Anda di halaman 1dari 15

JURNAL PSIKOLOGI TABULARASA

VOLUME 10, NO.1, APRIL 2015: 43 – 57__________________________________________________

Perilaku Bullying pada Remaja Panti Asuhan


Ditinjau dari Kelekatan dengan Teman Sebaya dan Harga Diri

Ritna Sandri
Fakultas Psikologi, Universitas Merdeka Malang

Abstract
The purpose of this research was to identify and explains the bullying behavior among adolescent,
especially in the orphanage. The research was also to investigate the effect of peer attachment and self-
esteem on orphanage adolescent of bullying behavior. This research involved about 270 adolescent (13-
18 years old, M=15,40 years old, S.D.=1,275) which stayed in 14 orphanages in the Malang city. The
collection of data was using the instruments of the Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA), the
Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) and the Adolescent Peer Relations Instrument (APRI). The results
of this research show us that peer attachment and self-esteem is take effect very significant on orphanage
adolescent of bullying behavior.

Key words: peer attachment, self-esteem, bullying behavior, orphanage adolescent

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan perilaku bullying di kalangan remaja,
khususnya remaja panti asuhan. Dan juga penelitian ini berupaya untuk mengetahui pengaruh kelekatan
dengan teman sebaya dan harga diri terhadap perilaku bullying remaja panti asuhan. Karena prilaku
bullying memiliki dampak yang cukup serius bagi para korban. Penelitian melibatkan 270 remaja laki-
laki (13-18 tahun, M=15,40 tahun, S.D.=1,275) yang tinggal di 14 panti asuhan di kota Malang.
Pengambilan data menggunakan instrumen Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA), The
Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) dan Adolescent Peer Relations Instrument (APRI). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kelekatan dengan teman sebaya dan harga diri berpengaruh sangat signifikan
terhadap perilaku bullying remaja panti asuhan.

Kata kunci: kelekatan dengan teman sebaya, harga diri, perilaku bullying, remaja panti asuhan

Pengantar1 agresi yang sering terjadi di sekolah


(Gini, et al., 2008). Berdasarkan hasil
Fenomena bullying dapat terjadi di
survey Cook, et al. (2010) di 22 negara,
mana saja, di sekolah (Berger, 2007), di
melaporkan bahwa sekitar 18% anak
tempat kerja (Farmer, 2011) dan di dunia
sekolah mendapatkan perilaku bullying
maya (Donegan, 2012). Bullying
setiap minggunya (Rigby, 2011). Selain
merupakan salah satu jenis perilaku
itu survei yang dilakukan di 35 negara
oleh World Health Organisation (WHO)
Korespondensi dapat dilakukan dengan
menghubungi: Ritna, F.Psikologi Universitas tentang perilaku sehat di sekolah pada
Merdeka Malang, Jl. Terusan Raya Dieng, No. tahun 2001 ditemukan fakta bahwa
62-64 Malang, Tlp./Faks. 0341-578820, Email:
sandri_hansai@yahoo.com tingkat kejadian rata-rata korban dan

43
PERILAKU BULLYING DAN KELEKATAN

pelaku bullying mencapai 11 % (Craig & fisik dan anak perempuan terlibat
Harel, 2004). Kasus bullying juga terjadi bullying dalam bentuk verbal dan
di Indonesia. Survei yang dilakukan oleh relasional, selain itu terdapat istilah yang
Latitude News, ditemukan fakta bahwa berbeda untuk bullying di negara yang
Indonesia masuk di urutan ke dua dari 40 berbeda dan perbedaan jenis perilaku
negara yang disurvei, sebagai negara yang terlibat. (Berger, 2007).
dengan kasus bullying tertinggi di dunia Bullying memiliki dampak yang
setelah Jepang (www.uniqpost.com). cukup serius bagi para korban. Bullying
Berbagai upaya telah dilakukan yang diterima korban di masa kecil,
untuk meminimalkan terjadinya bullying memiliki efek jangka panjang yang
(Boyle, 2005). Sekolah-sekolah di cukup serius. Berdasarkan hasil
Negara Inggris, Wales dan Irlandia Utara penelitian, beberapa korban mengalami
diwajibkan oleh pemerintah untuk depresi, rendah diri dan kesulitan
memiliki kebijakan anti-bullying, hubungan interpersonal di masa dewasa
meskipun isi kebijakan bervariasi antar (Klomek, et al., 2007). Mereka juga
sekolah. Hal yang sama juga terjadi di lebih rentan terhadap pikiran untuk
Skotlandia (Berger, 2007), dengan melakukan bunuh diri, percobaan bunuh
kebijakan tersebut terjadi penurunan, diri (Kim, et al., 2009), dan melakukan
meskipun kasus bullying masih sering tindakan balas dendam (Carney &
terjadi dan menjadi masalah yang serius Merrell, 2001).
(Rigby, 2011). Hal ini mengindikasikan Moffit (1996) menyatakan
bahwa bullying masih menjadi salah satu perilaku agresi, perilaku antisosial,
pokok permasalahan yang patut terutama kejahatan dan kekerasan yang
mendapatkan perhatian. serius meningkat pada usia remaja.
Bullying terwujud dalam banyak Blumstern (1998) juga mengungkapkan
hal, yaitu fisik, verbal, dan relasional hal senada dengan Moffit, bahwa
(Benbenishty & Astor, 2005). Bullying kekerasan yang serius, tingkah laku
dalam bentuk verbal adalah jenis antisosial meningkat pada remaja,
bullying yang paling umum dilaporkan khususnya pada remaja dengan kondisi
di sekolah. Anak laki-laki lebih beresiko yang kurang menguntungkan (Damon,
untuk terlibat bullying dalam bentuk 2006).

