Anda di halaman 1dari 14

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
Jalan H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kavling 4-9 Jakarta 12950
Telepon (021) 5201590 (Hunting)

Nomor : PM.01.01/C.III/1653/2023 17 Februari 2023


Lampiran : satu berkas
Hal : Undangan Peserta Kegiatan On Job Training Tatalaksana
Diare sesuai Standar

Yth. Daftar Terlampir


di Tempat

Dalam rangka kegiatan On Job Training Tatalaksana Diare Sesuai Standar yang akan
diselenggarakan oleh Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, untuk itu kami
mohon kesediaan Saudara untuk menugaskan 1 orang pengelola program Penyakit ISP untuk dapat
menjadi peserta pada kegiatan dimaksud yang akan dilaksanakan pada:

Hari, tanggal : Selasa – Jumat, 7 – 10 Maret 2023


Waktu : terlampir
Tempat : The Alana Malioboro Hotel & Conference Center
Jl. Mayjend Sutoyo No.52, Mantrijeron, Kec. Mantrijeron, Kota
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta
Link Zoom : https://link.kemkes.go.id/OJTDIARE
Passcode : ojtdiare

Kami lampirkan kerangka acuan pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan tentative. Untuk informasi
lebih lanjut dapat menghubungi sdri. Alya Ammarie, SKM (081295895448).

Atas perhatian dan kerjasama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian


Penyakit Menular,

dr. Imran Pambudi, MPHM

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
Lampiran 1
Nomor : PM.01.01/C.III/1653/2023
Tanggal : 17 Februari 2023

DAFTAR UNDANGAN

Daftar Peserta Luring :


1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi se-Indonesia (34 orang)
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul (1 orang)
3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul (1 orang)
4. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo (1 orang)
5. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman (1 orang)
6. Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta (1 orang)
7. Tim Kerja Standarisasi Klinis, Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan, Ditjen Yankes (1 orang)
8. Tim Kerja Pusat Kesehatan Masyarakat, Direktorat Tata Kelola Kesehatan Masyarakat, Ditjen
Kesmas (1 orang)
9. WHO Indonesia (2 orang)

Daftar Peserta Daring :


1. Pengelola Program PISP Dinas Kesehatan Kab/Kota/Puskesmas se-Indonesia
2. Pengelola Program MTBS Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota/Puskesmas se-Indonesia
3. Pengelola Program Surveilans Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota/Puskesmas se-Indonesia
4. Perencana Program Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota/Puskesmas se-Indonesia
5. Tenaga kesehatan Puskesmas se-Indonesia

Direktur Pencegahan dan Pengendalian


Penyakit Menular,

dr. Imran Pambudi, MPHM

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
Lampiran 1:

KERANGKA ACUAN KEGIATAN


ON JOB TRAINING TATALAKSANA DIARE SESUAI STANDAR

A. LATAR BELAKANG

DIARE
Penyakit diare merupakan masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Menurut
WHO dan UNICEF, terjadi sekitar 2 milyar kasus diare di seluruh dunia setiap tahun, dan
sekitar 1,9 juta anak balita meninggal karena diare setiap tahun, sebagian besar terjadi di
negara berkembang. Dari semua kematian anak balita karena diare, 78% terjadi di wilayah
Afrika dan Asia Tenggara. Insiden diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia adalah
3,5%.
Pernyataan bersama WHO-UNICEF tahun 2004 merekomendasikan pemberian
oralit, tablet zinc, pemberian ASI dan makanan serta antibiotika selektif merupakan bagian
utama dari manajemen diare. Data dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, prevalensi diare
untuk semua kelompok umur sebesar 8 % dan angka prevalensi untuk balita sebesar 12,3 %
dan pada bayi <1 tahun sebesar 10,6 %. Selain itu, setiap 1-2 kali per tahun, balita di
Indonesia menderita diare.
Hasil Kajian Masalah Kesehatan berdasarkan siklus kehidupan 2011 yang dilakukan
oleh Litbangkes tahun 2011 menunjukkan penyebab utama kematian bayi usia 29 hari
11 bulan adalah Pnemonia (23,3%) dan Diare (17,4%). Dan penyebab utama kematian anak
usia 1-4 tahun adalah Pneumonia (20,5%) dan Diare (13,3%).
Hasil Indonesia Sample Registration System tahun 2014 yang dilakukan oleh
Balitbangkes Kemenkes RI juga menyatakan bahwa diare merupakan penyebab kematian
utama nomor tiga pada bayi dan nomor satu pada balita usia 1 – 4 tahun. Pada Sample
Registration System tahun 2016, diare merupakan penyebab kematian pada bayi 0 – 11
bulan, yaitu sebesar 7,1 %. Sementara pada Sample Registration System tahun 2018, diare
tetap menjadi salah satu penyebab utama kematian pada bayi 0 - 11 bulan sebesar 5,5 %1.
Data terbaru dari hasil Survei Status Gizi Indonesia tahun 2020, prevalensi diare di berada
ada pada angka 9,8%.
Hasil rapid survei diare yang dilakukan oleh oleh Subdit Hepatitis dan Penyakit Infeksi
Saluran Pencernaan (PISP) menunjukkan bahwa angka kesakitan diare semua umur tahun
2015 adalah 270/1.000 penduduk semua umur dan angka kesakitan diare pada balita adalah
843/1.000 balita.
Diare sangat erat kaitannya dengan terjadinya kasus stunting. Kejadian diare berulang
pada bayi dan balita dapat menyebabkan stunting. Zat mikro dalam tubuh yang seharusnya
untuk pertumbuhan dan perkembang, habis untuk melawan infeksi berulang termasuk diare.
Kajian Analisis Determinan Faktor Penyebab Stunting di Indonesia2. Satu studi menunjukkan
adanya hubungan yang cukup kuat antara kejadian diare dalam 7 hari terakhir dengan
kejadian stunting terutama didaerah pedesaan.
Data dari Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2018, tingkat stunting di Indonesia
adalah 30,8%. Diare merupakan ancaman bagi kualitas hidup anak. Hasil integrasi SSGBI

