Anda di halaman 1dari 14

Perkembangan Psikologi Remaja

Perkembangan Psikologi Remaja


Pada umumnya remaja didefinisikan sebagai masa peralihan antara masa anak dan masa
dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow
maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang
remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan
antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan
pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian
masa remaja (adolescence).
Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa
anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki
masa dewasa. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 15 tahun =
masa remaja awal, 15 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 21 tahun = masa remaja
akhir. Baca selengkapnya di Batasan Usia Remaja
Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara
masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun
dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.

Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga
20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13
hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa
remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah
mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.
Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanakkanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa
remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan
perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan
cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa
depan.
Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanakkanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990).
Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan
1

masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan
semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan
mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia & Olds, 2001).
Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang
kehidupan (Papalia & Olds, 2001). Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya
pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara
konkret menjadi abstrak (Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan dalam kehidupan manusia
terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan Papalia
dan Olds (2001), yaitu:
(1) Perkembangan fisik psikolog remaja,
Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh,
otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan
pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang
dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai
beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang
dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya
semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds,
2001).
Fase remaja adalah periode kehidupan manusia yang sangat strategis, penting dan
berdampak luas bagi perkembangan berikutnya. Pada remaja awal, pertumbuhan fisiknya
sangat pesat tetapi tidak proporsional, misalnya pada hidung, tangan, dan kaki. Pada
remaja akhir,proporsi tubuhmencapai ukuran tubuh orang dewasa dalam semua
bagiannya (Syamsu Yusuf :2005). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini,
perkembangan terpenting adalah aspek seksualitas ini dapat dipilah menjadi dua bagian,
yakni :
1) Ciri-ciri Seks Primer

Perkembangan psikologi remaja pria mengalami pertumbuhan pesat pada organ testis,
pembuluh yang memproduksi sperma dan kelenjar prostat. Kematangan organ-organ
seksualitas ini memungkinkan remaja pria, sekitar usia 14 15 tahun, mengalami mimpi
basah, keluar sperma. Pada remaja wanita, terjadi pertumbuhan cepat pada organ rahim
dan ovarium yang memproduksi ovum (sel telur) dan hormon untuk kehamilan.
Akibatnya terjadilah siklus menarche (menstruasi pertama). Siklus awal menstruasi
sering diiringi dengan sakit kepala, sakit pinggang, kelelahan, depresi, dan mudah
tersinggung. Psikologi remaja
2) Ciri-ciri Seks Sekunder
2

Perkembangan psikologi remaja pada seksualitas sekunder adalah pertumbuhan yang


melengkapi kematangan individu sehingga tampak sebagai lelaki atau perempuan.
Remaja pria mengalami pertumbuhan bulu-bulu pada kumis, jambang, janggut, tangan,
kaki, ketiak, dan kelaminnya. Pada pria telah tumbuh jakun dan suara remaja pria
berubah menjadi parau dan rendah. Kulit berubah menjadi kasar. Pada remaja wanita
juga mengalami pertumbuhan bulu-bulu secara lebih terbatas, yakni pada ketiak dan
kelamin. Pertumbuhan juga terjadi pada kelenjar yang bakal memproduksi air susu di
buah dada, serta pertumbuhan pada pinggul sehingga menjadi wanita dewasa secara
proporsional.
(2) Perkembangan kognitif psikolog masa remaja
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar,
memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001)
mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi
dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk
eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap
perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam Papalia & Olds, 2001).
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk
memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan
Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang
didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka.
Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting
dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang
remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja
mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
Pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan pada usia 1220 thn secara fungsional,
perkembangan kognitif (kemampuan berfikir) remaja dapat digambarkan sebagai
berikut
a. Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak
b. Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu membuat rencana, strategi,
membuat keputusan-keputusan, serta memecahkan masalah
c. Sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi, membedakan yang konkrit dengan
yang abstrak
d. Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis
e. Memikirkan masa depan, perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif untuk
mencapainya psikologi remaja
f. Mulai menyadari proses berfikir efisien dan belajar berinstropeksi

g. Wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas, dan
identitas (jati diri)
Tahap formal operations adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu
berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual,
serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal
remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu
menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan
seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu
memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir
secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa
rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat memahami bahwa
tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan
datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari
tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya.
Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana
mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan
kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk
berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana
mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan
(Santrock, 2001).
Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya
ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme (Piaget dalam
Papalia & Olds, 2001). Yang dimaksud dengan egosentrisme di sini adalah ketidakmampuan
melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain (Papalia dan Olds, 2001). Elkind (dalam
Beyth-Marom et al., 1993; dalam Papalia & Olds, 2001) mengungkapkan salah satu bentuk cara
berpikir egosentrisme yang dikenal dengan istilah personal fabel.
Personal fable adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh
oleh hukum alam. Belief egosentrik ini mendorong perilaku merusak diri [self-destructive] oleh
remaja yang berpikir bahwa diri mereka secara magis terlindung dari bahaya. Misalnya seorang
remaja putri berpikir bahwa dirinya tidak mungkin hamil [karena perilaku seksual yang
dilakukannya], atau seorang remaja pria berpikir bahwa ia tidak akan sampai meninggal dunia
di jalan raya [saat mengendarai mobil], atau remaja yang mencoba-coba obat terlarang [drugs]
berpikir bahwa ia tidak akan mengalami kecanduan. Remaja biasanya menganggap bahwa halhal itu hanya terjadi pada orang lain, bukan pada dirinya.
Pendapat Elkind bahwa remaja memiliki semacam perasaan invulnerability yaitu
keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri,
4

merupakan kutipan yang populer dalam penjelasan berkaitan perilaku berisiko yang dilakukan
remaja (Beyth-Marom, dkk., 1993). Umumnya dikemukakan bahwa remaja biasanya dipandang
memiliki keyakinan yang tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan perilaku yang
dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu.
Beyth-Marom, dkk (1993) kemudian membuktikan bahwa ternyata baik remaja maupun
orang dewasa memiliki kemungkinan yang sama untuk melakukan atau tidak melakukan
perilaku yang berisiko merusak diri (self-destructive). Mereka juga mengemukakan adanya
derajat yang sama antara remaja dan orang dewasa dalam mempersepsi self-invulnerability.
Dengan demikian, kecenderungan melakukan perilaku berisiko dan kecenderungan
mempersepsi diri invulnerable menurut Beyth-Marom, dkk., pada remaja dan orang dewasa
adalah sama.

(3) Perkembangan Emosi Psikologi Remaja


Remaja mengalami puncak emosionalitasnya, perkembangan emosi tingkat tinggi.
Perkembangan emosi remaja awal menunjukkan sifat sensitif, reaktif yang kuat,
emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung, marah, sedih, dan
murung). Sedangkan remaja akhir sudah mulai mampu mengendalikannya. Remaja
yangberkembang
di
lingkungan
yang
kurang
kondusif,
kematangan
emosionalnyaterhambat. Sehingga sering mengalami akibat negatif berupa tingkah laku
salah suai, misalnya :
remaja
1) Agresif : melawan, keras kepala, berkelahi, suka menggangu dan lain-lainnya
2) Lari dari kenyataan (regresif) : suka melamun, pendiam, senang menyendiri,
mengkonsumsi obat penenang, minuman keras, atau obat terlarang
Sedangkan remaja yang tinggal di lingkungan yang kondusif dan harmonis dapat
membantu kematangan emosi remaja menjadi :
1) Adekuasi (ketepatan) emosi : cinta, kasih sayang, simpati, altruis (senang menolong),
respek (sikap hormat dan menghormati orang lain), ramah, dan lain-lainnya
2) Mengendalikan emosi : tidak mudah tersinggung, tidak agresif, wajar, optimistik,
tidak meledak-ledak, menghadapi kegagalan secara sehat dan bijak
(4) Pekembangan Moral Psikologi Remaja
Remaja sudah mampu berperilaku yang tidak hanya mengejar kepuasan fisik saja, tetapi
meningkat pada tatanan psikologis (rasa diterima, dihargai, dan penilaian positif dari orang lain).
ps
(5) Perkembangan Sosial Psikologi Remaja
Remaja telah mengalami perkembangan kemampuan untuk memahami orang lain (social
cognition) dan menjalin persahabatan. Remaja memilih teman yang memiliki sifat dan kualitas
5

