(Psikologi Perkembangan 2)
Anggota Kelompok 6:
Semester 3 sore B
1. Teori Kepribadian dan Perkembangan
a. Tahap-tahap Masa Dewasa
Tahap Generativitas versus Stagnasi dari Erikson
Erikson (1968) memberikan istilah untuk tahap ketujuh dalam teori masa-hidup
yaitu generativitas versus stagnasi. Generativitas merujuk pada hasrat orang
dewasa untuk mewariskan sesuatu dari diri mereka kepada generasi selanjutnya
(Peterson, 2002). Sebaliknya, stagnasi (sering disebut “tenggelam dalam diri
sendiri” atau “self-absorption”) akan terjadi jika individu merasa bahwa tidak ada
apa pun yang dapat dilakukan untuk generalisasi selanjutnya.
Orang dewasa yang berada di usia paruh baya dapat mengembangkan
generativitas melalui sejumlah cara (Kotre, 1984). Bentuk dari Generativitas
biologis adalah memiliki keturunan. Bentuk dari generativitas pengasuhan adalah
mengasuh dan membimbing anak-anak. Bentuk dari generativitas kerja adalah
mengembangkan keterampilan yang bisa diteruskan pada orang lain dan melalui
budaya, generativitas adalah menciptakan, memperbaharui, atau memelihara
beberapa aspek dari budaya.
b. Kesimpulan
Menurut penelitian terbaru yang diulas oleh peneliti terkemuka Breant Roberts
dan Daniel Mroczek ada peningkatan bukti bahwa sifat kepribadian terus berubah
selama tahun-tahun masa dewasa, bahkan hingga masa dewasa akhir. Akan tetapi
dalam meta analisis terakhir dijelaskan perubahan sifat kepribadian terbesar terjadi
dimasa dewasa awal, dari usia 20 hingga 40 tahun. Dengan demikian, orang
menunjukan stabilitas yang lebih besar dalam kepribadiannya ketika mereka
mencapai usia paruh baya dibandingkan ketika mereka masih lebih muda, namun
bukan berarti tidak terjadi perubahan di usia paruh baya. Secara umum perubahan
sifat kepribadian selama masa dewasa juga terjadi dalam arah yang positif.
3. Relasi Akrab
a. Cinta dan Pernikahan di Usia Paruh Baya
Ada dua bentuk utama dari cinta yaitu cinta romantis dan cinta efektif. Beberapa
pernikahan dimasa dewasa awal akan terasa sulit dan terjal, akan berubah menjadi
lebih biasa dimasa dewasa menengah. Meskipun pasangan tersebut melalui
kehidupan yang sarat dengan badai, mereka akhirnya dapat menemukan fondasi
yang kokoh dalam relasi tersebut. Pasangan di usia paruh baya cenderung
memandang pernikahan mereka secara positif jika mereka melakukan aktivitas
timbal-balik.
Sebagian besar individu paruh baya yang menikah menyatakan cukup puas
dengan pernikahannya. Ada kemungkinan berbagai masalah serumit apapun telah
diselesaikan. Perceraian dimasa dewasa menengah dapat positif dalam beberapa hal,
dan negatife dalam hal lain, dibandingkan dengan perceraian dimasa dewasa awal.
Bagi individu yang matang resiko dari perceraian dapat lebih kecil dan kurang intens
dibandingkan individu yang masih muda.
d. Kakek-Nenek
Kakek-nenek memainkan peran penting dalam kehidupan cucu mereka
(Oberlander, Black, & Starr, 2007). Banyak orang dewasa menjadi kakek-nenek
untuk pertama kali di usia paruh baya. Secara konsisten, para peneliti menemukan
bahwa nenek lebih sering melakukan kontak dengan para cucu dibandingkan kakek
(Watson, Randolph, & Lyson, 2005). Kecenderunga wanita untuk mendefinisikan
peran mereka sebagai nenek, sebagian disebabkan oleh tanggung jawab untuk
membina ikatan dengan anggota keluarga antar generasi tersebut. Pria mungkin
memiliki harapan yang lebih rendah sehubungan dengan peran sebagai kakek dan
melihat peran itu lebih sebagai sesuatu yang bersifat sukarela.
Peran dan gaya sebagai kakek-nenek
Bagi sejumlah individu lainnya, menjadi kakek- nenek dapat memberikan
imbalan biologis dan rasa kontinuitas. Bagi sejumlah individu lainnya,
menjadi kakek-nenek memberikan pengalaman pemenuhan diri yang bersifat
emosional, menciptakan rasa kebersamaan dan kepuasan yang mungkin
belum pernah dialami sebelumnya ketika berelasi sebagai orang tua-anak.
Perubahan profi kakek-nenek
Perceraian, kehamilan remaja, dan penyalahguanaan obat yang dilakukan
orang tua, biasanya menjadi alasan utama para kakek-nenek itu untuk
kembali memegang peran sebagai “orang tua” meskipun sebetulnya hal itu
bukan tugas mereka lagi.
e. Relasi Antar Generasi
Keluarga adalah hal yang penting bagi kebanyakan orang. Ketika 21.000 orang
dewasa berusia 40 hingga 79 tahun di 21 negara ditanya “ketika anda memikirkan
tentang siapa anda, biasanya anda memikirkan ………….”. 63 persen menyatakan
“keluarga” 9 persen menyatakan “agama” dan 8 persen menyatakan “pekerjaan”.
Dalam studi ini di seluruh 21 negara , orang dewasa paruh baya dan yang lebih tua
mengekpresikan rasa tanggung jawab yang kuat antara generasi dengan keluarga
mereka,dimana ikatan antargenerasi terkuat terjadi di Arab Saudi, India, dan Turki.
Orang dalam masa dewasa menengah memainkan peran penting dalam kehidupan
orang-orang muda dan tua. Orang dewasa paruh baya membagikan pengalaman
mereka dan meneruskan nilai-nilainya pada generasi yang lebih muda.
Studi terbaru mengungkapkan bahwa sekalipun ketika orang tua yang sudah
menua mengalami masalah kesehatan, mereka dan anak-anak mereka secara umum
menggambarkan perubahan positif dalam relasi mereka pada tahun-tahun terakhir.
Akan tetapi, dalam sebagian kasus, para peneliti menemukan relasi antara orang tua
yang telah menua dan anak-anak . dalam setiap generasi baru, karakteristik
kepribadian , sikap-sikap, nilai-nilai yang ada mengalami replikasi atau perubahan.
Pada umumnya anggota-anggota keluarga berusaha membinakontak yang cukup
baik antar generasi.