Anda di halaman 1dari 16

KERANGKA ACUAN PROGRAM INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT

UPTD PUSKESMAS CISURUPAN

I. Pendahuluan
Dalam Permenkes No 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas adalah 1) Fasilitas
Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. 2) Pusat Kesehatan
Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmasadalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upayakesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkatpertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif,untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginyadi wilayah kerjanya. Pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang:
a. memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dankemampuan
hidup sehat;
b. mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
c. hidup dalam lingkungan sehat; dan
d. memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.

II. Latar Belakang


Pneumonia merupakan penyebab kematian tertinggi pada Balita. WHO
(2012) memperkirakan 1,2 juta Balita meninggal setiap tahunnya dan berdasarkan
Riskesdas 2007 pneumonia merupakan penyebab kedua kematian Balita (13,2%).
Dalam upaya pengendalian pneumonia Balita dan mendukung percepatan
pencapaian MDG’s 4 yaitu menurunkan angka kematian bayi dari 34 menjadi 24
per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian Balita dari 40 menjadi 32 per 1000
kelahiran hidup Dinas Kesehatan Provinsi Bali pertemuan evaluasi guna
meningkatkan kapasitas petugas ISPA melalui kegiatan pertemuan evaluasi tekhnis
yang akan dilaksanakan di Kabupaten/Kota
Hasil kegiatan tahun 2019 masih jauh dari target yaitu 10,9 % dari 90%.
Beberapa faktor yang kemungkinan penyebab rendahnya cakupan tersebut antara
lain rendahnya kapasitas petugas dalam melakukan deteksi dini kasus, sistem
pelaporan kegiatan belum optimal, keterbatasan dana operasional di daerah dan
tingginya rotasi petugas. Oleh karena itu perlu dilakukan bimbingan teknis untuk
mengidentifikasi masalah, melakukan penyegaran terkait pengendalian ISPA dan
memberikan motivasi serta rekomendasi bagi daerah agar dapat melaksanakan
pengendalian ISPA lebih optimal.

III. Tujuan
a. Terlaksananya advokasi bagi pemegang kebijakan terkait pengendalian ISPA di
wilayah kerja UPT Puskesmas DTP Cisurupan
b. Meningkatnya kemampuan petugas ISPA dalam manajemen dan tatalaksana
pengendalian ISPA.

IV. Sasaran
Masyarakat penderita di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Cisurupan dan
sekitarnya

V. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


Kegiatan dalam dan luar gedung
No Rincian Kegiatan
Puskesmas
1. Poli asuhan Keperawatan Asuhan keperawatan terhadap
pasien rawat jalan dan inap
2. Poli Klinik Pengobatan Penemuan kasus baru
3. Kunjungan rumah Penyuluhan kesehatan
Dokumentasi keperawatan

VI. Cara Melaksanakan Kegiatan dan sasaran


Secara umum dalam pelaksanaan program ISPA adalah melakukan pemeriksaan
serta pengumpulan data dengan cara terjun ke lapangan.
Sasarannya adalah individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
VII. Jadwal Kegiatan
Tahun 2016
No Kegiatan
J F M A M J J A S O N D
1. Poli asuhan Keperawatan            
2. Poli Klinik Pengobatan            
3. Kunjungan rumah            

VIII. Evaluasi pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporannya


Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilakukan tiap bulan sesuai jadwal
kegiatan dengan pelaporan hasil-hasil yang dicapai pada bulan tersebut.

IX. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan


1. Dilakukan pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan program ISPA setiap bulan
2. Dilakukan pelaporan tahunan hasil analisis penilaian kinerja program

Mengetahui, Garut, Januari 2021


Kepala UPT Puskesmas Cisurupan, Progremer ISPA,

Dr.Hj.Vinta Vini Dyah Permanasari Neni Hidayati H,S.Kep.Ners


NIP.19681022 200701 2 007 NIP.197804192021212004
PROGRAM PELAYANAN PEMERIKSAAN ISPA
UPTD PUSKESMAS CISURUPAN
NOMOR REVISI KE HALAMAN