1SRS 2016, 2018. Balitbangkes RI


2Beal et al. A review of child stunting determinants in Indonesia. eceived: 20 October 2017 Revised: 3 March 2018 Accepted.
15 March 2018. DOI: 10.1111/mcn.12617. https://doi.org/10.1111/mcn.12617
dan Susenas Maret 2019 menunjukkan angka prevalensi stunting di indonesia sebesar
27,7%. Jika dibandingkan dengan angka stunting tahun 2013 maka dalam 6 tahun terakhir
terjadi penurunan angka stunting rata-rata sebesar 1,6 persen per tahun. Berdasarkan hasil
tersebut masih diperlukan upaya yang lebih keras lagi dari berbagai kementerian dan
lembaga, melalui intervensi gizi spesifik maupun intervensi gizi sensitive agar target
penurunan stunting sebesar 3,0 persen setahun atau menjadi 14 persen pada tahun 2024
dapat tercapai.

DEMAM TIFOID
Demam tifoid merupakan penyakit sistemik yang menjadi masalah Kesehatan dunia.
Demam tifoid terjadi baik di negara tropis maupun negara subtropis, terlebih pada negara
berkembang. Besarnya angka kejadian demam tifoid sulit ditentukan karena mempunyai
gejala dengan spektrum klinis yang luas3. Menurut data World Health Organization (WHO)
tahun 2003, terdapat 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan angka kematian
mencapai 600.000 kasus4. Di negara berkembang, kasus demam tifoid dilaporkan 95%
adalah rawat jalan. Di Indonesia terdapat 900.000 kasus dengan angka kematian sekitar
20.000 kasus5. Menurut data Hasil Riset Dasar Kesehatan (RISKESDAS) tahun 2007,
demam tifoid menyebabkan 1,6% kematian penduduk Indonesia untuk semua umur.
Insidensi demam tifoid berbeda pada tiap daerah. Menurut laporan WHO 2003, insidensi
demam tifoid pada anak umur 5-15 tahun di Indonesia terjadi 180,3/100.000 kasus pertahun
dan dengan prevalensi mencapai 61,4/1000 kasus pertahun6.
Pada tahun 2008, angka kesakitan tifoid di Indonesia dilaporkan sebesar 81,7
per 100.000 penduduk, dengan sebaran menurut kelompok umur 0,0/100.000 penduduk (0–
1 tahun), 148,7/100.000 penduduk (2-4 tahun), 180,3/100.000 (5-15 tahun), dan
51,2/100.000 (≥16 tahun). Angka ini menunjukkan bahwa penderita terbanyak adalah
pada kelompok usia 2-15 tahun7.
Tifoid ditemukan di masyarakat Indonesia, yang tinggal di kota maupun desa.
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kualitas perilaku hidup bersih dan sehat, sanitasi
dan lingkungan yang kurang baik. Selain masalah diatas ada beberapa masalah lain yang
turut menambah besaran masalah penyakit tifoid di Indonesia diantaranya adalah angka
kemiskinan. Persentase penduduk miskin pada Maret 2019 sebesar 9,41 persen. Jumlah
penduduk miskin pada Maret 2019 sebesar 25,14 juta orang. Persentase penduduk miskin di
daerah perkotaan sebesar 6,69 persen pada Maret 2019. Sementara persentase penduduk
miskin di daerah perdesaan sebesar 12,85 persen pada Maret 20198. Pada penduduk miskin
bila sakit tidak berobat ke sarana kesehatan, hal ini dikarenakan masalah biaya, sehingga
bila mereka menjadi penjamah makanan maka mereka akan menjadi sumber penularan
penyakit kepada masyarakat yang menjadi pembeli jajanan tersebut. Risiko penularan
melalui penjamah makanan yang kebersihannya buruk memperbanyak jumlah kasus tifoid.
Penyakit ini disebabkan oleh Salmonella typhi yaitu bakteri enterik gram negatif
berbentuk basil dan bersifat patogen pada manusia, dan bersifat patogen pada manusia
(Nurtjahjani, 2007). Data Riskesdas 2007 menunjukkan angka prevalensi tifoid yang di

3 Muliawan SY, Surjawidjaya JE. Diagnosis dini demam tifoid dengan menggunakan protein membran luar S. Typhi sebagai
antigen spesifik. CDK.1999;124:11-3.
4 Department of Vaccines and Biologicals. Background document: The diagnosis, treatment and prevention of typhoid fever.

