24 Ind p
PEDOMAN PENGENDALIAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREkToRAT JENdERAl PENGENdAlIAN PENYAkIT dAN PENYEHATAN LINGkuNGAN 2012
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI 616.24 ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat p Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Pedoman pengendalian infeksi saluran pernapasan akut,-- Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2011 ISBN : 978-602-235-046-0 1. Judul I. PNEUMONIA II. RESPIRATORY TRACT INFECTIONS
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan HidayahNya maka Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut ini dapat direvisi sesuai dengan perkembangan situasi dan kebutuhan program. Penyakit Pneumonia adalah penyebab utama kematian Balita baik di Indonesia maupun di dunia, namun tidak banyak perhatian terhadap penyakit ini. Oleh karena itu penyakit ini sering disebut sebagai Pembunuh Balita Yang Terlupakan (The Forgotten Killer of Children). Untuk mengatasi masalah penyakit Pneumonia di Indonesia, Kementerian Kesehatan RI bersama seluruh unsur terkait telah melakukan berbagai upaya dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit ini. Sesuai perkembangan situasi dan ilmu pengetahuan, maka ruang lingkup pengendalian ISPA lebih luas meliputi pengendalian pneumonia Balita, pengendalian ISPA umur 5 tahun, kesiapsiagaan dan respon terhadap pandemi influenza serta penyakit saluran pernapasan lain yang berpotensi wabah serta faktor risiko ISPA. Pedoman ini merupakan hasil revisi ke empat yang merupakan acuan bagi tenaga kesehatan, pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan di semua jenjang administrasi dalam rangka pengendalian penyakit Pneumonia di Indonesia. Semoga pedoman ini bermanfaat bagi upaya pengendalian ISPA di Indonesia.
ii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................................ DAFTAR ISI .......................................................................................................... DAFTAR BAGAN DAN TABEL ................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... PENGERTIAN ........................................................................................................ DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................ BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... A. Latar Belakang ...................................................................................... B. Ruang Lingkup Pengendalian ISPA .......................................................... C. Dasar Hukum ........................................................................................ i iii iv v vii x 1 1 3 3
BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGENDALIAN ISPA ...................................... 5 A. Analisi Situasi Pengendalian ISPA ........................................................... 5 B. Tujuan Pengendalian ISPA ...................................................................... 8 C. Sasaran ................................................................................................ 9 D. Kebijakan .............................................................................................. 9 E. Strategi ................................................................................................ 10 BAB III KEGIATAN POKOK PENGENDALIAN ISPA ............................................... A. Advokasi dan Sosialisasi ......................................................................... B. Penemuan dan Tatalaksana Pneumonia Balita .......................................... C. Ketersediaan Logistik ............................................................................. D. Supervisi .............................................................................................. E. Pencatatan dan Pelaporan ...................................................................... F. Kemitraan dan Jejaring .......................................................................... G. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia .......................................... H. Pengembangan Program ......................................................................... I. Autopsi Verbal ....................................................................................... J. Monitoring dan Evaluasi ......................................................................... 11 11 11 16 18 19 20 21 23 24 24
BAB IV Peran jajaran kesehatan, pemangku kepentingan dan masYarakat dalam pengendalian ISPA ............................................... 27 BAB V P E N U T U P ............................................................................................ 31 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 33 LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................................... 35 daftar KONTRIBUTOR ........................................................................................ 61
iii
iv
DAFTAR LaMPiraN
Halaman Lampiran 1 Indikator pengendalian ISPA ................................................................ 37 Lampiran 2 Daftar lokasi sentinel surveilans pneumonia di Indonesia ........................ 38 Lampiran 3 Register Harian Penderita ISPA ............................................................ 39 Lampiran 4 Format Laporan Bulanan Program Pengendalian ISPA Puskesmas ......................................................................................... 40 Lampiran 5 Format Laporan Bulanan Program Pengendalian ISPA Kabupaten .......................................................................................... 41 Lampiran 6 Format Laporan Bulanan Program Pengendalian ISPA Provinsi ................. 42 Lampiran 7 Stempel ISPA ..................................................................................... 43 Lampiran 8 Formulir Pemantapan Cakupan dan Kualitas Tatalaksana Pengendalian ISPA Puskesmas ............................................................. 44 Lampiran 9 Formulir Pemantapan Cakupan dan Kualitas Tatalaksana Pengendalian ISPA Kabupaten ............................................................. 46 Lampiran 10 Formulir Pemantapan Cakupan dan Kualitas Tatalaksana Pengendalian ISPA Provinsi .................................................................. 49 Lampiran 11 Bagan Tatalaksana Penderita Batuk dan atau Kesukaran Bernafas pada Balita ......................................................................................... 52 Lampiran 12 Bagan Pengobatan dan Rujukan ........................................................... 57
vi
PENGERTIAN
Untuk memudahkan pemahaman dan kesamaan persepsi terhadap pedoman ini, perlu dijelaskan beberapa pengertian istilah dibawah ini yaitu: 1. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura). 2. Pneumonia Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Pneumonia Balita ditandai dengan adanya gejala batuk dan atau kesukaran bernapas seperti napas cepat, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK), atau gambaran radiologi foto thorax/dada menunjukkan infiltrat paru akut. Demam bukan merupakan gejala yang spesifik pada Balita. Dalam penatalaksanaan pengendalian ISPA semua bentuk pneumonia seperti bronkopneumonia, bronkiolitis disebut pneumonia saja. 3. Influenza Influenza adalah infeksi akut yang menyerang saluran pernapasan, disebabkan oleh virus influenza dengan gejala demam 380C disertai batuk dan atau sakit tenggorokan. 4. Influenza Like Illness (ILI) Penyakit yang mempunyai gejala serupa influenza yaitu demam 380C disertai batuk dan atau sakit tenggorokan. 5. Episenter Pandemi Influenza adalah lokasi titik awal terdeteksinya sinyal epidemiologis dan sinyal virologis yang merupakan tanda terjadinya penularan influenza pandemi (influenza baru) antar manusia yang dapat menimbulkan terjadinya pandemi influenza. 6. Sinyal Epidemiologi Klaster penderita atau klaster kematian karena Pneumonia yang tidak jelas penyebabnya dan terkait erat dengan faktor waktu dan tempat dengan rantai penularan yang berkelanjutan atau Klaster penderita Flu Burung dengan dua generasi penularan atau lebih tanpa hubungan darah antar generasi dan atau adanya penularan kepada petugas kesehatan yang merawat penderita. 7. Severe Acute Respiratory Infection (SARI) Adalah infeksi pernapasan akut berat sama dengan gejala ILI yang disertai dengan: napas cepat atau sesak napas dan membutuhkan perawatan rumah sakit. 8. Sinyal Virologi Adanya jenis virus influenza baru yang berasal dari percampuran materi genetik 2 virus influenza atau lebih (reassortment) dan atau berasal dari mutasi adaptif virus influenza unggas atau manusia.
vii
Untuk jelasnya dapat dibaca pada pedoman Penanggulangan Episenter Pandemi Influenza yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal PP & PL, Kementerian Kesehatan Tahun 2008.
9. KLB (Kejadian Luar Biasa) KLB (Kejadian Luar Biasa) menurut PP Nomor40 tahun 1981 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian secara epidemiologis pada suatu daerah, dalam kurun waktu tertentu dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah. 10. Wabah Wabah menurut UU RI Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. 11. Pandemi Influenza Adalah wabah penyakit influenza yang menjangkiti banyak negara di dunia yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). 12. Surveilans Sentinel Pneumonia Adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi pada populasi dan wilayah terbatas untuk mengetahui: besarnya kejadian pneumonia dan faktor risikonya; Ada tidaknya sinyal pandemi Influenza pada suatu populasi atau wilayah yang lebih luas. 13. ISPA akibat polusi ISPA akibat polusi adalah ISPA yang disebabkan oleh faktor risiko polusi udara seperti asap rokok, asap pembakaran di rumah tangga, gas buang sarana transportasi dan industri, kebakaran hutan dan lain lain. 14. Care seeking Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran keluarga balita pneumonia dalam pencarian pelayanan kesehatan. Kegiatan ini dapat dipadukan dengan tindak lanjut atau pelacakan penderita pneumonia yang tidak kontrol ulang setelah dua hari pengobatan. Pada saat kunjungan ke rumah penderita diharapkan petugas kesehatan/ISPA dapat melaksanakan penyuluhan tentang pneumonia kepada keluarga penderita dan sekitarnya.
