Anda di halaman 1dari 19

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP

PERILAKU BULLYING DI SMA N 1 BOLANGITANG

Fendi Ntobuo .

Program Studi Psikologi Universitas Muhammadiyah Gorontalo.


Gorontalo 9600. Indonesia

Email: fendintobuo@umgo.ac.id

ABSTRACT

One of negative behavior that is mostly done by adolescents is bullying, this


behavior is prevalent in the school enviroment. Generally, the factor that
influence bullying behavior are family factors, shool factor, peer factor. The focus
was on the influence of parenting style because it has a correlation between
parenting on an aggressive behavior. The purpose of this study was to determine
the relationship of parenting to bullying behavior in Bolangitan 1 N Senior High
study approach. The total population was 48 respondents. The result of study by
using the Chi Square statistical tes tah there is a significant relationship between
parenting of bullying behavior in Bolangitan N 1 School with a value (p value:
0,000). It can concluded there is a significant relationship between parenting
style towards bullying behavior in Bolangitan 1 Senior High School. It suggest
that counseling can be held about bullying behavior and its response to
adolescents.
Keyword: Parenting Style, Bullying

ABSTRAK
Latar belakang: Perilaku negatif yang banyak dilakukan oleh remaja salah
satunya adalah perilaku bullying, perilaku ini marak terjadi dilingkup sekolah.
Secara garis besar faktor yang mempengaruhi perilaku bullying yaitu faktor
keluarga, faktor sekolah, faktor teman sebaya. Akan tetapi pada penelitian ini
peneliti lebih memfokuskan diri pada pengaruh pola asuh orangtua, sebab
terdapatnya korelasi antara pola asuh orang tua yang tidak tepat dan
pembentukan perilaku agresif pada anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan pola asuh orang tua terhadap perilaku bullying di SMA N 1
Bolangitan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan
menggunakan pendekatan cross sectional study. Jumlah populasi yang diambil
adalah 48 responden. Hasil penelitian: menggunakan uji statistik Chi Square,
dimana terdapat hubungan yang bermakna antara Pola Asuh orang tua
terhadap perilaku bullying di SMA N 1 Bolangitan dengan nilai (ρ value : 0,000).

1
Kata kunci : Pola Asuh, Perilaku Bullying.

PENDAHULUAN dipandang sebelah mata, sehingga

Masa remaja merupakan mungkin baru sedikit yang

masa terjadinya krisis identitas atau menyadari bahaya dari keberadaan

pencarian identitas diri. Pada masa bullying tersebut. Padahal bahaya


ini remaja diharapkan dapat dari bullying bisa mengakibatkan

menyelesaikan tugas-tugas kehilangan nyawa. Perilaku bullying

perkembangannya dengan baik, merupakan fenomena lama yang

sehingga remaja sudah mampu sudah sering terjadi namun baru-

menentukan pilihan untuk masa baru ini perilaku bullying menjadi

depannya dan sudah dapat masalah yang sangat serius (Izzati,

mengatasi permasalahan yang ada 2017)

pada dirinya serta remaja dapat Pada tahun 2015, LSM Plan

berperilaku mengikuti nilai dan Internasional dan Internasional


aturan yang berlaku dilingkungan Center for Research on Women
sekitarnya. Namun kenyataannya (IRCW) melakukan riset terkait

karakteristik remaja yang sedang bullying. Hasilnya, terdapat 84%


berproses untuk mencari identitas anak di Indonesia yang mengalami

diri ini sering menimbulkan masalah bullying di sekolah. Angka tersebut


pada diri remaja. Pencarian identitas lebih tinggi dibandingkan negara-

di masa remaja dapat mengarah negara lain di kawasan Asia,

kepada perilaku yang positif serta mencakup Vietnam, Kamboja,

negatif (Carima, 2017). Perilaku Nepal, Pakistan, dan Indonesia.

negatif yang banyak dilakukan oleh Sembilan ribu anak-anak sekolah

remaja salah satunya adalah yang terlibat dalam riset ini berusia

perilaku bullying, perilaku ini marak 12-17 tahun (Hana Adiningsih,

terjadi dilingkup sekolah. 2015). Selain itu bahkan United

Keberadaan bullying seakan-akan National International Children’s

2
Emergency Fund (UNICEF) pada sebanyak 31 kasus (19,3 %), anak

tahun 2016 merilis, menempatkan korban kekerasan bullyingi sebanyak

Indonesia di peringkat pertama 36 kasus (22,4%, anak pelaku

untuk soal kekerasan pada anak. kekerasan bullying sebanyak 41


Fenomena bullyang di Indonesia kasus (25,5 %) (Tempo.com, 2018).