44 JURNAL PSIKOLOGI
SANDRI

Kondisi yang kurang anak-anak yang tinggal di panti asuhan


menguntungkan juga dialami oleh anak- tidak berfungsi sebaik yang diharapkan
anak yang tinggal di panti asuhan. Hal walaupun kebutuhan materi mereka
tersebut dikarenakan anak-anak yang tercukupi (Makame, et al. 2002). Mereka
tinggal di panti asuhan tidak hidup juga rentan menderita tekanan psikologis
bersama dengan keluarganya yang utuh. yang lebih besar dibandingkan dengan
Hasil penelitian menyebutkan bahwa anak-anak yang tidak tinggal dipanti
kedekatan dengan keluarga terutama asuhan (Nyamukapa, et al., 2010).
orang tua, diperlukan dalam rangka Hasil penelitian Hartini (2001)
mendukung perkembangan anak agar menunjukkan bahwa anak-anak panti
dapat tumbuh dengan optimal (Kierkus asuhan memiliki kepribadian inferior,
& Bear, 2003). Walaupun panti asuhan pasif, apatis, menarik diri, mudah putus
berperan sebagai pengganti orang tua, asa, dan penuh dengan ketakutan dan
tetap saja ada beberapa hal yang berbeda kecemasan. Anak- anak panti asuhan
dengan keluarga. Perbedaan itu adalah sulit menjalin hubungan sosial dengan
jumlah anggota keluarga yang besar dan orang lain. Di samping itu mereka
tidak memiliki hubungan darah. Jumlah menunjukkan perilaku yang negatif,
pengasuh yang berperan sebagai orang takut melakukan kontak dengan orang
tua tidak sebanding dengan jumlah lain, lebih suka sendirian, menunjukkan
“anak”nya, “orang tua” yang berganti- rasa bermusuhan, dan lebih
ganti dan sebagainya. Dengan demikian egosentrisme.
mengakibatkan kualitas perhatian akan Teman sebaya memiliki peranan
berkurang karena banyaknya anak yang yang penting dalam kehidupan remaja
harus diperhatikan, selain itu pola asuh (Hurlock, 2007). Pentingnya teman
yang cenderung otoriter dan penerapan sebaya juga dikaitkan dengan beberapa
disiplin yang keras, menyebabkan anak aspek perkembangan seperti emotional
kurang dapat berekspresi, setiap anak security, positive self-image, social
diperlakukan sama, kebutuhan- competence, pemenuhan kebutuhan akan
kebutuhan khususnya sebagai individu kedekatan, mengadopsi perilaku pro-
yang unik kurang diperhatikan (Dinas sosial dan kepuasan (Klarin,
Sosial, 2005). Oleh karena itulah banyak 2006;Klarin, Sasic & Prorokovic, 2012).