viii
DAFTAR SINGKATAN
AI AIDS APBD APBN APD APEC ARI Balita Bappeda BBLR BSL CD CDC CFR DBD DHS Ditjen PPPL DPRD DVD FB HN ICU IDAI ILI IMCI IRA ISPA Kemenkes KIE KLB LP/LS LSM MDGs MTBS Ormas PHEIC POLRI Poskesdes Posyandu PP Puskesmas PWS = Avian Influenza = Acquired Immune Deficiency Syndrome = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah = Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara = Alat Pelindung Diri = Asian Pacific Economy Country = Acute Respiratory Infection = Bawah Lima Tahun = Badan Perencanaan Pembangunan Daerah = Berat badan lahir rendah = Bio Security Level = Compact Disc = Communicable Disease Control = Case Fatality Rate = Demam Berdarah Dengue = Demographic Health Survey = Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan = Dewan Perwakilan Rakyat Daerah = Digital Video Disc = Flu Burung = Hemagglutinin, Neuraminidase (contoh H5N1, H1N1) = Intensive Care Unit = Ikatan Dokter Anak Indonesia = Influenza Like Illness = Integrated Management of Childhood Illness = Infeksi Respiratorik Akut = Infeksi Saluran Pernapasan Akut = Kementerian Kesehatan = Komunikasi, Informasi dan Edukasi = Kejadian Luar Biasa = Lintas Sektor/Lintas Program = Lembaga Swadaya Masyarakat = Millennium Development Goals = Manajemen Terpadu Balita Sakit = Organisasi Masyarakat = Public Health Emergency of International Concern = Polisi Republik Indonesia = Pos Kesehatan Desa = Pos Pelayanan Terpadu = Peraturan Pemerintah = Pusat Kesehatan Masyarakat = Pemantauan Wilayah Setempat
ix
RI Riskesdas RPJPN RS RSUD RT PCR SARI SARS SDKI SDM SK SKD SKRT SPM TGC TNI TOGA TOMA ToT TP PKK UNICEF UPK UU VCD WHO
= Republik Indonesia = Riset Kesehatan Dasar = Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional = Rumah Sakit = Rumah Sakit Umum Daerah = Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction = Severe Acute Respiratory Infection = Severe Acute Respiratory Syndrome = Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia = Sumber Daya Manusia = Surat Keputusan = Sistim Kewaspadaan Dini = Survei Kesehatan Rumah Tangga = Standar Pelayanan Minimal = Tim Gerak Cepat = Tentara Nasional Indonesia = Tokoh Agama = Tokoh Masyarakat = Training of Trainer = Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga = United Nation International Childrens Emergency Fund = Unit Pelayanan Kesehatan = Undang-Undang = Video Compact Disc = World Health Organization
BAB I
PENDAHULUAN
A. LaTaR BElaKaNG
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Insidens menurut kelompok umur Balita diperkirakan 0,29 episode per anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju. Ini menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang. Kasus terbanyak terjadi di India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10juta) dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta episode. Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat, 7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. Episode batuk-pilek pada Balita di Indonesia diperkirakan 2-3 kali per tahun (Rudan et al Bulletin WHO 2008). ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%). Pneumonia adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibanding dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak. Di dunia setiap tahun diperkirakan lebih dari 2 juta Balita meninggal karena Pneumonia (1 Balita/20 detik) dari 9 juta total kematian Balita. Diantara 5 kematian Balita, 1 di antaranya disebabkan oleh pneumonia. Bahkan karena besarnya kematian pneumonia ini, pneumonia disebut sebagai pandemi yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Namun, tidak banyak perhatian terhadap penyakit ini, sehingga pneumonia disebut juga pembunuh Balita yang terlupakan atau the forgotten killer of children(Unicef/WHO 2006, WPD 2011). Di negara berkembang 60% kasus pneumonia disebabkan oleh bakteri, menurut hasil Riskesdas 2007 proporsi kematian Balita karena pneumonia menempati urutan kedua (13,2%) setelah diare. Sedangkan SKRT 2004 proporsi kematian Balita karena pneumonia menempati urutan pertama sementara di negara maju umumnya disebabkan virus. Berdasarkan bukti bahwa faktor risiko pneumonia adalah kurangnya pemberian ASI eksklusif, gizi buruk, polusi udara dalam ruangan (indoor air pollution), BBLR, kepadatan penduduk dan kurangnya imunisasi campak. Kematian Balita karena Pneumonia mencakup 19% dari seluruh kematian Balita dimana sekitar 70% terjadi di Sub Sahara Afrika dan Asia Tenggara. Walaupun data yang tersedia terbatas, studi terkini masih menunjukkan Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza dan Respiratory Syncytial Virus sebagai penyebab utama pneumonia pada anak (Rudan et al Bulletin WHO 2008). Pengendalian ISPA di Indonesia dimulai pada tahun 1984, bersamaan dengan diawalinya pengendalian ISPA di tingkat global oleh WHO. Dalam perjalanannya, pengendalian ISPA telah mengalami beberapa perkembangan:
1. Pra-implementasi telah dilaksanakan 2 kali lokakarya ISPA Nasional, yaitu tahun 1984 dan 1988. 2. Lokakarya ISPA Nasional 1984, menghasilkan pengembangan sistem dan mengklasifikasikan penyakit ISPA menjadi ISPA ringan, sedang dan berat. 3. Lokakarya ISPA Nasional 1988, disosialisasikan pola baru tatalaksana kasus ISPA dengan tiga klasifikasi: pneumonia, pneumonia berat dan batuk bukan pneumonia. 4. Lokakarya Nasional III 1990 di Cimacan disepakati menerapkan pola baru tatalaksana kasus ISPA di Indonesia dengan memfokuskan kegiatan pengendalian pneumonia Balita. 5. Tahun 1997, WHO memperkenalkan Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) atau Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai model pendekatan tatalaksana kasus terpadu untuk berbagai penyakit anak, yaitu: pneumonia, diare, DBD, malaria, campak, gizi kurang dan kecacingan. Pada daerah yang telah melaksanakan MTBS, tatalaksana pneumonia diintegrasikan dalam pendekatan MTBS. 6. Dalam pertemuan Review Pengendalian ISPA di Bekasi, 2005 di kalangan akademisi mulai diperkenalkan istilah Infeksi Respiratorik Akut (IRA) sebagai padanan istilah bahasa Inggris acute respiratory infection (ARI). Pada dasarnya ISPA sama dengan IRA. 7. Tahun 2007 telah dilaksanakan Seminar Perkembangan ISPA yang dihadiri oleh Ikatan Dokter Ahli Anak Indonesia (IDAI) dan Dokter Spesialis Anak dari 14 Fakultas Kedokteran di Indonesia untuk merevisi pedoman tatalaksana pneumonia Balita sesuai dengan perkembangan terbaru khususnya perubahan pemberian antibiotika dari 5 hari menjadi 3 hari pengobatan. 8. Review terhadap pedoman ini juga telah dilaksanakan pada tahun 2011 namun tidak mengalami perubahan substansi. Peningkatan pelaksanaan pengendalian ISPA perlu didukung dengan peningkatan sumber daya termasuk dana. Semua sumber dana pendukung program yang tersedia baik APBN, APBD dan dana kerjasama harus di manfaatkan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan program dan target yang telah ditentukan.Sejalan dengan UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah maka daerah otonomi harus mempunyai kemampuan menentukan skala prioritas pembangunan di daerahnya masing-masing sesuai dengan kebutuhan setempat serta memperhatikan komitmen nasional dan global. Disamping itu sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) menyatakan bahwa kabupaten/kota wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai SPM yang telah ditetapkan, salah satunya adalah pneumonia. Saat ini salah satu penyakit ISPA yang perlu mendapat perhatian juga adalah penyakit influenza, karena penyakit influenza merupakan penyakit yang dapat menimbulkan wabah sesuai dengan Permenkes Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. Virus influenza mempunyai sifat mudah berubah baik secara mutasi maupun dengan pertukaran materi genetik 2 jenis virus influenza atau lebih (reassortment) membentuk jenis virus influenza baru. Pandemi Influenza berdampak pada kerugian ekonomi yang besar, kelumpuhan pelayanan termasuk kesehatan dan gangguan keamanan dan ketertiban sosial. Pada abad ke
2
20 ini terjadi pandemi Flu Spanyol (tahun 1918), Flu Asia (tahun 1957), Flu Hongkong (tahun 1967), dan tahun 2009 pandemi Influenza A Baru (H1N1) menurut WHO mempunyai derajat keparahan sedang. Penyakit menular bersifat tidak mengenal batas wilayah administratif dan sistem pemerintahan, maka perlu dikembangkan pengendalian penyakit menular dan penyehatan lingkungan secara terpadu, menyeluruh/komprehensif berbasis wilayah melalui peningkatan surveilans, advokasi dan kemitraan. Pelaksanaan pengendalian ISPA memerlukan komitmen pemerintah pusat, pemeritah daerah, dukungan dari lintas program, lintas sektor serta peran serta masyarakat termasuk dunia usaha. Pedoman ini mengulas situasi pengendalian pneumonia, kebijakan dan strategi, kegiatan pokok, peran pemangku kepentingan, tantangan dan pengembangan ke depan sesuai dengan visi misi dan rencana strategis Kementerian Kesehatan.
C. DasaR HUKUM
1. 2. 3. 4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi UU. 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. 8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 20052025 9. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan 10. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit 11. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 Tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular.
12. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah. 13 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota. 14. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. 15. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 949/MENKES/PER/VIII/2004 tentang Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa. 17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota. 18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan. 19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 Tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya Penanggulangan. 20. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1537A/MENKES/SK/XII/2002 tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut Penanggulangan Pneumonia Pada Balita. 21. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1116/MENKES/SK/VIII/2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan. 22. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 300/MENKES/SK/IV/2009 tentang Pedoman Penanggulangan Episenter Pandemi Influenza. 23. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 311/MENKES/SK/V/2009 Tentang Penetapan Penyakit Flu Baru H1N1 (Mexican Strain) Sebagai Penyakit Yang Dapat Menimbulkan Wabah. 24. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 375/MENKES/SK/V/2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-2025. 25. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.03.01/160/I/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014. 26. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 021/MENKES/SK/I/2011 Tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014.
BAB II
2. Kesiapsiagaan dan Respon terhadap Pandemi Influenza serta penyakit saluran pernapasan lain yang berpotensi wabah
Kasus flu burung (FB) pada manusia di Indonesia pertama kali ditemukan pada Juni 2005. Kasus FB pada manusia kumulatif sudah tersebar di 13 propinsi (Sumut, Sumsel, Sumbar, Lampung, Riau, Banten, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, DI Yogyakarta, Sulsel dan Bali) dan 53 kabupaten/kota. Klaster terbesar ditemukan di Kabupaten Karo, Sumut dimana 6 orang meninggal dari 7 kasus positif (confirmed). Pada tahun 2011, kasus FB masih ditemukan di 4 provinsi yaitu DKI Jakarta, Jabar,
5
DI Yogyakarta dan Bali. Indonesia masih pada fase 3 pandemi (penularan dari hewan ke manusia), belum ada bukti penularan antar manusia yang efisien. Indonesia adalah yang terbanyak kasus FB di dunia dengan kematian 149 orang dari 181 kasus positif (CFR 82,3%) dan 15 klaster (Oktober 2011). Walaupun kasus FB di Indonesia tetap ditemukan, namun jumlah kumulatif kasus pertahun sudah menunjukkan penurunan. Disaat Indonesia sedang berupaya menanggulangi kasus flu burung, dunia dikejutkan dengan munculnya virus Influenza A Baru (H1N1) di San Diego, Amerika Serikat dan menyebar ke Mexico pada April 2009, yang menyebar dengan cepat ke berbagai negara di dunia. Sampai dengan Februari 2010, sudah menyebar lebih dari 211 negara dan menyebabkan kematian sekitar 15.000 orang. Sedangkan di Indonesia ditemukan 1.097 kasus positif dan 10 orang (CFR 0.9%) diantaranya meninggal (10 Februari 2010). Melihat kejadian pandemi sebelumnya, ada kekhawatiran bahwa kemungkinan akan terjadi mutasi virus flu burung atau reassortment (pencampuran genetik 2 virus influenza atau lebih) yang akan menyebabkan timbulnya virus baru yang patogenitasnya tinggi dan menular antar manusia secara efisien. Oleh karena itu semua negara di dunia tetap mewaspadai kemungkinan tersebut dengan penguatan kesiapsiagaan dan respon (core capability) sesuai situasi negara masing-masing. Indonesia telah menyusun Rencana Strategi Penanggulangan Flu Burung dan Kesiapsiagaan Pandemi Influenza tahun 2005. Berbagai upaya pengendalian telah dilakukan oleh Kemenkes antara lain penyiapan rumah sakit rujukan,penguatan surveilans, laboratorium virologi dan BSL-3, KIE, aspek hukum, logistik, koordinasi LP/LS, kerjasama internasional dan simulasi. Subdit ISPA bekerjasama dengan LP/LS telah melaksanakan simulasi penanggulangan episenter pandemi influenza di Bali (April 2008) dan Makassar (April 2009), Tabletop Exercise di 6 propinsi (Jabar, Sumut, Jambi, Bengkulu, Sulut dan Sulteng), penyusunan rencana kontijensi penanggulangan episenter di 11 propinsi (Sumut, Sumsel, Sumbar, Lampung, Riau, Banten, Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim dan Sulsel) dan 80 kabupaten/kota, penyusunan pedoman dan modul, sosialisasi H1N1 ke 33 propinsi dengan melibatkan LP/LS, dll. Melihat data diatas masih banyak propinsi dan kabupaten/kota yang diharapkan dapat mengadopsi atau mereplikasi sesuai dengan kondisi wilayah masing-masing.