sudah memasuki level Tingginga kasus bullying,


mengkhawatirkan. Menurut data secara tidak langsung pula

Komisi Perlindungan Anak Indonesia berdampak pada tingginya tingkat

(KPAI), sejak tahun 2011 hingga disharmoni di masyarakat. Dampak

2016 ditemukan sekitar 253 kasus dari bullying mulai dari depresi,

bullying, terdiri dari 122 anak introvert, psychosomatic hingga

menjadi korban dan 131 anak suicide bullying (bunuh diri karena
menjadi pelaku. Data ini tidak jauh dibully). Hal yang harus dilakukan

berbeda dengan di perolah oleh adalah kembali mengoptimalkan

Kementerian Sosial, hingga Juni dalam membangun harmonius

2017 Kementerian Sosial telah partenship yang artinya yakni

menerima laporan sebanyak 967 berkawan dengan siapapun

kasus, 117 kasus diantaranya sehingga terbangun suasana yang

adalah kasus bullying. Berdasarkan harmoni. Atas dasar data diatas,

data UNICEF pada tahun 2016, pemerintah kembali berharap

sebanyak 41 hingga 50% remaja di seluruh pihak bersama-sama

Indonesia dalam rentang 13 sampai mengawasi dan mengedukasi agar

15 tahun pernah mengalami kasus bullying dapat dihilangkan.

tindakan cyber bullying Peran serta orangtua pun dalam hal

(Kumpara.com, 2017). Menurut ini sangat penting, termasuk juga di

KPAI jumlah kasus pendidikan tahun lingkangan pendidikan.

2018, berjumlah 161 kasus. Anak Keluarga terutama orang tua

korban tawuran sebanyak 23 adalah lingkungan pertama kali yang

kasus(14,3 %), anak pelaku tawuran ditemui oleh anak ketika ia

3
dilahirkan. Lingkungan pertama Secara garis besar faktor yang

harus diusahakan sebaik-baiknya mempengaruhi perilaku bullying


sebagai lingkungan yang optimal menurut Tumon (2014) yaitu faktor

bagi perkembangan kepribadian keluarga, faktor sekolah, faktor

yang baik. Keluarga sangat teman sebaya. Menurut Usman

berpengaruh pada permulaan (2013) beberapa faktor yang menjadi

perkembangan anak dan pemicu perilaku bullying padaremaja

menentukan sifat dan sikap apa seperti jenis kelamin, tipe

yang akan dibentuk, oleh karena itu kepribadian anak, kepercayaan diri,

orang tua sangat berpengaruh iklim sekolah, serta peranan

dalam pertumbuhan, perkembangan kelompok/teman sebaya. Perilaku

dan pergaulan anak. Remaja bullying juga dipengaruhi oleh tipe


merupakan tahapan perkembangan kepribadian individu, umumnya

yang harus dilewati pada setiap cenderung terjadi pada remaja

perkembangan seseorang. Pada dengan tipe kperibadian extrovert

tugas perkembangan, remaja akan (Utomo, 2013). Orang yang

melewati beberapa fase dengan extrovert sangat berbahaya bagi


berbagai tingkat kesulitan individu, apabila ikatan dengan

permasalahannya sehingga dengan dunia luar terlampau kuat, sehingga

mengetahui tugas-tugas ia tenggelam dalam dunia objektif,

perkembangan remaja dapat kehilangan dirinya, atau asing

mencegah konflik yang ditimbulkan terhadap dunia subjektifnya sendiri.

oleh remaja keseharian yang sangat Akan tetapi pada penelitian ini

menyulitkan masyarakat (Fauzi, peneliti lebih memfokuskan diri pada

2017). Disinilah peran lingkungan pengaruh pola asuh orangtua, sebab

sekitar sangat diperlukan untuk terdapatnya korelasi antara pola

membentuk kepribadian seseorang asuh orang tua yang tidak tepat dan

remaja terutama keluarga. pembentukan perilaku agresif pada

anak. Penggunaan hukuman fisik,

4
hukuman yang tidak konsisten, dan bullying juga kebanyakan berasal
pemanjaan yang secara berlebihan, dari anak yang tumbuh dari pola

berkaitan dengan perilaku agresif asuh yang kurang baik ataupun tidak

anak. Dengan kata lain remaja yang baik, misalnya pola asuh tanpa figur

kerap mendapat hukuman fisik dari ayah, tanpa orang tua lengkap

orang tua dan dimanja berlebihan ataupun seringkali menjadi korban

dapat meningkatkan perilaku agresif kekerasan fisik dan emosional

anak sehingga memicu terjadinya keluarganya sendiri. Menurutnya

perilaku bullying. membentuk konsep diri anak secara

Penelitian Sally Febrianti baik sejak dini sangatlah diperlukan.

