Anda di halaman 1dari 9

Analisis Tindak Kekerasan Verbal Pada Anak Dalam Keluarga dan Peran Orangtua Serta

Solusinya
Oleh : Istiqomatul Maulidah
E-mail ; istiqomatulmaulidah46281@gmail.com

ABSTRAK
Kekerasan anak sering diasumsikan terkait perlakuan salah terhadap anak atau child abuse. Di
Indonesia kekerasan pada anak menjadi isu yang global, dari hal tersebut tentu memberi
perhatian khusus dan serius terhadap masalah kekerasan ini. Tindakan kekerasan yang merujuk
pada anak tentu mengakibatkan hal yang paling berdampak negatif bagi anak dalam hidupnya
seperti tidak terkendalinya emosional, gangguan mental dan juga trauma yang mendasar pada
anak yang menjadi focus utama dalam hal penanganan masalah ini. Jumlah kasus kekerasan pada
anak di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pelaku kekerasan anak justru terjadi
dilakukan oleh orang terdekat dan yang sangat dipercaya dalam kehidupannya seperti dalam
keluarga; ayah, ibu, naupun saudara kaudungnya. Dan di lingkungan luar seperti guru dan juga
teman-temannya.
Kekerasan verbal menimbulkan dampak yang sangat serius tidak kalah berpengaruh negative
dari kekerasan fisik. Kekerasan verbal mengakibatkan pada kesehatan mental seorang anak dari
cara pikir, kesehatan emosional yang berakibat pada psikis anak itu sendiri. Sebagian orang tua
berkata bahwa kekerasan pada anak hanya kekerasan berbentuk fisik saja seperti memukul,
mencubit, dan melempar dengan benda, namun pada kenyataannya kekerasan fisik hampir selalu
disertai dengan kekerasan verbal seperti membentak, memojokkan/menyudutkan dan
mengabaikan anak.
Dalam konteks perlindungan hak asasi manusia, sebagai manusia, anak juga memiliki hak yang
sama. Upaya pencegahan atau penanggulangan berbagai perilaku dan kekerasan yang dialami
dan anak sudah mendapat perhatian serius dan pengobatan. Oleh karena itu, pendekatan dalam
menangani permasalahan tersebut harus terintegrasi (terpadu), dimana selain pendekatan hukum
juga harus mempertimbangkan non-hukum pendekatan yang justru menjadi penyebab kekerasan.
Kata Kunci: kekerasan, kekerasan anak, kekerasan verbal, dan budaya.

A. Latar Belakang
Anak merupakan asset bangsa, yakni, UU No 35 tahun 2014 tentang
generasi penerus bangsa, dan juga anak Perlindungan Anak. Kasus kekerasan
merupakan investasi keluarga, terhadap anak-anak di Indonesia beberapa
bagaimanapun kondisinya menjadi harapan tahun ini meningkat dengan sangat tajam
bagi masa depan. Setiap anak berhak dan menjadi isu global, maka dari itu
mendapat perlindungan dimata hukum diperlukan perhatian dan penanganan khusus
terhadap masalah kekerasan anak bagi eksploitasi ekonomi, perdagangan anak
semua pihak. Orang tua yang diharapkan untuk eksploitasi seksual komersial serta
dapat berperan sebagai “guru” justru kasus-kasus perebutan anak.2
memberikan kekerasan terhadap anak yang
Kekerasan pada anak sering
berdampak negatif pada fisik maupun psikis
diasumsikan dengan istilah child abuse atau
bahkan membuat anaknya meninggal.