Geneva: WHO; 2003.


5 Crump JA, Mintz ED. The global burden of typhoid fever. Bulletin of the World Health Organization. 2004; 82(5):346-53.
6 Ochiai RL, Acosta CJ, Baiqing D, Bhattacharya SK, Agtini MD, Bhutta ZA, et al. A study of typhoid fever in five ASIAN countries:

disease burden and implication for controls. Bulletin of the World Health Organization. 2008; 86(4):260-68.
7 World Health Organization. Bulletin of the World Health Organization 2008;86 (5):321–46.
8 BPS, 2019
diagnosa oleh tenaga kesehatan adalah 0,79 %. Angka kesakitan tifoid di Indonesia yang
tercatat di buletin WHO 2008 sebesar 81,7 per 100.000 dibagi menurut golongan umur 0-1
thn (0,0/ 100.000), 2-4 thn (148,7/100.000), 5-15 tahun (180,3/ 100.000), >16 tahun 51,2 /
100.000/tahun. Angka ini menunjukkan bahwa penderita terbanyak pada usia 2-15 tahun. 20-
40 % kasus tifoid harus menjalani perawatan di rumah sakit. Biaya yang dikeluarkan negara
karena sakit Tifoid diperkirakan mencapai 60.000.000 dolar Amerika per tahun.
Penyakit ini mudah berpindah dari satu orang ke orang lain yang kurang menjaga
kebersihan diri dan lingkungannya yaitu penularan secara langsung jika bakteri ini terdapat
pada feses, urine atau muntahan penderita dapat menularkan kepada orang lain dan secara
tidak langsung melalui makanan atau minuman (Djauzi, 2005; Easmon, 2005, Vollard 2007).
Penderita tifoid mempunyai potensi untuk menjadi carrier atau pembawa menahun.
Era sebelum antibiotika digunakan, diperkirakan sedikitnya 5% penderita tifoid menjadi
pembawa menahun. Antara 1 – 5% dari pasien yang mengalami infeksi akut akan menjadi
karier yang kronis. Hal ini tergantung pada umur, jenis kelamin dan perawatannya. Karier
kronis pada umumnya terjadi pada wanita dan penderita dengan usia di atas 50 tahun (Spicer,
2000; Mansjoer, 2001; WHO, 2003; Medicine Team, 2005)9.
Pada skrining karier tifoid pada penjamah makanan di DKI Jakarta tahun 2013, dari
105 penjamah makanan, 3 (2,9%) diantaranya merupakan karier. Dari 3 karier tersebut,
masing-masing 1 karier berasal dari Jakarta Barat, Jakarta Timur dan Jakarta Selatan.
Menurut jenis kelamin, 2 laki-laki, dan lainnya perempuan. Pada tahun 2015, skrining karier
tifoid di Sulawesi Selatan sebesar 13% (7/54), D.I. Yogyakarta 4,8% (10/207).
Pada saat terjadi bencana alam, yang menyebabkan terjadinya pengungsian
penduduk harus diwaspadai terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit tifoid karena
masalah kebersihan diri, sanitasi dan kebersihan lingkungan.
Selama ini terjadi over diagnosis tifoid yang berdampak tingginya penggunaan
antibiotika yang tidak tepat, hal ini memicu resistensi obat. Interpretasi hasil pemeriksaan
penunjang tifoid tidak mudah. Permasalahannya sebagai negara endemis kita masih memiliki
angka morbiditas dan mortalitas tinggi. Penemuan kasus belum optimal karena adanya
kendala pada penunjang diagnosis, adanya variasi gejala klinis, pemeriksaan penunjang
standar baku yang sulit dilaksanakan sampai ke lini terdepan. Salah satu faktor yang
memberatkan penyakit demam tifoid apabila terjadi komplikasi seperti perforasi, yang
mungkin disebabkan resistensi antibiotika (0,8%). Berdasarkan alasan di atas, maka penyakit
tifoid harus mendapat perhatian yang serius, dan terpadu dalam pengendaliannya di
masyarakat.