TANGGAL Ditetapkan Oleh


TERBIT Kepala UPTD Puskesmas Cisurupan

PUSKESMAS
DTP CISURUPAN Hj. Srie Heryani. N, S.Kep, M.Si
NIP. 196612181986032003

1. Pengertian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyaki tinfeksi


yang bersifat akut yang melibatkan organ saluran pernapasan
mulai dari hidung, sinus, laring hingga alveoli. Disebut juga URI,
singkatan dari Under Respiratory Infection
2. Tujuan sebagai pedoman bagi petugas dalam melaksanakan pelayanan
pemeriksaan ISPA
3. Kebijakan Petugas pelaksana pelayanan pemeriksaan ISPA
4. Uraian Kegiatan  Petugas menerima pelanggan dengan ramah
 Petugas melakukan anamnesa
 Petugas mencuci tangan dan persetujuan tindakan dan
memakai sarung tangan
 Petugas melakukan pemeriksaan, dan menegakkan diagnosa
 Petugas melakukan edukasi kepada pelanggan bahwa penyakit
tersebut disebabkan oleh virus dan dapat sembuh dengan
sendiri dalam beberapa hari, cukup dengan istirahat yang baik,
makanan yang bergizi dan pengobatan simptomatis.
 Apabila ada kecurigaan infeksi sekunder, petugas member
pelanggan resep dengan pengobatan simptomtis dan
antibiotika.
 Petugas mempersilahkan pelanggan untuk menuju ruang obat.
 Obat yang dapat dipakai adalah paracetamol 3 – 4 x 500mg (10
– 15 mg/kgBB/ 3-4 kali dalam 24 jam), amoxicilin 4 x 500 mg
(10 – 15 mg/kgBB/ 24 jam), cotrimoxazole 2 x 960 mg (15 – 18
mg/kgBB/ 12 jam), dextromethorphan 3 x 10 mg,
chloperheniraminmaletae 3 x 4 mg (0.35 mg/kgBB/ 24 jam),
gliserilguiakolat 3 x 100 mg dan Erithromycins 4 x 500 mg ( 30
– 50mg/ kgBB/ 24jam)
 Petugas membereskan alat dan cuci tangan
 Petugas melakukan pencatatan
Dokumen Terkait Rekam medis
Kertas Resep
Form Inform Consent

KERANGKA ACUAN PROGRAM DIARE


UPTD PUSKESMAS CISURUPAN

I. Pendahuluan
Hingga saat ini penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka
kesakitan diare dari tahun ke tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal
setiap tahun karena diare, sebagian kematian tersebut terjadi di negara
berkembang (Parashar, 2003). Menurut WHO, di negara berkembang pada tahun
2003 diperkirakan 1,87 juta anak balita meninggal karena diare, 8 dari 10 kematian
tersebut pada umur < 2 tahun. Rata-rata anak usia < 3 tahun di negara
berkembang mengalami episode diare 3 kali dalam setahun. (WHO, 2005). Hasil
survey Subdit diare angka kesakitan diare semua umur tahun 2000 adalah
301/1000 penduduk, tahun 2003 adalah 374/1000 penduduk, tahun 2006 adalah 
423/1000 penduduk. Kematian diare pada balita 75,3 per 100.000 balita dan
semua umur 23,2 per 100.000 penduduk semua umur (Hasil SKRT 2001). Diare
merupakan penyebab kematian no 4 (13,2%) pada semua umur dalam kelompok
penyakit menular. Proporsi diare sebagai penyebab kematian nomor 1 pada bayi
postneonatal (31,4%) dan pada anak balita (25,2%) (Hasil Riskesdas 2007).
Dalam Permenkes No 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas adalah 1) Fasilitas
Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. 2) Pusat Kesehatan
Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmasadalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upayakesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkatpertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif,untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginyadi wilayah kerjanya. Pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang:
 memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dankemampuan
hidup sehat;
 mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
 hidup dalam lingkungan sehat; dan
 memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.