seluruh tindakan yang dapat merugikan anak
Isu hukum anak merupakan yang seperti kesehatan mental, emosional, fisik
paling tinggi ekspos-nya dibandingkan dan lain sebagainya. Anak seharusnya diberi
dengan isu-isu lainnya dalam satu tahun kasih sayang oleh orang tuanya. Tidak
terakhir. Pemberitaan soal perlindungan memandang anak itu cacat atau kekurangan
anak memperoleh perhatian yang cukup yang menyebabkan dan menimbukan tindak
besar dalam agenda pemberitaan di media kekerasan padanya. Anak juga seharusnya
online, yakni sebanyak 20.010 berita. Dalam diperhatikan selayaknya anak-anak lain
bidang sosial, pemberitaan media massa seusianya. Dalam hal ini peran orang tua dan
juga menyoroti kasus masalah penelantaran pola asuh orang tua terhadap anak harus
anak, yang eksposenya mencapai 3.676 benar-benar menjadi hal yang utama dan
berita. Dalam pemberitaan, hampir selalu perlu dibimbing ketika anak melakukan
disebutkan bahwa pelaku tindak kekerasan kesalahan.
terbukti atau diduga melanggar UU No 35
Dalam usianya anak-anak wajar
tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.1
melakukan kenakalan, namun tidak
Fakta kekerasan terhadap anak yang seharusnya anak dimarahi dan dimaki ketika
terus meningkat menjadi ironis karena mereka melakukan suatu kesalahan atau
seiring dengan pemberlakuan UU yang baru apapun. Justru anak akan merasa dirinya
hasil perubahan atas UU No 23 Tahun 2002 sangat disayang ketika para orang tua
justru kasus dan pemberitaan mengenai memeberikan kasih sayang dan perhatian
kekerasan anak terus meningkat. Data yang penuh seperti meninabobokan, membelai,
berhasil dihimpun, baik oleh Komisi memberikan penghargaan atau hadih, dan
Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) lain-lain.
atau Komisi Perlindungan Anak Indonesia
Kementrian Kesehatan Republik
(KPAI) menunjukkan peningkatan jumlah
Indonesia menyatakan sebesar 62% atau
kasus kekerasan yang melibatkan anak.
setara dengan 39 juta anak di Indonesia
Berdasarkan data dan laporan Komnas PA,
mengalami kekerasan verbal dari orang tua
dalam empat tahun terakhir (2010 hingga
selama pandemi. Data Komisi Perlindungan
2014) sebanyak 21.689.797 kasus kekerasan
Anak Indonesia (KPAI) turut menunjukkan
yang terjadi di 34 provinsi dan 179
lonjakan jumlah kasus kekerasan verbal
kabupaten/ kota. Sebanyak 42 hingga 58
pada anak yang semula berjumlah berjumlah
persen dari pelanggaran hak anak tersebut
32 kasus pada tahun 2019 bertambah
merupakan kejahatan seksual, selebihnya
menjadi 119 kasus pada tahun 2020. Padahal
kekerasan fisik, penelantaran, penculikan,
kekerasan verbal memberikan dampak yang
1
serius bagi mental anak. Penelitian yang
Rabiah Al Adawiah, “Upaya Pencegahan Kekerasan
Terhadap Anak”, Jurnal Keamanan Nasional, Vol. 1(2),
2
2015, hlm. 280 Ibid., hlm 280
dilakukan Anastasia, Hafizh Tri Wahyu Kekerasan verbal yang terjadi pada
Muhammad, Devi Tri Alviani, dan Ike anak merujuk pada tindakan yang dilakukan
Herdiana (2021), menyebutkan bahwa orang dewasa yang tidak memiliki tanggung
terdapat beberapa bentuk kekerasan verbal jawab atas perbuatan yang dilakukannya, hal
yang mewarnai pengasuhan orangtua selama tersebut berakibat pada mental atau psikis
pandemi, yakni ancaman, hinaan, intimidasi, anak itu sendiri yakni perasaan yang selalu
nada bicara yang ditinggikan, omelan dihinggapi dengan rasa takut.
berlebihan, dan diremehkan. kekerasan
Menurut Huda, Duta Anak Kota
verbal dapat memengaruhi perkembangan
Cilegon 2021 sekaligus Putera Pendidikan
psikologis anak, mengakibatkan kesulitan
Provinsi Banten 2021 mengungkapkan
belajar, gangguan emosi, munculnya konsep
bahwa kekerasan pada anak adalah suatu
diri yang rendah, agresivitas, lemahnya
tindakan berupa tindakan verbal dan non
hubungan sosial, dan bahkan dapat berujung
verbal yang menyakiti anak-anak yang
pada bunuh diri. Hasil penelitian Anastasia,
berusia dibawah 18 tahun, di indonesia
dkk juga memberikan hasil yang sangat
sendiri masih banyak terjadi kekerasan pada
bermakna yang mengungkapkan kondisi
anak, namun forum anak, bersama dengan
psikologis dan capaian perkembangan
dinas pemberdayaan perempuan,
kognitif anak korban kekerasan verbal dari
perlindungan anak, dan kependudukan selalu
orang tua, khususnya selama pandemi di saat
bersinergi untuk mengurangi tingkat
kekerasan verbal semakin intensif terjadi.