Tujuan dibangunnya sistem surveilans sentinel pneumonia ini adalah: Mengetahui gambaran kejadian pneumonia dalam distribusi epidemiologi menurut waktu, tempat dan orang di wilayah sentinel Mengetahui jumlah kematian, angka fatalitas kasus (CFR) pneumonia usia 0 59 bulan (Balita) dan 5 tahun Tersedianya data dan informasi faktor risiko untuk kewaspadaan adanya sinyal epidemiologi episenter pandemi influenza Terpantaunya pelaksanaan program ISPA Dalam pelaksanaannya, kendala utama yang dihadapi adalah ketepatan dan kelengkapan laporan. Disamping itu, pengiriman laporan masih bulanan dan hanya beberapa lokasi sentinel yang menggunakan fasilitas internet dan fax sehingga berdampak pada kelambatan deteksi dini, analisis data dan umpan balik.
2. Tujuan Khusus
a. Pengendalian Pneumonia Balita. Tercapainya cakupan penemuan pneumonia Balita sebagai berikut (tahun 2010: 60%, tahun 2011: 70%, tahun 2012: 80%, tahun 2013: 90%, tahun 2014: 100%) Menurunkan angka kematian pneumonia Balita sebagai kontribusi penurunan angka kematian Bayi dan Balita, sesuai dengan tujuan MDGs (44 menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup) dan Indikator Nasional Angka Kematian Bayi (34 menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup). b. Kesiapsiagaan dan Respon terhadap Pandemi Influenza serta penyakit saluran pernapasan lain yang berpotensi wabah. Tersusunnya dokumen Rencana Kontijensi Kesiapsiagaan dan Respon terhadap Pandemi Influenza di 33 provinsi pada akhir tahun 2014. Tersusunnya Pedoman dan Petunjuk Pelaksanaan Penanggulangan Pandemi Influenza pada akhir tahun 2014. Tersosialisasinya pedoman-pedoman yang terkait dengan Kesiapsiagaan dan Respon Pandemi Influenza pada akhir tahun 2014. Tersusunnya Pedoman Latihan (Exercise) dalam Kesiapsiagaan dan Respon Pandemi Influenza pada akhir tahun 2014. c. Pengendalian ISPA umur 5 tahun Terlaksananya kegiatan Surveilans Sentinel Pneumonia di Rumah Sakit dan Puskesmas dari 10 provinsi pada tahun 2007 menjadi 33 provinsi pada akhir tahun 2014. d. Faktor risiko ISPA Terjalinnya kerjasama/ kemitraan dengan unit program atau institusi yang kompeten dalam pengendalian faktor risiko ISPA khususnya Pneumonia.
C. SASARAN
1. Pengendalian Pneumonia Balita
Balita (< 5 tahun)
2. Kesiapsiagaan dan Respon terhadap Pandemi Influenza serta penyakit saluran pernapasan lain yang berpotensi wabah.
Pengambil kebijakan dan pemangku kepentingan terkait di pusat dan daerah. Unit-unit esensial, swasta, media massa serta Lembaga Swadaya Masyarakat. Kelompok umur 5 tahun di fasilitas pelayanan kesehatan Lintas program dan lintas sektor Masyarakat
D. KEBIJAKAN
Untuk mencapai tujuan pengendalian pneumonia dan influenza maka ditetapkan kebijakan operasional sebagai berikut : 1. Advokasi kepada pemangku kepentingan di semua tingkat untuk membangun komitmen dalam pencapaian tujuan pengendalian ISPA. 2. Pengendalian ISPA dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 3. Peningkatan penemuan kasus dan tatalaksana pneumonia Balita sesuai dengan standar di semua fasilitas pelayanan kesehatan. 4. KIE pengendalian ISPA melalui berbagai media sesuai dengan kondisi sosial dan budaya setempat. 5. Ketersediaan logistik pengendalian ISPA menjadi tanggung jawab pusat dan daerah. 6. Pengendalian ISPA dilaksanakan melalui kerjasama dan jejaring dengan lintas program, lintas sektor, swasta, perguruan tinggi dan organisasi non pemerintah baik nasional maupun internasional. 7. Meningkatkan kualitas pelayanan melalui peningkatan kemampuan sumber daya, pembinaan/supervisi, sistem pemantauan dan evaluasi program serta sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat. 8. Autopsi verbal dilakukan dalam rangka menentukan penyebab kematian Balita. 9. Penyusunan rencana kontinjensi kesiapsiagaan dan respon pandemi influenza di semua tingkat. 10. Rencana pengendalian pneumonia disusun berbasis bukti (evidence based)
E. STRATEGI
Strategi Pengendalian ISPA di Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Membangun komitmen dengan pengambil kebijakan di semua tingkat dengan melaksanakan advokasi dan sosialisasi pengendalian ISPA dalam rangka pencapaian tujuan nasional dan global. 2. Penguatan jejaring internal dan eksternal (LP/LS, profesi, perguruan tinggi, LSM, ormas, swasta, lembaga internasional, dll). 3. Penemuan kasus pneumonia dilakukan secara aktif dan pasif. 4. Peningkatan mutu pelayanan melalui ketersediaan tenaga terlatih dan logistik. 5. Peningkatan peran serta masyarakat dalam rangka deteksi dini pneumonia Balita dan pencarian pengobatan ke fasilitas pelayanan kesehatan. 6. Pelaksanaan Autopsi Verbal Balita di masyarakat. 7. Penguatan kesiapsiagaan dan respon pandemi influenza melalui penyusunan rencana kontinjensi di semua jenjang, latihan (exercise), penguatan surveilans dan penyiapan sarana prasana. 8. Pencatatan dan pelaporan dikembangkan secara bertahap dengan sistem komputerisasi berbasis web. 9. Monitoring dan pembinaan teknis dilakukan secara berjenjang, terstandar dan berkala. 10. Evaluasi program dilaksanakan secara berkala.
10
BAB III
1. Advokasi
Dapat dilakukan melalui pertemuan dalam rangka mendapatkan komitmen dari semua pengambil kebijakan.
2. Sosialisasi
Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman, kesadaran, kemandirian dan menjalin kerjasama bagi pemangku kepentingan di semua jenjang melalui pertemuan berkala, penyuluhan/KIE.
PNeumoNia Berat PNeumoNia 2 Bulan <5 tahun BukaN PNeumoNia PNeumoNia Berat < 2 Bulan BukaN PNeumoNia
Secara terinci dapat dibaca pada buku Tatalaksana Pneumonia Balita atau Bagan Tatalaksana pneumonia terlampir.
12
Contoh: Angka insidens Pneumonia Balita =10% Perkiraan jumlah Balita = 10% jumlah penduduk Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Melati = 30.000 orang Maka: Perkiraan jumlah penderita pneumonia di wilayah kerja tersebut per tahun adalah: 10% x 10% x 30.000 = 300 Balita/tahun Perkiraan Jumlah penderita pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Melati per bulan adalah : 10% x 10% x 30.000 = 25 Balita/bulan 12 Perhitungan per bulan bermanfaat untuk pemantauan dalam pencapaian target penderita pneumonia Balita.
3. Target
Target penemuan penderita pneumonia Balita adalah jumlah penderita pneumonia Balita yang harus ditemukan/dicapai di suatu wilayah dalam 1 tahun sesuai dengan kebijakan yang berlaku setiap tahun secara nasional. Contoh: Kebijakan tahun 2011 target penemuan penderita pneumonia Balita = 70% Maka Puskesmas Melati: Jumlah (minimal) penderita pneumonia Balita yang harus dicapai adalah : 70% x 300 penderita pneumonia Balita = 210 Balita/tahun 70% x 210 penderita pneumonia Balita = 17-18 Balita/bulan 12 Bila Puskesmas Melati dalam setahun menemukan 180 penderita maka pencapaian target penemuan adalah: 180 x 100% = 60% 300 Berarti Puskesmas Melati tidak mencapai target 70%, oleh karena itu perlu dianalisis penyebab permasalahannya sehingga dapat diketahui pemecahan masalah dan dapat ditindaklanjuti untuk tahun berikutnya.
13
Setelah penderita pneumonia Balita ditemukan dilakukan tatalaksana sebagai berikut: a. Pengobatan dengan menggunakan antibiotik: kotrimoksazol, amoksisilin selama 3 hari dan obat simptomatis yang diperlukan seperti parasetamol, salbutamol (dosis dapat dilihat pada bagan terlampir). b. Tindak lanjut bagi penderita yang kunjungan ulang yaitu penderita 2 hari setelah mendapat antibiotik di fasilitas pelayanan kesehatan. c. Rujukan bagi penderita pneumonia berat atau penyakit sangat berat.
14
Bagan 3.3. Tatalaksana Anak Batuk dan atau Kesukaran Bernapas Umur 2 Bulan - < 5 Tahun.