II. Latar Belakang


Diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan
tertinggi pada anak, terutama pada anak berumur kurang dari 5 tahun (balita). Di
negara berkembang, sebesar 2 juta anak meninggal tiap tahun karena diare,
dimana sebagian kematian tersebut terjadi di negara berkembang (Parashar,
2003). Berdasarkan laporan WHO, kematian karena diare di negara berkembang
diperkirakan sudah menurun dari 4,6 juta kematian pada tahun 1982 menjadi 2
juta kematian pada tahun 2003 (WHO, 2003),  Di Indonesia, angka kematian diare
juga telah menurun tajam. Berdasarkan data hasil survei rumah tangga, kematian
karena diare diperkirakan menurun dari 40% pada tahun 1972 hingga 26,9% pada
tahun 1980, 26,4% tahun 1986 hingga 13% tahun 2001 dari semua kasus kematian
Walaupun angka kematian karena diare telah menurun, angka kesakitan
karena diare tetap tinggi baik di negara maju maupun negara berkembang. Di
Indonesia, dilaporkan bahwa tiap anak mengalami diare sebanyak 1,3 episode per
tahun (Depkes, 2003). Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun
2002 – 2003, prevalensi diare pada anak-anak dengan usia kurang dari 5 tahun di
Indonesia  adalah: laki-laki 10,8 % dan perempuan 11,2 %. Berdasarkan umur,
prevalensi tertinggi terjadi pada usia 6 – 11 bulan (19,4%), 12 – 23 bulan (14,8%),
dan 24 – 35 bulan (12,0%) (Biro Pusat Statistik, 2003).
 Kesakitan balita karena diare makin meningkat sehingga dikhawatirkan
terjadi peningkatan kasus Gizi buruk

III. Tujuan
- Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare bersama lintas program dan sektor
terkait.

- Tujuan Khusus
 Tercapainya penurunan angka kesakitan.
 Terlaksananya talalaksana diare sesuai standar.
 Diketahuinya situasi epidemiologi dan besarnya masalah penyakit diare di
masyarakat, sehingga dapat dibuat perencanaan dalam pencegahan,
penanggulangan maupun pemberantasannya di semua jenjang pelayanan.
 Terwujudnya masyarakat yang mengerti, menghayati dan melaksanakan
hidup sehat melalui promosi kesehatan kegiatan pencegahan sehingga
kesakitan dan kematian karena diare dapat dicegah.
 Tersusunnya rencana kegiatan Pengendalian Penyakit Diare di suatu
wilayah kerja yang meliputi target, kebutuhan logistik dan pengelolaannya

IV. Sasaran
Masyarakat penderita di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Cisurupan dan
sekitarnya

V. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


Kegiatan dalam dan luar gedung
No Rincian Kegiatan
Puskesmas
1. Poli asuhan Keperawatan Asuhan keperawatan terhadap
pasien rawat jalan dan inap
2. Poli Klinik Pengobatan Penemuan kasus baru
3. Kunjungan rumah Penyuluhan kesehatan
Dokumentasi keperawatan

VI. Cara Melaksanakan Kegiatan dan sasaran


Secara umum dalam pelaksanaan program Diare adalah melakukan pemeriksaan
serta pengumpulan data dengan cara terjun ke lapangan.
Sasarannya adalah individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

VII. Jadwal Kegiatan


Tahun 2016
No Kegiatan
J F M A M J J A S O N D
1. Poli asuhan Keperawatan            
2. Poli Klinik Pengobatan            
3. Kunjungan rumah            

VIII. Evaluasi pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporannya


Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilakukan tiap bulan sesuai jadwal
kegiatan dengan pelaporan hasil-hasil yang dicapai pada bulan tersebut.

IX. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan


 Dilakukan pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan program Diare setiap
bulan
 Dilakukan pelaporan tahunan hasil analisis penilaian kinerja program
PROGRAM PELAYANAN PEMERIKSAAN DIARE
UPTD PUSKESMAS CISURUPAN
NOMOR REVISI KE HALAMAN

TANGGAL Ditetapkan Oleh


TERBIT Kepala UPTD Puskesmas Cisurupan

PUSKESMAS
DTP CISURUPAN Hj. Srie Heryani. N, S.Kep, M.Si
NIP. 196612181986032003

1. Pengertian Diare merupakan kondisi yang ditandai dengan encernya tinja


yang dikeluarkan dengan frekuensi buang air besar (BAB) yang
lebih sering dibandingkan dengan biasanya. Pada umumnya, diare
terjadi akibat konsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi bakteri, virus, atau parasit. Biasanya diare hanya
berlangsung beberapa hari, namun pada sebagian kasus
memanjang hingga berminggu-minggu.

