Anda di halaman 1dari 11

TUGAS ANALISIS KASUS ADAM AIR DALAM ETIKA BISNIS

MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN

Dosen Pengampu

Ahmad Rifani, SE., MM

DISUSUN OLEH KELOMPOK IX


SEMESTER VI B
NAMA ANGGOTA KELOMPOK :
1. YUNI KHAIRUNISA (1614201110120)
2. WIDYA FEBRIANA (1614201110119)
3. HANI HAIRINI (1614201110079)
4. MUHAMMAD ADY RISMANA (1614201110092)
5. NURUL JANNAH (1614201110105)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NERS A

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

TAHUN AJAR 2018/2019


1. Bacalah kasus Adam Air dengan baik, jawablah pertanyaan dalam kasus sebagai
bahan diskusi materi. Prinsip – prinsip etika bisnis antara lain prinsip kejujuran,
prinsip keadilan, dan prinsip untuk berbuat baik.

Kasus Adam Air

Adam Air memiliki nama lengkap Adam SkyConnection Airlines, PT.


dengan kode IATA/ICAO yakni KI/DHI. PT Adam Air didirikan pada 21
November 2002 dan mulai beroperasi pada tanggal 19 Desember 2003 yang
berbasis di Soekarno-Hatta Jakarta dan Medan serta Surabaya sebagai secondary
hubs-nya, dengan jenis usaha adalah jasa penerbangan. Saat itu Adam Air
memiliki 24 pesawat dan melayani 30 rute domestik ke berbagai kota di Indonesia
dan dua rute internasional Medan-Penang dan Jakarta-Singapura. Rata-rata Adam
Air mampu mengangkut 15.000 penumpang per hari dalam 73 kali penerbangan
dengan tingkat book rate 90%.
Pemegang saham Adam Air ada tiga perusahaan, tetapi pada realitasnya
hanya dua perusahaan. Keluarga Suherman menguasai sebesar 50%, sedangkan
Bhakti Investama memiliki 50%, melalui anak perusahaannya yaitu, GTS (Global
Air Transport) memiliki 19% dan BSP (Bright Star Perkasa) 31%. Presiden
Direktur PT Adam Air adalah Adam Aditya Suherman, sedangkan wakil Presiden
Direktur PT Adam Air adalah Gustiono Kustanto (sekaligus menjabat sebagai
Direktur Keuangan). Anggota Direksi lainnya adalah dari keluarga Adam Aditya
Suherman.
Adam Skyconnection Airlines atau yang lebih dikenal dengan Adam Air
mengalami pailit. Bermula kejadian jatuhnya pesawat Adam Air tahun 2008 dan
merembet berbagai masalah selanjutnya. Klimaksnya pada 20 Maret 2008
maskapai tersebut di putus pailit. Berikut ini adalah kecelakaan-kecelakaan yang
menimpa Adam Air :
1. 11 Februari 2006, Adam Air Penerbangan 782, Boeing 737-300, PK-KKEØ
BH-782, Jakarta-Makassar, kehilangan arah dan mendarat di Bandara
Tambolaka, NTT.
2. 1 Januari 2007, Adam Air Penerbangan 574, PK-KKW DHI-574, BoeingØ
737-400 Jakarta-Manado via Surabaya yang membawa 96 penumpang dan 6
awak pesawat, hilang di perairan Majene, Sulawesi Barat. Pesawat hancur
berkeping-keping setelah hilang kendali dan menghunjam laut. Sementara itu,
hanya sebagian kecil bagian pesawat yang dapat ditemukan. Sebanyak 102
penumpang dan awak pesawat tidak ditemukan. Penyebab kecelakaan seperti
yang diumumkan oleh Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT)
adalah cuaca buruk, kerusakan pada alat bantu navigasi Inertial Reference
System (IRS), dan kegagalan kinerja pilot dalam menghadapi situasi darurat.
Pada 7 Januari 2007, 16 pilot Adam Air mengundurkan diri karena
mereka menilai buruknya standar keamanan dan sistem navigasi di pesawat-
pesawat yang dinilai berkualitas jelek. Adam Air kemudian menuntut balik semua
pilot ini karena kontrak kerja mereka belum habis. Dan tidak lama terjadi
kecelakaan lagi pada tanggal 21 Februari 2007, Adam Air Penerbangan KI 172,
PK-KKV, Boeing 737-33A Jakarta-Surabaya tergelincir di Bandara Juanda,
Surabaya. Badan pesawat melengkung namun semua penumpang selamat. Atas
peristiwa ini, Departemen Perhubungan Republik Indonesia memerintahkan untuk
menghentikan sementara pengoperasian tujuh pesawat Boeing 737-300 milik
Adam Air.
Pada 10 Maret 2008, pesawat Adam Air KI-292 Boeing 737-400 jurusan
Jakarta-Batam tergelincir di landasan Bandar Udara Hang Nadim, Batam. Kondisi
ini menimbulkan perselisihan antar pemegang saham dan manajemen perusahaan
sehingga menyulitkan kondisi perusahan dan akhirnya PT. Bhakti Investama pada
14 Maret 2008 menarik seluruh sahamnya karena merasa Adam Air tidak
melakukan perbaikan tingkat keselamatan serta tiadanya transparansi.
Kegiatan operasional Adam Air kemudian dihentikan sejak 17 Maret
2008 dan baru akan dilanjutkan jika ada investor baru yang bersedia menalangi 50