(2015) sebagian besar polah asuh Dengan konsep diri yang baik dan

orang tua di SMK Negeri 1 sehat, maka anak akan mampu

Manado memiliki polah asuh otoriter membentengi pengaruh buruk dari

dan perilaku bullying pada remaja lingkungannya. Hal ini hendaknya

sebagian besar dalam kategori menjadi perhatian penting bagi kita

berat. Hal ini menunjukkan ada bersama, bahwa pola asuh yang

hubungan antara pola asuh orang baik akan menghasilkan karakter

tua dengan perilaku bullying remaja. yang baik pula pada anak. Dengan

Pola asuh otoriter adalah pola asuh begitu tercipta konsep diri yang baik

yang terlalu keras sehingga anak yang disertai dengan kepribadian

menjadi akrab dengan suasana yang yang baik pula, dan anak bisa

mengancam dan juga sikap orang berkembang dengan baik dan

tua yang memberikan contoh mampu mengaktualisasikan diri

perilaku bullying yang sengaja sesuai potensi yang dimilikinya.

maupun tidak disengaja dapat Selanjutnya oara orang tua, anggota

membuat anak terbiasa dengan keluarga lainnya serta guru,

perilaku bullying dalam hendaknya memberikan model atau

lingkungannya. Syofiyanti (2016) contoh yang baik kepada anak

mengemukakan bahwa pelaku (siswa bagi guru) agar anak

5
memperoleh panutan (model) yang didapatkan data bahwa 6 siswa

bisa ditiru dan sebagai salah satu mengatakan orang tua memberikan

arahan dalam hidupnya. kebebasan untuk melalukan sesuatu

Hasil survei pendahuluan yang yang diinginkan (pola asuh orang tua

dilakukan di SMA N 1 Bolangitan, secara uninvolved atau

data siswa tahun 2018 berjumlah mengabaikan), 3 siswa mengatakan

658 siswa yang terdiri kelas X (laki- diberikan kebebasan tetapi harus

laki sebanyak 134 orang, sesuai dengan aturan yang berlaku

perempuan sebanyak 128 orang), (pola asuh orang tua secara

kelas XI (laki-laki sebanyak 84 demokrasi) dan 1 siswa mengatakan

orang, perempuan sebanyak 107 selalu bersikap sesuai kehendaknya

orang), kelas XII (laki-laki sebanyak (pola asuh orang tua secara

70 orang, perempuan sebanyak 135 uninvolved atau mengabaikan).

orang) dengan total jumlah siswa Enam dari 10 siswa tersebut juga

laki-laki sebanyak 288 orang, siswa mengatakan pernah menjahili

perempuan sebanyak 370 orang. temannya saat berada di kelas

Jumlah kasus yang tercatat di ruang (perilaku bullying non-fisik). Selain

Bimbingan Konseling (BK) pada itu, 4 siswa lainnya mengatakan

bulan januari-November 2018 pernah memukul dan menarik

adalah 48 kasus perilaku bullyiang, rambut siswa lain (bullying fisik).

seperti saling mengejek antara siswi Dampak dari kasus perilaku bullying

perempuan, perkelahian antara yang diutarakan oleh guru

murid junior dan senior, saling Bimbingan Konseling (BK), bahwa

memaki antara siswa senior dengan terdapat siswa sudah tidak masuk

junior. Studi pendahuluan yang sekolah akibat takut pada senior

dilakukan peneliti pada tanggal 25 yang sering memukulnya dan

November 2018 di SMA N 1 mengancam. Bahkan hal ini

Bolangitan melalui wawancara membuat orangtua korban resah,

dengan 10 siswa kelas XI dan XII sehingga pelaku dan korban

6
dimediasi mengenai masalah pertimbangan waktu yang singkat

tersebut. dengan judul “hubungan pola asuh

Menurut peneliti dampak yang orang tua terhadap perilaku bullying

timbul dari kasus bullying, untuk di SMA N 1 Bolangitan”.

pelaku: menjadi penyebab perilaku


METODE PENELITIAN
kekerasan pada jenjang pendidikan
Penelitian ini telah
berikutnya; pelaku cenderung
dilaksanakan di SMA N 1
berperilaku agresif dan terlibat
Bolangitan. Waktu penelitian
dalam perkumpulan gank serta
dilaksanakan selama 1 bulan.
aktivitas kenakalan lainnya; pelaku
Jenis penelitian ini adalah
rentan terlibat dalam kasus kriminal.
deskriptif dengan menggunakan
Si korban akan memiliki masalah
metode survei analitik dengan
emosi, akademik, cenderung
pendekatan kuantitatif. Untuk
memiliki harga diri yang rendah,
pengolahan data menggunakan
lebih merasa tertekan, suka
desain cross-sectional untuk
menyendiri, cemas, merasa tidak
mempelajari pengaruh antara
aman. Perilaku bullying juga
variabel bebas (independen) dengan
menimbulkan berbagai masalah
variabel terikat (dependen) dengan
yang berhubungan dengan sekolah
melakukan pengukuran sesaat pada
seperti tidak suka terhadap sekolah,
saat bersamaan (Sugiyono, 2016).
membolos, dan drop out. Hal ini
Pendekatan kuantitatif digunakan
dirasakan oleh individu yang selalu
untuk mencari informasi faktual
enjadi sasaran perilaku bullying atau
secara mendetail yang sedang
hanya sesekali menjadi korban
menggejala dan mengidentifikasi
perilaku bullying. Sehubungan
masalah-masalah atau untuk
dengan hal tersebut penulis merasa
mendapatkan justifikasi keadaan
tertarik untuk mengadakan suatu
dan kegiatan-kegiatan yang sedang
penelitian guna mendapatkan data
berjalan. Pendekatan tersebut
yang akurat berdasarkan