HEPATITIS A DAN E
Hepatitis Virus merupakan penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat dan memerlukan upaya penanggulangan melalui pencegahan, pengendalian dan
pemberantasan agar kesakitan, kematian, dan dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan
dapat ditekan serendah-rendahnya.
Besaran masalah Hepatitis A dan Hepatitis E tidak diketahui dengan pasti. Namun
mengingat kondisi sanitasi lingkungan, higiene dan sanitasi pangan, serta perilaku hidup
bersih dan sehat yang belum optimal, maka masyarakat Indonesia merupakan kelompok
berisiko untuk tertular Hepatitis A dan Hepatitis E. Laporan yang diterima oleh Kementerian

9Nadyah. Hubungan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Insidens Penyakit Demam Tifoid Di Kelurahan Samata Kecamatan
Somba Opu Kabupaten Gowa 2013. Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar. Volume VII No. 1/2014. Jurnal.Kesehatan.
Kesehatan menunjukkan bahwa setiap tahun selalu terjadi KLB Hepatitis A, sedangkan untuk
Hepatitis E jarang dilaporkan di Indonesia.
Laporan KLB Hepatitis A yang diterima oleh Kementerian Kesehatan pada tahun
2019, terjadi di beberapa wilayah Indonesia dengan jumlah kasus sebesar 3453 kasus yang
terjadi di 17 Kabupaten/Kota dari 9 Provinsi. Beberapa daerah juga mengalami KLB Hepatitis
A, tetapi tidak melaporkan ke Kementerian Kesehatan dengan berbagai macam
pertimbangan.
Hepatitis virus akut (AVH) adalah infeksi sistemik yang sebagian besar memengaruhi
hati. Ini paling sering disebabkan oleh virus yang bersifat hepatotropik (hepatitis A, B, C, D,
dan E). Infeksi virus lain juga dapat mempengaruhi hati, seperti cytomegalovirus (CMV),
herpes simplex, coxsackievirus, dan adenovirus. Sedangkan hepatitis A dan Eare sembuh
sendiri, infeksi hepatitis C dan pada tingkat yang lebih rendah hepatitis B biasanya menjadi
kronis.

Penyakit infeksi saluran pencernaan yang masih menjadi masalah kesehatan


masyarakat di Indonesia adalah diare terutama pada kelompok usia bayi dan balita serta tifoid
yang angka kesakitan dan kematiannya masih tinggi. KLB Penyakit Infeksi Saluran
Pencernaan (Diare, Hepatitis A, Tifoid, Hand Foot and Mouth Disease) yang sering muncul
dan menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Berdasarkan Riskesdas 2018 penggunaan oralit dan zink pada balita di masyarakat
masih rendah yaitu oralit sebesar 34,8% dan zink 21,6%, selain itu dilaporkan terjadinya
peningkatan Kejadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis A dibandingkan tahun sebelumnya,
sedangkan KLB diare masih terjadi dengan kematian yang tinggi. Pada Tahun 2019 KLB
Hepatitis A terjadi di 9 Provinsi 17 Kab/Kota 21 lokasi dengan 3.485 kasus. KLB Diare terjadi
di 3 provinsi 3 kab/kota pada 1.015 kasus dengan 6 kematian (CFR 2,2%).
Pada Tahun 2021, target indikator Renstra sebesar 51% atau 262 kabupaten/kota
yang diharapkan dapat melaksanakan tatalaksana diare balita sesuai standar. Capaian pada
tahun 2021 adalah sebesar 72% atau sebesar 370 kabupaten/kota yang 80% puskesmasnya
melaksanakan tatalaksana diare balita sesuai standar.
Cakupan layanan diare balita adalah jumlah penemuan kasus diare balita dibagi
dengan target yang telah diberikan berdasarkan angka morbiditas diare balita Indonesia.
Penemuan kasus diare balita masih jauh dari target yang diberikan. Pada tahun 2021,
cakupan pelayanan diare balita adalah sebesar 23,83% atau sebesar 879.596 balita dari
target 3.690.984 balita. Cakupan layanan diare balita ini belum mencapai target yang
diharapkan.
Pada tahun 2021, terdapat 2 provinsi yang cakupan pemberian oralit pada balita diare
sebesar 100%, yaitu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Provinsi Kepulauan Riau.
Sedangkan cakupan secara nasional yaitu sebesar 91,23%. Sementara itu, terdapat 3 provinsi
yang cakupan pemberian zinc pada balita diare sebesar 100%, yaitu Provinsi Bengkulu,
Kepulauan Bangka Belitung, dan Kepulauan Riau. Sedangkan cakupan pemberian zinc pada
balita diare secara nasional adalah sebesar 90,67%.
Pada tahun 2022, target indikator Renstra adalah 50% balita diare mendapatkan
tatalaksana sesuai standar. Capaian indikator renstra sampai dengan Triwulan IV Tahun 2022
adalah sebesar 89,63% balita diare mendapatkan tatalaksana sesuai standar. Sementara itu,
untuk cakupan penemuan kasus diare balita adalah sebesar 19,7% atau sebesar 775.746
balita dari taget 3,942,834 balita.
Permasalahan tersebut diatas terjadi mungkin disebabkan masih kurangnya
kemampuan pengelola program Penyakit ISP dalam mengelola program serta kurangnya
informasi terbaru yang diperoleh tentang tatalaksana program dan juga frekuensi pergantian
pengelola program PISP yang sering, sehingga berdampak pada cakupan pencapaian
program serta tatalaksana yang belum standar. Seiring dengan permasalahan tersebut, maka
untuk meningkatkan kemampuan petugas pengelola program pengendalian Penyakit ISP,
tenaga kesehatan serta lintas program terkait, maka dipandang perlu adanya peningkatan
kapasitas tatalaksana dan manajemen program pengendalian Penyakit ISP bagi petugas
pengelola program PISP, tenaga kesehatan dan lintas program terkait di
Provinsi/Kab/Kota/Puskesmas.