JURNAL PSIKOLOGI 45
PERILAKU BULLYING DAN KELEKATAN

Penelitian yang dilakukan sebayanya baik di dalam maupun di luar


Buhrmester (Santrock, 2004) panti asuhan.
menunjukkan bahwa pada masa remaja Jika mengacu pada hasil penelitian
kedekatan hubungan dengan teman sebelumnya, remaja membutuhkan
sebaya meningkat secara drastis, dan teman-teman sebaya (peer) sebagai
pada saat yang bersamaan kedekatan sumber dukungan sosial yang
hubungan remaja dengan orang tua berkontribusi penting dalam membangun
menurun secara drastis. Hasil penelitian konsep diri dan kesejahteraan remaja
Buhrmester dikuatkan oleh temuan (Furman & Buhrmester, 1992; La Greca
Nickerson dan Nagle (2005) yang & Horrison, 2005). Oleh karena itu
menunjukkan bahwa pada masa remaja remaja akan membentuk kelekatan yang
komunikasi dan kepercayaan terhadap lebih erat dengan teman sebayanya tidak
orang tua berkurang, dan beralih kepada terkecuali oleh remaja yang tinggal di
teman sebaya untuk memenuhi panti asuhan.
kebutuhan akan kelekatan (attachment). Studi Fass & Tubman (2002)
Hal yang sama juga terjadi pada remaja terhadap 357 mahasiswa di Amerika
yang tinggal dipanti asuhan. Hasil Serikat menemukan bahwa kualitas
Penelitian Save The Children bersama kelekatan dengan orang tua dan teman
dengan Unicef serta Departemen Sosial sebaya yang sedang dan tinggi dapat
terhadap 37 panti asuhan di enam meningkatkan locus of control internal
propinsi di indonesia, menemukan dan menjadi lebih optimis. Selain itu
bahwa kebanyakan anak-anak Hodges et al (1997) menemukan bahwa
ditempatkan di panti asuhan oleh kurangnya dukungan dan penolakan dari
keluarganya dengan tujuan untuk teman-teman sebaya berkorelasi dengan
memastikan anak-anak mereka pelaku dan korban bullying, sebaliknya
mendapatkan pendidikan dan panti persahabatan dan dukungan dari teman-
asuhan menyediakan akses pendidikan teman sebaya dapat menghindarkan
gratis bagi mereka di luar panti seseorang dari pelaku dan korban
(www.kemsos.go.id). Dengan demikian bullying. Dengan demikian kelekatan
remaja yang tinggal dipanti asuhan dapat dengan teman sebaya selain memainkan
menjalin hubungan dengan teman peranan penting dalam meningkatkan

46 JURNAL PSIKOLOGI
SANDRI

atau mencegah kemungkinan seseorang keluarga besar lebih beresiko dalam


menjadi pelaku dan korban bullying. menumbuhkan harga diri yang rendah
Mengacu kepada pembahasan (Burns, 1993).
terkait bullying, hasil penelitian Laible, Berdasarkan uraian di atas,
et al, (2000) menunjukkan bahwa remaja terlihat bahwa perilaku bullying dapat
yang memiliki kualitas kelekatan dengan dipengaruhi oleh faktor-faktor internal
teman sebaya yang tinggi memiliki dan factor eksternal, oleh karena itu
penyesuaian diri yang baik (agresi dan peneliti bermaksud melakukan penelitian
depresi yang lebih rendah serta memiliki mengenai pengaruh kelekatan dengan
rasa simpati yang tinggi) dan dapat teman sebaya dan harga diri terhadap
meminimalisir perilaku bullying (Lodge perilaku bullying remaja panti asuhan.
& Frydenberg, 2005). Hal senada di Dengan memahami hal-hal yang terkait
perkuat oleh hasil penelitian Nikiforou, dengan perilaku bullying, maka
et al., (2013) yang menyebutkan bahwa diharapkan dapat memberikan intervensi
kualitas kelekatan dengan teman sebaya yang sesuai untuk meminimalisir
yang rendah dapat menyebabkan remaja perilaku bullying.
menjadi pelaku bullying.
Metode
Selain kelekatan dengan teman
Subyek Penelitian
sebaya, harga diri merupakan salah satu
Subjek dalam penelitian ini adalah
faktor yang berperan dalam
270 remaja laki-laki yang tinggal di 14
pengembangan perilaku bullying
panti asuhan di kota Malang. Teknik
(Kowalski, et al., 2008). Pelaku bullying
pengambilan sampel menggunakan
cenderung memiliki harga diri yang
teknik purposive sampling (Arikunto,
rendah (Farrington & Baldry, 2010).
2002), dengan mengacu pada kriteria
Selain berperan dalam pengembangan
yang sudah ditentukan, yaitu: remaja
perilaku bullying, harga diri juga
laki-laki yang tinggal di panti asuhan
memiliki peranan yang penting dalam
dan berusia 13-18 tahun.
meminimalisir perilaku bullying. Anak-
anak yang tinggal di panti asuhan Teknik Pengumpulan Data
beresiko memiliki harga diri yang Pengambilan data menggunakan 3
rendah. Hal tersebut dikarenakan skala likert (Azwar, 2011) yaitu skala