Untuk mengetahui lebih jelas tentang tatalaksana penderita ISPA ini dapat dipelajari: a. Buku Tatalaksana Pneumonia Balita oleh Direktorat Jenderal PP & PL Kementerian Kesehatan, 2010; b. Modul Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) oleh Departemen Kesehatan 2008; c. DVD Tatalaksana pneumonia Balita oleh Direktorat Jenderal PP & PL Kementerian Kesehatan, 2010; d. Bagan Tatalaksana Penderita Batuk dan Kesukaran Bernapas Pada Balita (terlampir).
15
C. KETERSEDIAAN LOGISTIK
Dukungan logistik sangat diperlukan dalam menunjang pelaksanaan pengendalian ISPA. Penyediaan logistik dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah. Sesuai dengan pembagian kewenangan antara pusat dan daerah maka pusat akan menyediakan prototipe atau contoh logistik yang sesuai standard (spesifikasi) untuk pelayanan kesehatan. Selanjutnya pemerintah daerah berkewajiban memenuhi kebutuhan logistik sesuai kebutuhan. Logistik yang dibutuhkan antara lain:
1. Obat
Tablet Kotrimoksazol 480 mg Sirup Kotrimoksazol 240 mg/5 ml Sirup kering Amoksisilin 125 mg/5 ml Tablet Parasetamol 500 mg Sirup Parasetamol 120 mg/5 ml. Pola penghitungan jumlah obat yang diperlukan dalam satu tahun di suatu daerah didasarkan pada rumus berikut : Kebutuhan tablet Kotrimoksazol 480 mg setahun = Cakupan tahun sebelumnya x perkiraan pneumonia Balita x 6 tablet + 10% bufferstock Kebutuhan sirup Kotrimoksasol 240mg/5ml setahun = Cakupan tahun sebelumnya x perkiraan pneumonia Balita x 2 botol + 10% bufferstock Kebutuhan sirup Amoksisilin 125mg/5ml setahun = Cakupan tahun sebelumnya x perkiraan pneumonia Balitax 2 botol + 10% bufferstock Kebutuhan tablet Parasetamol 500 mg setahun = Cakupan tahun sebelumnya x perkiraan pneumonia Balita x 6 tablet + 10% bufferstock
Obat-obat tersebut di atas merupakan obat yang umum digunakan di Puskesmas untuk berbagai penyakit sehingga dalam penyediaannya dilakukan secara terpadu dengan program lain dan proporsi sesuai kebutuhan. Jika memungkinkan dapat disediakan antibiotik intramuskular: Ampisilin dan Gentamisin. Untuk menghindari kelebihan obat maka perhitungan kebutuhan obat berdasarkan hasil cakupan tahun sebelumnya dengan tambahan 10% sebagai buffer stock.
16
Contoh penghitungan kebutuhan obat: Target cakupan tahun 2011 = 70% Pencapaian cakupan tahun 2010 = 30% Perkiraan jumlah penderita pneumonia Balita = 300 Balita/tahun Kebutuhan tablet Kotrimoksazol 480 mg setahun = hasil cakupan tahun sebelumnya x perkiraan pneumonia balita x 6 tablet + 10% bufferstock = (30% x 300 x 6 tablet ) + 10% (30% x 300 x 6 tablet ) = 540 tablet + 54 tablet = 594 tablet
2. Alat
a. Acute Respiratory Infection Soundtimer (ARI Soundtimer) Digunakan untuk menghitung frekuensi napas dalam 1 menit. Alat ini memiliki masa pakai maksimal 2 tahun (10.000 kali pemakaian). Jumlah yang diperlukan minimal: i. Puskesmas 3 buah di tiap Puskesmas 1 buah di tiap Pustu 1 buah di tiap bidan desa, Poskesdes, Polindes, Ponkesdes ii. Kabupaten 1 buah di dinas kesehatan kabupaten/kota 1 buah di rumah sakit umum di ibukota kabupaten/kota iii. Provinsi 1 buah di dinas kesehatan provinsi 1 buah di rumah sakit umum di ibukota provinsi.
b. Oksigen konsentrator Untuk memproduksi oksigen dari udara bebas. Alat ini diperuntukkan khususnya bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan rawat inap dan unit gawat darurat yang mempunyai sumber daya energi (listrik/ generator). c. Oksimeter denyut (Pulseoxymetry) Sebagai alat pengukur saturasi oksigen dalam darah diperuntukan bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki oksigen konsentrator.
3. Pedoman
Sebagai pedoman dalam melaksanakan pengendalian ISPA. Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan Puskesmas masing-masing minimal memiliki 1 set buku pedoman Pengendalian ISPA, yang terdiri dari: a. Pedoman Pengendalian ISPA b. Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita c. Pedoman Autopsi Verbal d. Pedoman Penanggulangan Episenter Pandemi Influenza e. Pedoman Respon Nasional menghadapi Pandemi Influenza
17
D. SUPERVISI
Supervisi dilakukan untuk menjamin pelaksanaan pengendalian ISPA berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan/ditetapkan dalam pedoman baik di provinsi, kabupaten/kota, Puskesmas dan rumah sakit menggunakan instrumen supervisi (terlampir). Supervisi dilakukan secara berjenjang difokuskan pada propinsi, kab/kota, Puskesmas yang: pencapaian cakupan rendah pencapaian cakupan tinggi namun meragukan kelengkapan dan ketepatan laporan yang kurang baik
1. Pelaksana supervisi:
a. b. c. d. petugas petugas petugas petugas
2. Alat:
Formulir (checklist) untuk supervisi mencakup aspek manajemen program (pencapaian target, pelatihan, logistik) dan aspek tatalaksana.
18
3. Luaran
Luaran dari kegiatan supervisi dan bimbingan teknis pengendalian ISPA adalah : data umum wilayah data pencapaian target program data pelatihan data logistik identifikasi masalah cara pemecahan masalah langkah tindak lanjut, dan laporan supervisi dan bimbingan teknis.
19
serta diskusi dengan DPRD dan sebagainya, serta dituangkan dalam bentuk buletin, laporan tahunan ataupun laporan khusus. Dalam pelaksanaan Pengendalian ISPA di Indonesia diagnosis tidak dianggap sama dengan klasifikasi tatalaksana sehingga timbul kerancuan dalam pencatatan dan pelaporan. Oleh karena itu dalam klasifikasi Bukan Pneumonia tercakup berbagai diagnosis ISPA (non Pneumonia) seperti: common cold/ selesma, faringitis, Tonsilitis, Otitis, dsb. Dengan perkataan lain Batuk Bukan Pneumonia merupakan kelompok diagnosis.
2. Jejaring
Untuk keberhasilan program Pengendalian ISPA diperlukan peningkatan jejaring kerja (networking) dengan pemangku kepentingan. Berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari jejaring antara lain pengetahuan, keterampilan, informasi, keterbukaan, dukungan, membangun hubungan, dll dalam upaya pengendalian pneumonia di semua tingkat. Jejaring dapat dibangun dengan berbagai pemangku kepentingan sesuai dengan kebutuhan wilayah (spesifik wilayah) baik sektor pemerintah, swasta, perguruan tinggi, lembaga/organisasi non pemerintah, dll. Jejaring dapat dibangun melalui pertemuan atau pembuatan kesepahaman (MOU). Untuk menjaga kesinambungan jejaring, maka komunikasi perlu secara intensif melalui pertemuan-pertemuan berkala dengan mitra terkait.
20
21
Sasaran: Pengelola program ISPA provinsi Pengelola program ISPA kabupaten/kota Pengelola program ISPA Puskesmas Materi: Pedoman/modul Pelatihan Manajemen Pengendalian ISPA terbitan Kementerian Kesehatan. Penyelenggaraan: Jumlah peserta maksimal: 30 orang per kelas Rasio fasilitator dengan peserta diupayakan 1 : 5 Lama Pelatihan: 4 hari
c. Pelatihan Promosi Pengendalian Pneumonia Balita Tujuan: Peserta latih memahami dan mampu mengembangkan promosi penanggulangan Pneumonia melalui advokasi, bina suasana dan penggerakan masyarakat. Sasaran: Pengelola program ISPA provinsi, kabupaten/kota Pengelola program Promosi Kesehatan provinsi, kabupaten/kota Materi: Buku Pedoman/modul Promosi Pengendalian Pneumonia Balita. Penyelenggaraan: Jumlah peserta maksimal: 30 orang per kelas Rasio pengajar/fasilitator dengan peserta diupayakan 1 : 5 Lama pelatihan: 4 hari
22
H. PENGEMBANGAN PROGRAM
1. Kesiapsiagaan dan respon Pandemi influenza
Kegiatan meliputi: Penyusunan pedoman Pertemuan lintas program dan lintas sektor Latihan (exercise) seperti desktop/tabletop, simulasi lapangan Kegiatan di Puskesmas dan RS sentinel meliputi: Penemuan dan tatalaksana pneumonia semua golongan umur. Pengumpulan data pneumonia untuk semua golongan umur. Pelaporan dari Puskesmas dan RS sentinel langsung ke Subdit P ISPA dengan tembusan ke kab/kota dan propinsi. Pengolahan dan analisis data dilakukan di semua jenjang. Umpan balik dari Pusat ke Puskesmas dan RS sentinel dan tembusan ke kab/kota dan propinsi. Pembinaan/monitoring kegiatan pelaksanaan sentinel.
