatif.
anak, Tidak Jawaban
mengindahkan positif :
atau menolak SS (4)
anak S (3)
TS (2)
STS (1)
Jawaban
negatif :
SS (1)
S (2)
TS (3)
STS (4)
Dependen: Perilaku negatif Kuesioner Tinggi jika skor Ordinal
anak usia dengan 30 ≥76-100%
Perilaku sekolah yang pertanyaan Sedang jika skor
bullying dilakukan secara yang 60-75%
berulang dengan bersifat Rendah jika skor
indikator : favorable <60%
Verbal, Fisik dan
dan Mental/ unfavorable (Arikunto, 2013)
psikologis Jawaban
favorable
SS = 4
S=3
TS =2
STS = 1
Jawaban
unfavorable
SS=1
S=2
TS=3
STS=4
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1. Populasi
Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah yang
telah memenuhi syarat penelitian (Sugiyono, 2016). Populasi dalam penelitian ini
adalah semua siswa-siswi di SDN 16 Limboto Barat yang berjumlah 161 siswa.
3.4.2. Sampel
37
Sampel merupakan bagian jumlah dari populasi. Dalam penelitian ini teknik
2015). Sampel pada penelitian ini terdiri dari seluruh siswa-siswi kelas 4, 5 dan
kelas 6 yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan peneliti yaitu di
Besar sampel :
n= N.z2p.q
d2 N-1 + z2.p.q
Keterangan :
N = besar populasi
n = besar sampel
q = 1-p (100%-p)
dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2020).
38
sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana subjek yang termasuk populasi
dijadikan sampel dipilih sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan peneliti
yaitu:
1. Kriteria inklusi
berlangsung.
2. Kriteria eksklusi
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari
1) Karakteristik responden.
2) Data verbal abuse orang tua dan perilaku bullying diperoleh dengan
2. Data Sekunder
39
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang
sudah ada pada admin di SDN 16 Limboto Barat berupa jumlah siswa- siswi
data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan
tahu apa yang bisa diharapkan responden (Notoatmodjo, 2015). Kuisioner yang
40
Instrumen verbal abuse orang tua diadaptasi dari penelitian Siregar (2020)
yang telah dilakukan uji valid dan reliabilitas sebelumnya. Kuesioner ini
disusun menggunakan skala Likert dengan empat alternatif jawaban yaitu (SS),
sangat setuju (S), setuju (TS), tidak setuju dan (STS), sangat tidak setuju.
Pada pernyataan positif, bila responden menjawab sangat setuju diberi skor 4,
setuju diberi skor 3 , tidak setuju diberi skor 2 dan sangat tidak setuju diberi
setuju diberi skor 1, setuju diberi skor 2, tidak setuju diberi skor 3 dan sangat
Menurut Arikunto (2013), hasil pengukuran verbal abuse dihitung skor dari
Jumlah soal
Jadi kategori :
41
2. Kuesioner perilaku bullying
jawaban sangat setuju (SS) diberi skor 4, jawaban setuju (S) diberi skor 3,
jawaban tidak setuju (TS) diberi skor 2, jawaban sangat tidak setuju (STS)
diberi skor 1, jawaban setuju (S) diberi skor 2, jawaban tidak setuju (TS)
Menurut Arikunto (2013), hasil pengukuran verbal abuse dihitung skor dari
Jumlah soal
Jadi kategori :
1. Uji Validitas
42
Uji validitas merupakan suatu pengujian terhadap ketepatan instrument
pengukuran yang akan digunakan dalam penelitian. Uji ini dimaksudkan untuk
informasi yang akurat. Untuk mengetahui validitas item, maka digunakan uji
korelasi product moment dari Pearson yang dibantu dengan program SPSS. Hasil
uji validitas dinyatakan valid jika nilai r hitung> r tabel sebesar. Adapun hasil uji
Tabel 3.4. Hasil Validitas Berdasarkan Nilai R Hitung Dan R Tabel Kuesioner
Indikator Kuesioner R Hitung R Tabel
Bullying fisik 0,617-0,659 0,444
Bullying verbal 0,454- 0,782 0,444
Bullying psikologi 0,478-0,789 0,444
Tabel 3.5. Hasil Validitas Berdasarkan Nilai R Hitung Dan R Tabel Kuesioner
Indikator Kuesioner R Hitung R Tabel
Tidak sayang & dingin 0,510-0,605 0,231
Intimidasi 0,489- 0,711 0,231
Mengecilkan atau mempermalukan 0,510-0,624 0,231
Mencela anak 0,535-0,991 0,231
Menolak anak 0,557-0,650 0,231
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau
kenyataan hidup tadi diukur diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan
(Nursalam, 2016). Adapun hasil uji reliabilitas untuk variabel perilaku bullying
berarti lebih besar dari r tabel sebesar 0,6 sehingga variabel perilaku bullying
dinyatakan reliabel. Selanjutnya hasil uji reliabilitas untuk variabel verbal abuse
43
memperlihatkan bahwa 30 butir pertanyaan diperoleh nilai r hitung 0,897 yang
berarti lebih besar dari r tabel sebesar 0,231 sehingga variabel verbal abuse
dinyatakan reliabel.
1. Editing (memeriksa)
isi kuesioner yang sudah diisi dengan lengkap, jelas jawaban dari responden,
yang didapatkan dari data kuesioner yang telah dibagikan kepada responden.
a. Data Umum
1) Jenis Kelamin
44
Laki-laki = Kode 1
Perempuan = Kode 2
SD = Kode 2
SMP = Kode 3
SMA = Kode 4
Diploma = Kode 5
Sarjana = Kode 6
b. Data Khusus
45
3. Entry Data (memasukkan data)
dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu secara manual dan tabulasi
5. Cleaning
b. Analisa Data
1. Analisis Univariat
46
Analisis ini dilakukan terhadap variabel verbal abuse orang tua dengan
dan proporsinya.
2. Analisis Bivariat
Analisis hubungan verbal abuse orang tua dan perilaku bullying pada anak
usia sekolah dianalisis menggunakan uji Chi Square diperoleh p value ≤ 0,05.
Akan tetapi karena terdapat 6 cell yang memiliki nilai expected count < 5 maka
digunakan uji alternatif yaitu uji Kolmogorov Smirnov dan diperoleh p value
0,000. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
verbal abuse orang tua dengan perilaku bullying pada anak usia sekolah di
H0 ditolak dan H1 diterima dengan nilai p-value < 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa Ada Hubungan antara verbal abuse orang tua dengan perilaku
meliputi :
47
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan dampak yang di teliti
menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati
2013).
(Setiadi, 2013).