tindakan kekerasan pada anak dan
Temuan penelitian Anastasia,dkk, mengenai
perempuan di Indonesia.
dampak psikologis kekerasan verbal pada
anak dikelompokkan menjadi tiga, yaitu Kekerasan verbal adalah kekerasan
gangguan proses belajar, gangguan emosi, terhadap perasaan menggunakan kata-kata
dan gangguan perilaku. Anak ditemukan dengan kata-kata yang kasar tanpa
mengalami gangguan proses belajar berupa menyentuh fisiknya. Kata-kata yang
lemah dalam berhitung dan kesulitan memfitnah, kata-kata yang mengancam,
berkonsentrasi. Mereka mengalami menakutkan, menghina, atau membesar-
gangguan emosi, yang ditandai dengan anak besarkan kesalahan orang lain (Sutikno,
menjadi lebih sensitif, mudah menangis, dan 2010).4
memori pengalaman kekerasan verbal yang
selalu muncul. Mereka juga mengalami Kementrian Kesehatan Republik
gangguan perilaku, yang terlihat dari Indonesia menyatakan sebesar 62% atau
menurunnya tingkat kepercayaan diri anak. setara dengan 39 juta anak di Indonesia
Selain memengaruhi psikologis anak, mengalami kekerasan verbal dari orang tua
kekerasan verbal yang dialami dapat selama pandemi. Data Komisi Perlindungan
memengaruhi kognitif anak.3 Anak Indonesia (KPAI) turut menunjukkan
lonjakan jumlah kasus kekerasan verbal
pada anak yang semula berjumlah berjumlah
32 kasus pada tahun 2019 bertambah
menjadi 119 kasus pada tahun 2020. Padahal
B. Pembahasan 4
Annora Mentari Putri, Agus Santoso, “Persepsi Orangtua
3
[ CITATION Ana211 \l 1033 ], diakses pada 24 Nov 21 Tentang Kekerasan Verbal Pada Anak”, Jurnal Nursing
jam 21.10 bisa diakses pada laman http://news.unair.ac.id/ Studies,Vol. 1(1),2012, Hlm. 27
kekerasan verbal memberikan dampak yang mereka ingin membuat anak-anak mereka
serius bagi mental anak. Penelitian yang menjadi lebih rajin, disiplin dan menjadi
dilakukan Anastasia, Hafizh Tri Wahyu anak-anak yang baik, namun Banyak pola
Muhammad, Devi Tri Alviani, dan Ike asuh yang secara sadar atau tidak sadar
Herdiana (2021), menyebutkan bahwa menempatkan orang tua sebagai sosok yang
terdapat beberapa bentuk kekerasan verbal otoriter, pembuat peraturan tunggal,
yang mewarnai pengasuhan orangtua selama mengancam, menghukum bila anak
pandemi, yakni ancaman, hinaan, intimidasi, melakukan kesalahan. Akibatnya menjadi
nada bicara yang ditinggikan, omelan anak takut, segan atau tidak berani bercerita
berlebihan, dan diremehkan.5 terbuka terhadap apa yang diinginkan atau
dialaminya7
Pada kenyataannya kekerasan fisik
biasanya selalu berdampingan tindakannya Kematangan emosional orang tua
dengan kekerasan verbal seperti membentak, sangatlah mempengaruhi keadaan
memaki dan penelantaran anak. Dari perkembangan anak. Keadaan dan
sebagian orang tua berpendapat bahwa kematangan emosional orang tua
dampak kekerasan verbal tidak terlalu serius mempengaruhi serta menentukan taraf
jika dibandingkan dengan kekerasan fisik. pemuasan kebutuhan-kebutuhan psikologis
Orang tua menyebutkan bahwa kekerasan yang penting pada anak bagi kehidupannya
pada anak hanya kekerasan berupa fisik saja dalam keluarga. Taraf pemuasan kebutuhan
