Anda di halaman 1dari 6

KONSTRUK DIAGRAM PADA KASUS KLINIS

Diagram Elemen
1. Unit Tingkah Laku

Ego

Role

Kompleks

Formasi Symptom

Anxiety

2. Proses Konstruk
Konflik Motiv

Represi

Regresi

Fixation
3. Life Events Constructs

1. Precipitating event
2. Traumatic
3. Conditioning

4. External Construcks

Social & Legal Restrictions

5. Developmental Sequences
KASUS POBIA
Elisabeth sudah menikah datang ke rumah perawatan psikiatris dengan keluhan takut
kehilangan kesadaran ingatan, takut menyebrang jalan dan takut pada kendaraan umum.
Keluhan-keluhan tsb menjadi akut setelah suaminya mengalami operasi berat 10 bulan yang lalu
karena pendarahan berat yang ditimbulkan oleh bisul-bisul bernanah di lambung. Klien anak
bungsu dari 6 bersaudara. Masa kecil dan masa remajanya menyedihkan karena kematian orang-
orang yang dicintainya. Pada usia 7 th kakak perempuannya yang dicintainya meninggal karena
penyakit TBC, usia 8 th kehilangan kakak laki-lakinya yang sangat dikaguminya sebagai pria
yang kuat dan baik. Klien merupakan anak kesayangan ayahnya yang meninggal pada waktu ia
berusia 10 th. akhirnya pada masa remajanya, ia kehilangan ibunya yang digambarkan sebagai
wanita tua. Setelah ibunya meninggal ia tinggal bersama keluarga kakaknya yang minum
alkohol, tetapi terhadap kakak perempuannya ia menunjukkan ketergantungan dan
penyesalannya. Kematian seorang temannya yang menjadikan ia sangat takut, ia menyaksikan
temannya mengalami kecelakaan maut ketika jatuh ke lubang lift.
Elisabeth berjumpa dengan bakal suaminya sebelum ibunya meninggal tetapi pada waktu
itu ia tidak tertarik bahkan 4 tahun kemudian ketika dia menikah ia mangatakan bahwa suaminya
memaksakan untuk menikah dengan ancaman bahwa ia akan meninggal karena pendarahan di
lambung, jika tidak menikah dengannya. Setelah ibunya meninggal dan tepat sebelum
pernikahan, ia mulai minum dan bergaul dengan laki-laki. Kebanyakan dari mereka melakukan
hubungan seks. Ketika suaminya jatuh sakit klien sangat setia padanya, tetapi selama masa
penyembuhan mereka mulai bertengkar dan akhirnya membenci suaminya. Dia mulai bepergian
dengan seseorang yang telah lama dikenalnya, dan banyak melakukan hubungan seks, akhirnya
ia hamil. Suaminya minta agar istrinya melakukan aborsi. Terhadap terapis klien mengutarakan
perasaannya tiada berharga diri, takut untuk berbicara dengan laki-laki karena takut ditolak. Jika
suaminya mencurahkan perhatian pada wanita lain, dia tidak dapat tidur karena cemburu,
akhirnya dia menganggap bahwa dia sedemikian hina dina di dunia ini.
 Tergantung  Kehidupan sosial yg dewasa
 Kehilangan org yg  Kebutuhan akan harga diri
dicintai

Kematian ibu

 Kecewa dlm hidup  Perkawinan yg bahagia


perkawinan  Mendapatkan hubungan yg
 Hubungan seks dgn org kukuh dgn org lain
lain

Suami mengalami operasi berat

 Tergantung pd suami  Kehidupan yg dewasa dlm


 Menggunakan seks untuk hidup perkawinan
mencapai kepuasan dan  Kebutuhan akan harga diri
rasa aman
 Perasaan rendah diri
 Rasa benci pada suami

Kecemasan akut

Takut kehilangan Takut Takut ditolak


kesadaran menyebrang, laki-laki
takut kendaraan
umum
KASUS OBSESIF KOMPULSIF

Pasien seorang ibu rumah tangga yang bertubuh gemuk, berusia 33 th. ia datang untuk
konsultasi karena keluhan-2 sbb: keinginan yang kuat dan sering kali tidak terkendali untuk
menghancurkan yang tidak memenuhi syarat-syaratnya sebagai seorang yang perfeksionistis. Dia
telah merobek dompet dan pakian-2 dan alat yang dipakainya untuk menyembuhkan penyakit
diabetesnya. Bila ia tidak menuruti impuls-impuls itu, maka ia merasa tegang dan gugup, tapi
jika dituruti, dia mengalami perasaan malu. Dalam mengurus flatnya, dia dikuasai oleh suatu
keteraturan dan kebersihan yang kompulsif. Dia membutuhkan berjam-jam untuk membersihkan
ke 3 ruangan dan segala sesuatu harus tepat pada tempatnya sampai akhirnya diukur jarak antara
benda-benda di atas meja rias untuk melihat apakah benda-benda itu disusun secara simetris.
Setelah dia membersihkan sebuah benda, misalnya setelah membersihkan permukaan cermin dia
akan dipaksa meludahinya dan kemudian membersihan sekali lagi. Kadang-kadang setelah
episode doing-undoing ia akan menangis. Akhir-akhir ini, simptom-simptom ini jauh menjadi
menonjol dan akut disertai dengan ketegangan yang memuncak dan mudah marah terhadap anak
putrinya (7 th) dan suaminya. Sebelum kejadian ini, suaminya kehilangan perusahaan yang
diwarisi dari ayahnya. Suaminya sangat erat hubungannya dengan ibunya yang menentang
perkawinan ini. Pasien tidak mencintai suaminya, menikah dengannya karena dianggap laki-laki
ini dapat memberi kehidupan yang baik. kegagalan dalam usaha telah meniadakan sumber
kesenangan, finansial dirinya.
Pasien menderita diabetes sejak berusaha 21 th, yaitu sekitar pernikahannya dan mulai
menunjukkan gejala-gejala kemarahan yang hebat, ketika ia diharuskan menggunakan alat untuk
suntikan insulin.
Pasien seorang anak tunggal, ibunya mengatur tingkah lakunya terutama dengan
mengancam memasukkan ke rumah anak-anak dan dengan ancaman-ancaman lainnya. Ketika
pasien remaja, ibunya membuka rahasia bahwa perkawinan tidak berbahagia dan tinggal
bersama hanya demi anak. Ayahnya seorang yang pasif, tenang dan tidak pernah menunjukkan
kasih sayang terhadap anaknya. Pasien seorang yang rapi, teratur dan rajin di sekolah dan mudah
mendapat kawan. Dia menikah dengan suaminya setelah berkawan dengannya selama 3 th.
suaminya mendesak untuk menikah, pasien akhirnya menikah dengannya dengan alasan-2 yang
telah dinyatakan di atas.
Ringkasan psikiater, gejala-gejala kompulsif sampai kemarahan yang mendalam yang
dirasakan pasien tentang kekecewaan-kekecewaan dalam hidupnya yang diperkuat oleh adanya
kegagalan dari usaha suami. Pada dasarnya ia orang yang bersifat narsitik (mengagumi dirinya
sendiri). Sebagai anak, pasien menjauhi ibunya yang menolaknya dan mendekati ayahnya dalam
suatu hubungan ketergantungan dan kurang mesra, hubungan ini diteruskan dengan suaminya
pada masa klien dewasa.

Anda mungkin juga menyukai