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
oleh peneliti dengan jalan tidak menyebar luaskan informasi yang didapat dari
responden kepada orang lain yang tidak berhak. Data yang sudah diperoleh
48
3.4 Alur Penelitian
Mengisi kuesioner
Tidak dilanjutkan
49
BAB IV
sekolah dasar yang ada di Kecamatan Limboto Barat yang beralamt di Dusun II
dilengkapi dengan Listrik. Luas tanah 3.536 M 2 dilengkapi dengan 11 ruang kelas
yang terdiri dari kelas satu sampai kelas enam, 1 perpustakaan dan 2 sanitasi
siswa. Jumlah tenaga pengajar sebanyak 8 guru yang terdiri dari 2 guru laki-laki
dan 6 guru perempuan. SDN 16 Limboto Barat berdiri pada tahun 2006. Adapun
50
2 5 21 31.3
3 6 20 29.9
Total 67 100
Sumber : Data Primer, 2022
Berdasarkan tabel di atas kategori kelas responden terdiri dari tiga, yaitu
Berdasarkan tabel di atas, kategori umur responden terdiri dari kelas 9, 10,
11, 12 dan 13 tahun. Sebagian besar responden berada pada kategori umur 11
51
Tabel 4.3. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di SDN 16
Limboto Barat
No Jenis Kelamin Responden
N %
1 Laki-laki 39 58.2
2 Perempuan 28 41.8
Total 67 100
Sumber : Data Primer, 2022
dan perempuan. Sebagian besar responden memiliki jenis kelamin laki-laki yaitu
<1,5 juta / bulan, 1,5 juta- < 2,5 juta / bulan dan 2.5 juta- ≤3,5 juta / bulan.
52
Sebagian besar responden memiliki orang tua dengan tingkat pendapatan <1,5 juta
memiliki orang tua dengan tingkat pendapatan 2.5 juta- ≤3,5 juta / bulan yaitu
tidak sekolah, SD, SMP, SMA, Diploma dan Sarjana. Sebagian besar responden
Pada penelitian ini distribusi responden berdasarkan verbal abuse orang tua di
53
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Verbal Abuse Orang Tua di
SDN 16 Limboto Barat
No Verbal Abuse Orang Tua n %
1 Tinggi 8 11.9
2 Sedang 55 82.1
3 Rendah 4 6.0
Total 67 100
Sumber : Data Primer, 2022
berdasarkan verbal abuse orang tua di SDN 16 Limboto Barat sebagian besar
berada pada kategori verbal abuse orang tua sedang yaitu sebanyak 55 responden
(82.1%) sedangkan sebagian kecilnya berada pada kategori verbal abuse orang tua
anak usia sekolah di SDN 16 Limboto Barat digambarkan pada tabel di bawah ini.
54
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa distribusi responden berdasarkan
perilaku bullying anak usia sekolah sebagian besar berada pada kategori perilaku
berada pada kategori perilaku bullying tinggi yaitu sebanyak 3 responden (4.5%).
Pada penelitian ini hubungan verbal abuse orang tua dengan perilaku
bullying anak usia sekolah di SDN 16 Limboto Barat digambarkan pada tabel
berikut.
Tabel 4.8 Hubungan Verbal Abuse Orang Tua dengan Perilaku Bullying
Anak Usia Sekolah di SDN 16 Limboto Barat
Perilaku Bullying Anak Usia Total P Value
Sekolah
Pada tabel di atas dari 8 responden (11.9%) verbal abuse orang tua tinggi, 2
responden (6.0%) memiliki perilaku bullying anak usia sekolah sedang dan 2
rendah. Kemudian dari 55 responden (82.1%) dengan verbal abuse orang tua
55
sedang, 1 responden (1.5%) memiliki perilaku bullying anak usia sekolah tinggi,
40 responden (59.7%) memiliki perilaku bullying anak usia sekolah sedang dan 14
(20.9%) diantaranya masuk dalam kategori perilaku bullying anak usia sekolah
rendah. Adapun dari 4 responden (6.0%) dengan verbal abuse orang tua rendah
seluruhnya masuk dalam kategori perilaku bullying anak usia sekolah rendah
(6.0%).
0,000 (p value ˂ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara verbal abuse orang tua dengan perilaku bullying anak usia
4.2 Pembahasan
4.2.1 Verbal Abuse Orang Tua pada anak di SDN 16 Limboto Barat
berdasarkan verbal abuse orang tua di SDN 16 Limboto Barat yang memiliki
verbal abuse orang tua tinggi yaitu sebanyak 8 responden (11.9%), verbal abuse
orang tua sedang yaitu sebanyak 55 responden (82.1%) dan verbal abuse orang
tua rendah yaitu sebanyak 4 responden (6.0%). Dari hasil tersebut disimpulkan
bahwa sebagian besar responden memiliki verbal abuse orang tua sedang.
verbal abuse orang tua sedang yaitu sebanyak 55 responden (82.1%), responden
dengan Verbal abuse orang tua kategori sedang menyatakan bahwa orang tua
melakukan intimidasi dengan cara selalu berkata kasar, kemampuan anak sering
diremehkan oleh orang tua, dan anak selalu dianggap salah oleh orang tua yang
56
termasuk dalam kategori mengecilkan atau mempermalukan anak. Salah satu
faktor yang menyebabkan terjadinya verbal abuse orang tua adalah pendapatan
orang tua. Pekerjaan orang tua biasanya akan berefek pada penghasilan dalam
keluarga, masalah keuangan seringkali mendorong timbulnya stres pada orang tua.
Aspek keuangan dapat berupa tingkatan penghasilan keluarga yang rendah dan
Dari hasil penelitian 55 responden verbal abuse orang tua kategori sedang,
yang memiliki pendapatan orang tua 1,5 juta - <2,5 juta/bulan. Income yang
diperoleh orang tua berpengaruh terhadap tingkat perilaku pengasuhan orang tua.
Orang tua dengan penghasilan rendah memiliki tingkat perilaku yang lebih tinggi
dalam melakukan kekerasan kepada anak dibandingkan dengan orang tua yang
memiliki penghasilan tinggi. Tingkat kepuasan orang tua terletak pada seberapa
baik orang tua merasa mampu memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Orang tua
yang kekurangan sumber daya untuk merawat anak akan mengalami peningkatan
mengalami kesulitan ekonomi, orang tua akan menjadi mudah marah, tertekan dan
pengasuhan orang tua yang berpengaruh pada perilaku kekerasan pada anak
orang tua kepada anak. Pola asuh merupakan kemampuan orang tua untuk
mendidik, menyediakan waktu, perhatian dan dukungan pada anak agar dapat
57
tumbuh dan berkembang, baik secara fisik maupun sosial. Pola asuh yang
diberikan orang tua kepada anak dengan tepat akan membuat anak merasa dirinya
berharga dan percaya diri, sebaliknya apabila orang tua mendidik anak dengan
penuh kemarahan, makian, bentakan maka semua energi negatif akan terserap
dalam diri anak yang mungkin akan terbawa hingga dewasa (Tatik Lestari, 2016).
pola asuh orang tua terhadap perilaku verbal abuse pada anak usia sekolah di SDN
Sawah Besar 01 Semarang dengan nilai p 0,045. Pola asuh orang tua merupakan
sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap yang dilakukan
orang tua antara lain mendidik, membimbing, serta mengajarkan nilai-nilai yang
peneliti dukungan positif orang tua dapat memberikan pengaruh yang baik kepada
kegiatan yang terbilang mudah, orang tua memberikan pujian karena anak sudah
abuse orang tua tinggi yaitu sebanyak 8 responden (11.9%). Hal ini di dapatkan
dari pernyataan responden yang menyatakan bahwa sering dibentak oleh orang tua
dengan kutukan dan makian dan orang tua sering merendahkan anak. Salah satu
faktor yang mempengaruhi terjadinya verbal abuse orang tua adalah pendidikan.