seperti memukul, menjewer dan melempar psikologis itu akan pula mempengaruhi dan
dengan benda. Kenyataannya, kekerasan menentukan proses pendewasaan anak
fisik hampir selalu disertai dengan kekerasan tersebut. Emosi orang tua yang telah
verbal seperti membentak, meneriaki dan mencapai kedewasaan yaitu yang telah
ketakutan anak. Biasanya orang tua mencapai kematangan akan menyebabkan
melakukan kekerasan pada anak karena anak perkembangan yang sehat pada anak-anak
melakukan kenakalan yang mengakibatkan mereka. Sebaliknya, emosi orang tua yang
emosi tersebut tidak terkontrol dan belum mencapai taraf kedewasaan yang
melakukan tindakan kekerasan verbal. Hal sungguh-sungguh yaitu orang tua yang
yang berdampak pada anak adalah pada secara emosional belum stabil akan
kondisi emosional dan psikis. Jika anak menimbulkan kesukaran-kesukaran dalam
tidak mendapatkan pengasuhan yang baik usaha anak-anak itu untuk mendewasakan
selama masa tumbuh kembangnya, maka diri secara emosional atau membebaskan
anak tidak dapat tumbuh dan berkembang dirinya secara emosional dari orang tua.
dengan optimal sehingga lahirlah penerus Ketidakmatangan emosional orang tua
bangsa yang cacat baik fisik, mental, mengakibatkan perlakuan-perlakuan orang
intelektual, sosial maupun spiritual.6 tua yang kurang terhadap anak-anak,
misalnya sangat menguasai anak secara
Semua kekerasan tersebut
otokratis dan memperlakukan anak dengan
disebabkan oleh keinginan orang tua agar
keras. Kalau orang tua bereaksi terhadap
5
[ CITATION Ana211 \l 1033 ], diakses pada 24 Nov 21 emosi negatif anak dengan emosi negatif
jam 21.10 bisa diakses pada laman http://news.unair.ac.id/
6
pula, tidak akan membuat anak merasa aman
Thathit Manon Andini, DKK., “Identifikasi Kejadian
Kekerasan pada Anak di Kota Malang”, Jurnal Perempuan
7
dan Anak (JPA), Vol. 2(1), Februari 2019, Hlm. 14 Ibid., hlm. 14
untuk mengekspresikan emosinya. Emosi faktor pencetus terjadinya kekerasan
orang tua yang kuat membuat anak takut terhadap anak diantaranya adalah akibat
sehingga mereka menjadi tidak peka orang tua terbiasa menerima perlakuan
terhadap perasaan-perasaannya karena perlakuan sejak kecil (sehingga cenderung
baginya tidak aman mengekspresikan meniru pola asuh yang telah mereka
perasaannya itu. Menciptakan kesempatan dapatkan sebelumnya), masalah relasi
yang aman bagi anak-anak untuk suamiistri, orangtua kurang mampu
mengekspresikan dan merasakan mengendalikan emosi , orangtua kurang
kemarahan, kesedihan, ketakutan memahami aspek perkembangan anak,
menghubungkan kembali anak-anak dengan kurangnya dukungan sosial, anak mengalami
kebutuhan dasar dalam diri mereka akan cacat tubuh, anak yang tidak diharapkan
cinta orang tua.8 (hamil diluar nikah), dan kelahiran anak
yang hampir merenggut nyawa ibunya
Hal yang Melatar Belakangi Terjadinya
sehingga diyakini sebagai anak
Faktor Kekerasan Verbal
pembawasial.11
Kekerasan yang terjadi di lingkungan
Faktor orang tua melakukan tindakan
keluarga sering terjadi karena
kekerasan verbal adalah karena faktor anak.