persen saham yang ditarik Bhakti Investama tersebut. Pada 18 Maret 2008, izin
terbang atau Operation Specification Adam Air dicabut Departemen Perhubungan
melalui surat bernomor AU/1724/DSKU/0862/2008. Isinya menyatakan bahwa
Adam Air tidak diizinkan lagi menerbangkan pesawatnya berlaku efektif mulai
pukul 00.00 tanggal 19 Maret 2008. Sedangkan AOC (Aircraft Operator
Certificate) nya juga terancam dicabut apabila dalam 3 bulan mendatang tidak ada
perbaikan. Sementara disisi lain nasib sekitar 3000 karyawan maskapai
penerbangan Adam Air terancam di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).
Kasus dugaan penggelapan investasi di Adam Air senilai Rp 157 miliar
dengan tersangka Wakil Komisaris Utama PT Adam Air, Sandra Ang disebut-
sebut juga menjadi faktor runtuhnya Adam Air. Kasus ini bermula dari laporan
Direktur Keuangan Adam Air yang juga perwakilan PT Global Transportation
Services, Gustianto Kustianto. PT Global Transportation Services sendiri
merupakan anak usaha Bhakti Investama yang memiliki 19 persen saham di Adam
Air. Pada 26 Maret 2008, Gustianto melaporkan empat pendiri dan tiga direksi
Adam Air dengan tudingan penggelapan dana perusahaan senilai Rp 157 miliar.
Menurut Juru Bicara Kepolisian, Inspektur Jenderal Abu bakar Nataprawira kasus
ini sudah dilimpahkan tahap pertama ke Kejaksaan Agung.
Beberapa faktor penyebab bangkrutnya Adam Air, diantaranya faktor
manusia, mesin, metode, dan lingkungan. Isu-isu mengenai ketidak terampilan
pilot Adam Air dalam mengemudikan pesawat mengindikasikan adanya proses
rekrutmen yang buruk dan kurangnya pelatihan yang diberikan dari pihak Adam
Air. Selain itu, terdapat kontrak kerja yang tidak jelas antara para pegawai dan
pihak manajemen. Korupsi pun menjadi salah satu isu penting dalam runtuhnya
Adam Air ini. Kasus-kasus korupsi yang terdapat pada Adam Air diantaranya
korupsi BBM, audit tidak transparan, bukti-bukti pembelian suku cadang yang
mahal namun tidak berkualitas baik dan adanya penipuan pada laporan kewajiban
pajak. Faktor usia pesawat menyumbang resiko yang cukup besar pada terjadinya
kecelakaan pesawat. Mayoritas aircraft di Indonesia memang cukup tua. Hal ini
berarti lower ownership cost. Namun dibutuhkan higher maintenance cost agar
pesawat tetap dapat berfungsi dengan semestinya. Pesawat Adam Air sendiri
sudah berumur 18 tahun saat kecelakaan terjadi dan telah melalui inspeksi
seminggu sebelum kecelakaan. Diduga Adam Air tidak memiliki
sistem maintenance yang baik dan memadai.
Etika bisnis yang buruk juga salah satu hal yang patut disoroti dalam
kasus Adam Air ini. Tekanan psikologis yang diberikan pihak manajemen kepada
seluruh karyawan termasuk pilot dan pramugari menjadi hal yang cukup
menyalahi aturan. Selain itu sistem pembayaran hutang yang tidak teratur
menjadikan Adam Air perusahaan penerbangan dengan tingkat hutang yang
tinggi. Ditinjau dari faktor lingkungan, Adam Air merupakan organisasi dengan
tekstur lingkungan yang kacau dan memiliki ketidakpastian lingkungan yang
tinggi. Adam Air juga melakukan Interlocking Directorates, yaitu pengangkatan
Direktorat Keuangan yang berasal dari investor yaitu PT Bhakti Investama.
Struktur manajemen PT Adam Air dimana pendirinya Adam Suherman
yang menguasai 50% saham dan Wakil Presdir sekaligus Direktur Keuangan
Gustiono Kustanto (juga mewakili PT Bhakti Investama yang menguasai 50%
saham) dan Direksi lainnya yang berasal dari keluarga Adam Suherman,
mencerminkan bahwa kondisi manajemen yang demikian adalah tidak sesuai
dengan prinsip GCG (Good Corporate Governance)
yaitu Transparansi. Manajemen Adam Air tidak saling terbuka, dalam
pengambilan keputusan dan penyampaian informasi sehingga terjadi
ketidakharmonisan antara Dewan Komisaris. Akuntabilitas, manajemen Adam
Air saling curiga mengenai laporan kuangan dan pengelolaan keuangan sehingga
hal ini sangat berpengaruh terahadap operasional
perusahaan. Kemandirian, karena dalam struktur manajemen Adam Air tidak ada
pemegang saham mayoritas dan saham minoritas, sehingga hal ini sulit untuk
pengambilan kebijakan dan juga tidak ada pihak yang independent (Komisaris dan
Direktur Independen). Kewajaran, karena manajemen Adam Air hanya
mementingkan pemegang saham tidak mempertimbangkan stakeholder yang lain.