7
digunakan untuk mengetahui tentang variabel penelitian. Untuk

hubungan pola asuh pola asuh menentukan jumlah presentasi dari

orang tua terhadap perilaku bullying masing-masing variabel independen.

pada remaja di SMA N 1 Analisis Bivariat dilakukan untuk


Bolangitan. melihat ada tidaknya hubungan

Variabel independen dalam antara variabel yang digunakan uji

penelitian ini adalah pola asuh orang statistik dengan menggunakan uji

tua. Variabel dependen (variabel Chi-Square.


terikat) dalam penelitian ini perilaku
HASIL PENELITIAN DAN
bullying pada remaja.
PEMBAHASAN
Populasi dalam penelitian
Karakteristik Responden
siswa di SMA N 1 Bolangitan yaitu
Dari hasil analisis univariat
yang menjadi pelaku bullying yaitu
dihasilkan distribusi, frekuensi dan
sebanyak 48 orang. Teknik
karakteristik responden dari variabel
pengambilan sampel dalam
yang diteliti, seperti pada tabel
penelitian ini adalah menggunakan
berikut ini:
total sampling dimana seluruh
Tabel 1. Distribusi Responden
populasi menjadi sampel penelitian.
Berdasarkan Usia
Karena besar populasi sudah
Usia Jumlah Presentase
diketahui sebelumnya, maka sampel
(n) (%)

dalam penelitian ini adalah 48 orang. Remaja Awal (12-16 26 54.2

tahun)
Analisis yang digunakan dalam
Remaja Akhir (17-25 22 45.8
penelitian ini meliputi : analisis tahun)

univariat dilakukan dengan cara Total 48 100

Sumber : Data Primer (2019)


mendeskripsikan atau
Berdasarkan pada tabel diatas
menggambarkan variabel yang
dari 48 responden sebagian besar
digunakan dalam penelitian untuk
berusia di antara 12-16 tahun
melihat distribusi, frekuensi untuk
(remaja awal) sebanyak 26
memperoleh informasi secara umum

8
responden (54,2 %). Sedangkan orang tua yang demokrasi yaitu

berusia diantara 17-25 tahun sebanyak 25 responden (52,1%).

(remaja akhir) sebanyak 22 Sedangkan yang memiliki pola asuh

responden (45,8 %). otoriter sebanyak 23 responden

Tabel 2. Distribusi Responden (47,9 %).


Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4. Distribusi Frekuensi
Perilaku Bullying
Jenis Kelamin Jumlah (n) Presentase (%)

Laki-laki 34 70.8 Perilaku Bullying Jumlah Presentase

(N) (%)
Perempuan 14 29.2
Perilaku Bullying Tinggi 9 18.7
Total 48 100
Perilaku Bullying 12 25

Sumber : Data Primer (2019) Sedang

Perilaku Bullying 27 56.3


Berdasarkan pada tabel diatas
Rendah

dari 48 responden sebagian besar Total 48 100

Sumber : Data Primer (2019)


berjenis kelamin laki-laki yaitu
Berdasarkan pada tabel diatas
sebanyak 34 responden (70,8%).
didapatkan dari 48 responden,
Berjenis kelamin perempuan
sebagian besar perilaku bullying
sebanyak 14 responden (29,22 %)
responden dalam kategori rendah
Analisa Univariat
yaitu sebanyak 27 responden (81,3
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pola
Asuh Orang Tua di SMA 1 %). Sedangkan untuk perilaku
Bolangitan
bullying sedang sebanyak 12

responden (25 %) dan perilaku


Pola Asuh Orang Tua Jumlah Presentase

(n) (%)
bullying tinggi sebanyak 9
Pola Asuh Otoriter 23 47.9 responden (18,7%).
Pola Asuh 25 52.1

Demokrasi

Total 48 100

Sumber : Data Primer (2019)

Berdasarkan pada tabel diatas

didapatkan dari 48 responden,

sebagian besar memiliki pola asuh

9
Analisa Bivariat responden (18,7 %), dan terdapat 3

Tabel 5. Hubungan Pola Asuh Orang responden (6,3%) yang memiliki


Tua terhadap Perilaku
perilaku bullying rendah.
Bullying di SMA N 1
Bolangitan Untuk mengetahui

Variabel Perilaku Bullying


hubungan pola asuh orang tua
Perilaku Perilaku Perilaku
Total P value
terhadap perilaku bullying di SMA
Bullyng Bullying Bullying

Tinggi Sedang Rendah


N 1 Bolangitan, maka dilakukan
N % N % N % N % analisis dengan menggunakan uji
Pola Asuh
statistik chi-square pada tingkat
Orang Tua

Pola Asuh 9 18.7 11 22.9 3 6.3 23 47.9 kemaknaan α = 0,05 atau interval
0,000
Otoriter
kepercayaan p < 0,05 dengan
Pola Asuh 0 0 1 2.1 24 50 25 52.1