B. TUJUAN
Tujuan Umum:
Terlaksananya kegiatan orientasi program penyakit infeksi saluran pencernaan bagi petugas
PISP Provinsi/Kab/Kota/Puskesmas serta lintas program terkait di Indonesia.
Tujuan Khusus:
Meningkatnya kemampuan petugas PISP Provinsi/Kab/Kota/Puskesmas serta lintas program
terkait tentang tatalaksana melalui manajemen kasus yang efektif dan manajemen program
PISP sehingga mampu untuk mendeteksi dan mengendalikan PISP sedini mungkin serta
memperkuat kapasitas tanggap darurat terhadap PISP.

C. METODE
Metode yang digunakan dalam pertemuan ini adalah:
1. Presentasi dan tanya jawab
2. Dilaksanakan secara hybrid.
3. Kegiatan berlangsung selama 4 (empat) hari.

D. WAKTU DAN TEMPAT


Pertemuan dilaksanakan secara hybrid pada :
Hari, tanggal : Selasa – Jumat, 7 – 10 Maret 2023
Waktu : Sesuai jadwal terlampir
Tempat : The Alana Malioboro Hotel & Conference Center
Jl. Mayjend Sutoyo No.52, Mantrijeron, Kec. Mantrijeron, Kota
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta
Link Zoom : https://link.kemkes.go.id/OJTDIARE
Passcode : ojtdiare

E. NARASUMBER
Narasumber pada pertemuan ini adalah:
- UKK Gastrohepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
- Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI)
- Perhimpunan Kedokteran Tropis dan Penyakit Infeksi Indonesia (PETRI)
- Perhimpunan Gastroenterologi Hepatologi dan Nutrisi Anak Indonesia (PGHNAI)
- Dinas Kesehatan Kota Palembang
- Sub Timker PISP, Dit P2PM

F. PESERTA
1. Peserta daerah luring :
a. 1 orang Pengelola Program PISP Dinas Kesehatan Provinsi se Indonesia
b. 1 orang Pengelola Program PISP Dinas Kesehatan 5 Kab/Kota DI Yogyakarta
2. Peserta daerah daring :
a. Pengelola Program PISP Dinas Kesehatan Kab/Kota/Puskesmas se-Indonesia
b. Pengelola Program MTBS Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota/Puskesmas se-
Indonesia
c. Pengelola Program Surveilans Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota/Puskesmas se-
Indonesia
d. Perencana Program Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota/Puskesmas se Indonesia
3. Peserta Pusat luring:
a. Tim Kerja HPISP, Direktorat P2PM, Ditjen P2P
b. Tim Kerja Standarisasi Klinis, Dit PKR, Ditjen Yankes
c. Tim Kerja Pusat Kesehatan Masyarakat, Direktorat Tata Kelola Kesehatan
Masyarakat, Ditjen Kesmas
d. WHO Indonesia (2 orang)

G. MODERATOR
1. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul
2. Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul
3. Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo

H. METODE :
1. Presentasi Narasumber
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Demonstrasi/video

I. OUTPUT :
Terlaksananya kegiatan On Job Training Tatalaksana Diare Sesuai Standar.

J. JADWAL KEGIATAN
Terlampir

K. PENDANAAN
Kegiatan ini didanai oleh APBN DIPA Setditjen P2P untuk Satker P2PM Tahun Anggaran
2023.

Ketua Tim Kerja Hepaitis dan PISP,

dr. Ratna Budi Hapsari, MKM


Lampiran 3:
Jadwal Tentatif On Job Training Tatalaksana Diare Sesuai Standar
DIY, 7 – 10 Maret 2023
Hari/Waktu Kegiatan Narasumber PJ
HARI PERTAMA
Tanggal 7 Maret 2023
12.00 Registrasi peserta Panitia
13.00 – 14.00 ISHOMA Panitia
19.00 – 19.30 Pembukaan
Menyanyikan Lagu Timker HPISP
Indonesia Raya MC
Doa
Laporan Ketua Panitia Katimker HPISP
Sambutan dan Arahan Direktur P2 Penyakit Menular,
Ditjen P2P
Sambutan dan Membuka Kadinkes Provinsi DIY
Acara Katimker HPISP
19.30 – 19.45 Kebijakan HPISP Direktur P2 Penyakit Menular,
Ditjen P2P
19.45 – 20.30 Diskusi dan Tanya jawab
Selesai hari I
HARI KEDUA
Tanggal 8 Maret 2023
08.00 – 09.30 Tatalaksana Diare Balita di UKK Gastrohepatologi IDAI Dinkes Kab.
Indonesia Kulon Progo
09.30 – 10.00 Diskusi dan Tanya Jawab
10.00 – 10.15 Peregangan & Coffe Break Panitia
10.15 – 11.15 Tatalaksana Diare Dewasa Perkumpulan Gastroenterologi Dinkes Kab.
di Indonesia Indonesia Kulon Progo
11.15 – 11.45 Diskusi dan Tanya Jawab
11.45 – 13.00 ISHOMA
13.15 – 13.30 Pengaruh Diare terhadap IDAI Dinkes
Kualitas Hidup Anak Kab. Bantul
13.30 – 13. 45 Diskusi dan Tanya Jawab
13.45 – 15.00 RR PISP Titik Suwarti, SKM & Tim Timker HPISP
Selesai hari II
HARI KETIGA
Tanggal 9 Maret 2023
08.00 – 09.30 Tatalaksana Hepatitis A dan Perhimpunan Gastroenterologi Dinkes
E Hepatologi dan Nutrisi Anak Kab. Bantul
09.30 – 10.00 Diskusi dan Tanya Jawab Indonesia (PGHNAI)
10.00 – 10.15 Peregangan & Coffe Break Panitia
10.15 – 11.15 Tatalaksana Tifoid Anak Perhimpunan Kedokteran Tropis Dinkes
dan Dewasa dan Penyakit Infeksi Indonesia Kab Gunung Kidul
11.15 – 11.45 Diskusi dan Tanya Jawab (PETRI)
11.45 – 13.00 ISHOMA
13.15 – 13.45 Pemantauan Minum Oralit Dinas Kesehatan Kota Palembang Dinkes
dan Zinc pada Balita Diare Kab Gunung Kidul
(Praktik Baik)
13.45 – 14.15 Diskusi dan Tanya Jawab
14.15 – 14.45 Juknis Pemantauan Minum Timker HPISP Timker HPISP
Oralit dan Zinc pada Balita
Diare
14.45 – 15.00 Diskusi dan Tanya Jawab
15.00 – 15.30 ISHOMA dan Coffe Break
15.30 – 15.45 Penutupan Direktur P2 Penyakit Menular, Katimker HPISP
Ditjen P2P
HARI KEEMPAT
Tanggal 10 Maret 2023
08.00 – 10.00 Penyelesaian Administrasi Panitia
Lampiran 4:

TATA TERTIB PESERTA


ON JOB TRAINING TATALAKSANA DIARE SESUAI STANDAR
DIREKTORAT P2PM

D.I. YOGYAKARTA, 7 – 10 MARET 2023

1. Peserta luring mengisi formulir registrasi/ konfirmasi kehadiran melalui link


https://link.kemkes.go.id/KonfirmasiKehadiranOJTDiare2023 paling lambat 1 Maret 2023.
2. Administrasi
a. Biaya perjalanan dinas (PP) daerah ke tempat pertemuan dibiayai oleh Panitia
Penyelenggara.
b. Transport peserta (PP) akan dibayarkan secara at cost (berdasarkan bukti) dengan biaya
maksimal sesuai Standar Biaya Masukan (SBM) 2023
c. Pada saat registrasi peserta wajib menyerahkan data dukung kelengkapan administrasi
(Surat Tugas, Tiket PP, Boarding Pass, foto copy KTP, bukti transpor dari tempat
keberangkatan ke bandara/stasiun dan dari bandara/stasiun ke lokasi acara).
d. Panitia tidak menanggung biaya klaim kelebihan bagasi, seat dan asuransi saat
kedatangan.
3. Akomodasi Peserta
a. Panitia menyediakan penginapan (2 orang per kamar) berlaku untuk seluruh peserta
selama 4 hari.
b. Peserta dilarang membawa anggota keluarga di dalam kamar yang disediakan panitia.
c. Akomodasi disiapkan mulai tanggal 7 Maret 2023 (check in pukul 14.00 WIB) s.d. tanggal
10 Maret 2023 (check out pukul 12.00 WIB).
d. Penggunaan laundry, telepon, minibar, room services dan inventaris barang dalam kamar
hotel menjadi tanggung jawab peserta. Jika terjadi kehilangan barang inventaris hotel,
panitia akan menagih kepada peserta sesuai daftar nama yang ada pada panitia
Lampiran 5:

SURAT TUGAS
NOMOR ..........................................