JURNAL PSIKOLOGI 47
PERILAKU BULLYING DAN KELEKATAN

kelekatan dengan teman sebaya, skala jawaban, yaitu: sangat setuju, setuju,
harga diri dan skala perilaku bullying. tidak setuju dan sangat tidak setuju.
Kelekatan dengan teman sebaya Perilaku bullying subjek penelitian
subjek penelitian diukur dengan skala diukur dengan skala Adolescent Peer
Inventory of Parent and Peer Attachment Relations Instrument (APRI). Dalam
(IPPA) yang dikembangkan oleh skala ini perilaku bullying dibedakan
Armsden & Greenberg (2009). Tiga menjadi 3 jenis yaitu fisik (6 item),
dimensi kelekatan dengan teman sebaya verbal (6 item) dan sosial (6 item). APRI
yang diukur dalam skala ini adalah terdiri dari 36-item, 18 item untuk
tingkat saling percaya (10 item), kualitas pelaku bullying dan 18 item untuk
komunikasi (8 item) dan tingkat korban bullying. Berbentuk skala Likert
kemarahan dan keterasingan (7 item). dengan 6 pilihan jawaban, yaitu: tidak
Instrumen ini berupa kuesioner self- pernah, kadang-kadang, 1 atau 2 kali
report yang terdiri dari 75 item (25 item perbulan, satu kali perminggu, beberapa
persepsi kepada ibu, 25 item persepsi kali perminggu dan setiap hari. Item
kepada ayah dan 25 item persepsi yang diperlukan dalam penelitian ini
kepada teman dekat), berbentuk skala adalah 18 item untuk mengukur perilaku
Likert dengan 5 pilihan jawaban, yaitu: bullying remaja panti asuhan, selain itu,
hampir tidak pernah atau tidak pernah, peneliti juga melakukan modifikasi
sangat jarang, kadang-kadang, content, di mana item pernyataan siswa
sering,dan selalu. Item yang diperlukan lain dimodifikasi menjadi penghuni panti
dalam penelitian ini adalah 25 item asuhan yang lain (Parada, 2000).
untuk mengungkap persepsi kepada
Teknik Analisis Data
teman dekat.
Harga diri subjek penelitian diukur Untuk menguji hipotesis

dengan The Rosenberg Self-Esteem penelitian, maka penelitian ini

Scale (RSES). RSES mengukur perasaan menggunakan tehnik analisis regresi.

positif dan negatif tentang diri individu Hasil


secara global. Instrumen ini berupa
Sebelum dilakukan uji hipotesis,
kuesioner yang terdiri dari 10 item,
maka dilakukan terlebih dahulu uji
berbentuk skala Likert dengan 4 pilihan
asumsi klasik, uji asumsi klasik

48 JURNAL PSIKOLOGI
SANDRI

bertujuan untuk mengetahui apakah data Berikut ini akan dijelaskan


berdistribusi normal, tidak terdapat mengenai hasil pengolahan data tentang
gejala autokorelasi, multikolinearitas dan pengaruh kelekatan dengan teman
heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik sebaya dan harga diri terhadap
meliputi uji normalitas, uji autokorelasi, kecenderungan perilaku bullying remaja
multikolinearitas dan uji panti asuhan.
heteroskedastisitas. Kontribusi variabel kelekatan
Hasil uji normalitas data dengan teman sebaya dan harga diri
menggunakan Kolmogorov-Smirnov, terhadap perilaku bullying, dapat dilihat
dapat diketahui bahwa Asymp. Sig. (2- pada tabel 1.
tailed) > 0,05, maka dapat Berdasarkan hasil uji statistik,
diinterpretasikan bahwa data variabel harga diri memberikan
berdistribusi normal. Berdasarkan uji sumbangan efektif paling besar terhadap
autokolerasi dengan uji Durbin Watson, perilaku bullying, yaitu sebesar 34,7%.
nilai DW atau d 1,595 , nilai DW atau d Selain itu variabel kelekatan dengan
1,595 > dari dU 1, 491 dan niali DW teman sebaya memberikan sumbangan
atau d 1,595 < 4-dL (4-1,78560 = efektif paling rendah terhadap perilaku
2,214), maka dengan demikian tidak bullying, yaitu sebesar 26,0%, dan ketika
terdapat autokolerasi. Pada uji variabel kelekatan dengan teman dan
multikolinearitas, nilai tolerance semua harga diri dianalisis bersama
variabel independen (kelekatan dengan memberikan sumbangan efektif sebesar
teman sebaya dan harga diri) lebih besar 36,8% terhadap perilaku bullying.
dari 0,10 dan nilai VIF semua variabel Setelah mengetahui kontribusi dari
independen lebih kecil dari 10,00. masing-masing variabel, maka langkah
Dengan demikian dapat disimpulkan selanjutnya adalah melakukan uji anova
tidak terjadi multikolinearitas. Pada uji yang bertujuan untuk mengetahui
heteroskedastisitas, nilai koefisien semua signifikansi pada model regresi yang
variabel independen > 0,05, maka dapat digunakan. Uji Anova variabel kelekatan
disimpulkan bahwa model regresi tidak dengan teman sebaya dan harga diri,
terdapat heteroskedastisitas. Dengan dapat dilihat melalui tabel 2.
demikian data penelitian memenuhi
syarat uji asumsi klasik.