Demokrasi hasil seperti yang telah tercantum


Total 9 18,7 12 25 27 56.3 48 100
pada tabel di atas yaitu p value
Sumber : Data Primer (2019)
=0,000. Hal ini dapat disimpulkan
Berdasarkan tabel diatas
bahwa terdapat hubungan yang
menunjukkan sebagian besar
bermakna antara pola asuh orang
responden yang memiliki pola asuh
tua terhadap perilaku bullying
yang demokrasi maka perilaku
di SMA N 1 Bolangitan.
bullying responden dalam kategori
rendah sebanyak 24 responden Analisa Univariat
(50%). Meskipun terdapat 1 1. Pola Asuh Orang Tua
responden (2,1%) yang memiliki Berdasarkan tabel diatas,
perilaku bullying sedang. menunjukkan sebagian besar pola
Sedangkan responden yang pola asuh yang dimiliki oleh orang tua
asuh orang tua otoriter sebagian dalam kategori pola asuh demokrasi
besar perilaku bullying responden yaitu sebanyak 36 responden (75%).
dalam kategori sedang sebanyak 11 Meskipun terdapat 12 responden (25
responden (22,9%), perilaku bullying %) yang memiliki pola asuh yang
dalam kategori tinggi sebanyak 9 otoriter

10
Dari hasil penelitian fisik, sosial maupun psiko-sosial

menunjukkan bahwa siswa dan siswi terpenuhi. Pola asuh (parenting

di SMA N 1 Bolangitan secara style) adalah model pengasuhan


keseluruhan mendapatkan pola asuh atau sikap perlakuan yang dimiliki

orang tua yang demokrasi. Pada dan diterapkan orang tua dalam

pola asuh orang tua demokrasi ini pengasuhan terhadap anak sejak

orang tua cenderung banyak usia kandungan hingga dewasa

mengajak diskusi dan memberikan (Yusuf, 2015). Pola asuh merupakan

masukan terhadap anak, pada siswa interaksi yang dilakuan oleh orang

dan siswi di SMA N 1 tua dengan remaja dalam interaksi

Bolangitan ada sebagian responden tersebut orang tua memberian

juga memiliki pola asuh yang pola pengasuhan berupa penilaian,

asuh yang otoriter yaitu sebanyak 23 pendidikan, pengetahuan,

responden (47,9%). Pada pola asuh bimbingan, kedisiplinan,

otoriter orang tua cenderung keras kemandirian, dan perlindungan

terhadap anak dan anak harus untuk mencapai kedewasaan yang

melakukan semua perintah jika tidak berlaku di masyarakat

melaksanakan perintah maka anak berkaitan dengan kepentingan

diberikan hukuman. hidupnya. Peran pengasuhan dapat

Hasil penelitian ini sejalan dipelajari melalui proses sosialisasi

dengan toeri yang dikemukan oleh selama tahap perkembangan remaja

Murtiyani (2016), dimana keluarga yang dijalankan melalui interaksi

merupakan lingkungan sosial keluarga. Remaja yang mempunyai

pertama yang memberikan pengaruh interaksi yang baik dengan keluarga

sangat besar bagi tumbuh kembang cenderung selalu mempunyai

remaja. Perkembangan remaja akan kesempatan untuk mendapatkan

optimal apabila mereka bersama perhatian, kasih sayang, dan akan

keluarga yang harmonis, sehingga lebih terpantau oleh keluarganya

kebutuhan remaja seperti kebutuhan (Izzati, 2017).

11
Berdasarkan teori dan hasil dalam kategori rendah yaitu

penelitian yang dipaparkan diatas, sebanyak 27 responden (81,2%),

menurut asumsi peneliti, jika anak dan sedang sebanyak 9 responden

dibesarkan oleh orang tuanya (18,7%).

dengan cara yang baik, maka anak Dari hasil penelitian

akan belajar menjadi anak yang menunjukkan bahwa siswa dan siswi

baik; namun jika anak dibesarkan SMA N 1 Bolangitan memiliki tingkat

dengan pola asuh yang kurang perilaku bullying rendah sebanyak

baik/buruk maka anak akan menjadi (83,1%) dan sedang (18,7 %).

buruk seperti pola asuh yang telah Artinya siswa dan siswi SMA N 1

diberikan. Umumnya, pelaku dan Bolangitan dinilai memiliki potensi

korban bullying adalah anak yang melakukan perilaku bullying namun

telah biasa mengalami masih dalam kategori wajar, karena

penganiayaan kedua orang tua dalam hal ini masih belum masuk

mereka di rumah. dalam kategori kriminal. Dalam

Penelitian ini sejalan dengan penelitian ini, kecenderungan

penelitian yang dilakukan oleh bullying yang banyak terjadi

Lianasari (2014), pola asuh orang diantaranya seperti: berbicara kotor

tua dengan konsep diri remaja dan tidak sopan, berkelahi, merusak,

sebagian besar adalah pola asuh melanggar peraturan sekolah,

demokratis yaitu sebanyak 63 orang membuat keributan dikelas,

(81,8%), sedangkan remaja yang mengancam, menjahili/menganggu

memiliki konsep diri positif sebanyak teman. Kecenderungan tersebut

59 orang (76,6%) dan remaja yang sering dilakukan oleh siswa

memiliki konsep diri negatif meskipun sudah banyak upaya yang

sebanyak 18 orang (23,4%). dilakukan pihak sekolah, khususnya

2. Gambaran Perilaku Bullying guru bimbingan konseling.

Berdasarkan tabel diatas, Diantaranya memanggil siswa yang

sebagian besar perilaku bullying bersangkutan, menghukum, sampai

12
memanggil pihak orang tua untuk memberikan masukan negatif pada

mengatasi permasalahn yang siswanya, misalnya berupa hukuman

dialami siswa. yang tidak membangun sehingga

Hasil penelitian ini didukung tidak mengembangkan rasa

oleh teori yang dikemukan Ariesto menghargai dan menghormati

dalam Hestina (2017), dimana antar sesama anggota sekolah.3)

