CHILD ABUSE
NIP : 198602032010122003
FAKULTAS PSIKOLOGI
2017
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur saya kehadirat Allah SWT karena hanya dengan ridho-Nya saya
diberikan kesempatan untuk menyelesaikan artikel ini. Tidak lupa pula salawat
beriring salam kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari
zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang sekarang ini. Tulisan ini
Artikel ini secara singkat berisi mengenai definisi kekerasan pada anak (child
namun penulis berharap artikel ini dapat memberikan informasi bagi pembaca.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
A. Pendahuluan ..................................................................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 .................................................................................................................. 2
iii
KEKERASAN PADA ANAK
A. Pendahuluan
Tindakan kekerasan sering kali diterima oleh anak, tanpa sedikitpun anak
dapat memberla diri. Tindakan kekerasan kekerasan pada anak merupakan dasar
adalah keluarga, tetangga dan teman. Banyak sekali pelaku kekerasan pada anak
adalah orang tua, sehingga sering sekalu tidak terjangkau hukum karena orang tu
beranggapan bahwa ia adalah pihak yang paling berhak terhadap anak (Manik,
1999).
Sampai saat ini kasus kekerasan pada anak masih kurang mendapat
perhatian. Hal ini dikarenakan selain data dan laporan tentang kasus ini sedikit, juga
karena kasus ini sering kali sering kali masih terbalut oleh kebiasaan masyarakat
yang meletakkan masalah ini sebagai masalah intern keluarga, dan karena tidak
bahwa rendahnya kasus kekerasan pada anak yang diketahui publik salah satunya
yang dialami anak-anak tidak direkam oleh aparat sebagai suatu tindakan pidana.
1
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan (Setiawan,
2015), kekerasan pada anak selalu meningkat setiap tahunnya. KPAI mencatat
terjadi pengingakat signifikan antara tahun 2011 sampai 2014. Hasil monitoring
pertahun.
penganiyaan, penyiksaan, atau perlakukan yang salah. Pada kamus berjudul The
Social Work Dictionary, abuse didefinisikan sebagai perilaku tidak layak yang
mengakibatkan kerugian atau bahaya secara fisik, psikologis, atau finansial, baik
Pada awalnya istilah child abuse dan neglect berasal dan mulai dikenal dari
duani kedokteran. Sekitar tahun 1946, Caffey seorang radiologis melaporkan kasus
cedera yang berupa gejala-gejala klinik seperti patah tulang panjang yang majemuk
2
(multiple fractures) pada anak-anak atau bayi disertai pendarahan subdural tanpa
semakin menarik publik ketika Henry Kempe menulis masalah ini di Journal of the
American Medical Association, dan melaporkan bahwa dari 71 rumah sakit yang ia
teliti ternyata terjadi 302 kasus tindakan kekerasan terhadap anak-anak, dimana 33
kerugian atau bahaya terhadap anak-anak secara fisik maupun emosional. Istilah
child abuse meliputi berbagai macam bentuk tingkah laku, dari tindakan ancaman
fisik secara langsung oleh orang rua atau orang dewasa lainnya sampai kepada
tindakan kekerasan berobjek pada anak atau tidak. Pada sistem hukum Negara
perdata dan pidana menentukan seseorang yang masih digolongkan anak atau tidak
dengan menggunakan standar umur, sedangkan dalam hukum adapt dan hukum
3
• KUHP Perdata
kecuali anak itu sudah kawin sebelum berumur 21 tahun (dalam Manik, 1999).
• KUHP pidana
Anak adalah mereka ysng belum mencapai usia 16 tahun. UU No.1 tahun
1974 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa anak yang belum berumur 21 tahun
dan belum pernah kawin berada dibawah kekuasaan orang tua atau walinya.
kriteria seseorang disebut anak adalah mereka yang belum mencapai usia 21 tahun
melakukan reproduksi atau haid pada anak perempuan dan sudah pernah mimpi
basah pada anak laki-laki. Hukum adat menyatakan bahwa seseorang dikatakan
sendiri, dan dapat atau cakap untuk melakukan apa yang diisyaratkan dalam hukum
4
D. Klasifikasi Kekerasan Anak
macam yaitu:
• Emotional abuse
keinginan anaknya untuk meminta perhatian namun orang tua tidak memberikan
apa yang diinginkan anak tetapi justru mengabaikannya. Anak akan mengingat
semua kekerasan emosinal tersebut jika hal itu terjadi secara konsisten.