ketidakharmonisan keluarga seperti tingkat
Tiga dari empat partisipan mengatakan
stres yang tinggi, kurangnya komunikasi,
bahwa karakterisitik anak usia 3 sampai 6
kurangnya pengetahuan tentang pengasuh
tahun adalah sukan meniru. Hal ini sesuai
yang baik, tidak mendengarkan keinginan
dengan teori Santrock yang menjelaskan di
anak sehingga memposisikan anak harus
dalam bukunya bahwa kemampuan anak
"nurut" dengan orang tua sehingga orang tua
pada usia 3 sampai 4 tahun dalam
sering mengatasnamakan "kekerasan"
memperhatikan stimulus meningkat secara
sebagai usaha untuk "mendidik",
dramatis. Anak pada usia ini lebih
menjadikan anak sebagai makhluk yang
memperhatikan sesuatu yang mencolok dan
lebih rendah dan bukan makhluk yang
kemudian akan menirunya (Santrock, 2011).
memiliki hak dan kehendak.9
Faktor yang kedua adalah dari dalam
Hal serupa dikemukakan pula oleh
diri orang tua tersebut. Keempat partisipan
Manalu bahwa terjadinya tindak kekerasan
mengatakan sebab mereka melakukan
terhadap anak disebabkan karena faktor
kekerasan verbal pada anak salah satunya
orangtua dan faktor dari anak itu sendiri
adalah karena karakter orang tua tersebut,
(dianggap oleh orangtua sebagai penyebab
orang tua yang memiliki karakter keras
mereka melakukan tindak kekerasan).10
sehingga dengan mudah melakukan
Penelitian Nugroho sebagaimana kekerasan verbal pada anak. Karakter orang
dikutip oleh Purnianti menjelaskan bahwa tua yang seperti itu adalah bentukan dari
orang tua sebelumnya, cara mendidik dan
8
Lianny Solihin, “Tindakan kekerasan pada anak dalam membimbing anak sangat mempengaruhi
keluarga”, Jurnal Pendidikan Penabur, - No.03 / Th.III / pembentukan karakter.
Desember 2004, hlm. 136
9
Uswatun Hasanah, Santoso Tri Raharjo, “Penanganan 11
Purnianti (Ed.). Arti dan lingkup masalah perlindungan
Kekerasan AAnak Berbasis Masyarakat”, social work anak (Jakarta: Jurusan Kriminologi FISIP-UI dan Pusat
Jurnal, vol. 6(1), hlm. 82 Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum UI, 199),hlm.
10
Op.cit., Rabiah Al Adawiah, hlm. 182 41
Kekerasan verbal yang terjadi pada a. Orang tua harus selalu belajar dan
anak juga dikarenakan karakter yang mengupdate ilmu parenting.
dimiliki orang tua sesuai dengan teori yang b. Orang tua harus belajar menerima
dikemukakan penelitian terdahulu yang taqdir/kenyataan hidup, memaafkan
disusun oleh Munawati bahwa semua masa lalu dan optimis pada masa
tindakan kepada anak, direkam dalam alam depan
bawah sadar mereka dan dibawa sampai c. Membuat link-community untuk
masa dewasa. Anak yang mendapatkan terus saling menggali dan
perilaku kejam dari orang tuanya menjadi memperdalam ilmu pengasuhan anak
agresif dan setelah menjadi orang tua akan yang baik
memiliki karakter sama dengan yang orang d. Mencintai anak sepenuhnya,
tua didikan (Munawati, 2011). mendukung, melindungi, menjadi
sahabat bagi anak.
