PT Mandala Airlines
Kreditur: Para pihak yang memiliki tagihan terhadap PT Mandala Airlines, termasuk
bank, penyedia sewa pesawat, karyawan, dan pemasok. Mereka memiliki domisili
yang bervariasi, tergantung pada peran mereka dalam bisnis dan asal masing-masing
pihak.
Krisis finansial global: Krisis keuangan global pada tahun 2008-2009 memiliki
dampak yang signifikan terhadap industri penerbangan di seluruh dunia, termasuk PT
Mandala Airlines. Penurunan permintaan, peningkatan biaya operasional, dan
fluktuasi kurs mata uang adalah beberapa faktor yang mempengaruhi keuangan
perusahaan.
Mempailitkan pihak: Dalam kasus ini, PT Mandala Airlines sendiri yang mengajukan
permohonan kepailitan ke Pengadilan Niaga. Perusahaan menyadari bahwa mereka
tidak dapat lagi memenuhi kewajiban keuangan dan memutuskan untuk mencari
perlindungan hukum melalui proses kepailitan.
Dalam kesimpulan, kasus kepailitan PT Mandala Airlines adalah contoh yang
menggambarkan dampak krisis keuangan global dan persaingan ketat terhadap perusahaan
penerbangan. Akibat hukum kepailitan, perusahaan menghadapi penghentian operasional,
kreditur terlibat dalam proses likuidasi, karyawan kehilangan pekerjaan, dan konsumen
mungkin mengalami kerugian. Alasan kepailitan meliputi kesulitan keuangan yang
disebabkan oleh krisis finansial global dan persaingan ketat di industri penerbangan. PT
Mandala Airlines sendiri yang mengajukan permohonan kepailitan ke Pengadilan Niaga.
Kasus kepailitan PT. Dirgantara Indonesia bermula pada tanggal 4 September 2007,
ketika gugatan karyawan untuk mempailitkan perusahaan ini dikabulkan oleh hakim
pengadilan niaga. Gugatan tersebut diajukan karena PT. Dirgantara Indonesia
dianggap tidak mampu membayar utang kepada mantan karyawan, seperti
kompensasi, manfaat pensiun, dan jaminan hari tua, yang telah diberhentikan sejak
2003.
Dalam kasus kepailitan, akibat hukum yang mungkin terjadi pada PT. Dirgantara
Indonesia termasuk:
Pengawasan oleh kurator yang ditunjuk oleh pengadilan untuk mengelola aset dan
utang perusahaan.
Penyelesaian utang perusahaan melalui proses yang diatur oleh pengadilan kepailitan,
termasuk penjualan aset, restrukturisasi utang, atau likuidasi perusahaan.
Alasan kepailitan PT. Dirgantara Indonesia dalam kasus ini adalah tidak mampu
membayar utang kepada mantan karyawan terkait kompensasi, manfaat pensiun, dan
jaminan hari tua. Gugatan kepailitan diajukan oleh para mantan karyawan yang
merasa bahwa perusahaan tersebut tidak mampu memenuhi kewajibannya terhadap
mereka.
Kesimpulan:
Kasus kepailitan PT. Dirgantara Indonesia melibatkan gugatan dari mantan karyawan terkait
pembayaran utang kompensasi dan manfaat pensiun. Keputusan pengadilan mengakui
kepailitan perusahaan tersebut, yang mengakibatkan penghentian operasional, pengawasan
oleh kurator, dan penyelesaian utang perusahaan. Kasus ini menggarisbawahi tantangan
keuangan yang dihadapi oleh perusahaan dan mengangkat pertanyaan mengenai peran dan
perlindungan hak pekerja dalam kasus kepailitan.
REFERENSI
Maulina, R. (2019, May 28). Faktor Penyebab Perusahaan Pailit yang Harus Diketahui.
Diakses dari https://www.jurnal.id/id/blog/penyebab-perusahaan-pailit-yang-harus-
diketahui/
Perusahaan Kereta Api Indonesia. (n.d.). Tentang PT KAI. Diakses pada 8 Juni 2023, dari
https://www.kai.id/corporate/about_kai/
The Jakarta Post. (2014, December 23). Mandala Airlines files for bankruptcy. The Jakarta
Post. Retrieved from https://www.thejakartapost.com/news/2014/12/23/mandala-
airlines-files-bankruptcy.html
Ramadhani, M. (2017). Tinjauan Yuridis mengenai Syarat Sahnya Pailit terhadap BUMN
sesuai dengan UU Kepailitan pada Kasus Kepailitan PT Dirgantara Ind. [PDF].
Retrieved from https://lib.ui.ac.id/file?file=digital%2F2017-1%2F20269888-T37213-
Muhammad+Ramadhani.pdf
Yuhelson, Dr. S.H., M.H., M.Kn. (2019). Hukum Kepailitan di Indonesia. JDIH Kabupaten
Situbondo.