• Verbal abuse
Verbal abuse lahir sebagai akibat dari bentakan, makian orang tua terhadap
anak..Ketika anak meminta sesuatu, orang tua tudak memberikan tetapi membentak
anak. Saat anak mengajak orang tua berbicara, orang tua tidak menanggapinya
justru menghardik dengan membentak. Anak akan mengingat kekerasan jenis ini
• Physical abuse
Physical abuse adalah kekerasan yang terjadi pada saat anak menerima
pukulan dari orang tua. Kekerasan jenis ini akan diingat anak apalagi akibat
• Sexual abuse
5
Suharto (dalam Huraerah, 2007) mengelompokkan child abuse dalam 4
kelompok yaitu:
yang meninmbulkan luka-luka fisik atau kematian pada anak. Bentuk luka dapat
berbentuk lecet atau memar akibat sentuhan atau kekerasan benda tumpul, seperti
bekas gigitan, cubitab, ikat pinggang atau rotan. Dapat pula berupa luka bakar
akibat bensin panas, atau berpola akibat sundutan rokok atau setrika. Lokasi luka
biasanya ditemukan pada daerah paha, lengan, mulut, pipi, dada, perut, punggung
atau daerah bokong. Terjadinya kekerasan terhadap anak secara fisik biasanya
dipicu oleh tingkah laku anak yang tidak disukai oleh orang tuanya, seperti anak
yang nakal atau rewel, menangis terus, minta jajan, buang air, kencing atau muntah
kata kasar dan kotor, memperlihatkan buku, gambar, dan film porno kepada
6
perilaku maladaptif, seperti menarik diri, pemalu, menangis jika didekati,
antara anak dengan orang yang lebih besar (melalui kata, sentuhan, gambar visual,
Kekerasan pada anak secara sosial dapat mencakup penelantaran anak dan
eksploitasi anak. Penelantaran anak adalah sikap adan perlakuan orang tua yang
tidak memberikan perhatian yang layak terhadao proses tumbuh kembang anak.
Misalnya, anak yang dikucilkan, diasingkan dari keluarga, atau tidak diberikan
demi kepentingan ekonomi, sosial atau politik tanpa memperhatikan hak-hak anak
untuk mendapat perlindungan sesuai dengan perkembangan fisik, psikis dan status
membahayakan dengan upah rendah dan tanpa perlatan pelindung yang memadai,
anak yang dipaksa untuk angkat senjata, atau dipaksa melakukan pekerjaan rumah
7
E. Pelaku Kekerasan pada anak
Menurut KPAI (Setiawan, 2015), pelaku kekerasan pada anak bisa dibagi
menjadi tiga.
• Pertama, orang tua, keluarga, atau orang yang dekat di lingkungan rumah.
lingkungan masyarakat jumlahnya termasuk rendah yaitu 17,9 persen. Hal ini
rumah dan sekolah. Artinya pelaku kekerasan pada anak justru lebih banyak berasal
8
• Faktor ekonomi, kemiskinan yang dihadapi sebuah keluarga seringkali
kekerasan.
dengan orang tua yang kurang harmonis. Seorang ayah akan sanggup
upaya pelepasan rasa jengkel dan marah kepada istri. Sikap orang tua yang
orang tua yang memiliki anak yang bermasalah seperti cacat fisik atau cacat
tersebut dan tidak jarang orang tua menjadi kecewa dan merasa frustasi.
dirasakan anak-anak terutama ketika orang tua menikah lagi dan anak harus
dirawar oleh ibu atau ayah tiri. Dalam banyak kasus tindakan kekerasan
tua anak. belum lagi jika melibatkan pihak keluarga dari pasangan tersebut.