terdapat tiga faktor utama penyebab kelompok sebaya, anak-anak ketika

terjadinya perilaku bullying, berinteraksi dalam sekolah dan

diantaranya sebagai berikut;1) dengan teman di sekitar rumah,

keluarga, pelaku bullying seringkali kadang kala terdorong untuk

berasal dari keluarga yang melakukan bullying. Beberapa anak

bermasalah; orang tua yang sering melakukan bullying dalam usaha

menghukum anaknya secara untuk membuktikan bahwa mereka

berlebihan, atau situasi rumah yang bisa masuk dalam kelompok

penuh stress, agresi, dan tertentu, meskipun mereka sendiri

permusuhan. Anak akan merasa tidak nyaman dengan

mempelajari perilaku bullying ketika perilaku tersebut.

mengamati konflik-konflik yang Berdasarkan hasil uji statistik

terjadi pada orang tua mereka, dan menggunak uji Chi-Square


kemudian menirunya terhadap didapatkan nilai p-value =0,000 (≤

teman-temannya.2) sekolah, pihak 0,05). Maka dapat disimpulkan

sekolah sering mengabaikan bahwa terdapat hubungan yang

keberadaan bullying ini, anak-anak bermakna antara pola asuh orang

sebagai pelaku bullying akan tua terhadap perilaku bullying di

mendapatkan penguatan terhadap SMA N 1 Bolangitan.

perilaku mereka untuk melakukan Hasil penelitian ini

intimidasi terhadap anak lain. menunjukkan, sebagian besar

Bullying berkembang dengan pesat responden yang memiliki pola asuh

dalam lingkungan sekolah sering yang demokrasi, seluruh responden

13
dalam kategori perilaku bullying perilaku bullying siswa, sehingga

rendah yaitu sebanyak 36 dapat disimpulkan bahwa sebagian

responden (75 %). Sedangkan banyak orang tua menerapkan pola

responden yang memiliki pola asuh asuh yang baik yaitu pola asuh

yang otoriter sebagian sebagian demokratis maka intensitas perilaku

besar berperilaku bullying sedang bullying menjadi rendah. Sudah

yaitu sebanyak 9 responden (18,7 cukup jelas bahwa pola asuh orang

%). Bullying rendah yang sering tua memberikan sumbangsih atau

dilakukan oleh responden yaitu pengaruh terhadap perilaku bullying

perlakuan kasar yang tidak dapat pada di SMA N 1 Bolangitan.

dilihat secara kasat mata dapat Hal ini didukung oleh teori

disebut juga bullying secara tidak menurut Yusuf (2015), perilaku

langsung seperti, menghasut, bullying bukan perilaku yang

mendiamkan, atau mengucilkan terbentuk dengan sendirinya,

siswa lain. Sedangkan bullying melainkan dari pengalaman yang

sedang yang sering dilakukan oleh pernah dialami baik dalam keluarga

responden, perlakukan kasar secara maupun sekolah. Keluarga dan

verbal seperti, mengancam, sekolah adalah dua sistem yang

mencemooh, memfitnah, memalak, sangat penting dalam kehidupan

mengeluarkan kata-kata yang remaja. Saat memasuki sekolah

bersifat rasis (memaki), dan keterampilan kognitif remaja akan

mengolok-olok kekurangan orang berkembang, selain itu

lain, selain itu bullyng fisik yaitu perkembangan emosi dan sosial

seperti memukul, mendorong remaja juga akan terpengaruhi.

menjambak, menendang, mencubit Penelitian Nurhayati (2016)