Partisipan mengatakan bahwa
Adapun peran pemerintah dalam
mereka melakukan kekerasan verbal
menekan terjadinya kasus kekerasan
bermaksud baik pada anak, yaitu agar anak
terhadap anak adalah sebagai berikut:
berpikir bahwa yang dilakukannya adalah
a. Memberikan penyuluhan bagi
salah. Hal ini sesuai teori yang dikemukakan
pasangan suami istri yang akan
oleh Ericson bahwa perkembangan anak usia
menikah tentang pentingnya ilmu
antara 3 dan 4 tahun adalah anak mulai
komunikasi dengan pasangan dan
mengembangkan inisiatif pada saat mencoba
edukasi tentang ilmu parenting.
hal-hal baru (Potter, 2005).
b. Menindak tegas pelaku kekerasan
Dampak jangka panjang yang terjadi terhadap anak melalui jalur hukum.
dari kekerasan verbal pada anak adalah Hukum bagi pelaku Child Abuse di
menimbulkan rantai kekerasan pada Indonesia Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang
keluarga. Hasil tersebut sesuai dengan hasil Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
penelitian terkait yang sudah dilakukan oleh Anak (“UU Perlindungan Anak”)
Munawati, yaitu akibat lain dalam jangka sebagaimana yang telah diubah oleh
panjang yaitu anak yang mendapatkan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014
kekerasan verbal dapat melakukan hal yang tentang Perubahan Atas Undang-Undang
sama kelak kemudian hari terhadap anak- Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
anaknya saat mereka menjadi orang tua. Hal Anak.14
ini terjadi karena esensinya anak-anak Secara umum perlindungan terhadap
merupakan peniru ulung (Munawati, 2011)12 anak dibagi menjadi dua yakni perlindungan
yang bersifat yuridis dan perlindunga yang
Peran orang tua dan Pemerintah bersifat nonyuridis. Perlindungan yang
Orang tua sebagai orang yang paling mermiliki sifat yuridis merupakan sebuah
bertanggung jawab terhadap anaknya harus perlindungan yang mencakup semua
melakukan beberapa hal berikut untuk peraturan hukum yang dapat mengatur
menghindari tindakan child abuse, yaitu:13 kehidupan anak tersebut. Sedangkan,
perlindungan dengan sifat nonyuridis
12
Loc.cit., Annora Mentari Putri, Agus Santoso, hlm. 27
13
Lu'luil Maknun, “Kekerasan terhadap Anak yang Madrasah Ibtidaiyah, Vol. 3(1), Oktober 2017, hlm. 76
14
dilakukan oleh Orang Tua (Child Abuse)”, Jurnal Ibid. Lu'luil Maknun, hal. 77
meliputi bidang kesehatan, bidang anak pembawasial.16 Slain itu
pendidikan dan bidang sosial.15 ketidakharmonisan keluarga seperti tingkat
stres yang tinggi, kurangnya komunikasi,
C. Penutup Kesimpulan
dan kurangnya pengetahuan tentang
Kekerasan anak sering diasumsikan pengasuh yang baik merupakan faktor yang
terkait perlakuan salah terhadap anak atau menyebabkan tindak kekerasan pada anak.
child abuse. Tindakan kekerasan yang
Menurut penelitian Anastasia pada
merujuk pada anak tentu mengakibatkan hal
laman news unair menyatakan bahwa
yang paling berdampak negatif bagi anak
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
dalam hidupnya, hal itu dapat memengaruhi
menyatakan sebesar 62% atau setara dengan
perkembangan psikologis dan kognitif anak,
39 juta anak di Indonesia mengalami
yang mengakibatkan kesulitan belajar,
kekerasan verbal dari orang tua selama
gangguan emosional, munculnya konsep diri
pandemi. Data Komisi Perlindungan Anak
yang rendah, agresivitas, lemahnya
Indonesia (KPAI) turut menunjukkan
hubungan sosial, dan perasaan yang selalu
lonjakan jumlah kasus kekerasan verbal
dhinggapi dengan rasa takut. Anak berhak
pada anak yang semula berjumlah 32 kasus
mendapat perlindungan dimata hukum
pada tahun 2019 bertambah menjadi 119
yakni, UU No 35 tahun 2014 tentang
kasus pada tahun 2020. Padahal kekerasan
Perlindungan Anak.
verbal memberikan dampak yang serius bagi
Kekerasan terhadap anak-anak di mental anak.