Banyak orang tua yang tidak mengetahui atau mengenal informasi mengenai
melakukan sesuatu. Karena sempitnya pengetahuan orang tua, anak dipaksa untuk
58
melakukan sesuatu, dan ketika anak belum bisa melakukannya orang tua menjadi
marah, membentak dan memcaci anak. Dari hasil penelitian 8 responden dengan
verbal abuse orang tua tinggi sebagian besar pendidikan orang tua yaitu sekolah
dasar (SD). Tingkat pendidikan merupakan salah satu aspek sosial yang dapat
dalam melakukan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang
mempunyai pendidikan lebih tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional
hingga membuat anak menjadi rendah diri. Hal ini tentunya akan berpengaruh
Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mamesah & Katuuk
(2018) didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara verbal abuse
orang tua dengan perkembangan kognitif pada anak yang artinya jika verbal abuse
pada anak semakin ringan maka perkembangan kognitif anak akan semakin
berkurang bahkan perkembangan anak kognitif anak akan tetap baik, dengan
seberapa besar peranan yang dimainkan oleh orang tua didalam membantu
perkembangan kognitif anak itu terkait dengan perlakuan atau bimbingan orang
tua terhadap anak di dalam lingkungan keluarga. Menurut asumsi peneliti semakin
tinggi pendidikan dari orang tua maka semakin mampu orang tua mengetahui,
59
Bedasarkan hasil penelitian responden yang berada pada kategori verbal
abuse orang tua rendah yaitu sebanyak 4 responden (6.0%). Hal ini di dapatkan
dari pernyataan responden yang menyatakan bahwa tidak merasa takut ketika
berbicara dengan orang tua dan orang tua tidak pernah memberikan ancaman
berkomunikasi sangatlah diperlukan bagi usia anak-anak karena pada usia inilah
mereka mulai menunjukkan kemampuannya untuk dapat menerima orang lain dan
menyesuaikan diri. Peran dan sikap yang baik dari orang tua dalam berinteraksi
aturan, hadiah, hukuman, cara orang tua memberikan perhatian serta merespon
komunikasi anaknya. Tindakan pengasuhan orang tua yang efektif juga berupa
menghadapi perilaku bermasalah pada anak, orang tua mempercayai bahwa cara-
cara tersebut merupakan cara yang tepat untuk mendisiplinkan anak dan
2020).
ditemukan bahwa adanya korelasi positif antara komunikasi orang tua dengan
keterbukaan diri pada anak. Orang tua yang menerapkan komunikasi yang baik
terbuka. Menurut asumsi peneliti peran dan sikap yang baik dari orang tua dalam
berinteraksi dengan anak dapat menciptakan suasana dan komunikasi yang baik
60
sehingga anak akan memiliki keberanian untuk melakukan komunikasi dalam
segala hal.
berdasarkan perilaku bullying anak usia sekolah di SDN 16 Limboto Barat yang
bullying anak usia sekolah sedang yaitu sebanyak 44 responden (65,7%), dan
perilaku bullying anak usia sekolah rendah yaitu sebanyak 20 responden (29,9%).
perilaku bullying anak usia sekolah sedang yaitu sebanyak 44 responden (65.7%).
bahwa selalu menindas adik kelas sebagai bentuk pelajaran awal masuk sekolah,
senang menjahili adk kelas, dan senang mempermalukan anak yang bodoh di
depan umum. Dari hasil penelitian 44 responden perilaku bullying kategori sedang
sekolah pada rentang 10-12 tahun merupakan usia anak pada masa pra-remaja,
dimana merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju tahapan sebelum
dewasa. Secara kognitif, usia pra-remaja pada tahap ini sudah mulai mengalami
61
seperti mulai mencari kebenaran dari suatu hal, baik atau buruk. Selain itu pada
usia pra-remaja timbul sifat keras kepala, anak mulai membantah dan menentang
orang lain sehingga muncul perilaku negatif anak seperti melakukan perilaku
bullying pada orang lain. Perilaku bullying yang dilakukan bisa berbentuk
melakukan perilaku bullying verbal. Menurut Coloroso (2017) Salah satu jenis
perilaku bullying yaitu bullying verbal yang berupa bentuk penindasan yang
paling umum digunakan baik oleh anak perempuan maupun anak laki-laki.
verbal tersebut merupakan perilaku yang paling sering muncul, hal ini karena
perilaku tersebut dianggap sebagai perilaku biasa yang tidak dianggap sebagai
perilaku bullying.
teman yang berbuat salah dan suka memfitnah teman. Bentuk perilaku bullying
selanjutnya yaitu bullying fisik. Perilaku bullying fisik merupakan bentuk bullying
yang paling jelas, hal ini terjadi ketika anak menggunakan tindakan fisik untuk
tindakan yang jelas dan nyata, dan perilaku bullying ini paling mudah dilaporkan
62
ke pihak sekolah sehingga mendapat lebih banyak perhatian dari sekolah
Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Wong, J.P, 2017)
ditemukan bahwa bullying verbal menjadi salah satu jenis bullying yang paling
bullying verbal yang paling sering dialami oleh responden yaitu dihina, diucapkan
dengan kata-kata kasar dan diejak. Menurut asumsi peneliti perilaku bullying pada
anak usia sekolah memiliki beberapa jenis diantaranya bullying verbal, bullying
psikologi, dan bullying fisik. Di dalam lingkungan sekolah perilaku bullying yang
sering dilakukan yaitu bullying verbal, karena anak beranggapan bahwa perilaku
tersebut adalah perilaku biasa yang tidak dianggap sebagai perilaku bullying.
bullying anak usia sekolah rendah yaitu sebanyak 20 responden (29.9%). Hal ini
pada teman saat sedang bertengkar, tidak akan meneriaki teman yang berbuat
salah dan selalu bersikap ramah pada teman. Perkelahian antar siswa adalah suatu
bentuk perkelahian fisik antar siswa secara bersama-sama. Perkelahian antar siswa
diajarkan bahwa perkelahian merupakan suatu yang baik. Salah satu tugas seorang
siswa di sekolah adalah belajar untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
63
yang terjadi secara sadar yang bersifat positif untuk memperoleh sesuatu yang
lebih baik dari sebelumnya. Untuk itu siswa- siswi di sekolah haruslah dapat
menghargai hak yang dimiliki orang lain, serta dapat menjalin relasi yang baik
budaya yang ada dalam lingkungan sekolahnya (Ahmadi & Supriyono, 2018)
Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari (2019) menyatakan
ilmu pengetahuan dan sikap dari guru, tetapi bagaimana siswa dapat berperilaku
Menurut asumsi peneliti siswa sebagai individu yang masih dalam tahap
lingkungan sekitar baik itu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu
dijadikan contoh.
bullying anak usia sekolah tinggi yaitu sebanyak 3 responden (4.5%). Perilaku
bullying tinggi terlihat dari pernyataan responden berupa senang menggertak adik
kelas agar dihormati dan suka mencibir perkataan teman yang tidak disukai. Salah
satu perilaku siswa yang terjadi secara turun temurun bahkan menjadi tradisi di
64
yang ada di pendidikan yaitu senior dan junior, dimana dalam budaya yang ada di
Indonesia yaitu budaya menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih
dilakukan cenderung mengarah kepada perilaku agresif anak, baik secara individu
melontarkan kata-kata yang tidak sopan seperti memaki, menghina, dan mengejek
(mengejek, berteriak, berkata kasar) dan bersikap tidak sopan. Menurut asumsi
peneliti bahwa tindakan senioritas yang ada di sekolah berdampak pada anak,
4.2.3 Hubungan Verbal Abuse Orang Tua Dengan Perilaku Bullying Pada
dapat dinyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara verbal abuse orang
tua dengan perilaku bullying anak usia sekolah di SDN 16 Limboto Barat.
