Anda di halaman 1dari 27

TUGAS BESAR

PENGAUDITAN LANJUTAN
TENTANG
PERANAN AUDITOR SERTA PENERAPAN STANDAR PROFESIONAL
AUDIT INTERNAL DAN KUALITAS AUDIT DALAM MENUNJANG
PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
(STUDI KASUS PADA PT. GARUDA INDONESIA)

DISUSUN OLEH :

NAMA : IQBAL TRI HILMI


NIM : 55521120031
JURUSAN : MAGISTER AKUNTANSI

UNIVERSITAS MERCUBUANA
TAHUN 2022
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 3
C. Maksud dan Tujuan...................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Kronologi Polemik Laporan Keuangan PT. Garuda Indonesia ................................... 5
B. Pelanggaran yang Dilakukan PT. Garuda Indonesia ................................................... 7
C. Sanksi untuk PT. Garuda Indonesia ............................................................................. 7
D. Peranan Audit............................................................................................................... 9
E. Kualitas Audit .............................................................................................................. 14
F. Pengendalian Internal dari COSO ................................................................................ 17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan dan Saran ................................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 26

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam menyajikan laporan keuangan manajemen berpotensi dipengaruhi kepentingan
pribadi, sementara pihak prinsipal yaitu pemilik modal (investor) sebagai pemakai laporan
keuangan sangat berkepentingan untuk mendapatkan laporan keuangan yang akurat, dapat
dipercaya dan pertanggungjawaban atas dana yang mereka investasikan. Banyaknya pihak
yang berkepentingan atas laporan tersebut, maka diperlukan adanya pihak ketiga yaitu
akuntan publik. Akuntan publik adalah pihak independen yang dianggap mampu
menjembatani benturan antara kepentingan antara pihak prinsipal (investor) dengan pihak
agen (manajemen), yaitu sebagai pengelola perusahaan. Dalam hal ini peran akuntan publik
adalah memberi opini terhadap kewajaran 2 laporan keuangan yang dibuat manajemen.
Dalam melaksanakan tugasnya auditor harus mampu menghasilkan opini audit yang
berkualitas yang akan berguna tidak saja bagi dunia bisnis, tetapi juga masyarakat luas
(Wibowo dan Hilda, 2009 dalam Wijayani dan Januari, 2011).
Garuda Indonesia sebagai Perusahaan Go Public melaporkan kinerja keuangan tahun
buku 2018 kepada Bursa Efek Indonesia. Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia (Persero)
yang berhasil membukukan laba bersih US$809 ribu pada 2018, berbanding terbalik dari
2017 yang merugi US$216,58 juta. Kinerja ini terbilang cukup mengejutkan lantaran pada
kuartal III 2018 perusahaan masih merugi sebesar US$114,08 juta. Sehingga timbulnya
polemik antara pihak pihak yang bersangkutan dengan Laporan keuangan Tahunan PT
Garuda Indonesia yang akan dibahas pada makalah ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan sebelumnya, maka masalah dapat
dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana kronologi skandal keuangan PT. Garuda Indonesia?

3
2. Apa Pelanggaran yang dilakukan PT. Garuda Indonesia?
3. Bagaimana sanksi yang diberikan kepada PT. Garuda Indonesia?
4. Bagaimana peran auditor dalam memenuhi tuntutan masyarakat akan informasi
keuangan pada PT. Indonesia?
5. Bagaimana peran internal auditor pada PT. Garuda Indonesia?
6. Bagaimana profesionalisme auditor dalam pencapaian kualitas audit termasuk dalam hal
ini independensi dan tanggung jawab auditor dalam mendeteksi penyimpangan pada PT.
Garuda Indonesia?
7. Bagaimana keterkaitan dengan kode etik maupun aturan yang ada seperti COSO?

C. Maksud dan Tujuan

Maksud dan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan jawaban dan
penjelasan atas pertanyaan dan masalah yang dikemukakan sebelumnya yaitu :

1. Mengetahui kronologi skandal keuangan PT. Garuda Indonesia


2. Mengetahui pelanggaran yang dilakukan PT. Garuda Indonesia
3. Sanksi yang diberikan kepada PT. Garuda Indonesia
4. Mengetahui peran auditor dalam memenuhi tuntutan masyarakat akan informasi
keuangan di PT. Garuda Indonesia
5. Mengetahui peran internal auditor di PT. Garuda Indonesia?
6. Mengetahui profesionalisme auditor dalam pencapaian kualitas audit termasuk dalam
hal ini independensi dan tanggung jawab auditor dalam mendeteksi penyimpangan di
PT. Garuda Indonesia
7. Mengetahui keterkaitan dengan kode etik maupun aturan yang ada seperti COSO di
PT. Garuda Indonesia

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kronologi Polemik Laporan Keuangan