23
3. Kajian/pemetaan
Pengetahuan, sikap dan perilaku (KAP) yang terkait pneumonia. Kesakitan (termasuk faktor risiko) dan kematian. Pengendalian pneumonia di fasilitas kesehatan. Penggunaan dan pemeliharaan logistik ISPA Terapi oksigen dalam tatalaksana kasus pneumonia
24
2. Indikator masukan
a. Sumber Daya Manusia Tenaga fasilitas pelayanan kesehatan yang terlatih dalam manajemen program dan teknis pengendalian ISPA. Proporsi Puskesmas dengan Tenaga Terlatih Pembilang (a): Jumlah Puskesmas dengan tenaga terlatih yang ada di suatu wilayah tertentu. Penyebut (b): Jumlah seluruh Puskesmas yang ada di wilayah tersebut Cara perhitungan: a x 100% b Tenaga pengelola Pengendalian ISPA terlatih di kabupaten/kota dan provinsi b. Sarana dan Prasarana Jumlah RS Rujukan (FB/AI, Influenza Pandemi) yang memiliki ruang isolasi, ruang rawat intensif/ICU dan ambulans. Tersedianya Alat komunikasi
25
c. Logistik Tersedianya alat: sound timer dan oksigen konsentrator Proporsi Puskesmas yang memiliki Alat Bantu Hitung Napas atau Sound Timer Pembilang (a): Jumlah Puskesmas yang memiliki sound timer di suatu wilayah tertentu. Penyebut (b) : Jumlah semua Puskesmas yang ada di wilayah tersebut. Cara perhitungan: a x 100% 3b Ketersediaan antibiotik Ketersediaan antiviral (oseltamivir) Ketersediaan obat-obat penunjang (penurun panas, dll) Ketersediaan APD untuk petugas RS, laboratorium, Puskesmas dan lapangan. Ketersediaan pedoman Media KIE dan media audio visual a. Cakupan penemuan Pneumonia Balita Pembilang (a): Jumlah kasus Pneumonia Balita yang ditemukan di suatu wilayah kerja Puskesmas dalam 1 tahun. Penyebut (b): Perkiraan jumlah penemuan Pneumonia Balita di wilayah kerja Puskesmas tersebut dalam 1 tahun (10% dari jumlah Balita). Cara penghitungan: a x 100% b
b. Jumlah Kasus dan CFR di rumah sakit c. Cakupan profilaksis massal pada penanggulangan episenter pandemi
a. Jumlah propinsi sentinel mencapai 33 provinsi (66 Puskesmas dan 66 RS) tahun 2014. b. Rencana Kontinjensi Penanggulangan Episenter Pandemi Influenza: 33 provinsi tahun 2014. c. Kelengkapan laporan: 100% d. Ketepatan laporan: 80%
26
BAB IV
PERAN JAJARAN KESEHATAN, PEMANGKU KEPENTINGAN DAN MASYARAKAT DALAM PENGENDALIAN ISPA
Pengendalian ISPA tidak dapat dilaksanakan hanya dari jajaran kesehatan saja namun harus didukung pemangku kepentingan dan masyarakat agar dapat mencapai tujuan. Dukungan tersebut diperlukan dalam berbagai kegiatan pengendalian ISPA baik sarana, prasarana, sumber daya manusia dan dana sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Peran jajaran kesehatan, pemangku kepentingan dan masyarakat dalam pengendalian ISPA dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1. PERAN JAJARAN KESEHATAN, PEMANGKU KEPENTINGAN DAN MASYARAKAT DALAM PENGENDALIAN ISPA
PEMANGKU KEPENTINGAN RUMAH SAKIT DINKES PROV PUSKESMAS TNI & POLRI NO 1 KEGIATAN INSTANSI MASYARAKAT V V V RS RUJUKAN
DINKES KAB/KOTA
Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan) di setiap jenjang untuk mendapatkan V V dukungan dalam pengendalian pneumonia dan kesiapsiagaan menghadapi episenter PI dan PI. V V V V V V
2 Membangun komitmen dan kerjasama tim dalam pengendalian pneumonia dan kesiapsiagaan menghadapi episenter dan PI. 3 Melakukan sosialisasi dalam tatalaksana standar. V V V
V V V
V V
4 Penyebarluasan informasi melalui forum koordinasi, V V V V lokakarya disemua tingkat. 5 Deteksi dini kasus-kasus pneumonia dan klaster 6 Tatalaksana kasus pneumonia sedini mungkin V V V V V V V V V
V V V
8 Kunjungan rumah bagi kasus yang tidak melakukan V kunjungan ulang 9 Merujuk kasus pneumonia berat ke RS
27
LSM/NGO V
PEMDA
PUSAT
PEMANGKU KEPENTINGAN
RUMAH SAKIT
DINKES PROV
RS RUJUKAN
PUSKESMAS
DINKES KAB/KOTA
KEGIATAN
12 Menerapkan kewaspadaan universal dalam tatalaksana kasus pneumonia yang di duga karena V V V FB/AI dan Influenza Pandemi 13 Membantu Penanggulangan Episenter Pandemi Influenza yang dilakukan Dinkes Kab/kota 14 Membantu kegiatan surveilans dan observasi kontak kasus klaster pneumonia 15 Melaksanakan kegiatan SKD KLB V V V V V V V V V
V V V
V V V V V V V
16 Memfasilitasi dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota dalam PE dan penanggulangan. 17 Bekerjasama dengan dinas terkait setempat untuk penyelidikan dan penanggulangan faktor risiko 18 V V V
Menyediakan anggaran untuk pengendalian pneumonia dan kesiapsiagaan menghadapi V episenter PI dan PI termasuk penyusunan rencana kontijensi. V V
19 Menyusun pedoman pengendalian ISPA dan pedoman penanggulangan episenter PI dan PI 20 Menetapkan kebijakan nasional pengendalian pneumonia, kesiapsiagaan menghadapi episenter PI dan PI.
V V
V V V
V V V
V V
V V
V V
V V
21 Memfasilitasi pembentukan posko dan kesiapsiagaan pandemi influenza 22 Menetapkan peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan bupati, kebijakan dan pedoman yang mendukung pelaksanaan program pengendalian ISPA
V V
23 Menyediakan anggaran untuk logistik ISPA (sound timer, oksigen konsentrator, pedoman, bahan KIE, formulir ISPA, dll). 24 Bantuan transportasi dalam pendistribusian logistik essensial. 25 Penyediaan sarana dan prasarana terutama dalam penyediaan rumah sakit lapangan, dapur umum, dan lain-lain.
V V V
V V V
V V V
V V V V
26 Pengamanan infra struktur/sarana vital (air, listrik, makanan, obat-obatan, dll) pada saat episenter maupun pandemi. 27 Melakukan supervisi dan bimbingan teknis berjenjang. V V V
28
LSM/NGO V V
PEMDA
PUSAT
NO
INSTANSI
MASYARAKAT
PEMANGKU KEPENTINGAN
RUMAH SAKIT
DINKES PROV
RS RUJUKAN
PUSKESMAS
DINKES KAB/KOTA
KEGIATAN
28 Pelaporan berjenjang dalam 24 jam sejak terdeteksi kasus klaster pneumonia 29 Melakukan Pencatatan dan Pelaporan bulanan 30 Menyajikan dan menganalisis data dalam bentuk tabel, grafik, peta, dll 31 Menggunakan data untuk perencanaan program ISPA
V V V V
V V V V
V V V V
V V V V
V V V V
V V V V V V V V
32 Mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi data serta mengambil tindakan atau keputusan V V V V V berdasarkan data tersebut. 33 Memberikan umpan balik pelaporan dan pencapaian kinerja. 34 V V
Memfasilitasi pengembangan sistem surveilans, sistem informasi/pelaporan, serta sistem V kesiapsiagaan dan penanggulangan episenter PI dan Pandemi Influenza. V V
35 Koordinasi dengan Camat, Lurah,RT dan RW dalam upaya penanggulangan faktor risiko
V V
37 Koordinasi penanggulangan dan pelaporan dengan Dinkes Kab/kota, prov dan pusat.
V V
38 Menyelenggarakan pertemuan berkala Lintas Program untuk memantau kemajuan program serta V V V V V pemecahan masalah yang timbul. 39 Kerjasama dengan lembaga regional dan internasional dalam pengendalian pneumonia dan kesiapsiagaan menghadapi episenter PI dan Pandemi Influenza
40 Melatih kader kesehatan, desa siaga & Posyandu dalam mengenal tanda pneumonia dan upaya V pencegahannya. 41
Menyiapkan Tim penanggulangan Episenter PI dan kesiapsiagaan PI di RS Rujukan atau V V V V mendayagunakan Tim Pengendalian Infeksi yang sudah ada. V V V V
42 Menyelenggarakan pelatihan tatalaksana kasus standard pneumonia bagi petugas kesehatan. 43 Menyelenggarakan pelatihan manajemen program ISPA bagi penanggung jawab program ISPA
29
LSM/NGO
PEMDA
PUSAT
NO
INSTANSI
MASYARAKAT
PEMANGKU KEPENTINGAN
RUMAH SAKIT
DINKES PROV
RS RUJUKAN
PUSKESMAS
DINKES KAB/KOTA
KEGIATAN
V V V V V V V V
45 Menyelenggarakan TOT bagi petugas kesehatan. 46 Menyelenggarakan TOT untuk petugas kesehatan tingkat provinsi dan pelatihan laboratorium regional. 47 Mobilisasi dukungan personil, terutama saat terjadi episenter dan PI dalam pelaksanaan tindakan karantina dan pembatasan kegiatan sosial. 48 V
Mengembangkan laboratoriumBadan Litbangkes sebagai laboratorium rujukan nasional influenza dengan kapasitas BSL3 dan 8 laboratorium regional dengan kapasitas pemeriksaan RTPCR V V V V V V
V V
51 Menyusun rencana jangka menengah (5 tahun) dan tahunan pengendalian ISPA dan kesiapsiagaan V V menghadapi episenter PI dan PI. 52 Pemantauan berkala dan Evaluasi tahunan pencapaian kinerja dan pemecahan masalah yang dihadapi. V V
30
LSM/NGO
PEMDA
PUSAT
NO
INSTANSI
MASYARAKAT
BAB V
PENUTUP
Pengendalian ISPA telah dikembangkan sejak tahun 1984 namun hingga saat ini penyakit ISPA masih merupakan masalah kesehatan karena pneumonia merupakan penyakit pembunuh utama Balita di dunia dan nomor dua di Indonesia tetapi masih sedikit perhatian terhadap upaya pengendalian di Indonesia. Oleh karena itu perlu perhatian dari seluruh elemen bangsa yaitu kemauan politik pemerintah dan pemerintah daerah, lembaga legislatif (DPR, DPD, DPRD) dan peran aktif dari pemangku kepentingan terkait terhadap Pengendalian ISPA. Buku pedoman pengendalian ISPA di Indonesia ini merupakan revisi dari buku pedoman sebelumnya dan diharapkan dapat menjadi acuan bagi seluruh jajaran kesehatan baik di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota dalam pengendalian ISPA di Indonesia. Buku pedoman ini merupakan dokumen hidup (living document) yang dapat berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Selain itu, dokumen ini terbuka terhadap saran-saran untuk perbaikan dan penyempurnaan.