65
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan hubungan verbal
abuse orang tua dengan perilaku bullying anak usia sekolah di SDN 16 Limboto
Barat yaitu 8 responden (11.9%) verbal abuse orang tua tinggi, 2 responden
(3.0%) memiliki perilaku bullying anak usia sekolah tinggi, 4 responden (6.0%)
memiliki perilaku bullying anak usia sekolah sedang dan 2 responden (3.0%)
diantaranya memiliki perilaku bullying anak usia sekolah rendah. Kemudian dari
55 responden (82.1%) dengan verbal abuse orang tua sedang, 1 responden (1.5%)
memiliki perilaku bullying anak usia sekolah sedang dan 14 responden (20.9%)
memiliki perilaku bullying anak usia sekolah rendah. Adapun dari 4 responden
(6,0%) dengan verbal abuse orang tua rendah seluruhnya masuk dalam kategori
Barat ditemukan bahwa dari 8 responden (11.9%) verbal abuse orang tua tinggi,
wawancara yang dilakukan kepada salah satu guru di SDN 16 Limboto Barat
yang harus di patuhi oleh siswa-siswi dan apabila peraturan tersebut dilanggar
akan diberikan sanksi, kemudian di dalam lingkungan sekolah terdapat relasi yang
baik dan aktif antara guru dan siswa serta adanya keterlibatan siswa secara aktif
dalam menegakkan peraturan agar suasana sekolah menjadi kondusif, selain itu
siswa-siswi diajarkan untuk saling menghargai satu sama lain, tidak saling
66
merendahkan kekurangan teman sehingga sangat jarang terjadi konfilk antar siswa
dan pihak sekolah berperan penting dalam memberikan edukasi tentang bahaya
perilaku mereka untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain. Bullying yang
mampu dikontrol oleh pihak sekolah memberikan masukan positif pada siswanya,
rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah. Selain itu,
perilaku bullying yang rendah ini juga didukung oleh lingkungan sekolah yang
sangat menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan guru pun mengajar dengan
menyertakan nilai serta ajaran didalamnya. Apabila ada masalah antar siswa, para
guru akan membantu menyelesaikannya dengan cara yang baik dan kekeluargaan
dengan menyertakan orang tua ataupun tidak (Zakiyah, Humaedi & Santoso,
2017).
Hal ini sejalan dengan penelitian Mulyati (2021) bahwa orang dewasa pada
yang terfasilitasi dengan baik, dimana terdapat komunikasi yang efektif antara
pimpinan sekolah, guru, staf dan para siswa serta terciptanya sekolah yang aman
dan nyaman akan mereduksi dan meminimalisir terjadinya perilaku bullying pada
67
memberikan edukasi terhadap perilaku negatif tersebut, maka kejadian bullying di
Adapun dari 8 responden (11,9%) verbal abuse orang tua tinggi, masih
terdapat 4 responden (6.0%) memiliki perilaku bullying siswa sedang, hal ini
bahwa siswa yang memiliki perekonomian yang terbilang cukup mereka selalu
diberikan uang saku yang cukup bahkan lebih dari orang tua, dan juga beberapa
siswa menyatakan biasanya uang saku saat pulang dari sekolah masih tersisa
sehingga uang tersebut ikut dibawa bersama uang saku yang diberikan orang tua
saat akan berangkat ke sekolah, selain itu beberapa siswa memilki orang tua yang
selanjutnya siswa menyatakan jika memerlukan uang saku tambahan mereka takut
meminjam bahkan meminta kepada teman, mereka lebih memilih pulang kerumah
dapat pula menjadi penyebab menurunnya perilaku bullying. Salah satu faktor
ekonomi. Mereka yang hidup dalam perekonomian yang terbilang cukup tidak
lingkungan sekolah akan jarang terjadi tindakan bullying seperti pemalakan antar
siswanya.
68
Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fithriyana (2017)
lingkungan sosial ekonomi pada siswa SDN 006 Langgini. Dimana pelaku
bullying merupakan siswa yang memiliki kekuatan baik secara fisik ataupun sosial
yang lebih dibandingkan teman yang lain, memiliki tempramen tinggi, dan rasa
empati yang rendah dan juga kebanyakan dari korban bullying tunduk kepada
perintah pelaku dan tidak berani melapor kepada guru. Menurut asumsi peneliti
salah satu faktor yang menyebabkan berkurangnya perilaku bullying pada anak
usia sekolah yaitu kondisi lingkungan sosial, apabila anak yang hidup dalam
perekonomian yang terbilang cukup, mereka tidak perlu melakukan banyak hal
Barat ditemukan bahwa dari 55 responden (82.1%) dengan verbal abuse orang
tua sedang, 14 (20.9%) diantaranya masuk dalam kategori perilaku bullying anak
usia sekolah rendah, hal ini berhubungan dengan teman sebaya. Berdasarkan hasil
berperilaku baik juga, mereka tidak membully teman-teman sekitar karena takut
disekolah, selain itu karena teman teman mereka tidak pernah melakukan perilaku
Secara garis besar salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku
bullying yaitu teman sebaya. Teman sebaya mempengaruhi bullying karena anak
69
lebih banyak menghabiskan waktu diluar bersama teman-temannya dan cenderung
mengikuti apa yang dilakukan oleh teman sekelompoknya (Saifullah, 2016). Saat
seorang anak telah mengenal lingkungan sosial, ia tidak lagi bergantung pada
Apabila teman sebayanya memberikan pengaruh baik atau positif seperti tidak
melakukan tindakan bullying, maka akan mungkin anak juga akan mengikuti hal
yang sama agar memperoleh dukungan dari teman sebayanya (Goodwin, 2020).
Teman sebaya yang baik dapat membangun kepribadian yang baik pada anak dan
membuat anak tersebut dapat mandiri dan berpikir dewasa untuk melakukan
perbuatan positif. Pengaruh positif yang diberikan oleh teman sebaya dapat
kekerasan karena mengikuti teman sebayanya agar anak tersebut bisa dihargai dan
(2016) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang berarti antara teman
sebaya dengan perilaku bullying. Hasil penelitian ini juga didukung oleh
positif dalam kategori sedang antara peran kelompok teman sebaya dengan
perilaku bullying. Menurut asumsi peneliti salah satu faktor yang menyebabkan
rendahnya perilaku bullying disekolah yaitu teman sebaya, apabila teman sebaya
memiliki pengaruh baik dan positif maka anak akan cenderung mengikuti perilaku
70
Adapun dari 55 responden (82,1%) dengan verbal abuse orang tua sedang,
terdapat 1 responden (1.5%) memiliki perilaku bullying siswa tinggi. Hal ini
berkaitan dengan jenis kelamin. Mayoritas responden memiliki jenis kelamin laki-
bahwa anak laki-laki lebih sering bergaul secara fisik seperti main bola sementara
dalam iklim pergaulan yang sesuai dengan kecenderungan jenis kelaminnya untuk
melakukan bullying. Pada usia 9-12 tahun mulai muncul tanda perkembangan
pada anak laki-laki. Anak laki-laki secara natural cenderung bersikap agresif
anak laki-laki juga cenderung lebih agresif dibandingkan anak perempuan. Pola
2020).
