terdiri dari 61 kasus anak yang bahkan sering di panggil anak bodoh
dibagi 41 kasus seksual dan 20 kasus di tengah keramaian. Berdasarkan
fisik serta untuk kasus perempuan hasil pengamatan peneliti, orang tua
sebanyak 8 kasus yang berupa kasus biasa membanding-bandingkan anak
seksual (Dinas P2TP2A, 2021). mereka dengan anak lain yang
Verbal abuse menjadi hal yang memiliki kelebihan dari segi prestasi,
perlu mendapatkan perhatian orang tua sering merendahkan anak
dikarenakan penganiayaan secara mereka tanpa memperdulikan
emosional dengan cara kekerasan perasaan anak mereka yang disebut
verbal akan menyebabkan gangguan bodoh, pemalas bahkan tidak
emosi pada anak. Anak akan berguna. Hal ini biasa terjadi jika
mengalami perkembangan konsep anak melakukan kesalahan, selain itu
diri yang kurang baik, hubungan juga karena faktor lingkungan. Orang
sosialnya dengan lingkungannya tua yang tinggal di lingkungan yang
akan bermasalah dan membuat anak biasa memperlakukan anak dengan
lebih agresif serta menjadikan orang kasar sehingga mereka menganggap
dewasa sebagai musuhnya. Anak membentak, memukuli dan berkata
akan menarik diri dari kasar pada anak merupakan hal yang
lingkungannya, lebih senang biasa bahkan sudah membudaya.
menyendiri dan juga akan Adapun terkait perilaku bullying,
mengalami kesulitan belajar, baik di dari 10 siswa didapatkan pengakuan
rumah maupun di sekolah (Wirawan, bahwa, mereka pernah menghina
2016). teman, membentak hingga
Penelitian yang dilakukan oleh mengancam adik kelas, bahkan
Amah, dkk, (2018) menunjukan sering berkelahi dengan teman
bahwa terdapat hubungan antara karena hal-hal yang sepele.
perilaku verbal abuse orang tua Berdasarkan uraian diatas, maka
dengan perilaku bullying pada anak peneliti tertarik untuk meneliti
usia sekolah di Desa Jatiharjo tentang “Hubungan verbal abuse
Kecamatan Pulokulon Kabupaten orang tua dengan perilaku bullying
Grobogan. Verbal abuse orang tua pada anak usia sekolah di SDN 16
sangat berpengaruh pada perilaku Limboto Barat’’.
bullying anak karena verbal abuse 2. METODE PENELITIAN
orang tua dapat memperberat 2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
perilaku bullying anak. Orang tua Lokasi penelitian ini dilakukan
mempunyai peran dalam di SDN 16 Limboto Barat pada bulan
pembentukan perilaku anak terutama Maret 2022.
pada munculnya perilaku bullying. 2.2. Desain Penelitian
Berdasarkan hasil survei awal Penelitian ini merupakan
yang dilakukan oleh peneliti pada 19 penelitian menggunakan desain
Januari 2022 kepada 10 siswa siswi cross sectional untuk mengetahui
di SDN 16 Limboto Barat didapatkan apakah ada hubungan verbal abuse
pernyataaan bahwa mereka sering orang tua dengan perilaku bullying
mendengar kata-kata kasar dari pada anak usia sekolah di SDN 16
orang tua, dipukuli bila membantah Limboto Barat.
1. Tinggi 8 11.9
2. Sedang 55 82.1
3. Rendah 4 6.0
Total 67 100
Sumber : Data Primer, 2022
senang menjahili adk kelas, dan senang dari pernyataan responden yang suka
mempermalukan anak yang bodoh di mengucilkan teman yang berbuat salah
depan umum. Dari hasil penelitian 44 dan suka memfitnah teman. Bentuk
responden perilaku bullying kategori perilaku bullying selanjutnya yaitu
sedang didapatkan bahwa mayoritas bullying fisik. Perilaku bullying fisik
responden memiliki umur 11 tahun merupakan bentuk bullying yang paling
yaitu sebanyak 16 responden. Menurut jelas, hal ini terjadi ketika anak
(Fatimatuzzahro, Suseno, & Irwanto, menggunakan tindakan fisik untuk
2017) Usia anak sekolah pada rentang mendapatkan kekuatan dan kendali
10-12 tahun merupakan usia anak pada terhadap korban dari perilaku bullying
masa pra-remaja, dimana merupakan tersebut. Perilaku bullying fisik paling
masa peralihan dari masa anak-anak mudah diidentifikasi karena termasuk
menuju tahapan sebelum dewasa. tindakan yang jelas dan nyata, dan
Secara kognitif, usia pra-remaja pada perilaku bullying ini paling mudah
tahap ini sudah mulai mengalami dilaporkan ke pihak sekolah sehingga
peningkatan minat intelektual, mereka mendapat lebih banyak perhatian dari
juga memiliki pemikiran yang konkrit, sekolah dibandingkan dengan perilaku
seperti mulai mencari kebenaran dari bullying verbal dan bullying psikologi.