Indonesia beberapa tahun ini meningkat
Di indonesia sendiri masih banyak
dengan sangat tajam dan menjadi isu global,
terjadi kekerasan pada anak, namun forum
maka dari itu diperlukan perhatian dan
anak, bersama dengan dinas pemberdayaan
penanganan khusus terhadap masalah
perempuan, perlindungan anak, dan
kekerasan anak bagi semua pihak.
kependudukan selalu bersinergi untuk
Kekerasan verbal yang terjadi di lingkungan
mengurangi tingkat tindakan kekerasan pada
keluarga disebabkan karena beberapa faktor
anak dan perempuan di Indonesia.
dari orangtua, dan juga anak itu sendiri.
Faktor orang tua melakukan tindakan
kekerasan verbal adalah karakter orangtua
yang keras dalam mendidik dan
membimbing anak, masalah relasi Saran
suamiistri, ketidakmatangan emosional
orangtua, orangtua kurang memahami aspek Kekerasan pada anak sering
perkembangan anak, kurangnya dukungan diasumsikan dengan istilah child abuse atau
sosial, anak mengalami cacat tubuh, anak seluruh tindakan yang dapat merugikan anak
yang tidak diharapkan (hamil diluar nikah), seperti kesehatan mental, emosional, fisik
dan kelahiran anak yang hampir merenggut dan lain sebagainya. Anak seharusnya diberi
nyawa ibunya sehingga diyakini sebagai kasih sayang oleh orang tuanya. Tidak
memandang anak itu cacat atau kekurangan
15
Alycia Sandra Dina Andhini, Ridwan Arifin, “Analisis yang menyebabkan dan menimbukan tindak
Perlindungan Hukum Terhadap Tindak Kekerasan pada kekerasan padanya. Anak juga seharusnya
Anak di Indonesia”, Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 3(1),Juni
16
2019. Hlm 49 Loc.cit., Purnianti (Ed.). hlm. 41
diperhatikan selayaknya anak-anak lain
seusianya. Dalam hal ini peran orang tua dan
pola asuh orang tua terhadap anak harus
benar-benar menjadi hal yang utama dan
perlu dibimbing ketika anak melakukan
kesalahan.
Dalam usianya anak-anak wajar
melakukan kenakalan, namun tidak
seharusnya anak dimarahi dan dimaki ketika
mereka melakukan suatu kesalahan atau
apapun. Justru anak akan merasa dirinya
sangat disayang ketika para orang tua
memeberikan kasih sayang dan perhatian
penuh yang ditujukkan khusus kepada sang
buah hati. Orangtua juga harus saling
menggali dan memperdalam ilmu
pengasuhan anak yang baik. Mencintai anak
sepenuhnya, mendukung, melindungi,
menjadi sahabat bagi anak.

DAFTAR PUSTAKA
Al Adawiah, R. (2015). Upaya pencegahan kekerasan terhadap anak. Jurnal Keamanan
Nasional , 1 (2), 279-296.
Putri, AM, & Santoso, A. (2012). Persepsi orang tua tentang kekerasan verbal pada anak. Jurnal
Keperawatan Diponegoro , 1 (1), 22-29.
Andini, T. M. (2019). Identifikasi kejadian kekerasan pada anak di Kota Malang. Jurnal
Perempuan dan Anak, 2(1), 13-28.
Suharto, E. (2015). Kekerasan terhadap anak respon pekerjaan sosial. Jurnal Kawistara, 5(1).
Maknun, L. L. (2017). Kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh orang tua (child
abuse). Muallimuna, 3(1), 66-77.
Hasanah, U., & Raharjo, ST (2016). Penanganan kekerasan anak berbasis masyarakat. Bagikan:
Jurnal Pekerjaan Sosial , 6 (1).
Andhini¹, A. S. D., & Arifin, R. (2019). Analisis Perlindungan Hukum Terhadap Tindak
Kekerasan pada Anak di Indonesia.
Solihin, L. (2004). Tindakan pada Kekerasan anak dalam keluarga. Jurnal Pendidikan
Penabur , 3 (3), 133.
Sartomo, Suwarniyati. (1999). Metode prevensi perlakuan salah dan penelantaran anak. Dalam
Purnianti (Ed.). Arti dan lingkup masalah perlindungan anak (h. 101-104). Jakarta:
Jurusan Kriminologi FISIP-UI

Anda mungkin juga menyukai