siswa laki-laki cenderung menjadi pelaku bullying baik secara verbal maupun
secara fisik dibandingkan dengan siswa perempuan. Hasil penelitian ini juga
(2019) yang mengemukakan bahwa jenis kelamin merupakan salah satu faktor
dengan verbal abuse orang tua kategori sedang tetapi memiliki perilaku bullying
71
rendah dipengaruhi oleh teman sebaya sedangkan responden dengan verbal abuse
orang tua kategori sedang tetapi memiliki perilaku bullying tinggi dipengaruhi
oleh jenis kelamin, dimana anak yang berjenis kelamin laki-laki cenderung
mempunyai perilaku bullying yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang
Barat ditemukan bahwa, dari 4 responden (6.0%) dengan verbal abuse orang tua
rendah seluruhnya masuk dalam kategori perilaku bullying siswa rendah (6.0%).
dalam lingkungan keluarga jarang tejadi kekerasan, orang tua selalu mengajarkan
perilaku baik bahkan ketika anak melakukan kesalahan selalu diselesaikan dengan
komunikasi yang baik tanpa adanya kekerasan sehingga perilaku tersebut terbawa
ke lingkungan sekolah.
pertama kali. Oleh karena itu keluarga memegang peran yang sangat penting
dalam perkembangan anak, keluarga yang baik akan berdampak positif bagi anak
(Fithria, Aulia, 2016). Menurut Igram dan Pachin (2015), variabel-variabel yang
berasal dari keluarga secara tidak langsung berhubungan dengan perilaku yang
dilakukan anak dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan keluarga yang baik akan
72
dalam keluarga dengan menghindarkan anak dari tindakan kekerasan (Yusup,
Perdani, 2019).
remaja didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan dengan tingkat keeratan tinggi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maulidia (2018),
yang menyatakan keluarga adalah agen yang paling penting dalam menentukan
perilaku remaja. Menurut asumsi peneliti bahwa verbal abuse orang tua kategori
rendah dan perilaku bullying rendah, hal ini menunjukkan bahwa responden yang
memiliki verbal abuse orang tua rendah, maka perilaku bullying pada anak usia
yang lebih baik lagi. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini,adanya faktor
lain yang berkaitan dengan perilaku bullying anak usia sekolah akan tetapi peneliti
tidak meneliti faktor tersebut secara mendalam, seperti faktor lingkungan sekolah,
73
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Verbal abuse orang tua pada anak usia sekolah di SDN 16 Limboto Barat
rendah sebanyak 4 responden (6,0 %), verbal abuse orang tua sedang
responden (4,5%).
3. Terdapat hubungan antara verbal abuse orang tua dengan perilaku bullying
B. Saran
1. Bagi Sekolah
dan bahan masukan kepada pihak sekolah dalam hal pengawasan sekolah
72
agar tidak terjadi tindak kekerasan dalam bentuk apapun itu seperti fisik,
2. Bagi Responden
abuse dan perilaku bullying pada anak usia sekolah sehingga orang tua
bullying pada siswa, yaitu faktor lingkungan sekolah, teman sebaya, dan
73
74
DAFTAR PUSTAKA
75
Eunike, S., & Kusnadi, H. (2020). Relationship between attachment styles and
tendency of agression among school bullies in Jakarta. Diunduh pada 29
September 2011 dari http://www.inter-diciplinary.net
Febriyani, Y. A., & Indrawati, E. S. (2017). Konformitas Teman Sebaya Dan
Perilaku Bullying Pada Siswa Kelas XI Ips. Empati, 5(1),138-143
Fithria., & Aulia, R. (2016). Faktor- Faktor Yang Berhubungan dengan Perilaku
Bullying. Idea Nursing Journal, 7(3), 2087-2879
Fithriyana, R. (2017). Hubungan Bullying Dengan Lingkungan, Sosial Ekonomi
Dan Prestasi Pada Siswa Sdn 006 Langgini. Jurnal Basicedu, 1(1), 89-95.
Hadijah, H., Tafwidhah, Y., & Fauzan, S. (2018). Verbal Abuse Orangtua
Terhadap Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah: Literatur
Review. Tanjungpura Journal Of Nursing Practice And Education, 2(2).
76
Herlina (2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Verbal Abuse
Orang Tua Pada Anak Di Dusun Kuwon Sidomulyo. Jurnal Psikologi. 2
(12), 33-64.
Hidayanti. (2019). Bullying pada Anak: Analisis dan Alternatif Solusi. INSAN .14
(1), 13-15.
Huraerah,(2018). Kekerasan Terhadap Anak. Bandung: Penerbit Nuasa Cendikia.
Hymel, Nickerson, & Swearer (2015). “Four Decades Of Research On School
Bullying”: An Introduction.American Psychologist. 70(4), 293-299.
Igram, J, R., & Pachin, J, W., Huebener, B, M., Byunum, T, S. (2-15). Parents,
Friend And Serious Delinquency An Axamination Of Direct and Indirect
Effects Among At-Risk Early Adolecents. Criminal Justice Review. 31(2),
45-56.
Iin, A., Khusnul, A., & Rista, A. 2017. “Pengalaman Verbal abuse oleh Keluarga
pada Anak Usia Sekolah Di Kota Semarang”. Jurnal Keperawatan
Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing). 12(1), 12-20.
Indika (2017). Hubungan Pengetahuan Orang Tua Dengan Perilaku Kekerasan
Verbal Pada Anak Di Tk Aba Tegalrejo. Jurnal Kesehatan. 14(2) 20-22.
Indrayati, N., & Ph, L. (2019). Gambaran Verbal Abuse Orangtua Pada Anak Usia
Sekolah Undang-Undang Undang-Undang Terhadap Anak Yang Berakibat
Para Ahli Psikolog. Jurnal Ilmu Keperawatan Anak, 2(1), 9-18.
77
Khoirunnisa, A., & Ratnaningsih, I. Z. (2017). Optimisme Dan Kesejahteraan
Psikologis Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro. Jurnal Empati, 5(1), 1-4.
KPPAI (2021). “Bank Data Perlindungan Anak”.. Diakses dari :
bankdata.kpai.go.id pada tanggal 15 Januari 2022.
Kurniadarmi (2020). Perilaku Agresif Pada Anak Usia Sekolah Dan Remaja Awal
(Penelitian Kualitatif Dengan 8 Orang Subjek Penelitian). Tesis.
Kusumawati (2017). Kepemimpinan Dalam Perspektif Gender: Jurnal
Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya.
Landa, Martos & Zafra (2018). The Importance Of Emotional Intelligence And
Cognitive Style In Institutionalized Older Adults' Quality Of Life. The
Journal Of General Psychology, 145(2), 120-133.
Lestari (2016). Verbal Abuse. Yogyakarta: Psikosain.
Lestari, S. P., Royhanaty, I., & Amah, E. S. L. (2018). Hubungan Perilaku Verbal
Abuse Orang Tua Dengan Perilaku Bullying Pada Anak Usia Sekolah.
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah Stikes Kendal, 8(1), 63–66.
Lestari, S.P.,Royhanaty, I., & Amah, E.S.L.(2018). “Hubungan Perilaku Verbal
Abuse Orang Tua Dengan Perilaku Bullying Pada Anak Usia Sekolah”.
Jurnal Ilmiah Permas : Jurnal Ilmiah STIKES Kendal.8(1), 63-66.
Mahmud, B. (2019). Kekerasan Verbal Pada Anak. 12(2), 689–694.