31
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Balitbangkes. 2008. Riskesdas Indonesia tahun 2007. Depkes RI. Jakarta. 2. Berman, S. 1991. Epidemiology of acute respiratory infections in children of developing countries. Rev Infect Dis;13 Suppl 6:S454-62. 3. Brankston, G., Gitterman, L., Hirji, Z., Lemieux, C., Gardam, M. 2007. Transmission of influenza A in human beings. Lancet Infect Dis;7(4):257-65. 4. CDC. 2003. Guidelines for Environmental Infection Control in Health-Care Facilities. MMWR; 52(RR-10). 5. CDC. 2003. Outbreaks of severe acute respiratory virus-worldwide 2003. MMWR; 52:226-8. 6. Departemen Kesehatan. 2007. Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita. Depkes RI. 7. Depkes. 2008. Modul Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Departemen Kesehatan. 8. Departemen Kesehatan. 2008. Pedoman Penanggulangan Episenter Pandemi Influenza. Depkes RI. 9. Fraser, C., Riley, S., Anderson, RM., Ferguson, NM. 2004. Factors that make an infectious disease outbreak controllable. Proc Natl Acad Sci USA;101(16):6146-51. 10. Kobe. 2004. A glossary of terms for community health care and services for older persons. World Health Organization. 11. Last, J. 2001. A dictionary of epidemiology. New York: Oxford University Press. 12. Roy, CJ., Milton, DK. 2004. Airborne transmission of communicable infection-the elusive pathway. N Engl J Med 2004;350(17):1710-2. 13. Rudan, Igor., et al. 2008. Insidens global dan Asia Tenggara. Bulletin of the World Health Organization 2008; 86: 408416. 14. Rudan, Igor., et al. 2008. Epidemiology and etiology of childhood pneumonia. Bulletin of the World Health Organization 2008; 86: 408416. 15. Stedman, TL. 2006. Stedmans medical dictionary. 28th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 16. Unicef. 2006. Pneumonia The Forgotten Killer of Children. WHO. 17. World Health Report. 2004. Changing History [electronic resource]. Geneva: World Health Organization. 18. WHO. 2007. Indoor Air Pollution from Solid Fuels and Risk of Low Birth Weight and Stillbirt. Geneva: World Health Organization. 19. WHO. 2007. Avian Influenza, Including Influenza A (H5N1), in Humans: WHO Interim Infection Control Guidelines for Health Care Facilities. WHO Regional Office for the Western Pacific. (Accessed 25 May 2007, at http://www.who.int/csr/disease/avian_influenza/ guidelines/infectioncontrol1/en/index.html.)
33
34
LAMPIRAN
35
36
LAMPIRAN 1
INDIKATOR PENEMUAN ISPA CARA No INdIkAtoR PeMBIlANG PeNYeBut PeRHItuNGAN 1 Proporsi Puskesmas dengan Tenaga Terlatih 2 Jumlah Puskesmas dengan Jumlah seluruh tenaga terlatih yang ada di Puskesmas yang ada di suatu wilayah tertentu. wilayah tersebut. a x 100% b
Proporsi Puskesmas yang Jumlah Puskesmas yang Jumlah semua Puskesmas a x 100 memiliki Alat memiliki sound timer di yang ada di wilayah 3b Bantu Hitung Napas atau suatu wilayah tertentu tersebut. SoundTimer Jumlah Perkiraan penemuan Pneumonia Balita di wilayah kerja Puskesmas tersebut dalam 1 tahun (10% dari jumlah Balita). a x 100% b
3 Cakupan Penemuan Jumlah kasus Pneumonia Pneumonia Balita Balita yang ditatalaksana di suatu wilayah kerja Puskesmas dalam 1 tahun.
37
LAMPIRAN 2
DAFTAR LOKASI SENTINEL SURVEILANS PNEUMONIA DI INDONESIA
PROVINSI SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT RIAU SUMATERA SELATAN BANGKA BELITUNG LAMPUNG BANTEN JAWA BARAT JAWA TENGAH D.I. YOGYAKARTA JAWA TIMUR BALI NUSA TENGGARA BARAT KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN TIMUR SULAWESI UTARA SULAWESI TENGAH SULAWESI TeNGGARA SULAWESI SELATAN KAB/KOTA RUMAH SAKIT PUSKESMAS Langkat RSUD Stabat Tanjung Beringin Deli Serdang RSUD Lubuk Pakam Lubuk Pakam Pesisir Selatan RSUD Dr. M. Zein Painan Salido Payakumbuh RSUD Adnan Ibuh Pelelawan RSUD Selasih Pangkalan Kerinci Siak RSUD siak Sri Indrapura Bunga Raya Ogan Komering Ilir RSUD Kayu Agung S.P. Padang banyu Asin RSUD Banyu Asin pangkalan Balai Bangka RSUD Sungai Liat Sungai Liat Pangkal Pinang (K) RSUD Depati Hamzah Bukit Intan Metro RSUD Akhmad Yani Metro Lampung Selatan RSUD Kalianda Sidomulyo Cilegon RSUD Cilegon Purwakarta Serang (K) RSUD Serang Serang Karawang RSUD Karawang Adiarsa Majalengka RSUD Cideres Majalengka Kendal RSUD Dr. Suwondo Kendal Semarang RSUD Unggaran Bergas Gunung Kidul RSUD Wonosario Semin I Bantul RSUD Panembahan Senopati Sanden Gresik RSUD Ibnu Sina Alun-alun Sidoarjo RSUD Sidoarjo Taman Denpasar (K) RSUD Wangaya Denpasar Timur Buleleng RSUD Buleleng Sukasada I Lombok Timur RSUD Selong Terara Mataram (K) RSUD Mataram Ampenan Banjar Baru (K) RSUD Banjar Baru Banjar Baru Hulu Sungai Tengah RSUD H. Damanhuri Barabai Barabai Kapuas RSUD Dr. H. Soemarmo S. Melati Waringin Timur (K) RSUD Dr. Murdjani Sampit Ketapang II Samarinda (K) RSUD Abdul Muis Temindung Panajam Pasir Utara RSUD Penajam Penajam Pasir Utara Bitung (K) RSUD Bitung Gerian Weru Minahasa RSUD Sam Ratulangi Koya Palu (K) RSUD Anutapura Birobuli Parigi Moutong RSUD Anuntalako Parigi Kolaka RSUD Kolaka Wundulako Bombana RSUD Bombana Rumbia Takalar RSUD Takalar Galesong Selatan Gowa RSUD Syech Yusuf Bajeng
38
lAMPIRAN 3
REGISTER HARIAN PENDERITA ISPA
DI PUSKESMAS : .............................
KABUPATEN PROVINSI TAHUN KujuNGAN AlAMAt Baru Lama BP 8 10 11 4 5 6 7 L P P Ya Tetap Memburuk Tidak Membaik Rawat PB Jalan Rujuk 9 12 fRek. NAPAs uMuR (Bln) klAsIfIkAsI tINdAk lANjut ANtIBIotIkA KeteRANGAN (Meninggal) koNdIsI sAAt kuNjuNGAN ulANG
No
NAMA
No. ReG.
KETERANGAN : Pilih salah satu kolom beri tanda (V) Umur sesuai kolom jenis kelamin Jumlah napas/menit Diisi tanda (V) sesuai klasifikasi pneumonia BP = Bukan Pneumonia, P = Pneumonia, PB = Pneumonia Berat Kolom 9 : Kolom 10 : Kolom 11 : Kolom 12 : Kolom 13 : Diisi tanda (V) sesuai tindakan Pilih salah satu kolom, beri tanda (V) Pilih salah satu kolom, beri tanda (V) Diisi tanda (V) bila meninggal Diisi tanda (V) sesuai klasifikasi
No. Urut atau tanggal & bulan Kolom 5 : Nama Penderita Kolom 6 : Nomor Register (sesuai kartu status) Kolom 7 : Alamat Penderita Kolom 8 : (Kelurahan/desa/Dusun/RW)
39
lAMPIRAN 4
LAPORAN BULANAN PROGRAM PENGENDALIAN ISPA
PUSKESMAS : .............................
40
ReAlIsAsI PeNeMuAN PeNdeRItA Pneumonia %
<1th <1-4th Total <1th <1-4th Total <1th <1-4th <1th <1-4th <1th <1-4th Total
No Jumlah 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 3 4 5 6 7 8 9
PuskesMAs
JUMLAH
Mengetahui, ............,............................... 20..... Yang Melaporkan
NIP.
NIP.
lAMPIRAN 5
LAPORAN BULANAN PROGRAM PENGENDALIAN ISPA
KABUPATEN : .............................
No Jumlah 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 3 4 5 6 7 8 9
PuskesMAs
20
21
JUMLAH
Mengetahui, ............,............................... 20..... Yang Melaporkan
NIP.
NIP.
41
lAMPIRAN 6
LAPORAN BULANAN PROGRAM PENGENDALIAN ISPA
PROVINSI : .............................
42
ReAlIsAsI PeNeMuAN PeNdeRItA Pneumonia %
<1th <1-4th Total <1th <1-4th Total <1th <1-4th <1th <1-4th <1th <1-4th Total
No Jumlah 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 3 4 5 6 7 8 9
PuskesMAs
JUMLAH
Mengetahui, ............,............................... 20..... Yang Melaporkan
NIP.
NIP.