9
perlakukan diskriminatif, tersisih atau disisihkan oleh keluarga bahkan
harus menerima perlakuan yang tidak adil dan bentuk kekerasan lainnya.
depresi atau stres. Secara tipologi ciri-ciri psikologis yang menandai situasi
tersebut antara lain: adanya perasaan rendah diri, harapan terhadap anak
Pada sebuah model yang disebut ”The abusive Environment Model”, Ismail
(dalam Suyanto & Hariyadi, 2002) menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya
10
o Adanya proses kehamilan atau kelahiran yang sulit
Kekerasan dan pelanggaran pada anak juga dapat dikarenakan orang tua si
anak, yaitu:
sewaktu kecil
11
• Aspek lingkungan sosial
anak, yaitu:
materialistis
tuanya
o Dan sebagainya
memar yang tampak secara fisik juga terlihat menunjukkan dampak pada perilaku
• Menarik diri
• Ketakutan
12
• Menunjukkan gejala depresi
• Kecemasan
• Phobia
• Gangguan trauma
bunuh diri.
13
H. Contoh Kasus
Kasus 1
teman dari MD, tersangka kasus penganiayaan terhadap bayi J (11 bulan), anak
kandungnya sendiri.
sempat muncul dalam video kekerasan yang dilakukan MD itu. Dari hasil
tersebut.
"Orang yang ada di video sudah kami periksa, HP-nya digunakan untuk merekam,"
kekerasan tersebut.
Proses merekam aksi kekerasan tidak dilakukan sekali dalam sehari, tetapi
dilakukan beberapa kali. Dari hasil pemeriksaan, beberapa video juga telah dihapus
14
"Tidak terjadi satu kali, tapi beberapa kali. Baru tiga video yang ada tapi beberapa
dikirim ke ayah biologis dari J yaitu Otmar Daniel Adelsberger yang berada di
dilakukan pendalaman.
"Untuk M sedang kami dalami, dia sangat kooperatif memberikan keterangan," kata
Mahendra.
Kasus 2
Berikut merupakan kasus kekerasan pada anak yang cukup menyita perhatian
dari rumah. Berita menghilangnya anak ini sempat viral dibeberapa media sosial
anak keberadaan anak tersebut. Akhirnya mayat anak tersebut ditemukan terkubur
15
Rentetan Kasus Pembunuhan Angeline hingga Vonis Pengadilan
Hasan Kurniawan
Denpasar.
Semasa Hidup
Angeline merupakan putri dari pasangan Rosidik dan Hamidah. Dia diadopsi oleh
Saat Angeline lahir, penghasilan Rosidik waktu itu hanya Rp30 ribu perhari. Warga
Banyuwangi ini hanya bekerja sebagai kuli. Sementara biaya bersalin Hamidah saat
Ketika dalam kondisi sulit itulah orangtua Angeline diperkenalkan oleh Margareta
melalui tetangga kosnya. Saat itu, Margareta berjanji akan menjaga, serta merawat
Badung, dia mengaku diajak ke notaris membuat perjanjian hitam di atas putih.
16
Bersama Margareta
Selama di rumah Margareta, Angeline diperlakukan seperti budak kecil. Dia harus
Sebelum selesai memberi makan ayam, Angeline dilarang makan dan berangkat
sekolah. Kegiatan ini dilakukan Angeline setiap hari sebelum berangkat sekolah.
Bahkan, ketika makanan dan minuman ayam kurang Angeline selalu diteriaki dan
dimarahi oleh Margareta. Dengan nada menghina tanpa belas kasihan, Margareta
Tidak jarang, Angeline menjadi korban penganiayaan Margareta jika telat memberi
makan ayam. Pernah suatu ketika ada anak ayam Margareta yang hilang satu ekor
Kesal anak ayamnya hilang, Margareta lalu memukuli Angeline. Margareta juga
kerap menjambak rambut Angeline yang panjang. Tindakan kasar ini diterima
Wali Kelas II SDN 12 Sanur Putu Sri Wijayanti mengatakan, setiap hari Angeline
terlihat kusut, pakaiannya kotor, rambutnya berantakan dan bau kotoran ayam.
"Ya, saya pernah cuci rambutnya dia. Waktu itu anaknya kotor banget, mulai dari
rambut, telingga, dan lehernya itu berkerak semuanya," terang Sri, saat ditemui
wartawan.