JURNAL PSIKOLOGI 49
PERILAKU BULLYING DAN KELEKATAN

Tabel 1
Kontribusi Variabel Harga Diri, Kelekatan dengan Teman Sebaya dan Peran Gender
Maskulin Terhadap Bullying

Model R R Adjusted R Std. Error of


Squares Square the Estimatie
Kelekatan dengan teman sebaya .512 .263 .260 18.87579
Harga diri .591 .350 .347 17.72557
Kelekatan dgn teman sebaya & .611 .373 .368 17.43802
Harga diri
Dependent Variable: Bullying

Tabel 2
Uji Anova Variabel Harga Diri dan Kelekatan dengan Teman Sebaya yang
Dimoderasi Peran Gender Maskulin Terhadap Bullying

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


Regression 48284.848 2 24142.424 79.394 .000a
Residual 81190.619 267 304.085
Total 129475.467.269 269
Keterangan:
a. Predictors: (Constant), Kelekatan dengan teman sebaya dan Harga Diri
b. Dependent Variable: Bullying

Tabel 3
Koefisien Variabel Kelekatan dengan Teman Sebaya dan Harga Diri Terhadap
Bullying

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 88.421 4.288 20.621 .000
Kelekatan dengan Teman Sebaya -.188 .060 -.207 -3.148 .002
Harga Diri -1.484 .216 -.451 -6.857 .000
Keterangan:
Dependent Variable: Bullying

Berdasarkan uji Anova, nilai F model regresi dapat digunakan untuk


hitung sebesar 79,394 dengan tingkat memprediksi perilaku bullying atau
signifikansi 0,000. Probabilitas dapat dikatakan bahwa perilaku bullying
signifikansi lebih kecil dari 0,01, maka remaja panti asuhan dapat diprediksi

50 JURNAL PSIKOLOGI
SANDRI

melalui variabel kelekatan dengan teman signifikan terhadap perilaku bullying.


sebaya dan harga diri. Sesuai dengan studi sebelumnya, hasil
Setelah model regresi diketahui penelitian menunjukkan bahwa kualitas
signifikansinya, langkah selanjutnya kelekatan dengan teman sebaya yang
adalah melakukan uji t/parsial. Hasil uji tinggi dapat menyebabkan seseorang
t/parsial dapat dilihat pada tabel 3. tidak terlibat dalam perilaku bullying
Berdasarkan uji t/parsial, (Nikiforou, et al., 2013). Hal ini dapat
kelekatan dengan teman sebaya dipahami karena dalam kelekatan
memberikan nilai koefisien parameter dengan teman sebaya terdapat sarana
sebesar 20,7% dengan tingkat untuk melatih keterampilan sosial yang
signifikansi 0,002. Harga diri baik. Keterampilan sosial itu sendiri
memberikan nilai koefisien parameter sangat penting dimiliki seseorang agar
sebesar 45,1% dengan tingkat dapat diterima dengan baik oleh
signifikansi 0,000. lingkungannya.
Berdasarkan pengujian statistik Sebuah penelitian menunjukkan
di atas, maka hipotesis kelekatan dengan seseorang kurang memiliki keterampilan
teman sebaya dan harga diri berpengaruh sosial yang baik maka akan berdampak
secara signifikan terhadap perilaku pada hilangnya kesempatan dalam
bullying remaja panti asuhan diterima. mendapatkan hubungan sosial yang baik
bahkan bisa berujung pada penolakan
Diskusi
sosial (Elliot, Sheridan & Gresham,
Berdasarkan hasil analisis
1989). Pada remaja sendiri kemampuan
diperoleh informasi bahwa kelekatan
dalam menjalin hubungan dengan orang
dengan teman sebaya dan harga diri
lain merupakan kunci dari keberhasilan
berpengaruh secara signifikan terhadap
dalam penyesuaian psikososial remaja
perilaku bullying. Sehingga berdasarkan
(Ayodele, 2011). Kualitas hubungan
hasil analisis, hipotesis kelekatan dengan
sosial dan keterampilan sosial yang baik
teman sebaya dan harga diri berpengaruh
juga berperan dalam perkembangan
secara signifikan terhadap perilaku
kesehatan psikologis, kesuksesan
bullying remaja panti asuhan diterima.
akademis dan kesuksesan dalam
Kualitas kelekatan dengan teman
menjalin hubungan di masa mendatang
sebaya memberikan kontribusi yang