Mahmudi (2018). Child Abuse Kekerasan Pada Anak Dalam Perspektif
Pendidikan Islam. Skripsi. Uin Raden Intan Lampung.
Maknun, L. (2017). Kekerasan Terhadap Anak Yang Dilakukan Oleh Orang Tua
(Child Abuse). Muallimuna: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, 3(1), 76-89.
Malfasari, E., Febtrina, R., Herniyanti, R., Timur, L. B., Sekaki, P., Tim, L. B.,
Kota, P., & Pekanbaru, K. (2020). Kondisi Mental Emosonal Pada
Remaja. 8(3), 241– 246.
Mamesah, A., Rompas, S., & Katuuk, M. (2018). Hubungan Verbal Abuse Orang
Tua Dengan Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia Sekolah Di Sd
Inpres Tempok Kecamatan Tompaso. Jurnal Keperawatan, 6(2).
Maulidia, R, F. (2018). Hubungan Peranan Keluarga Dengan Kenakalan Remaja
Pada Siswa Kelas XI SMA 1 Tupang. Skripsi. Fakultas Psikologi.
Universitas Islam Maulana Malik Ibrohim.
Margareta, T. S., & Jaya, M. P. S. (2020). Kekerasan Pada Anak Usia Dini (Study
Kasus Pada Anak Umur 6-7 Tahun Di Kertapati). Wahana Didaktika:
Jurnal Ilmu Kependidikan, 18(2), 171-180.
78
Mcilveen, P., & Perera, H. N. (2016). Career Optimism Mediates The Effect Of
Personality On Teachers’ Career Engagement. Journal Of Career
Assessment, 24(4), 623-636.
Mien, M. (2017). Hubungan Antara Verbal Abuse Orang Tua Dengan Kehilangan
Motivasi Berprestasi Pada Anak Di Sdn 1 Kulisusu Utara. Terapeutik
Jurnal: Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Dan Kedokteran
Komunitas, 3(02), 53-60.
Mishra (2015). Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Orang Tua Melakukan
verbal Abuse Pada Anak Usia Sekolah 6-12 Tahun Di Kabupaten Garut.
Skripsi. Jkm 3(2), 12-34.
Mulyati. (2021). Hubungan Tingkat Harga Diri Dengan Perilaku Bullying Pada
Anak Usia Sekolah Kelas Iv Dan V Di Sd Negeri Bumijo Yogyakarta.
Skripsi.
Munawari. (2018). Hubungan Verbal Abuse dengan Perkembangan Kognitif pada
Anak Usia Prasekolah di RW 04 Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Depok.
Jakarta: Skrpsi. Jakarta. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Program Studi
Keperawatan: Universitas Pembangunan Nasionan “Veteran”
79
Penza, K.M, C.Heim And C.B. Nemeroff, (2018) Neurobiological Effect
Childhood Abuse; Implications For The Pathophysiology Of Depression
And Anxiety, Journal Article. Archives Of Women’s Mental. Health.
Departement Of Psychatry Ang Behavioral Sciences, Emory University
School Of Medicine Atlanta, Usa.
Potter, P., & Perry, A. (2016). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses And
Practice (7. Vol.3). Jakarta: Egc.
Prasetyo (2017). Bullying Di Sekolah Dan Dampaknya Bagi Masa Depan
Anak. El-Tarbawi. 4(1), 19-26.
Prasetyo (2017). Bullying di Sekolah dan Dampaknya bagi Masa Depan Anak.
Jurnal Pendidikan Islam. 1(4), 12
Pratama (2016) Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Bullying.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Medan. 1(1), 1-6.
Prawitasari (2020). Psikologi Klinis: Pengantar Terapan Mikro & Makro. Jakarta:
Erlangga.
Provis, S. A. (2012). Bullying (1950- 2010): The Bully And The Bullie.
Disesertation.School Of Education.
Puluhulawa, E. (2018). Hubungan Bullying Dengan Prestasi Belajar Siswa Smp
Negeri 6 Kota Gorontalo. Skripsi. Program Sarjana Universitas Negeri
Gorontalo.
Puspitasari, R., Hastuti, D., & Herawati, T. (2020). Pengaruh Pola Asuh Disiplin
Dan Pola Asuh Spiritual Ibu Terhadap Karakter Anak Usia Sekolah Dasar.
Jurnal Pendidikan Karakter,1(2), 208–218.
Qalbi, N., & Ibrahim, I. (2021). Senioritas Dan Perilaku Kekerasan Di Kalangan
Mahasiswa (Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Makassar). Societies: Journal Of Social Sciences And
Humanities, 1(1), 65-78.
Qodar, N. (2015). Survei ICRW : 84% Anak Indonesia Alami Kekerasan
Disekolah. Liputan 6.Com . Diakses Pada 15 Januari 2022.
Rachmawati (2018). Hubungan Antara Iklim Sekolah Dengan Kecenderungan
Perilaku Bullying.
80
Ramadhanti (2017). Hubungan Peran Kelompok Teman Sebaya Pada Perilaku
Bullying Pada Remaja Di Smp Muhammadiyah 2 Gamping Sleman
Yogyakarta (Skripsi), Universitas Aisyiyah, Yogyakarta.
Republika Online. (2016). Aduan Bullying Tertinggi.
www.google.co.id/amp/m.republika.co.id/amp_version/ndh4sp. Diakses
Pada 15 Januari 2022.
Riauskina, Indira, I., Djuwita, R., & Soesetio, S., R. (2020). “Gencetgencetan” Di
Mata Siswa/Siswi Kelas 1 Sma: Naskah Kognitif Tentang Arti, Skenario,
Dan Dampak “GencetGencetan”. Jurnal Psikologi Sosial/Jps, 12(1), 2-13.
81
Sugara, E., & Hidayati, R. W. (2019). Hubungan Verbal Abuse Orang Tua
Dengan Perilaku Bullying Pada Remaja Smp Negeri 2 Gamping Sleman
Yogyakarta (Doctoral Dissertation, Universitas Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta).
Sugara, E.,& Hidayati., R. W.(2019) Hubungan Verbal Abuse Orang Tua Dengan
Perilaku Bullying Pada Remaja SMP Negeri 2 Gamping Sleman Yogyakarta.
Sugiyanto. (2020). Gender Dalam Pendidikan Anak Usia Sd. Jurnal Pendidikan
Uny 12(1): 6-7.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D). Bandung: CV. Alfabeta.
Sutikno, R.B. (2018). The Power For HR And Company Development. Jakarta:
Gramedia Pustaka.
82
Tambusai, F. (2018). Studi Identifikasi Faktor-Faktor Orang Tua Melakukan
Verbal abuse pada Anak Di SMP Negeri 1 Babalapan Pangkalan Berandan.
Skripsi. Program Sarjana Universitas Medan Area. Medan.
Tatik Utami. (2017). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhdap Perilaku Verbal
Abuse Pada Anak Usia Sekolah di SDN Sawah Besar 01. Semarang.
Telaumbanua & Sulastri. 2017. Hubungan Antara Verbal abuse Orangtua dengan
Perilaku Agresif Anak Usia Sekolah di SD Negeri 060891 Medan.Skripsi.
Program Sarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.
83
Wibowo (2020). Kekerasan Verbal (Verbal Abuse) Di Era Digital Sebagai
Faktor.