2. Tujuan sebagai pedoman bagi petugas dalam melaksanakan pelayanan


pemeriksaan Diare

3. Kebijakan Petugas pelaksana pelayanan pemeriksaan Diare

4. Uraian Kegiatan  Lakukan observasi awal penyebab diare..


 Anak penderita diare ringan tetap dapat mengkonsumsi
makanan biasa, termasuk susu. ASI tetap dapat diberikan.Jika
anak terlihat kembung setelah minum susu sapi atau formula,
hubungi DSA. Diskusikan kemungkinan mengganti susu.
Biasanya susu yang digunakan yaitu susu free-lactose (FL).
Cairan khusus (pengganti cairan tubuh) umumnya belum
diperlukan pada anak penderita diare ringan.
 Anak penderita diare sedang dapat dirawat di rumah dengan
pengawasan ekstra dan petunjuk dari DSA-nya.
 Jangan membuat sendiri cairan ini. Takaran dan kandungan
dari oralit sangat kompleks.
 Untuk diare berat dengan gejala-gejala dehidrasi berat harus
diberi cairan infus.
 Banyak minum (paling sedikit 55 cc air setiap jam) untuk
menggantikan cairan yg hilang melalui diare.
 Lanjutkan makanan padat, jika bayi sudah biasa makan
makanan padat.
 Jika ada muntah, makanan padat biasanya tidak diberikan
sampai muntah ini berhenti. Tetapi tawarkan cairan yang
bening (sari buah yang diencerkan atau cairan rehidrasi, jika
dianjurkan oleh dokter) atau untuk anak yg sudah lebih besar,
tawarkan es lilin yang dibuat dari sari buah yang diencerkan.
 Ketika tinja mulai normal kembali, biasanya setelah dua atau
tiga hari, dokter akan menganjurkan anda untuk kembali ke
diet bayi yang biasanya, tetapi tetap membatasi susu dan
produk susu lainnya (kecuali asi atau susu formula untuk satu
atau dua hari lebih lama.
 Pada diare yang berlangsung selama dua minggu atau lebih,
pada bayi yang minum susu botol, dokter mungkin
menganjurkan perubahan susu formulanya.
 Pengobatan untuk membantu meringankan gejala

5. Dokumen Terkait Rekam medis


Kertas Resep
Form Inform Consent
ISPA
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :
UPTD Ka. Puskesmas

PUSKESMAS
CISURUPAN
Hj. Srie Heryani N, S.Kep, M.Si
NIP. 196612181986032003
Pengertian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyaki tinfeksi yang bersifat
akut yang melibatkan organ saluran pernapasan mulai dari hidung, sinus,
laring hingga alveoli. Disebut juga URI, singkatan dari Under Respiratory
Infection

Tujuan sebagai pedoman bagi petugas dalam melaksanakan pelayanan pemeriksaan


Diare

Kebijakan SK Kepala Puskesmas No............................................. tentang pelayanan klinis

Referensi Buku Pedoman Perawatan dasar Depkes RI Tahun 2005

Prosedur  Anamnesa
 Pemeriksaan
 Penegakkan diagnose
 Pengobatan dan rujukan
 Penyuluhan kepada orang tua