JURNAL PSIKOLOGI 51
PERILAKU BULLYING DAN KELEKATAN

seperti pernikahan dan parenting (Hair, dengan orang lain, sehingga mereka
Jager & Garrett, 2002). dapat terhindar dari perilaku bullying
Selain terdapat sarana untuk (Mota & Matos, 2012).
melatih keterampilan sosial, dalam Selain kelekatan dengan teman
kelekatan dengan teman sebaya juga sebaya, harga diri memberikan pengaruh
terdapat dukungan sosial. Dukungan yang signifikan terhadap perilaku
sosial merupakan aspek penting bagi bullying remaja. Sesuai dengan studi
remaja untuk bisa beradaptasi dengan sebelumnya, hasil penelitian
baik, terutama dukungan dari teman menunjukkan bahwa salah satu factor
sebaya. Melalui teman sebaya lah remaja yang berperan dalam pengembangan
belajar nilai-nilai dan bagaimana mereka perilaku bullying adalah harga diri
mulai menentukkan sikap secara berbeda (Kowalski, et al., 2008). Dimana secara
dari orang tua mereka (APA, 2002). umum harga diri yang rendah, dapat
Pada hasil penelitian ini, kualitas menyebabkan seseorang menjadi pelaku
kelekatan dengan teman sebaya rata-rata bullying (Farrington & Baldry, 2010).
subjek penelitian berada pada klasifikasi Hal ini sangat bisa dipahami bahwa
tinggi dan perilaku bullying remaja panti ketika seseorang menganggap dirinya
asuhan pada klasifikasi rendah. Hal tidak berharga dan tidak menyayangi
tersebut dikarenakan kualitas kelekatan dirinya sendiri, maka seseorang dapat
dengan teman sebaya yang baik, secara melakukan beragam tindakan yang justru
signifikan dapat memberikan kontribusi merugikan dirinya sendiri, baik
pada pengembangan secure base, disadarinya maupun tidak. Hasil
terutama pada remaja tanpa dukungan penelitian C. Samivalli (2000)
keluarga, seperti remaja yang tinggal menemukan bahwa motif para pelaku
dipanti asuhan. Sehingga remaja yang bullying adalah untuk mendapatkan
tinggal di panti asuhan memandang pengakuan dari para korbannya, oleh
kualitas kelekatan dengan teman sebaya karena itu dapat dipahami jika individu
mereka tampaknya lebih membantu yang memiliki harga diri rendah, rentan
untuk mengekspresikan perasaan dan menjadi pelaku bullying.
ide-ide mereka. Mereka dapat menjalin Harga diri merupakan salah satu
hubungan yang positif dan empatik bagian yang selama perkembangan

52 JURNAL PSIKOLOGI
SANDRI

hidup manusia mengalami penurunan sebaya dan harga diri berpengaruh secara
pada masa remaja (Robins & signifikan terhadap perilaku bullying.
Trzesniewski, 2005). Oleh karena itu, Hasil analisis yang telah dilakukan
tidak mengherankan harga diri turut sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu
berkontribusi dalam masalah yang kelekatan dengan teman sebaya dan
dihadapi saat remaja. Berdasarkan hasil harga diri berpengaruh secara signifikan
penelitian, harga diri yang tinggi/ baik terhadap perilaku bullying remaja panti
memiliki kolerasi negatif dengan asuhan.
masalah perilaku dan gejala Berdasarkan hasil penelitian ini,
psikopatologis pada remaja diketahui bahwa harga diri memberikan
(Garaigordobil, Dura & Peres, 2005). pengaruh/kontribusi yang paling besar
Remaja yang tinggal di panti terhadap pengembangan perilaku
asuhan beresiko memiliki harga diri bullying remaja panti asuhan. Dengan
yang rendah, hal tersebut dikarenakan memahami hasil penelitian tersebut,
dalam suatu panti asuhan biasanya maka treatment yang dapat dilakukan
terdapat hubungan yang kurang intensif untuk mengurangi perilaku bullying pada
antara anak asuh dengan figur orang remaja panti asuhan salah satunya adalah
tua/pengasuh, karena pengasuh harus dengan konseling kelompok,
membagi perhatiannya dengan anak- psikoedukasi dan Cognitive Behavior
anak asuh yang lain (Kadushin & Costin; Therapy (CBT) yang dirancang khusus
Baily & Baily, 1983). untuk meningkatkan harga diri.
Pada hasil penelitan ini, harga diri
Ditinjau dari variabel yang
rata-rata subjek penelitian berada pada
digunakan dalam penelitian ini relatif
klasifikasi tinggi. Hasil penelitian ini
masih sedikit, oleh karena itu peneliti
berbeda dengan hasil penelitian
selanjutnya hendaknya menambahkan
sebelumnya, yang menyebutkan bahwa
beberapa variabel lain yang terkait
harga diri remaja panti asuhan cenderung
dengan bullying, serta menambah jumlah
rendah (Gandaputra, 2009).
subjek penelitian menjadi lebih banyak,
Kesimpulan dan Saran agar hasil penelitian dapat
Berdasarkan hasil analisis yang digeneralisasikan secara luas. Dan dapat
dilakukan kelekatan dengan teman menjamin subjek yang terlibat dalam