Wicaksono (2016). Identifikasi Perilaku Menganggu Pada Siswa Man I
Magelang. Skripsi. Yogyakarta: Bk Fip Uny.
Wirawan,(2016). Tumbuh Kembang Anak Hipotiroid Kongenital yang Diterapi
dini dengan Levo-tiroksin dan Dosis Awal Tinggi. Sari Pediatri, 15(2), 69–
74.
Wiyani (2016). Save Our Children From School Bullying. AR-RUZZ MEDIA:
Jogjakarta.
Wong, J. P. (2017). Bullying in the Countryside : Prevalence , Factors and
Coping Mechanism. 4(1), 97–105.
Yusuf (2018). Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Anak: Optimalisasi Peran
Pendidik dalam Perspektif Hukum. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan. STKIP Andi Matappa Pangkep, 1(2), 158-173.
Yusup, H., & Perdani, L, F. (2019). Faktor Potensi Kekerasan Orang Tua
Terhadap Anak: Studi Kasus Di Kelurahan Cibeber Selatan Kota Cimahi.
Jurnal Ilmu Kesejahtraan Sosial. 12(2). 67-74
Zadriana, D., Mulyatina, M., & Desreza, N. (2021). Hubungan Kekerasan Verbal
Orang Tua Dengan Kepercayaan Diri Siswa Di Smp Negeri 1 Setia
Kabupaten Aceh Barat Daya. Jurnal Aceh Medika, 5(2), 130-135.
Zakiyah, E. Z., Humaedi, S., & Santoso, M. B. (2017). Faktor yang
mempengaruhi remaja dalam melakukan bullying. Prosiding Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat, 4(2), 57-90.
84
Lampiran 1. Lembar Permohonan Menjadi Responden
NIM : 841418020
dengan judul “ Hubungan verbal abuse orang tua terhadap perilaku bullying pada
anak usia sekolah di SDN 16 Limboto Barat‘’. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan verbal abuse orang tua terhadap perilaku
bullying pada anak usia sekolah di SDN 16 Limboto Barat. Diharapkan saudara
dapat berpartisipasi dalam pengisian kuisioner ini. Data dan informasi yang telah
85
diperoleh dari Responden akan dijaga dan akan digunakan untuk kepentingan
penelitian
Peneliti
Iin N. Uno
86
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden
(INFORMED CONSENT)
Setelah saya membaca dan memahami isi dan penjelasan pada lembar
permohonan menjadi responden, maka saya bersedia turut berpartisipasi sebagai
responden dalam penelitian ini, saya yang bertanda tangan diibawah ini :
Nama :
Umur :
Kelas :
Saya mengerti bahwa data yang diperoleh akan dijaga kerahasiannya dan
hanya untuk kepentingan penelitia, sehingga saya bersedia menjadi responden
dalam penelitian ini.
Responden
( )
87
Lampiran 3. Kuisioner Penelitian
KUISIONER PENELITIAN
HUBUNGAN VERBAL ABUSE ORANG TUA TERHADAP PERILAKU
BULLYING PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 16 LIMBOTO
BARAT
1. TANGGAL KUNJUNGAN :
2. NAMA RESPONDEN :
88
KUISIONER VERBAL ABUSE ORANG TUA
A. Data Demografi
a. Nama :
b. Kelas :
c. Umur :
4. >3,5 juta/bulan
B. Petunjuk Pengisian
Keterangan :
89
TS :Tidak setuju, jika dilakukan hanya 1 kali dalam 3 bulan terakhir
STS : Sangat tidak setuju, jika tidak pernah dilakukan
PERTANYAAN
No Tidak sayang dan dingin SS S TS STS
1 Saya merasa orang tua tidak acuh
terhadap saya
2 Orang tua saya jarang membiarkan
saya berusaha sendirian
3 Saya sulit untuk bercerita dengan orang
tua
4 Orang tua saya selalu berusaha setiap
hari meluangkan waktu untuk saya
5 Saya merasa takut ketika berbicara
kepada orang tua
6 Saya selalu menceritakan kegiatan saya
kepada orang tua
Intimidasi
7 Orang tua saya sering memberi
ancaman dan memukul ketika saya
mendapatkan nilai jelek
8 Orang tua saya selalu memberi nasihat
dan support ketika saya gagal dalam
ujian sekolah
9 Orang tua saya selalu berkata kasar
10 Orang tua saya selalu memberikan
kata-kata motivasi dan dorongan positif
11 Saya sering merasa terancam ketika
berada dirumah
12 Saya selalu bahagia ketika dirumah
karna ingin berjumpa dengan orang tua
Mengecilkan atau mempermalukan
13 Saya sering dibentak oleh orang tua
saya dengan kutukan dan makian
14 Orang tua selalu menasihati saya
dengan kata-kata motivasi dan kalimat
positif
90
15 Kemampuan saya sering diremehkan
oleh orangtua
16 Orang tua selalu menyemangati dan
memberi support kepada saya
17 Keputusan saya sering dianggap salah
oleh orang tua saya
18 Orang tua sering berdiskusi dengan
saya dan mencoba mendengarkan
pendapat saya
19 Orang tua saya sering merendahkan
saya
20 Saya selalu mendengar kalimat
dorongan positif dari orang tua saya
Mencela
21 Beberapa kali disalahkan meskipun
bukan kesalahan saya sepenuhnya
22 Orang tua selalu membela jika saya
tidak salah
23 Orang tua selalu mencari kesalahan
saya
Menolak
91
KUESIONERPERILAKU BULLYING
tanda √.