psikologis yang relatif sama dengan dirinya, misalnya sama hobi, minat, sikap, nilai-nilai, dan
kepribadiannya.
Perkembangan sikap yang cukup rawan pada remaja adalah sikap comformity yaitu
kecenderungan untuk menyerah dan mengikuti bagaimana teman sebayanya berbuat. Misalnya
dalam hal pendapat, pikiran, nilai-nilai, gaya hidup, kebiasaan, kegemaran, keinginan, dan lainlainnya.
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya
dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada masa kanak-kanak,
remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler
dan bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa
remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.
Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat.
Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk
menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak
dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991).
Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang
remaja tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et al, 1993;
Papalia & Olds, 2001). Conger (1991) dan Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa
kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan
sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi
misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus,
dan sebagainya (Conger, 1991).
(6) Perkembangan Kepribadian Psikologi Remaja
Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu
berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial
berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan
kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud
dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang
penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001).
Psikologi remaja. Isu sentral pada remaja adalah masa berkembangnya identitas diri (jati diri)
yang bakal menjadi dasar bagi masa dewasa. Remaja mulai sibuk dan heboh dengan problem
siapa saya? (Who am I ?). Terkait dengan hal tersebut remaja juga risau mencari idola-idola
dalam hidupnya yang dijadikan tokoh panutan dan kebanggaan. Faktor-faktor penting dalam
perkembangan integritas pribadi remaja (psikologi remaja) adalah :
1) Pertumbuhan fisik semakin dewasa, membawa konsekuensi untuk berperilaku dewasa pula
6

2) Kematangan seksual berimplikasi kepada dorongan dan emosi-emosi baru


3) Munculnya kesadaran terhadap diri dan mengevaluasi kembali obsesi dan cita-citanya
4) Kebutuhan interaksi dan persahabatan lebih luas dengan teman sejenis dan lawan jenis
5) Munculnya konflik-konflik sebagai akibat masa transisi dari masa anak menuju dewasa.
Remaja akhir sudah mulai dapat memahami, mengarahkan, mengembangkan, dan memelihara
identitas diri
Tindakan antisipasi remaja akhir adalah:
1) Berusaha bersikap hati-hati dalam berperilaku dan menyikapi kelebihan dirinya
2) Mengkaji tujuan dan keputusan untuk menjadi model manusia yang diidamkan
3) Memperhatikan etika masyarakat, kehendak orang tua, dan sikap teman-temannya
4) Mengembangkan sikap-sikap pribadinya

(7) Perkembangan Kesadaran Beragama


Iman dan hati adalah penentu perilaku dan perbuatan seseorang. Bagaimana perkembangan
spiritual ini terjadi pada psikologi remaja? Sesuai dengan perkembangannya kemampuan kritis
psikologi remaja hingga menyoroti nilai-nilai agama dengan cermat. Mereka mulai membawa
nilai-nilai agama ke dalam kalbu dan kehidupannya. Tetapi mereka juga mengamati secara kritis
kepincangan-kepincangan di masyarakat yang gaya hidupnya kurang memedulikan nilai agama,
bersifat munafik, tidak jujur, dan perilaku amoral lainnya. Di sinilah idealisme keimanan dan
spiritual remaja mengalami benturan-benturan dan ujian.
Ciri-ciri Masa Remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat
baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.
Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan
sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik
terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini
merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya.
Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka
diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan
bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya
waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.
7

Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan
ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan
fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan
sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi
tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama
masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak
digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya
tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat
mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam
hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis
kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi
kurang penting karena sudah mendekati dewasa. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam
menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi
lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan
kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.
Setiap tahap perkembangan manusia biasanya dibarengi dengan berbagai tuntutan
psikologis yang harus dipenuhi, demikian pula pada masa remaja. Sebagian besar pakar
psikologi setuju, bahwa jika berbagai tuntutan psikologis yang muncul pada tahap perkembangan
manusia tidak berhasil dipenuhi, maka akan muncul dampak yang secara signifikan dapat
menghambat kematangan psikologisnya di tahap-tahap yang lebih lanjut. Sejumlah kesulitan
yang dialami kaum remaja merupakan bagian yang normal dari perkembangan ini. Beberapa
kesulitan atau bahaya yang mungkin dialami kaum remaja, antara lain :

Variasi kondisi kejiwaan, suatu saat mungkin ia terlihat pendiam, cemberut, dan
mengasingkan diri tetapi pada saat yang lain ia terlihat sebaliknya periang dan berseriseri dan yakin.

Rasa ingin tahu seksual dan coba-coba, hal ini normal dan sehat.

Membolos

Perilaku anti social, seperti suka menganggu, berbohong, kejam, dan agresif

Penyalahgunaan obat bius

Psikosis

Untuk mengenal kepribadian remaja perlu diketahui tugas-tugas perkembangannya.