JURNAL PSIKOLOGI 53
PERILAKU BULLYING DAN KELEKATAN

penelitian, terlibat secara sukarela dan Benbenishty, R., & Astor, R. A. (2003).
Violence in schools: The view
jujur dalam proses pengumpulan data,
from Israel. In P. K. Smith (Ed.),
agar data yang diperoleh mampu Violence in schools: The response
in Europe (pp. 317–331). London:
mencerminkan kondisi subjek penelitian
Routledge.
yang sebenarnya.
Berger, S. K. (2007). Update on bullying
Ditinjau dari subjek yang
at school: science forgotten?
berpartisipasi dalam penelitian ini, Developmental Review, 27, 90-
126.
seluruh subjek adalah remaja laki-laki
yang tinggal di panti asuhan, oleh karena Boyle, D. J. (2005). Youth Bullying:
Incidence, impact, and
itu peneliti selanjutnya, hendaknya ikut interventions. Journal of the New
melibatkan remaja laki-laki dan Jersey Psychological Association,
55 (3), 22-24.
perempuan baik yang tinggal di panti
Carney, A. G. and Merrell, K. W.
asuhan maupun tidak untuk terlibat
(2001). Perspectives on
dalam partisipan penelitian, agar hasil understanding and preventing an
international problem. Journal
penelitian menjadi lebih bervariasi.
School Psychology International,
22, 364-82.

Kepustakaan Corsini, J. R, (2002). “Dictionary of


psychology”,Brunner-Routledge,
American Psychological Assosiation. NY.
(2002). Developing adolescents.
Washington DC : Author. Craig, W. and Harel, Y. (2004).
Bullying, physical fighting, and
Arikunto, S.(2002). Prosedur penelitian
victimization. In C. Currie et al.
suatu pendekatan praktek. (Eds.), Young People’s Health in
Jakarta:Rineka Cipta. Context: international report from
the HBSC 2001/02 survey. WHO
Ayodele, K. O. (2011). Fostering Policy Series: Health policy for
adolescents’ interpersonal children and adolescents Issue 4,
behaviour: An empirical WHO Regional Office for Europe,
assessment of enhanced thinking Copenhagen.
skills and social skills training.
Edu Journal of Counselling, 4, 62- Damon, W. (2006). Handbook of child
psychology Sixth edition. Volume
74.
Three: Social, Emotional, and
Azwar, S. (2011). Reliabilitas dan Personality Development. John
Wiley & Sons, Inc., Hoboken,
validitas. Yogyakarta: Pustaka New Jersey.
Pelajar.

54 JURNAL PSIKOLOGI
SANDRI

Donegan, R. (2012). Bullying and Gandaputra, A. (2009). Gambaran Self


cyberbullying: History, statistics, Esteem Remaja Yang Tinggal Di
law, prevention and analysis. The Panti Asuhan. Jurnal Psikologi Vol
Elon Journal of Undergraduate 7(2), 2-17.
Research in Communications,
3(1), 33-42. Garaigordobil, M., Dura, A. & Peres, J.
I. (2005). Psychological
Eliot, Megan & Cornell, Dewey. (2009). symptoms, behavioral problems,
The effect of parental attachment and self concept/ self esteem: A
on bullying in middle school. study of adolescents aged 14 to 17
Programs in clinical and school years old. Annuary of Clinical and
psychology, Curry School of Health Psychology, 1, 53-63.
Education, University of Virginia.
Elliot, S. N., Sheridan, S. M. & Gini, G., Pozzoli, T., Borghi, F. and
Gresham, F. M. (1989). Assessing Franzoni, L. (2008). The role of
and treating social skills deficits: A bystanders in students’ perceptions
case study for the scientist- of bullying and sense of safety.
practitioner. Journal of School Journal of School Psychology, 46,
Psychology,27, 197–222. 617-638.

Farrington, D. P. & Baldry, A. C. Greenberg, M. T. & Armsden, G.


(2010). Individual risk factors for (2009). Inventory of Parent and
school bullying. Journal of Peer Attachment (IPPA).
Aggression, Conflict and Peace Prevention Research Center.
Research, 2 (1), 1-5. Hair, E. C., Jager, J. & Garrett, S. B.
(2002). Helping teens develop
Farmer, D. (2011). Workplace Bullying: healthy social skills and
An increasing epidemic creating relationships: What the research
traumatic experiences for targets of shows about navigating
workplace bullying. International adolescence. Research Brief.
Journal of Humanities and Social
Science, (7), 196-203. Hartini, N. (2001). Deskripsi kebutuhan
psikologis pada anak panti asuhan.
Fass, M. E., & Tubman, J. G. (2002). INSAN, 3 (2), 109 -118.
The influence of parental and peer
attachment on college students' Hodges, E. V. E., Malone, M. J. & Perry,
academic achievement. D. G. (1997). Individual risk and
Psychology in the Schools, 39(5), social risk as interacting
561-573. determinants of victimization in
the peer group. Developmental
Psychology, 33, 1032–1039.
Furman, W., & Buhmester, D. (1992).
Age and sex differences in Klarin, M., Sasic, S. S. & Prorokovic, A.
perceptions of networks and (2012). The Contribution of family
personal relationships. Child and peer interaction to the
Development, 63, 103 – 115. understanding of self-esteem in
adolescents. Gender and cultural

JURNAL PSIKOLOGI 55
PERILAKU BULLYING DAN KELEKATAN

similarities and differences. the proceedings of the educational


International Journal of forum on adolescent health on
Humanities and Social Science, 2 youth bullying. Chicago: American
(21). Medical Association.