 Stakeholder
Stakeholder dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu kelompok primer atau
market stakeholder dan kelompok sekunder atau nonmarket stakeholder.
Kelompok primer adalah mereka yang berinterkasi langsung dengan
perusahaan, termasuk didalamnya adalah: pelanggan, pemasok, pemegang
saham, kreditor, serta karyawan perusahaan. Kelompok sekunder adalah
mereka yang secara tidak langsung berinteraksi dan bertransaksi dengan
perusahaan, tetapi mereka mempunyai kepentingan dan kekuatan yang dapat
mempengaruhi kepentingan perusahaan, termasuk didalamnya adalah:
pemerintah, media massa, lembaga swadaya masyarakat dan sebagainya.
Berdasarkan teori diatas, maka kepentingan dari pihak primer adalah:
1. Pelanggan/konsumen sangat berkepentingan dengan keselamatan
penerbangan dan pelayanan yang baik dari maskapai Adam Air, apalagi
berbagai kecelakaan telah menimpa Adam Air
2. Pemegang saham, sangat berkepentingan terhadap kinerja perusahaan
sehingga perusahaan selalu dalam keadaan sehat dilihat dari
likuiditasnya, solvabilitasnya, profitabilitasnya dan akhirnya akan dapat
berjalan untuk waktu yang lama.
3. Karyawan perusahaan, sangat berkepentingan dengan kelangsungan
hidup perusahaan, karena mereka membutuhkan income yang dapat
dipakai sebagai biaya hidup dirinya sendiri dan keluarag, juga
membutuhkan kenyamanan dan kepastian bekerja.
4. Pemasok, dalam hal ini adalah:
a. Perusahaan leasing pesawat yang menyewakan pesawatnya kepada
Adam Air, mereka tentunnya berkepentingan terhadap ketepatan
pembayaran sewa pesawat,
b. PT Angkasa Pura juga mengharapkan ketepata waktu atas biaya yang
berkaitan dengan penggunaan bandara, apalagi Adam Air sering
menunggak,
c. PT Pertamina sebagai pemasok bahan bakar,
d. Produsen sparepart pesawat
Sedangkan untuk kepentingan pihak sekunder adalah :
1. Pemerintah, dalam hal ini sebagai pembuat Undang-undang dan
Departemen Perhubungan sebagai atoritas pemerintah dalam menetapkan
peraturan atau keputusan yang berhubungan dengan penerbangan.
2. Media massa, sebagai sumber informasi kepada masyarakat akan semua
hal yang harus diterima oleh masyarakat, baik mengenai kinerja
perusahaaan, kejadian-kejadian yang menimpa perusahaan maupaun hal
baik yang diterima perusahaan.
3. Lembaga Swadaya Masyarakat, misal serikat pekerja karyawan PT Adam
Air (bagian dari Asosiasi Karyawan Penerbangan Indoneisia)
berkepentingan terhadap hak dan kewajiban karyawan dan masa
depannya. (LSM yang berhubungan dengan penerbangan missal:
Asosiasi Pilot Internasional, Federasi Pilot Indonesia, Indonesia Air
Traffic Controllers Association)
Pelanggaran Etika