Havigrust (dalam Muhammad Ali, 2008: 171) mendefinisikan tugas perkembangan
adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu dari kehidupan individu
dan jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam
melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak
bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.
Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meningkatkan sikap dan perilaku
kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara
dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan remaja menurut Hurlock (dalam Muhammad Ali,
2008 : 10) adalah :
Tugas Perkembangan Remaja
1. Mampu menerima keadaan fisiknya;
2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa;
3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis;
4. Mencapai kemandirian emosional;
5. Mencapai kemandirian ekonomi;
6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk
melakukan peran sebagai anggota masyarakat;
7. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua;
8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab social yang diperlukan untuk memasuki dunia
dewasa;
9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan;
10. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.
Hal senada diungkapkan oleh Zulkifli (2005: 76) tentang tugas perkembangan remaja adalah :
1. Bergaul dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin
2. Mencapai peranan social sebagai pria atau wanita
3. Menerima keadaan fisik sendiri
4. Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan
9

5. Memilih pasangan dan mempersiapkan diri untuk berkeluarga


Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst dalam Gunarsa (1991) antara lain
:
memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa
dengan kawan sebaya,baik laki-laki maupun perempuan

memperoleh peranan social


menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif
memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri
memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan
mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga
membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup

Erikson (1968, dalam Papalia, Olds & Feldman, 2001) mengatakan bahwa tugas
utama remaja adalah menghadapi identity versus identity confusion, yang
merupakan krisis ke-5 dalam tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya.
Tugas perkembangan ini bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya
remaja dapat menjadi orang dewasa yang unik dengan sense of self yang koheren
dan peran yang bernilai di masyarakat (Papalia, Olds & Feldman, 2001).
Untuk menyelesaikan krisis ini remaja harus berusaha untuk menjelaskan siapa
dirinya, apa perannya dalam masyarakat, apakah nantinya ia akan berhasil atau
gagal yang pada akhirnya menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian
mental, dan menentukan peran, sikap, nilai, serta minat yang dimilikinya.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tugas-tugas


perkembangan remaja adalah sikap dan perilaku dirinya sendiri dalam menyikapi lingkungan di
sekitarnya. Perubahan yang terjadi pada fisik maupun psikologisnya menuntut anak untuk dapat
menyesuaikan diri dalam lingkungan dan tantangan hidup yang ada dihadapannya.
Tugas-tugas perkembangan masa remaja lain pada umumnya diantaranya :
Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif
Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari
penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu. Misalnya
seseorang merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film, maka orang itu akan berusaha sekuat
tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku ini yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi
dirinya sendiri dan orang lain.
Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orang tua
Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku pemberontakan
dan melawan keinginan orang tua. Bila tugas perkembangan ini sering menimbulkan
pertentangan dalam keluarga dan tidak dapat diselesaikan di rumah , maka remaja akan mencari
jalan keluar dan ketenangan di luar rumah. Tentu saja hal tersebut akan membuat remaja
10

memiliki kebebasan emosional dari luar orangtua sehingga remaja justru lebih percaya pada
teman-temannya yang senasib dengannya. Jika orang tua tidak menyadari akan pentingnya tugas
perkembangan ini, maka remaja Anda dalam kesulitan besar. Hal yang sama juga dilakukan
remaja terhadap orang-orang yang dianggap sebagai pengganti orang tua, guru misalnya.
Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin
Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan. Remaja yang
menyadari akan tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah mampu bergaul dengan kedua
jenis kelamin maka termasuk remaja yang sukses memasuki tahap perkembangan ini. Ada
sebagaian besar remaja yang tetap tidak berani bergaul dengan lawan jenisnya sampai akhir usia
remaja. Hal tersebut menunjukkan adanya ketidakmatangan dalam perkembangan remaja
tersebut.
Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri
Banyak remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai
kelebihan dan kekurangannya pasti mereka akan lebih cepat menjawab tentang kekurangan yang
dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan yang dimilikinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa
remaja tersebut belum mengenal kemampuan dirinya sendiri. Bila hal tersebut tidak diselesaikan
pada masa remaja ini tentu saja akan menjadi masalah untuk perkembangan selanjutnya (masa
dewasa atau bahkan sampai tua sekalipun).
Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma
Skala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi dengan orang yang
dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat maupun dari bintang-bintang yang dikaguminya.
Dari skala nilai dan norma yang diperolehnya akan membentuk suatu konsep mengenai harus
menjadi seperti siapakah aku ?, sehingga hal tersebut dijadikan pegangan dalam
mengendalikan gejolak dorongan dalam dirinya. Maka penting bagi orang tua dan orang-orang
yang dianggap sebagai pengganti orang tua untuk mampu menjadikan diri mereka sendiri
sebagai idola bagi para remaja tersebut.
Selain berbagai tuntutan psikologis perkembangan diri, kita juga harus mengenal ciri-ciri khusus
pada remaja, antara lain:

Pertumbuhan Fisik yang sangat Cepat

Emosinya tidak stabil

Perkembangan Seksual sangat menonjol

Cara berfikirnya bersifat kausalitas (hukum sebab akibat)

Terikat erat dengan kelompoknya


11

Secara teoritis beberapa tokoh psikologi mengemukakan tentang batas-batas umur remaja, tetapi
dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat menjelaskan secara pasti tentang
batasan usia remaja karena masa remaja ini adalah masa peralihan.
Pada umumnya masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu:
1. Periode Masa Puber usia 12-18 tahun
a. Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Cirinya:

Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi

Anak mulai bersikap kritis

b. Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya:

Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya

Memperhatikan penampilan

Sikapnya tidak menentu/plin-plan

Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib

Mulai adanya mimpi basah

c. Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen.
Cirinya:

Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai
sepenuhnya

Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria

2. Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun


Merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:

perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis

mulai menyadari akan realitas

sikapnya mulai jelas tentang hidup

12

mulai nampak bakat dan minatnya

Dengan kondisi tersebut, dapat disimpulakan bahwa masa remaja merupakan masa dimana
seseorang atau manusia dalam proses menuju pencarian jati diri di masa awal kehidupan yang
sebenarnya pada dirinya serta Masa remaja merupakan masa yang sangat penting dalam
pembentukan jati diri seseorang, oleh karenanya psikologi perkembangan remaja dapat dikatakan
faktor yang sangat berperan di dalamnya
Dengan mengetahui berbagai tuntutan psikologis perkembangan remaja dan ciri-ciri usia
remaja, diharapkan para orangtua, pendidik dan remaja itu sendiri memahami hal-hal yang harus
dilalui pada masa remaja ini sehingga bila remaja diarahkan dan dapat melalui masa remaja ini
dengan baik maka pada masa selanjutnya remaja akan tumbuh sehat kepribadian dan jiwanya.
Permasalahan yang sering muncul sering kali disebabkan ketidaktahuan para orang tua dan
pendidik tentang berbagai tuntutan psikologis ini, sehingga perilaku mereka seringkali tidak
mampu mengarahkan remaja menuju kepenuhan perkembangan mereka. Bahkan tidak jarang
orang tua dan pendidik mengambil sikap yang kontra produktif dari yang seharusnya diharapkan,
sehingga semakin mengacaukan perkembangan diri para remaja tersebut. Sebuah PR yang
panjang bagi orang tua dan pendidik, yang menuntut mereka untuk selalu mengevaluasi sikap
yang diambil dalam pendidikan remaja yang dipercayakan kepada mereka. Dengan demikian,
diharapkan para orang tua dan pendidik dapat memberikan rangsangan dan motivasi yang tepat
untuk mendorong remaja menuju pada kepenuhan dirinya.

13

Sumber Pustaka
Aaro, L.E. (1997). Adolescent lifestyle. Dalam A. Baum, S. Newman J. Weinman, R.
West and C. McManus (Eds). Cambridge Handbook of Psychology, Health and
Medicine (65-67). Cambridge University Press, Cambridge.
Beyth-Marom, R., Austin, L., Fischhoff, B., Palmgren, C., & Jacobs-Quadrel, M. (1993).
Perceived consequences of risky behaviors: Adults and adolescents. Journal of
Developmental Psychology, 29(3), 549-563
Conger, J.J. (1991). Adolescence and youth (4th ed). New York: Harper Collins
Deaux, K.,F.C,and Wrightman,L.S. (1993). Social psychology in the 90s (6th ed.).
California : Brooks / Cole Publishing Company.
Gunarsa, S.D. (1988). Psikologi remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Gunarsa, S.D. (1990). Dasar dan teori perkembangan anak. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Hurlock, E. B. (1990). Developmental psychology: a lifespan approach. Boston:
McGraw-Hill.
Hurlock, E. B. (1973). Adolescent development. Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha.
Monks, F.J., Knoers, A. M. P., Haditono, S. R. (1991) Psikologi perkembangan :
Pengantar dalam berbagai bagiannya (cetakan ke-7). Yogya: Gajah Mada University
Press.
Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D. (2001). Human development (8th ed.).
Boston: McGraw-Hill
Rice, F.P. (1990). The adolescent development, relationship & culture (6th ed.).
Boston: Ally & Bacon
Santrock, J.W. (2001). Adolescence (8th ed.). North America: McGraw-Hill.
sumber : http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/remaja.html

14

Anda mungkin juga menyukai