Sehubungan dengan surat dari Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
Kementerian Kesehatan RI nomor …………….. tanggal ...... Februari 2023, dengan ini kami
menugaskan kepada :

Nama :
NIP :
Gol/ Pangkat :
Jabatan :

Untuk :
1. Menghadiri Undangan Pertemuan On Job Training Tatalaksana Diare Sesuai Standar di
................ pada tanggal 7 – 10 Maret 2023.
2. Biaya yang dikeluarkan sebagai akibat Surat Tugas ini menjadi beban Anggaran DIPA
Setditjen P2P untuk Satker P2PM Tahun Anggaran 2023.
3. Tidak melakukan rekam absensi datang dan pulang.

Agar yang bersangkutan melaksanakan tugas dengan baik dan penuh tanggung jawab

……….., … Maret 2023


Jabatan

Nama Pejabat
NIP
Lampiran 6:

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB PERJALANAN DINAS

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama :
NIP :
Pangkat/ Gol :
Jabatan :

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:

1. Sehubungan dengan Surat Tugas Nomor ................................ serta Surat Perintah Dinas
Nomor .................................. maka saya telah melaksanakan Perjalanan Dinas tersebut.

2. Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya atas kebenaran seluruh penggunaan biaya
Perjalanan Dinas, maka sehubungan dengan hal tersebut saya menyatakan bahwa saya
tidak melakukan:
a. Pemalsuan dokumen
b. Tindakan berupa menaikkan dari harga sebenarnya (mark up)
c. Perjalanan Dinas rangkap (dua kali atau lebih)
d. Hal-hal lain yang berakibat kerugian daerah/ negara sehubungan dengan
pelaksanaan Perjalanan Dinas tersebut.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila di kemudian hari terbukti
pernyataan saya ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Perundang-
Undangan.

……………., …. Maret 2023


Yang membuat pernyataan,

...........................................
NIP
- 103 -

17. SATUAN BIAYA TAKSI PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI

NO. PROVINS! SATUAN BESARAN

(1) (2) (3) (4)


1. ACEH Orang/Kali Rpl23.000
2. SUMATRA UTARA Orang/Kali Rp256.000
3. RIA U Orang/Kali Rpl0l.000
4. KEPULAUAN RIAU Orang/Kali Rp165.000
5. JAM BI Orang/Kali Rp147.000
6. SUMATRA BARAT Orang/Kali Rp190.000
7. SUMATRA SELATAN Orang/Kali Rpl79.000
8. LAMPUNG Orang/Kali Rp167.000
9. BENGKULU Orang/Kali Rp109.000
10. BANGKA BELITUNG Orang/Kali Rp90.000
11. BANTEN Orang/Kali Rp536.000
12. JAWA BARAT Orang/Kali Rp200.000
13. D.K.I. JAKARTA Orang/Kali Rp256.000
14. JAWA TENGAH Orang/Kali Rp90.000
15. D.I. YOGYAKART A Orang/Kali Rp222.000
16. JAWA TIMUR Orang/Kali Rp194.000
17. BALI Orang/Kali Rp189.000
18. NUSA TENGGARA BARAT Orang/Kali Rp231.000
19. NUSA TENGGARA TIMUR Orang/Kali Rpl 16.000
20. KALIMANTAN BARAT Orang/Kali Rp171.000
21. KALIMANTAN TENGAH Orang/Kali Rp134.000
22. KALIMANTAN SELATAN Orang/Kali Rpl50.000
23. KALIMANTAN TIMUR Orang/Kali Rp533.000
24. KALIMANTAN UTARA Orang/Kali Rp218.000
25. SULAWESI UTARA Orang/Kali Rp138.000
26. GO RO NTALO Orang/Kali Rp240.000
27. SULAWESI BARAT Orang/Kali Rp313.000
28. SULAWESI SELATAN Orang/Kali Rpl66.000
29. SULAWESI TENGAH Orang/Kali Rp165.000
30. SULAWESI TENGGARA Orang/Kali Rp171.000
31. MALUKU Orang/Kali Rp240.000
32. MALUKU UTARA Orang/Kali Rp215.000
33. PAPUA Orang/Kali Rp431.000
34. PAPUABARA T Orang/Kali Rp236.000