Menurut pendapat para ahli Velasquez (2005:10), etika merupakan ilmu


yang mendalami standar moral perorangan dan standar moral masyarakat, yang
didukung dengan penalaran yang bagus atau yang jelek.
Dari kasus tersebut, bentuk-bentuk pelanggaran etika yang dilakukan
perusahaan penerbangan ini adalah:
1. Tidak diindahkannya keselamatan penumpang (stake holder) dengan
digunakannya pesawat Boeing 737-400 yang telah berusia 15 tahun, Demi
mencapai tujuan peningkatan laba yang sebesar-besarnya, Adam Air tidak
melakukan perbaikan tingkat keselamatan serta tiadanya transparansi.
maskapai ini secara tega mempertaruhkan keselamatan pelanggan dan
karyawannya selain itu Manajemen Adam Air tidak saling terbuka, dalam
pengambilan keputusan dan penyampaian informasi sehingga terjadi
ketidakharmonisan antara Dewan Komisaris. Ini jelas melanggar etika prinsip
untuk berbuat baik.

2. Dilakukannya kebohongan publik dengan mengklaim bahwa operasional


Adam Air menggunakan "Boeing 737-400 baru" walaupun ternyata pesawat
Boeing mereka sebenarnya merupakan sewaan yang telah berusia lebih dari
15 tahun. Selain itu ada juga masalah korupsi BBM, audit tidak transparan,
bukti-bukti pembelian suku cadang yang mahal namun tidak berkualitas baik
dan adanya penipuan pada laporan kewajiban pajak. Faktor usia pesawat
menyumbang resiko yang cukup besar pada terjadinya kecelakaan pesawat.
Mayoritas aircraft di Indonesia memang cukup tua. Ini juga jelas melanggar
prinsip kejujuran