17
Dia juga mengaku sering melihat luka lebam pada tubuh Angeline. Pernah suatu
perhatian kepada anaknya. Namun begitu, dia tidak menanyakan sebabnya karena
takut.
Angeline Hilang
Sebelum ditemukan tewas dibunuh ibu angkatnya sendiri, Angeline (8) dikabarkan
Saat menghilang, bocah cilik berparas cantik ini mengenakan daster panjang warna
biru muda, sandal jepit warna kuning, rambut dikuncir dan berbadan kurus.
Namun saat wartawan mengonfirmasi hal ini kepada Kapolsek Denpasar Selatan
Ditemukan Tewas
tertuju kepada pencarian bocah malang ini. Petugas kepolisian pun didesak untuk
18
Upaya petugas akhirnya membuahkan hasil. Angeline ditemukan pada Rabu 10
Juni 2015. Saat ditemukan, Angeline sudah tidak bernyawa. Mayatnya ternyata
terkubur bersama boneka berbie di rumah Margareta, Jalan Sedap Malam, Sanur,
Denpasar.
Mayat Angeline ditemukan oleh Tim Gabungan Polda Bali yang terdiri dari Polsek
Denpasar Timur dan Polresta Denpasar di belakang kandang ayam, tepatnya dekat
19
DAFTAR PUSTAKA
Gamar, R. (2017). Ibu Kandung Aniaya Bayi J, Sahabat Bantu Rekam dengan
Ponsel. Kompas.com. Dikutip dari
http://regional.kompas.com/read/2017/08/03/18125661/ibu-kandung-
aniaya-bayi-j-sahabat-bantu-rekam-dengan-ponsel.
Hurairah, Abu. (2007). Child abuse (kekerasan terhadap anak): edisi revisi.
Bandung: Penerbit Nuansa
Manik, S.Z. (editor). (1999). Kekerasan terhadap anak dalam wacana dan realita.
Medan: Pusat Kajian Dan Perlindungan Anak.
Suyanto, Bagong., & Hariyadi, S.S. (2002). Krisis & child abuse: kajian sosiologis
tentang kasus pelanggaran hak anak dan anak-anak yang membutuhkan
perlindungan khsusus (child in need of special protection). Surabaya:
Penerbit Airlangga University Press
20
Pembunuhan Sadis
dikabarkan hilang dan diculik, ternyata tewas dihabisi oleh Margareta, ibu
angkatnya sendiri.
Menurut polisi yang mengangkat jenazah Angeline, pada lehernya ditemukan luka
goresan-goresan bekas jeratan. Diduga, Angeline dijerat dengan tali. Polisi juga
menemukan banyak luka memar di tubuh siswi kelas II SDN 12 Sanur itu.
Tidak hanya itu, kepala Angeline juga dibenturkan ke lantai dan tembok. Benturan
keras inilah yang diduga menyebabkan Angeline meninggal dunia. Setelah tewas,
Pelaku Pembunuhan
Saat pembunuhan terjadi, Agus baru satu minggu bekerja dengan Margareta.
Penetapan tersangka ini baru diketahui pada Rabu 10 Juni 2015. Dalam
Agus membunuh Angeline pada adegan ke-7 dengan cara membenturkan kepala
Angeline ke tembok dan lantai berkali-kali. Agus juga mencekik leher Angeline
21
Saat Angeline tidak berdaya, Agus sempat diminta untuk memperkosa Angeline.
Kepada polisi, Agus mengaku melakukan pembunuhan keji itu tidak sendiri. Dia
Vonis Pengadilan
Sidang kasus pembunuhan Angeline berjalan sangat alot hingga berlangsung empat
bulan. Selain karena adanya dugaan praktik kecurangan pada majelis hakim, juga
Sidang yang awalnya dipimpin Hakim Ketua I Gede Ketut Wanugraha, Made
Sukreni, dan Ahmad Paten Silly dipindakan ke Ambon. Penyebabnya karena sidang
Pada pihak kepolisian, kecugiaan akan adanya permainan terjadi saat video
10 tahun penjara terhadap Agus dan penjara seumur hidup terhadap Margareta.
22
23