LAMPIRAN 7
STEMPEL ISPA
Umur Tahun Bulan Batuk: Hari Gangguan Napas: Kejang Stridor Wheezing Gizi buruk Hari
Tidak bisa minum Kurang bisa minum Kesadaran menurun Demam dingin
FRekueNsI NAPAs : kAlI PeR MeNIt Penyakit sangat Berat Batuk bukan Pneumonia Rawat jalan Antibiotika : Obat lain : Kontrol ulang : Hari Cara minum obat : Pemberian makanan-minuman :
l KlAsIfIkAsI
Pneumonia Berat
TINdAk lANjut :
Rujuk ke :
NAsIHAt :
l
43
LAMPIRAN 8
Form Puskesmas
44
BENAR SALAH 9. Apabila balita dengan klasifikasi Pneumonia memerlukan rujukan ? .......................................... BENAR SALAH 10. Apabila balita dengan Pneumonia Berat di rujuk ke RS ? ......................................................... BENAR SALAH 11. Pada klasifikasi Pneumonia yang mana, antibiotik tidak diberikan ? .......................................... BENAR SALAH 12. Sebutkan antibiotik Pneumonia lini I dan II : .......................................................................... BENAR SALAH 13. Sebutkan frekuensi pemberian antibiotik dan berapa lama pemberiannya : ................................ BENAR SALAH 14. Kapan diperlukan careseeking pada kasus Pneumonia : ........................................................... BENAR SALAH 15. Apakah saudara bisa mengoperasikan oksigen konsentrator (bila ada) ? BENAR 16. Apakah saudara bisa mengoperasikan ARI Sound Timer (bila ada) ? SALAH II B = YA(BENAR) / 16 x 100% II B = ............. % III. LOGISTIK ADA TIDAK 1. Apakah ada buku inventaris logistik ISPA ? (masuk, keluar barang) 2. Sebutkan jumlah logistik ISPA Jumlah Kondisi Baik - ARI Sound Timer : ........................ ........................ - O2 Konsentrator : ........................ ........................ - Buku Pedoman Pengendalian ISPA (Manajemen) : ........................ - Buku Tatalaksana ISPA/Pneumonia : ........................ - Stempel ISPA : ........................ - Buku Pedoman Penanggulangan Episenter Pandemi Influenza : ........................ - DVD Tatalaksana Pneumonia : ........................ ........................ - Kit Advokasi : ........................ - Kit Pemberdayaan Masyarakat : ........................ - Buku Saku H1N1 untuk dokter : ........................ - Buku Saku H1N1 untuk masyarakat : ........................ - Buku Tatalaksana H1N1 untuk Rumah Sakit : ........................ - Formulir Register Harian Puskesmas : ........................ - Lembar Balik Pneumonia : ........................ - Buku Respon Nasional Menghadapi Pandemi Influenza : ........................ - Formulir Laporan Bulanan : ........................
Analisa (berdasarkan hasil sementara temuan % perkelompok): I Data Dasar II A Manajemen Pengelolaan Program II B Tatalaksana III Logistik FORM REKOMENDASI Analisa (berdasarkan hasil sementara temuan % perkelompok): I Data Dasar II A Manajemen Pengelolaan Program II B tatalaksana III Logistik
: : : :
: : : :
Rekomendasi Berdasarkan hasil analisis sementara pada kunjungan pemantapan cakupan dan kualitas tatalaksana ISPA dapat direkomendasikan sebagai berikut : ........................................................................................................................................................ ........................................................................................................................................................ ........................................................................................................................................................ Supervisor, ..........., ............................ 20........ Responden,
....................................
45
LAMPIRAN 9
Form Kabupaten
I. DATA DASAR DI PUSKESMAS 1. Jumlah Puskesmas 2. Puskesmas Perawatan 3. Jumlah RS Pemerintah 4. Jumlah RS Swasta 5. Jumlah Penduduk 6. Jumlah Balita 7. Jumlah Poskesdes 8. Jumlah Pustu 9. Jumlah Kader Aktif
I = ADA / 9 x 100% I = ............. % II. MANAJEMEN P2 ISPA A. TAHUN SEBELUMNYA 1. Berapa cakupan penemuan Pneumonia tahun lalu ? ................. YA TIDAK 2. Apakah dalam perencanaan tahun lalu pengawas ISPA dilibatkan ? ADA 3. Berapa Anggaran ISPA/Pademi tahun lalu ? ................. TIDAK ADA TIDAK 4. Berapa Kab./Kota yang sudah dilatih/sosialisasi Pengendalian ISPA ? ................. ADA TIDAK 5. Berapa Puskesmas yang disupervisi/pembinaan Pengendalian ISPA tahun lalu ? ................. YA TIDAK 6. Berapa jumlah Puskesmas yang melapor lengkap (12 bulan ) tahun lalu ? ................. % YA TIDAK 7. Berapa jumlah Puskesmas yang melapor tepat waktu tahun lalu ? ................. % 8. Apakah ada umpan balik laporan ke Puskesmas (bulanan/triwulan) ? ADA TIDAK (Cek arsip umpan balik) bila tidak, apa sebabnya ? ................................................................. ADA TIDAK 9. Apakah saudara mengirimkan laporan bulanan secara lengkap ke Provinsi tahun lalu ? (Cek arsip bukti laporan ke Provinsi) ADA TIDAK 10. Apakah ada penyajian cakupan Pneumonia dalam bentuk grafik PWS, tabel, dll ? (Observasi apakah ada tampilan grafik/tabel) ADA TIDAK 11. Apakah ada laporan tahunan ISPA ? B. PADA TAHUN BERJALAN/SAAT KUNJUNGAN 1. Berapa target cakupan penemuan (insiden) Pneumonia Balita tahun ini ? ................. 2. Berapa target cakupan penemuan bulanan Pneumonia Balita tingkat Kab./Kota ? ................. 3. Berapa cakupan penemuan Pneumonia sampai bulan lalu ? ................. % 4. Apakah dalam perencanaan tahun ini petugas ISPA dilibatkan ? ................. 5. Berapa anggaran ISPA/Pandemi influenza tahun ini ? .................. (sebutkan sumbernya) ............................................................ ............................................................ 6. Berapa Puskesmas yang mempunyai tenaga khusus pengelola P2 ISPA ? ................................... 7. Berapa tenaga Puskesmas yang sudah atau akan dilatih Pengendalian ISPA tahun ini ? ............... 8. Berapa Puskesmas yang sudah atau akan disupervisi/pembinaan Pengendalian ISPA tahun ini ? 9. Berapa jumah Puskesmas yang melapor lengkap sampai bulan lalu ? .................. % 10. Berapa jumah Puskesmas yang melapor tepat waktu sampai bulan lalu ? .................. % 11. Apakah format laporan bulanan Program ISPA Kab./Kota sudah sesuai standart ? 12. Apakah sudah pernah dilaksanakan umpan balik ke Puskesmas tahun ini ? (Cek arsip umpan balik)
ADA ADA ADA YA ADA YA ADA ADA YA YA YA ADA
TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
46
ADA TIDAK 13. Apakah saudara sudah mengirimkan laporan bulanan secara lengkap ke Provinsi ? (Cek arsip bukti laporan ke Provinsi) ADA TIDAK 14. Apakah ada penyajian cakupan Pneumonia dalam bentuk grafik PWS, tabel, dll ? (Observasi apakah ada tampilan grafik/tabel) ADA TIDAK 15. Kendala apa saja yang dihadapi dalam pengendalian ISPA ? .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... II = YA(ADA) / 24 x 100% II = ............. % III. SUMBER DAYA MANUSIA YA TIDAK 1. Sebutkan ruang lingkup program pengendalian ISPA ? ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... YA TIDAK 2. sudah berapa lama saudara menjadi petugas ISPA ? .......................... YA TIDAK 3. Apakah saudara mempunyai tugas rangkap dengan program lain ? .......................... YA TIDAK 4. Apakah saudara pernah mengikuti pelatihan Pengendalian ISPA ? a. Manajemen ISPA b. Tatalaksana ISPA/MTBS YA TIDAK 5. Apakah saudara sudah pernah mempelajari buku Pedoman Pengendalian ISPA (Manajemen) ? YA TIDAK 6. Apakah saudara sudah pernah mengikuti orientasi/pelatihan oksigen konsentrator ? YA TIDAK 7. Apakah saudarah tahu cara penggunaan Sound Timer ? YA TIDAK 8. Apakah saudara mengetahui cara menghitung kebutuhan ARI Sound Timer, O2 konsentrator ? Bila ya, sebutkan ? ................................................................. III = YA(ADA) / 8 x 100% III = ............. % IV. LOGISTIK ADA TIDAK 1. Apakah ada buku inventaris logistik ISPA ? (masuk, keluar barang) 2. Sebutkan jumlah stok logistik Kab./Kota : Jumlah Kondisi Baik - ARI Sound Timer : ........................ ........................ - O2 Konsentrator : ........................ ........................ - Buku Pedoman Pengendalian ISPA (Manajemen) : ........................ - Buku Tatalaksana ISPA/Pneumonia : ........................ - Stempel ISPA : ........................ - Buku Pedoman Penanggulangan Episenter Pandemi Influenza : ........................ - DVD Tatalaksana Pneumonia : ........................ ........................ - Kit Advokasi : ........................ - Kit Pemberdayaan Masyarakat : ........................ - Buku Saku H1N1 untuk dokter : ........................ - Buku Saku H1N1 untuk masyarakat : ........................ - Buku Tatalaksana H1N1 untuk Rumah Sakit : ........................ - Formulir Register Harian Puskesmas : ........................ - Lembar Balik Pneumonia : ........................ - Buku Respon Nasional Menghadapi Pandemi Influenza : ........................ - Formulir Laporan Bulanan : ........................ YA TIDAK 3. Apakah Kab./Kota pernah mengadakan logistik diatas ? Bila ya, sebutkan : .................................................................................................... .................................................................................................... YA TIDAK 4. Apakah semua logistik kebutuhan Puskesmas sudah didistribusikan ? Bila belum, sebutkan alasannya : .................................................................................................... .................................................................................................... YA TIDAK 5. Apakah saudara diinformasikan oleh Instalasi Farmasi Kabupaten bila ada pengiriman obat program dari pusat : YA TIDAK 6. Apakah saudara dilibatkan dalam penyusunan rencana distribusi obat program ke Puskesmas ? IV = YA(ADA) / 5 x 100% IV = ............. %
47
V. KEMITRAAN 1. Adakah kemitraan dengan program lain dalam Pengendalian ISPA ? Bila ya, sebutkan kegiatan apa saja : .................................................................................................... .................................................................................................... .................................................................................................... 2. Apakah saudara pernah melaksanakan supervisi terpadu ? Bila ya, sebutkan unit program/sektor lain : .................................................................................................... .................................................................................................... .................................................................................................... 3. Apakah ada kegiatan kemitraan dalam kesiapsiagaan dan respon pandemi ? (Flu Burung, H1N1) Bila ya, sebutkan : .................................................................................................... .................................................................................................... ....................................................................................................