dan merusak barang orang lain. menyatakan bahwa kebijakan

Menurut asumsi peneliti berarti sekolah yang baik dan sekolah

semakin baik pola asuh orang tua memiliki social support sebagai

maka semakin rendah tingkat sarana penyelesaian masalah sosial

14
siswa sehingga perilaku agresif yang tinggi, percaya diri, memiliki

seperti bullying dapat diteken dan kemampuan berkomunikasi yang

dikendalikan. Pergaulan remaja baik, akrab dengan teman sebaya

di sekolah akan lebih banyak mereka, dan mengetahui konsep

bersama teman sebayanya. harga diri yang tinggi. Karakteristik

Selain itu faktor lain yang pola asuh ini dapat mengimbangi

mempengaruhi perilaku bullying rasa keingintahuan remaja, sehingga

adalah pola asuh orang tua. Orang proses anak dalam menimbulkan

tua yang demokratis bersikap hangat perilaku tindakan antisosial

dan sayang terhadap anak, serta cenderung bisa dibatasi. Oleh

menunjukan kesenangan dan karena itu, walaupun anak

dukungan sebagai respon atas dibebaskan, orang tua tetap terlibat

perilaku kontruktif anak. Anak yang dengan memberikan batasan berupa

memiliki orang tua demokratis sering peraturan yang tegas. Sedangkan

kali ceria, bisa mengendalikan diri untuk pola asuh otoriter memberikan

dan mandiri, berorientasi pada pengaruh negatif terhadap perilaku

prestasi, dan dapat mengatasi responden. Tingginya gaya otoriter

stress. Anak juga cenderung untuk yang diterapkan orang tua dalam

mempertahankan hubungan yang mengasuh anaknya berbanding

ramah dengan teman sebaya terbalik dengan pembentukan

maupun orang dewasa (Santrock, perilaku prososial responden. Hal ini

2017). Orang tua mengarahkan diperkuat oleh pendapat Santrock

perilaku dan mengontrolnya (2017) yang mengatakan bahwa

sehingga membuat remaja orang tua otoriter menuntut anaknya

cenderung terhindar dari perilaku untuk mengikuti perintah-perintah

menyimpang atau kenakalan remaja orang tua dan menerapkan batas-

(Yusuf, 2014). Anak yang dididik batas yang tegas. Dampak pola

dengan pola asuh demokratis asuh otoriter jika diterapkan secara

memiliki tingkat kompetensi sosial berlebihan akan membuat anak

15
memiliki sikap acuh, pasif, terlalu dan cenderung melampiaskan

patuh, kurang inisiatif, peragu, dan kepada hal negatif berupa perilaku

kurang kreatif. merokok. Penelitian yang dilakukan

Penelitian ini sejalan dengan oleh Korua (2015) tentang

penelitian yang dilakukan oleh Hubungan Pola Asuh Orang Tua

Lianasari (2014), dari hasil pengujian Dengan Perilaku Bullying Pada

dua tingkat dimana terdiri dari uji Remaja SMK Negeri 1 Manado,

silang antara pola asuh otoriter dan menyatakan bahwa pola asuh

demokratis serta uji silang antara otoriter memiliki keterlibatan dalam

pola asuh permisif dan demokratis perilaku bullying.

diperoleh hasil yaitu nilai (p-value)


PENUTUP
sebesar 0,000 (p<0,05) sehingga
Simpulan
dapat disimpulkan ada hubungan
Berdasarkan hasil penelitian
yang signifikan antara pola asuh
mengenai hubungan pola asuh
orang tua dengan konsep diri
orang tua terhadap perilaku bullying
remaja. Penelitian yang dilakukan
di SMA N 1 Bolangitan, maka dapat
oleh Setyobudi (2015) juga tentang
diperoleh kesimpulan sebagai
Hubungan Pola Asuh Orang Tua
berikut:
Dengan Perilaku Merokok Remaja
1. Sebagian besar responden
Di SMP N 3 Grabag Magelang.
berusia diantara 12-16 tahun
Menunjukkan hasil penelitian bahwa
(remaja awal) yaitu sebanyak
anak yang memperoleh pengasuhan
26 responden (54,2 %). Dan
dengan keras atau otoriter menekan,
sebagian besar responden
tidak memberikan kebebasan pada
berjenis kelamin laki-laki yaitu
anak untuk berpendapat akan
sebanyak 34 responden (70,8
membuat anak tertekan, marah
%).
kesal kepada orang tuanya, akan
2. Sebagian besar pola asuh
tetapi anak tidak berani
orang tua dalam kategori
mengungkapkan kemarahannya itu

16
positif sebanyak 36 responden di lingkungan sekolah, karena

(75%). kekerasan terjadi berawal dari hal-

3. Sebagian besar perilaku hal yang dianggap sepele, misalnya

bullying dalam kategori rendah bercanda, saling mengejek, dll.

yaitu sebanyak 39 responden 3. Bagi Orang Tua

(81,3 %). Orangtua diharapkan

4. Ada hubungan hubungan pola memperhatikan pergaulan serta

asuh orang tua terhadap perkembangan responden baik

perilaku bullying di SMA N di sekolah maupun di rumah. Orang

1 Bolangitan ditandai dengan tua diharapkan memperhatikan

nilai P value = 0,000 (p value perkembangan pribadi maupun

≤ 0,05). sosial kepada responden.

Saran 4. Bagi Siswa

1. Bagi Pendidikan Keperawatan Berdasarkan penelitian ini,

Agar hasil penelitian ini dapat diharapkan siswa dan siswi SMA N 1

dijadikan referensi untuk Bolangitan tidak melakukan tindak

meningkatkan pengembangan ilmu kekerasan kepada semama siswa

pengetahuan khususnya dan siswi yang mengacu pada

keperawatan di masa yang akan perilaku bullying di lingkungan

datang. sekolah.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

2. Bagi SMA N 1 Bolangitan Untuk peneliti selanjutnya

Untuk lembaga SMA N 1 diasarankan agar

Bolangitan khususnya para dewan mempertimbangkan beberapa faktor

guru disarankan agar lebih waspada lain yang dapat mempengaruhi

terhadap gerak-gerik dan perilaku- variabel dan membuat desain

perilaku siswa dan siswi agar hal-hal penelitian lebih matang. Tentunya

yang buruk tidak terjadi terutama bagi peneliti selanjutnya hendaklah

tanda-tanda perilaku bullying lebih baik.