Klomek, A. B., Marrocco, F., Kleinman, Lodge, J. and Frydenberg, E. (2005).


M., Schonfeld, I. S. and Gould, M. The role of peer bystanders in
S. (2007). Bullying, depression, school bullying: positive steps
and suicidality in adolescents. toward promoting peaceful
Journal of the American Academy schools, 44 (4), 329–336.
of Child and Adolescent
Psychiatry, 46, 40-49. Makame, V., Ani, C., & Grantham, M.
S. (2002). Psychological well-
Kowalski, R. M., & Limber, S. P. being of orphans in Tanzania. Acta
(2007). Electronic bullying among Paediatrica, 91, 455-464.
middle school students. Journal of
Adolescent Health, 41, 22-30. Neff, K. D. & Vonk, R. (2009). Self-
compassion versus global self-
Kristi, K. (2012). Attachment styles esteem: Two different ways of
among bullies, victims and relating to one self. Journal of
uninvolved adolescents. Personality, 77(1), 1-4.
Psychology Research, 2 (3), 160-
165. Nickerson, A. & Nagle, R. J. (2005).
Parent and peer attachment in late
Laghi, F., D'Alessio, M., Pallini, S., & childhood and early adolescence.
Baiocco, R. (2009). Attachment Journal of Early Adolescence, 25,
representations and time perspektif 223 – 249.
in adolescence. Social Research,
90, 181-194. Nikiforou, M., Georgiou, S.N. &
Stavrinides, P. (2013). Attachment
La Greca, A. & Harrison, H. (2005). to parents and peers as a parameter
Adolescent peer relations, of bullying and victimization.
friendships, and romantic Journal of Criminology, 20, 115-
relationships: do they predict 126.
social anxiety and depression.
Nyamukapa, et al (2010). Causes and
Journal of Clinical Child and
consequences of psychological
Adolescent Psychology, 34, 49–61.
distress among orphans in eastern
Zimbabwe. AIDS Care 22(8), 988-
Laible, D. J., Carlo, G. and Marcela, R.
996.
M. (2000). The differential
relations of parent and peer
Parada, R. H. (2000). Adolescent Peer
attachment to adolescent
Relations Instrument: A theoretical
adjustment. Journal of Youth and
and empirical basis for the
Adolescence, 29 (1), 45-50. measurement of participant roles
in bullying and victimisation of
Limber, S. P. (2002). Addressing youth
adolescence: An interim test
bullying behaviors. Published in

56 JURNAL PSIKOLOGI
SANDRI

manual and a research indirect bullying. Pediatrics,


monograph: A test manual. 111(6), 1312-1317.
Bankstown: PublicationUnit, Self-
concept Enhancement and Walden, L. M. & Beran, T. N. (2010).
Learning Facilitation (SELF) Attachment quality and bullying
Research Centre, University of behavior in school-aged youth.
Western Sydney. Canadian Journal of School
Psychology, 25(1), 5 –18.
Rigby, K. & Bagshaw, D. (2003).
Prospects of adolescent students Wild, L. G., Flisher, A. J., Bhana, A. &
collaborating with teachers in Carl, L. (2004). Associations
addressing issues of bullying and among adolescent risk behaviours
conflict in schools. Educational and self-esteem in six domains.
Psychology, 23, 535-546. Journal of Child Psychology and
Psychiatry, 45(8), 1454-1467.
Rivers, Ian. (2009). Observing bullying
at school: The mental health Williams, K. & Kennedy, J. H. (2012).
implications of witness status. Bullying behaviors and attachment
Journal of School Health, 24(4), styles. North American Journal of
211-223. Psychology, 14(2), 321-338.

Robins, R. W. & Trzesniewski, K. H. Yamin, S. & Kurniawan, H. (2014).


(2005). Self-esteem development SPSS Complete. Teknik Analisis
across the lifespan. American Statistik Terlengkap dengan
Psychological Society, 14 (3), 158- Software SPSS. Salemba Infotek:
162. Jakarta.

Sahrani, R. & Medya. (2003). Perbedaan


intensi agresi berdasarkan pola
attachment pada remaja putri yang
tinggal di panti asuhan. Jurnal
Psikologi 1(1), 1-3.

Salmivalli, C. (2009). Bullying and the


peer group: a review. Journal
Aggression and Violent Behavior,
doi: 10.1016/j.avb.2009.08.007.
Uba, I., Yaacob, Siti Nor & Juhari, R.,
(2010). Bullying and its’
relationship with depression
among teenagers. Journal of
Psychology, 1(1), 15-22.

Vander, W. & Hirasing, R. A. (2003).


Psychosocial health among young
victims and offenders of direct and

JURNAL PSIKOLOGI 57

Anda mungkin juga menyukai