jdih.kemenkeu.go.id
- 104 -

18. SATUAN BIAYA TIKET PESAWAT PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI PERGI PULANG (PP)

KOTA SATUAN BIAYA TIKET


NO.
ASAL TUJUAN BISNIS EKONOMI
(1) (2) (3) /4) (5)
1. JAKARTA AMBON Rol3.285.000 Rp7.081.000
2. JAKARTA BALIKPAPAN Rp7.412.000 Ro3.797.000
3. JAKARTA BANDAACEH Rp7.519.000 Rp4.492.000
4. JAKARTA BANDAR LAMPUNG RP2.407.000 Rpl.583.000
5. JAKARTA BANJARMASIN Rp5.252.000 Rp2.995.000
6. JAKARTA BATAM Ro4.867.000 Rp2.888.000
7. JAKARTA BENGKULU Rp4.364.000 Rp2 .621. 000
8. JAKARTA BIAK Rol4.065.000 Rp7.519.000
9. JAKARTA DENPASAR Rp5.305.000 Ro3.262. 000
10. JAKARTA GORONTALO Ro7.231.000 Rp4.824.000
11. JAKARTA JAMBI Rp4.065.000 Ro2.460.000
12. JAKARTA JAYAPURA Rpl4.568.000 Rp8. l 93. 000
13. JAKARTA YOGYAKARTA Ro4.107.000 Ro2.268.000
14. JAKARTA KENDARI Rp7.658.000 Rp4.182.000
15. JAKARTA KUPANG Ro9.413.000 Ro5.081.000
16. JAKARTA MAKASSAR Rp7.444.000 Rp3.829.000
17. JAKARTA MALANG Ro4.599.000 Ro2.695.000
18. JAKARTA MAMUJU Rp7.295.000 Rp4.867.000
19. JAKARTA MANADO Rol0.824.000 Ro5.102.000
20. JAKARTA MANOKWARI Rpl6.226.000 Rpl0.824.000
21. JAKARTA MATARAM Ro5.316.000 Ro3.230.000
22. JAKARTA MEDAN Rp7.252.000 Rp3.808.000
23. JAKARTA PADANG Rp5.530.000 Rp2.952.000
24. JAKARTA PALANGKARAYA Ro4.984.000 Ro2.984.000
25. JAKARTA PALEMBANG Rp3.861.000 Rp2.268.000
26. JAKARTA PALU Ro9.348.000 Ro5.113.000
27. JAKARTA PANGKAL PINANG Rp3.412.000 Rp2.139.000
28. JAKARTA PEKANBARU Ro5.583.000 Rp3.016.000
29. JAKARTA PONTIANAK Rp4.353.000 Rp2.781.000
30. JAKARTA SEMARANG Rp3.861.000 Rp2.182.000
31. JAKARTA SOLO Rp3.861.000 Ro2.342.000
32. JAKARTA SURABAYA Rp5.466.000 Rp2.674.000
33. JAKARTA TERNATE Rol0.001.000 Ro6.664.000
34. JAKARTA TIMIKA Rpl3.830.000 Rp7.487.000
35. JAKARTA TANJUNG SELOR Rp7.424.000 Rp4.057.000
36. AMBON DENPASAR Rp8.054.000 Rp4.471.000
37. AMBON JAYAPURA Rp7.434.000 Rp4.161.000
38. AMBON KENDARI Ro4.824.000 Ro2.856.000
39. AMBON MAKASSAR Rp6.022.000 Rp3.455.000
40. AMBON MANOKWARI Ro5.177.000 Ro3.027.000
41. AMBON PALU Rp6.140.000 Rp3.508.000
42. AMBON SORONG Ro3.637.000 Ro2.257.000
43. AMBON SURABAYA Rp8.803.000 Rp4.845.000
44. AMBON TERNATE Rp4.022.000 Rp2.449.000
45. BALIKPAPAN BANDAACEH Rol2.739.000 Ro6.749.000
46. BALIKPAPAN BATAM Rpl0.354.000 Rp5.305.000
47. BALIKPAPAN DENPASAR Rol0.739.000 Ro5.648.000
48. BALIKPAPAN JAYAPURA Rp19.071.000 Rpl0.086.000
49. BALIKPAPAN YOGYAKARTA Ro9.669.000 Ro4.749.000
50. BALIKPAPAN MAKASSAR Rpl2.664.000 Rp6.150.000
51. BALIKPAPAN MANADO Rol5.702.000 Ro7.295.000
52. BALIKPAPAN MEDAN Rpl2.493.000 Rp6.140.000
53. BALIKPAPAN PADANG Rol0.942.000 Rp5.369.000
54. BALIKPAPAN PALEMBANG Rp9.445.000 Rp4.749.000
55. BALIKPAPAN PEKANBARU Rol0.996.000 Ro5.423.000
56. BALIKPAPAN SEMARANG Rp9.445.000 Rp4.674.000
57. BALIKPAPAN SOLO Rp9.445.000 Ro4.813.000
58. BALIKPAPAN SURABAYA Rpl0.889.000 Rp5.113.000
59. BALIKPAPAN TIMIKA Ro18.408.000 Ro9.445.000
60. BANDAACEH DENPASAR Rpl0.835.000 Rp6.279.000
61. BANDAACEH JAYAPURA Rpl9.167.000 Rol0.717.000
62. BANDAACEH YOGYAKARTA Rp9.765.000 Rp5.380.000
63. BANDAACEH MAKASSAR Rol2.760.000 Ro6.781.000

jdih.kemenkeu.go.id

Anda mungkin juga menyukai