suatu hal, baik atau buruk. Selain itu Sejalan dengan hasil penelitian
pada usia pra-remaja timbul sifat keras yang dilakukan oleh (Wong, J.P, 2017)
kepala, anak mulai membantah dan tentang Bullying in the Countryside :
menentang orang lain sehingga muncul Prevalence, Factors, and Coping
perilaku negatif anak seperti Mechanism ditemukan bahwa bullying
melakukan perilaku bullying pada verbal menjadi salah satu jenis
orang lain. Perilaku bullying yang bullying yang paling sering terjadi pada
dilakukan bisa berbentuk kekerasan siswa.
fisik, verbal, maupun psikologis. Berdasarkan hasil penelitian
Berdasarkan hasil penelitian di responden yang berada pada kategori
dapatkan bahwa mayoritas responden perilaku bullying anak usia sekolah
melakukan perilaku bullying verbal. rendah yaitu sebanyak 20 responden
Menurut Coloroso (2017) Salah satu (29.9%). Hal ini di dapatkan dari
jenis perilaku bullying yaitu bullying pernyataan responden berupa tidak
verbal yang berupa bentuk penindasan akan menggunakan kekerasan pada
yang paling umum digunakan baik oleh teman saat sedang bertengkar, tidak
anak perempuan maupun anak laki- akan meneriaki teman yang berbuat
laki. Bullying verbal merupakan salah dan selalu bersikap ramah pada
bullying yang dilakukan secara teman. Perkelahian antar siswa adalah
langsung, yang meliputi perilaku suatu bentuk perkelahian fisik antar
seperti, memanggil dengan siswa secara bersama-sama.
panggilan/julukan yang buruk, Perkelahian antar siswa merupakan
mengejek, menggoda, maupun tindakan yang negatif, karena di
mengancam. sekolah manapun tidak pernah
Bentuk perilaku bullying diajarkan bahwa perkelahian
berikutnya adalah bullying psikologi, merupakan suatu yang baik. Salah satu
perilaku bullying psikologi di dapatkan tugas seorang siswa di sekolah adalah
siswa serta terciptanya sekolah yang satu faktor lingkungan sosial yang
aman dan nyaman akan mereduksi dan menyebabkan berkurangnya tindakan
meminimalisir terjadinya perilaku bullying adalah ekonomi. Mereka yang
bullying pada siswa. Menurut asumsi hidup dalam perekonomian yang
peneliti apabila pihak sekolah selalu terbilang cukup tidak perlu melakukan
memperhatikan perilaku bullying yang banyak hal demi memenuhi kebutuhan
dilakukan siswa-siswi dan pihak hidupnya, sehingga di lingkungan
sekolah selalu memberikan edukasi sekolah akan jarang terjadi tindakan
terhadap perilaku negatif tersebut, bullying seperti pemalakan antar
maka kejadian bullying di dalam siswanya.
lingkungan sekolah tersebut semakin Sejalan dengan hasil penelitian
berkurang. yang dilakukan oleh Fithriyana (2017)
Adapun dari 8 responden (11,9%) menyatakan bahwa terdapat hubungan
verbal abuse orang tua tinggi, masih yang signifikan antara bullying dengan
terdapat 4 responden (6.0%) memiliki lingkungan sosial ekonomi pada siswa
perilaku bullying siswa sedang, hal ini SDN 006 Langgini. Dimana pelaku
berkaitan dengan lingkungan sosial. bullying merupakan siswa yang
Berdasarkan hasil wawancara yang memiliki kekuatan baik secara fisik
telah dilakukan pada beberapa orang ataupun sosial yang lebih dibandingkan
siswa di SDN 16 Limboto Barat, teman yang lain, memiliki tempramen
didapatkan bahwa siswa yang memiliki tinggi, dan rasa empati yang rendah
perekonomian yang terbilang cukup dan juga kebanyakan dari korban
mereka selalu diberikan uang saku bullying tunduk kepada perintah pelaku
yang cukup bahkan lebih dari orang dan tidak berani melapor kepada guru.
tua, dan juga beberapa siswa Menurut asumsi peneliti salah satu
menyatakan biasanya uang saku saat faktor yang menyebabkan
pulang dari sekolah masih tersisa berkurangnya perilaku bullying pada
sehingga uang tersebut ikut dibawa anak usia sekolah yaitu kondisi
bersama uang saku yang diberikan lingkungan sosial, apabila anak yang
orang tua saat akan berangkat ke hidup dalam perekonomian yang
sekolah, selain itu beberapa siswa terbilang cukup, mereka tidak perlu
memilki orang tua yang bekerja melakukan banyak hal demi memenuhi
disekolah sehingga gampang kebutuhan hidupnya.
memperoleh uang saku tambahan, Berdasarkan hasil penelitian yang
selanjutnya siswa menyatakan jika dilakukan pada siswa di SDN 16
memerlukan uang saku tambahan Limboto Barat ditemukan bahwa dari
mereka takut meminjam bahkan 55 responden (82.1%) dengan verbal
meminta kepada teman, mereka lebih abuse orang tua sedang, 14 (20.9%)
memilih pulang kerumah di jam diantaranya masuk dalam kategori
istirahat karena rumah yang sangat perilaku bullying anak usia sekolah
berdekatan dengan sekolah. rendah, hal ini berhubungan dengan
Menurut Zakiyah, Humaedi & teman sebaya. Berdasarkan hasil
Santoso (2017), kondisi lingkungan wawancara yang telah dilakukan
sosial dapat pula menjadi penyebab kepada siswa didapatkan pernyataan
menurunnya perilaku bullying. Salah bahwa mereka yang berteman dengan