17
DAFTAR PUSTAKA Apresiatif). Jakarta: Salemba
Humanika.
Astuti, P.R. (2015). Meredam
Bullying. Jakarta: Grasindo Korua. (2015). Hubungan Pola Asuh
Orang Tua Dengan Perilaku
Azwar,S. (2015). Sikap Manusia,
Bullying Pada Remaja SMK
Teori dan Pengukurannya.
Negeri 1 Manado. Jurnal
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kozier, B, Erb, G, Berman, A,
Carima, Farah. (2017). Perilaku Snyder, S. J. (2014). Buku Ajar
Bullying Pada Remaja ditinjau Fundamental Keperawatan
dari Pola Asuh Otoriter (Konsep, Proses dan Praktik).
Orangtua dan Jenis Kelamin. Edisi 7. Volume 2. Jakarta:
Jurnal EGC.

Fauzi. (2017). Hubungan Pola Asuh Lianasari, M.D. (2014). Hubungan


Orang Tua dengan Perilaku Pola Asuh Orang Tua dengan
Bullying pada Remaja di SMP Konsep Diri pada Remaja Usia
Muhammadiyah 2 Gamping 12-15 Tahun di SMP Negeri 1
Sleman Yogyakarta. Jurnal Sedayu Bantul Yogyakarta:
Stikes Jenderal Achmad Yani
Hestina. (2016). Hubungan antara
Yogyakarta. Jurnal
Pola Asuh Orangtua dengan
Kecenderungan Bullying Siswa. Notoatmodjo, S. (2015). Promosi
Jurnal Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta: Rineka Cipta.
Hurlock, E,B. (2014). Perkembangan
Anak, Jilid 2 Edisi 6: Suatu Nurhayati. (2016). Tipe Pola Asuh
Pendekatan. Bandung: Orang Tua yang berhubungan
Erlangga dengan Perilaku Bullying di
SMA Islam Sudirman
Izzati, Nur, Dina. (2017). Perbedaan
Ambarawa Kabupaten
Bentuk Perilaku Bullying
Semarang. Jurnal
Ditinjau dari Pola Asuh Otoriter
dan Permisif Pada Remaja. Murtiyani. (2016). Hubungan Pola
Jurnal Asuh Orang Tua dengan
Kenakalan Remaja di RW V
King, L.A.(2015). Psikologi Umum
Kelurahan Sidokare
(Sebuah Pandangan
Kecamatan Sidoarjo. Jurnal

18
Potter, P.A. dan Perry, A.G.(2010). Perilaku Manusia. Yogyakarta:
Buku Ajar Fundamental Nuha Medika.
Keperawatan Edisi 4.Volume
Wiyani, N.A. (2014). Save Our
1. Jakarta: EGC.
Chilldren From School
Sally, Febriyanti. (2015). Hubungan Bullying. Yogyakarta: Ar-Rus
Pola Asuh Orang Tua dengan Media.
Perilaku Bullying Pada Remaja
Wong, D.L. (2014). Buku Ajar
SMK Negeri 1 Manado. Jurnal
Keperawatan Pediatrik. Edisi
Santrock. (2017). Psikologi 6. Volume 1. Jakarta: EGC.
Pendidikan Edisi Kedua.
Yuliani, Mita. (2017). Dampak
Jakarta: Kencana Prenada
Perilaku Bullying Pada 2 Siswa
Media Group.
Di SMP Pangu di Luhur 1
Sarwono, S,W. (2015). Psikologi Klaten. Jurnal
Remaja. Jakarta: Rajawali
Yusuf,S. (2015). Psikologi
Press
Perkembangan Anak dan
Sejiwa. (2014). Bullying Mengatasi Remaja. Bandung:
Kekerasan di Sekolah dan Rosdakarya.
Lingkungan Sekitar Anak.
Yoga, Ratama. (2017). Hubungan
Jakarta : Grasindo
Pola Asuh Orang Tua Dengan
Setyobudi. (2015). Hubungan Pola Perilaku Bullying remaja
Asuh Orang Tua Dengan di SMP N 4 Gamping Sleman.
Perilaku Merokok Remaja Di
SMP N 3 Grabag Magelang.
Jurnal

Usman. (2013). Perilaku Bullyiang


ditinjau dari Peran Kelompok
Teman Sebaya dan Iklim
Sekolah pada Siswa SMA
Prasetya di Kota Gorontalo.
Jurnal

Wawan, A. dan Dewi, M. (2015).


Teori Pengukuran
pengetahuan sikap dan

19

Anda mungkin juga menyukai