3. Tidak dijalankannya perbaikan tingkat keselamatan serta tiadanya


transparansi atau adanya keegoisan yang melahirkan ketidakadilan karena
tidak memperhatikan nasib para karyawan, hal itu dibuktikan antara pihak
pemegang saham keluarga Adam Suherman dengan pihak PT Bhakti
Investama yang saling berseteru terhadap penyelesaian karyawan dan saling
mementingkan kepentingan mereka masing-masing. Pihak manajemen tidak
mengambil suatu keputusan yang menyeluruh, yaitu bagaimana kepentingan
para stakeholder yang yang lain harus diperhatikan. Pihak manajemen
berkewajiban untuk memenuhi hak para karyawan, konsumen, kreditur,
pemegang saham dan pihak lain. Selain itu juga adam air memiliki standar
keamanan dan sistem navigasi di pesawat yang buruk.

Harapan stakeholder yang tidak Resiko Etika


dapat dipenuhi
Pemegang saham - Kejujuran dan integritas.
- Adanya perilaku penggelapan Pertanggung jawaban yang
dana dan asset dapat diprediksi
- Keakuratan dan transparansi - Kejujuan dan
laporan keuangan peranggungjawaban
Karyawan
- Pembedaan - Keadilan
- Memperkerjakan anak dibawah - Keadilan dan perlakuan kasih
umur dan pemerasan tenaga sayang
buruh
Pelanggan
- Keamanan produk - Keterbukaan
Lingkungan - Integritas dan
- Terciptanya polusi pertanggungjawaban

Mengidentifikasi dan Menilai Resiko Etika

1. Melakukan penilaian dan identifikasi para stake holder perusahaan


Dalam kasus ini, Pengidentifikasian dan penilaian resiko etika dapat
diaplikasikan pada tindakan sebagai berikut:
a. Melakukan penilaian dan identifikasi para stake holder Maskapai
b. Mempertimbangkan kemampuan aktivitas perusahaan dengan ekspektasi
stakeholder, dan menilai risiko ketidak sanggupan dalam memenuhi
ekspektasi stakeholder atau menilai adanya kemungkinan peluang untuk
berprestasi lebih dari yang diharapkan
c. Meninjau ulang perbandingan akitivitas dan ekspektasi perusahaan dari
perspektif dampak reputasi perusahaan.

2. Menerapkan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis dengan


stakeholder
Adam Air dapat melakukan pengelompokan stake holder dan me-ratingnya
dari segi kepentingan, dan kemudian menyusun rencana untuk berkolaborasi
dengan stake holder yang dapat memberikan dukungan dalam penciptaan
strategi, yang dapat memenuhi harapan para stake holder Adam Air.

3. Melakukan Akuntabilitas Sosial dan Audit


Setelah rencana berajalan, maka Adam Air dapat melakukan peninjauan,
apakah dalam praktek nyata, rencana yang telah disusun untuk memenuhi
harapan stake holder telah diimplementasikan dengan baik.Jika tidak baik,
maka dapat dilakukan perbaikan, jika baik, maka dapat dilakukan langkah
pengawasan yang berkesinambungan.

4. Menyediakan Lingkungan Kerja yang Aman dan Sehat


Perusahaan penerbangan berkewajiban menyediakan lingkungan kerja yang
aman dan sehat bagi semua individu baik dalam maupun luar perusahaan dan
mengintegrasikan aspirasi tentang lingkungan hidup dalam praktek-praktek
bisnis dan bertanggung jawab untuk melindungi lingkungan kerja dan tunduk
pada hukum atau peraturan yang berlaku dimana perusahaan mengoperasikan
fasilitas-fasilitasnya sesuai prosedur dengan pertimbangan kelangsungan
hidup publik (karyawan maupun pelanggannya) pada tingkat kelayakan yang
tinggi di masing-masing bagian dan unit kerja.

Anda mungkin juga menyukai