Langkah-Langkah  Petugas menerima pasien dengan ramah


 Petugas melakukan anamnesa
 Petugas mencuci tangan dan persetujuan tindakan dan memakai sarung
tangan
 Petugas melakukan pemeriksaan, dan menegakkan diagnosa
 Petugas melakukan edukasi kepada pasien bahwa penyakit tersebut
disebabkan oleh virus dan dapat sembuh dengan sendiri dalam beberapa
hari, cukup dengan istirahat yang baik, makanan yang bergizi dan
pengobatan simptomatis.
 Apabila ada kecurigaan infeksi sekunder, petugas memberi pasien resep
dengan pengobatan simptomtis dan antibiotika.
 Petugas mempersilahkan pasien untuk menuju ruang obat.
 Obat yang dapat dipakai adalah paracetamol 3 – 4 x 500mg (10 – 15
mg/kgBB/ 3-4 kali dalam 24 jam), amoxicilin 4 x 500 mg (10 – 15 mg/kgBB/
24 jam), cotrimoxazole 2 x 960 mg (15 – 18 mg/kgBB/ 12 jam),
dextromethorphan 3 x 10 mg, chloperheniraminmaletae 3 x 4 mg (0.35
mg/kgBB/ 24 jam), gliserilguiakolat 3 x 100 mg dan Erithromycins 4 x 500
mg ( 30 – 50mg/ kgBB/ 24jam)
 Petugas membereskan alat dan cuci tangan
 Petugas melakukan pencatatan
Bagan Alur
melakukan Cuci tangan & pakai
Ramah
anamnesa sarung tangan

melakukan edukasi melakukan pemeriksaan,


kepada pasien penyakit dan menegakkan
disebabkan virus
diagnosa

memberi pasien resep dengan


pengobatan simptomtis dan Ruang Obat
antibiotika.

Pencatatan Cuci tangan

Hal-hal yang perlu  Rekam medis


diperhatikan  Kertas Resep
 Form Inform Consent
PENANGANAN DIARE
No. Dokumen
SOP No. Revisi
Tanggal Terbit

Halaman

UPTD PUSKESMAS Hj. Srie Heryani N, S.Kep, M.Si


CISURUPAN Nip. 19661218 198603 2 003

1. Pengertian Diare merupakan kondisi yang ditandai dengan encernya tinja yang dikeluarkan
dengan frekuensi buang air besar (BAB) yang lebih sering dibandingkan dengan
biasanya. Pada umumnya, diare terjadi akibat konsumsi makanan atau minuman
yang terkontaminasi bakteri, virus, atau parasit. Biasanya diare hanya berlangsung
beberapa hari, namun pada sebagian kasus memanjang hingga berminggu-
minggu.

2. Tujuan sebagai pedoman bagi petugas dalam melaksanakan pelayanan pemeriksaan Diare

3. Kebijakan SK KepalaPuskesmas No.


4. Referensi Pedoman pengobatan Dasar Di Puskesmas 2007
5. Prosedur 1. Stetoskop
2. Thermometer
3. Timbangan
4. Kertas Resep
5. Kartu Status Pasien

6. Langkah-langkah  Anamnesa
 Pemeriksaan
 Penegakkan diagnose
 Pengobatan dan rujukan
 Penyuluhan kepada orang tua
.

7. Unit Terkait BP,MTBS


8. Dokumen terkait 1. RekamMedis
PENANGANAN ISPA
No. Dokumen
SOP No. Revisi
Tanggal Terbit

Halaman

UPTD PUSKESMAS Hj. Srie Heryani N, S.Kep, M.Si


CISURUPAN Nip. 19661218 198603 2 003

1. Pengertian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyaki tinfeksi yang bersifat akut
yang melibatkan organ saluran pernapasan mulai dari hidung, sinus, laring hingga
alveoli. Disebut juga URI, singkatan dari Under Respiratory Infection

2. Tujuan sebagai pedoman bagi petugas dalam melaksanakan pelayanan pemeriksaan Ispa

3. Kebijakan SK KepalaPuskesmas No.


4. Referensi Pedoman pengobatan Dasar Di Puskesmas 2007
5. Prosedur 1. Stetoskop
2. Thermometer
3. Soundtimer
4. Timbangan
5. Alkohol
6. Tempat Sampah Medis dan Nonmedis

6. Langkah-langkah  Anamnesa
 Pemeriksaan
 Penegakkan diagnose
 Pengobatan dan rujukan
 Penyuluhan kepada orang tua
.

7. Unit Terkait BP,MTBS


8. Dokumen terkait 2. RekamMedis

Mengetahui, Garut, Januari 2021


Kepala UPT Puskesmas Cisurupan, Progremer ISPA,

Dr.Hj.Vinta Vini Dyah Permanasari H.Ade Sudrajat,S.Kep.Ners


NIP.19681022 200701 2 007 NIP.197008252007011004

Anda mungkin juga menyukai