YA
TIDAK
YA
TIDAK
YA
TIDAK
V = YA / 3 x 100% V = ............. %
Analisa (berdasarkan hasil sementara temuan % perkelompok): I Data Dasar II Manajemen III SDM IV Logistik V Kemitraan FORM REKOMENDASI Analisa (berdasarkan hasil sementara temuan % perkelompok): I Data Dasar II Manajemen III SDM IV Logistik V Kemitraan
: : : : :
: : : : :
Rekomendasi Berdasarkan hasil analisis sementara pada kunjungan pemantapan cakupan dan kualitas tatalaksana ISPA dapat direkomendasikan sebagai berikut : ........................................................................................................................................................ ........................................................................................................................................................ ........................................................................................................................................................ Supervisor, ..........., ............................ 20........ Responden,
....................................
....................................
48
LAMPIRAN 10
Form Provinsi
I. DATA DASAR DI PUSKESMAS ADA TIDAK 1. Jumlah Kabupaten/Kota ADA TIDAK 2. Jumlah Puskesmas ADA TIDAK 3. Puskesmas Perawatan ADA TIDAK 4. Jumlah RS Pemerintah ADA TIDAK 5. Jumlah RS Swasta ADA TIDAK 6. Jumlah Penduduk ADA TIDAK 7. Jumlah Balita I = ADA / 7 x 100% I = ............. % II. MANAJEMEN P2 ISPA A. TAHUN SEBELUMNYA ADA TIDAK 1. Berapa cakupan penemuan Pneumonia tahun lalu ? ................. YA TIDAK 2. Apakah dalam perencanaan tahun lalu pengawas ISPA dilibatkan ? ADA TIDAK 3. Berapa Anggaran ISPA/Pademi tahun lalu ? ................. ADA TIDAK 4. Berapa Kab./Kota yang sudah dilatih/sosialisasi Pengendalian ISPA ? ................. ADA TIDAK 5. Berapa Kab./Kota yang disupervisi/pembinaan Pengendalian ISPA tahun lalu ? ................. ADA TIDAK 6. Berapa jumlah Kab./Kota yang melapor lengkap (12 bulan ) tahun lalu ? ................. % ADA TIDAK 7. Berapa jumlah Kab./Kota yang melapor tepat waktu tahun lalu ? ................. % 8. Apakah ada umpan balik laporan ke Kab./Kota (bulanan/triwulan/tahunan) ? ADA TIDAK (Cek arsip umpan balik) bila tidak, apa sebabnya ? ................................................................. ........................................................................................................................................... ADA TIDAK 9. Apakah ada penyajian cakupan Pneumonia dalam bentuk grafik PWS, tabel, dll ? (Observasi apakah ada tampilan grafik/tabel) ADA TIDAK 10. Apakah ada laporan tahunan ISPA ? B. PADA TAHUN BERJALAN/SAAT KUNJUNGAN 1. Berapa target cakupan penemuan (insiden) Pneumonia Balita tahun ini ? ................. 2. Berapa target cakupan penemuan bulanan Pneumonia Balita tingkat Provinsi ? ................. 3. Berapa cakupan penemuan Pneumonia sampai bulan lalu ? ................. % 4. Apakah dalam perencanaan tahun ini petugas ISPA dilibatkan ? ................. 5. Berapa anggaran ISPA/Pandemi influenza tahun ini ? .................. (sebutkan sumbernya) ............................................................ ............................................................ ............................................................ ............................................................ 6. Berapa Kab./Kota yang mempunyai tenaga khusus pengelola P2 ISPA ? ................................... 7. Berapa Kab./Kota yang sudah atau akan dilatih Pengendalian ISPA tahun ini ? ............... 8. Berapa Kab./Kota yang sudah atau akan disupervisi/pembinaan Pengendalian ISPA tahun ini ? 9. Berapa jumah Kab./Kota yang melapor lengkap sampai bulan lalu ? .................. % 10. Berapa jumah Kab./Kota yang melapor tepat waktu sampai bulan lalu ? .................. % 11. Apakah ada umpan balik laporan ke Kab./Kota (bulanan/triwulan) tahun ini ? (Cek arsip umpan balik) Bila tidak, apa sebabnya ? .................................................... 12. Apakah ada penyajian cakupan Pneumonia dalam bentuk grafik PWS, tabel, dll ? (Observasi apakah ada tampilan grafik/tabel)
YA YA YA YA YA
ADA
49
ADA TIDAK 13. Kendala apa saja yang dihadapi dalam pengendalian ISPA ? .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... II = YA(ADA) / 22 x 100% II = ............. % III. SUMBER DAYA MANUSIA YA TIDAK 1. Sebutkan ruang lingkup program pengendalian ISPA ? ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... YA TIDAK 2. sudah berapa lama saudara menjadi petugas ISPA ? .......................... YA TIDAK 3. Apakah saudara mempunyai tugas rangkap dengan program lain ? .......................... YA TIDAK 4. Apakah saudara pernah mengikuti pelatihan Pengendalian ISPA ? a. Manajemen ISPA b. Tatalaksana ISPA/MTBS YA TIDAK 5. Apakah saudara sudah pernah mempelajari buku Pedoman Pengendalian ISPA (Manajemen) ? YA TIDAK 6. Apakah saudara sudah pernah mengikuti orientasi/pelatihan oksigen konsentrator ? YA TIDAK 7. Apakah saudarah tahu cara penggunaan Sound Timer ? YA TIDAK 8. Apakah saudara mengetahui cara menghitung kebutuhan ARI Sound Timer, O2 konsentrator ? Bila ya, sebutkan ? ................................................................. III = YA(ADA) / 8 x 100% III = ............. % IV. LOGISTIK ADA TIDAK 1. Apakah ada buku inventaris logistik ISPA ? (masuk, keluar barang) 2. Sebutkan jumlah stok logistik Provinsi : Jumlah Kondisi Baik - ARI Sound Timer : ........................ ........................ - O2 Konsentrator : ........................ ........................ - Buku Pedoman Pengendalian ISPA (Manajemen) : ........................ - Buku Tatalaksana ISPA/Pneumonia : ........................ - Stempel ISPA : ........................ - Buku Pedoman Penanggulangan Episenter Pandemi Influenza : ........................ - DVD Tatalaksana Pneumonia : ........................ ........................ - Kit Advokasi : ........................ - Kit Pemberdayaan Masyarakat : ........................ - Buku Saku H1N1 untuk dokter : ........................ - Buku Saku H1N1 untuk masyarakat : ........................ - Buku Tatalaksana H1N1 untuk Rumah Sakit : ........................ - Formulir Register Harian Puskesmas : ........................ - Lembar Balik Pneumonia : ........................ - Buku Respon Nasional Menghadapi Pandemi Influenza : ........................ - Formulir Laporan Bulanan : ........................ YA TIDAK 3. Apakah Kab./Kota pernah mengadakan logistik diatas ? Bila ya, sebutkan : .................................................................................................... .................................................................................................... YA TIDAK 4. Apakah semua logistik kebutuhan Puskesmas sudah didistribusikan ? Bila belum, sebutkan alasannya : .................................................................................................... .................................................................................................... YA TIDAK 5. Apakah saudara diinformasikan oleh Instalasi Farmasi bila ada pengiriman obat program dari pusat : YA TIDAK 6. Apakah saudara dilibatkan dalam penyusunan rencana distribusi obat program ke Kab./Kota ? IV = YA(ADA) / 5 x 100% IV = ............. %
50
V. KEMITRAAN 1. Adakah kemitraan dengan program lain dalam Pengendalian ISPA ? Bila ya, sebutkan kegiatan apa saja : .................................................................................................... .................................................................................................... .................................................................................................... 2. Apakah saudara pernah melaksanakan supervisi terpadu ? Bila ya, sebutkan unit program/sektor lain : .................................................................................................... .................................................................................................... .................................................................................................... 3. Apakah ada kegiatan kemitraan dalam kesiapsiagaan dan respon pandemi ? (Flu Burung, H1N1) Bila ya, sebutkan : .................................................................................................... .................................................................................................... ....................................................................................................
YA
TIDAK
YA
TIDAK
YA
TIDAK
V = YA / 3 x 100% V = ............. %
Analisa (berdasarkan hasil sementara temuan % perkelompok): I Data Dasar II Manajemen III SDM IV Logistik V Kemitraan FORM REKOMENDASI Analisa (berdasarkan hasil sementara temuan % perkelompok): I Data Dasar II Manajemen III SDM IV Logistik V Kemitraan
: : : : :
: : : : :
Rekomendasi Berdasarkan hasil analisis sementara pada kunjungan pemantapan cakupan dan kualitas tatalaksana ISPA dapat direkomendasikan sebagai berikut : ........................................................................................................................................................ ........................................................................................................................................................ ........................................................................................................................................................ Supervisor, ..........., ............................ 20........ Responden,
....................................
....................................
51
52
DAFTAR KONTRIBUTOR
1. Dr. Arie Bratasena 2. Martahan Sitorus, SKM, MPH 3. Dr. Dyah Armi Riana, MARS 4. Widiawati, SKM, MKM 5. Olivia E Simbolon, SKM, M.Kes 6. Dr.Ira Wignjadiputro 7. Dr. Rian Hermana 8. M. Edy Hariyanto, SKM, M.Epid 9. Ahmat Fandil, ST 10. Gestafiana, SKM 11. Irmawati, SKM 12. Dr. M. Nadhirin 13. Dr. Mujaddid, M.Kes 14. Dr. H. Triyogo Suhadi 15. Dr. Sri Aryanti, MM, M.Kes 16. Sukarni, SKM 17. Dr. Ali Husni 18. Ni Wayan Resini, SKM 19. Sri Trietnaningsih, S.SiT, M.Kes 20. Nurhayati, SKM, M.Kes 21. Totok Purwanto, SKM 22. Intan Samaria, SKM 23. Widiawati, SKM, MKes Kasubdit ISPA Kasie Subdit ISPA Kasie Subdit ISPA Subdit ISPA Subdit ISPA Subdit ISPA Subdit ISPA Subdit ISPA Subdit ISPA Subdit ISPA Subdit ISPA APW Dit. Binkes Anak Dinkes Provinsi Gorontalo Dinkes Provinsi Lampung Dinkes Provinsi Sumatera Utara Dinkes Provinsi Jawa Timur Dinkes Provinsi Bali Dinkes Kab. Kebumen Dinkes Kab. Donggala Dinkes Kota Banjarbaru Dinkes Provinsi DKI Dinkes Provinsi Jawa Barat
61
62
ISBN 978-602-235-046-0
9 786022 350460