Keterangan jawaban :
92
6 Saya selalu berkata kasar pada adik
kelas yang berbuat kesalahan sebelum
saya memaafkannya
7 Saya senang mengejek teman saya yang
lemah dari saya
8 Ada kepuasan tersendiri jika saya
mengejek teman yang mempunyai
kekurangan
9 Saya suka memberi nama ejekan kepada
siswa lain
10 Saya senang memperolok siswa lain
11 Saya menjadikan teman yang tidak saya
sukai sebagai bahan gurauan saya
12 Saya dan teman-teman suka
menertawakan kebodohan teman yang
aneh
13 Saya mencaci maki adik kelas atau
teman yang berbuat kesalah kepada
saya
14 Saya suka mengancam adik kelas
dengan kata-kata yang membuatnya
takut
15 Saya menggertak adik kelas agar ia
menghormati saya
16 Saya tidak akan meneriaki teman yang
berbuat sakah kepada saya
17 Saya tidak pernah memberi nama
ejekan pada teman-teman saya
18 Bagi saya tidak ada gunanya mencaci
maki orang jika dia salah
19 Saya senang berteman dengan siapa saja
walaupun dia adik kelas
20 Saya tidak suka menggertak adik kelas
21 Saya tidak akan mengancam teman
yang telah melecehkan saya
Bullying psikologi
22 Saya suka memprovokasi teman-teman
untuk memberikan pandangan sadis jika
bertemu dengan adik kelas yang tidak
disukai
23 Saya akan selalu menteror adik kelas
yang sombong disekolah
24 Saya tidak akan mengucilkan teman
yang berbuat salah kepada saya
93
25 Saya senang menjahili adik kelas
94
2. Uji Reliabilitas Verbal Abuse
95
3 Uji Validitas Bullying
96
97
98
99
4 Uji ReliabilitasBullying
100
Lampiran 5. Surat Observasi Awal
101
102
Lampiran 6. Master Tabel Penelitian
NO NAMA KELAS SPSS UMUR SPSS JK SPS PENDAPATAN ORANG TUA SPSS PENDIDIKAN ORANG TUA SPSS VERBAL ABUSE ORANG
(THN) (PERBULAN) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 MRK 4 1 9 1 P 2 <1,5 JUTA 1 SD 2 2 4 2 2 2 4 3 4 4 4 1 4 4 4 3 4 3 33
2 DA 4 1 9 1 P 2 <1,5 JUTA 1 TIDAK SEKOLAH 1 4 4 2 3 2 3 3 3 4 2 1 3 3 4 3 4 3 22
3 DLPYG 4 1 10 2 P 2 <1,5 JUTA 1 SMA 4 4 4 2 2 1 3 3 4 4 4 3 3 2 4 3 4 3 42
4 APSA 4 1 9 1 P 2 1,5 JUTA - < 2,5 JUTA 2 SMA 4 3 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 41
5 MYS 4 1 9 1 P 2 <1,5 JUTA 1 SD 2 3 4 1 3 1 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 31
6 ARYU 4 1 10 2 L 1 1,5 JUTA - < 2,5 JUTA 2 SMA 4 4 3 2 3 4 4 3 2 4 4 4 3 4 4 4 2 4 24
7 MD 4 1 11 3 L 1 <1,5 JUTA 1 SD 2 3 2 3 2 4 4 4 4 3 3 3 1 4 2 4 3 3 34
8 SA 4 1 9 1 P 2 <1,5 JUTA 1 SD 2 1 4 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 24
9 HZI 4 1 9 1 L 1 <1,5 JUTA 1 SMA 4 2 2 3 2 3 2 4 4 3 2 1 3 2 1 4 4 3 34
10 YJ 4 1 12 4 L 1 <1,5 JUTA 1 SD 1 3 3 2 3 2 3 4 4 2 1 3 2 3 3 2 3 4 34
11 AT 4 1 11 3 P 2 <1,5 JUTA 1 SD 1 3 2 2 2 3 4 3 3 3 3 1 1 1 3 4 1 3 24
101
NO NAMA KELAS SPSS UMUR SPSS JK SPS PENDAPATAN ORANG TUA SPSS PENDIDIKAN ORANG TUA SPSS VERBAL ABUSE ORANG TU
(THN) (PERBULAN) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 MRK 4 1 9 1 P 2 <1,5 JUTA 1 SD 2 2 4 2 2 2 4 3 4 4 4 1 4 4 4 3 4 3 33
2 DA 4 1 9 1 P 2 <1,5 JUTA 1 TIDAK SEKOLAH 1 4 4 2 3 2 3 3 3 4 2 1 3 3 4 3 4 3 22
3 DLPYG 4 1 10 2 P 2 <1,5 JUTA 1 SMA 4 4 4 2 2 1 3 3 4 4 4 3 3 2 4 3 4 3 42
4 APSA 4 1 9 1 P 2 1,5 JUTA - < 2,5 JUTA 2 SMA 4 3 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 41
5 MYS 4 1 9 1 P 2 <1,5 JUTA 1 SD 2 3 4 1 3 1 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 31
6 ARYU 4 1 10 2 L 1 1,5 JUTA - < 2,5 JUTA 2 SMA 4 4 3 2 3 4 4 3 2 4 4 4 3 4 4 4 2 4 24
7 MD 4 1 11 3 L 1 <1,5 JUTA 1 SD 2 3 2 3 2 4 4 4 4 3 3 3 1 4 2 4 3 3 34
8 SA 4 1 9 1 P 2 <1,5 JUTA 1 SD 2 1 4 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 24
9 HZI 4 1 9 1 L 1 <1,5 JUTA 1 SMA 4 2 2 3 2 3 2 4 4 3 2 1 3 2 1 4 4 3 34
10 YJ 4 1 12 4 L 1 <1,5 JUTA 1 SD 1 3 3 2 3 2 3 4 4 2 1 3 2 3 3 2 3 4 34
11 AT 4 1 11 3 P 2 <1,5 JUTA 1 SD 1 3 2 2 2 3 4 3 3 3 3 1 1 1 3 4 1 3 24
102
NO NAMA KELAS SPSS UMUR SPSS JK SPS PENDAPATAN ORANG TUA SPSS PENDIDIKAN ORANG TUA SPSS VERBAL ABUSE ORANG TUA
(THN) (PERBULAN) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 MRK 4 1 9 1 P 2 <1,5 JUTA 1 SD 2 2 4 2 2 2 4 3 4 4 4 1 4 4 4 3 4 3 33
2 DA 4 1 9 1 P 2 <1,5 JUTA 1 TIDAK SEKOLAH 1 4 4 2 3 2 3 3 3 4 2 1 3 3 4 3 4 3 22
3 DLPYG 4 1 10 2 P 2 <1,5 JUTA 1 SMA 4 4 4 2 2 1 3 3 4 4 4 3 3 2 4 3 4 3 42
4 APSA 4 1 9 1 P 2 1,5 JUTA - < 2,5 JUTA 2 SMA 4 3 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 41
5 MYS 4 1 9 1 P 2 <1,5 JUTA 1 SD 2 3 4 1 3 1 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 31
6 ARYU 4 1 10 2 L 1 1,5 JUTA - < 2,5 JUTA 2 SMA 4 4 3 2 3 4 4 3 2 4 4 4 3 4 4 4 2 4 24
7 MD 4 1 11 3 L 1 <1,5 JUTA 1 SD 2 3 2 3 2 4 4 4 4 3 3 3 1 4 2 4 3 3 34
Keterangan :
Verbal Abuse Orang Tua Tinggi = Koding 3 Perilaku Bullying Anak Usia Sekolah Tinggi = Koding 3
Verbal Abuse Orang Tua Sedang = Koding 2 Perilaku Bullying Anak Usia Sekolah Sedang = Koding 2
Verbal Abuse Orang Tua Rendah = Koding 1 Perilaku Bullying Anak Usia Sekolah Rendah = Koding 1
103
Lampiran 7. Output SPSS
KELAS
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
UMUR
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
JENIS KELAMIN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
104
PENDAPATAN ORANG TUA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
105
PERILAKU BULLYING SISWA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
106
VERBAL ABUSE ORANG TUA * PERILAKU BULLYING SISWA Crosstabulation
SEDANG Count 14 40 1 55
TINGGI Count 2 4 2 8
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 67
107
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 67
Normal Parameters a
Mean .0000000
Std. Deviation .50073012
Most Extreme Differences Absolute .353
Positive .244
Negative -.353
Kolmogorov-Smirnov Z 2.891
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
108
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian
1. Dokumentasi Kelas 6
Menjelaskan maksud dan tujuan melakukan penelitian
109
Penandatangan lembar persetujuan responden (Informed consent) dan
pengisian lembar kuesioner yang telah dibagikan kepada siswa
110
2. Dokumentasi Kelas 5
Foto bersama guru yang mendampingi saat penelitian, sekaligus
menjelaskan maksud dan tujuan melakukan penelitian
111
Penandatangan lembar persetujuan responden (Informed consent) dan
pengisian lembar kuesioner yang telah dibagikan kepada siswa
112
3. Dokumentasi Kelas 4
113
Penandatangan lembar persetujuan responden (Informed consent) dan
pengisian lembar kuesioner yang telah dibagikan kepada siswa
114
Lampiran 9. Surat Rekomendasi Penelitian
115
116
117