1. Tanggal 1 April 2019
Sebagai perusahaan publik, Garuda Indonesia melaporkan kinerja keuangan
tahun buku 2018 kepada Bursa Efek Indonesia.Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia
(Persero) yang berhasil membukukan laba bersih US$809 ribu pada 2018, berbanding
terbalik dari 2017 yang merugi US$216,58 juta. Kinerja ini terbilang cukup
mengejutkan lantaran pada kuartal III 2018 perusahaan masih merugi sebesar
US$114,08 juta.
2. Tanggal 24 April 2019
Perseroan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di
Jakarta. Salah satu mata agenda rapat adalah menyetujui laporan keuangan tahun buku
2018.
Dalam rapat itu, dua komisaris Garuda Indonesia, Chairul Tanjung dan Dony
Oskaria selaku perwakilan dari PT Trans Airways menyampaikan keberatan mereka
melalui surat keberatan dalam RUPST. Chairal sempat meminta agar keberatan itu
dibacakan dalam RUPST, tapi atas keputusan pimpinan rapat permintaan itu tak
dikabulkan. Hasil rapat pemegang saham pun akhirnya menyetujui laporan keuangan
Garuda Indonesia tahun 2018.
Trans Airways berpendapat angka transaksi dengan Mahata sebesar US$239,94
juta terlalu signifikan, sehingga mempengaruhi neraca keuangan Garuda Indonesia.
Jika nominal dari kerja sama tersebut tidak dicantumkan sebagai pendapatan, maka
perusahaan sebenarnya masih merugi US$244,96 juta.
Catatan tersebut membuat beban yang ditanggung Garuda Indonesia menjadi
lebih besar untuk membayar Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN). Padahal, beban itu seharusnya belum menjadi kewajiban karena pembayaran
dari kerja sama dengan Mahata belum masuk ke kantong perusahaan.

5
3. Tanggal 25 April 2019
Pasar merespons kisruh laporan keuangan Garuda Indonesia. Sehari usai kabar
penolakan laporan keuangan oleh dua komisaris beredar, saham perusahaan dengan
kode GIAA itu merosot tajam 4,4 persen pada penutupan perdagangan sesi pertama,
Kamis (25/4). Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan akan memanggil manajemen
Garuda Indonesia terkait timbulnya perbedaan opini antara pihak komisaris dengan
manajemen terhadap laporan keuangan tahun buku 2018. Selain manajemen
perseroan, otoritas bursa juga akan memanggil kantor akuntan publik (KAP)
Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan Rekan selaku auditor laporan keuangan
perusahaan. Pemanggilan itu dijadwalkan pada Selasa (30/4).
4. Tanggal 26 April 2019
Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyatakan bakal memanggil
manajemen perseroan. Sebelum memanggil pihak manajemen, DPR akan membahas
kasus tersebut dalam rapat internal. Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Inas Nasrullah
Zubir mengatakan perseturuan antara komisaris Garuda Indonesia dengan manajemen
akan dibahas dalam rapat internal usai reses. Dalam rapat itu akan dipastikan terkait
pemanggilan sejumlah pihak yang berkaitan dengan pembuatan laporan keuangan
maskapai pelat merah tersebut. Jika sesuai jadwal, DPR kembali bekerja pada 6 Mei
2019.
Selain itu pada hari yang sama, beredar surat dari Sekretariat Bersama Serikat
Karyawan Garuda Indonesia (Sekarga) perihal rencana aksi mogok karyawan Garuda
Indonesia. Aksi ini berkaitan dengan penolakan laporan keuangan tahun 2018 oleh dua
komisaris.
Dalam surat tersebut disebutkan pernyataan pemegang saham telah merusak
kepercayaan publik terhadap harga saham Garuda Indonesia dan pelanggan setia
maskapai tersebut.
Namun, Asosiasi Pilot Garuda (APG) dan Sekarang justru membantah akan
melakukan aksi mogok kerja. Presiden APG Bintang Hardiono menegaskan karyawan
belum mengambil sikap atas perseteruan salah satu pemegang saham dengan
manajemen saat ini.
5. Tanggal 30 April 2019

6
BEI telah bertemu dengan manajemen Garuda Indonesia dan kantor akuntan
publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan Rekan selaku auditor laporan
keuangan perusahaan. Pertemuan berlangsung pada pukul 08.30-09.30 WIB.
Sayangnya, pertemuan dua belah pihak berlangsung tertutup. Otoritas bursa
menyatakan akan mengirimkan penjelasan usai pertemuan tersebut. "Bursa meminta
semua pihak untuk mengacu pada tanggapan perseroan yang disampaikan melalui
IDXnet dan penjelasan dapat dibaca di website bursa," kata Direktur Penilaian
Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna. Sementara Menteri Keuangan mengaku telah
meminta Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Hadiyanto untuk mempelajari
kisruh terkait laporan keuangan BUMN tersebut.

B. Pelanggaran yang dilakukan PT. Garuda Indonesia


Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memutuskan bahwa PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk melakukan kesalahan terkait kasus penyajian Laporan Keuangan Tahunan per
31 Desember 2018.Pihak OJK yang diwakili oleh Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat
dan Manajemen Strategis, Anto Prabowo, mengungkapkan bahwa Garuda Indonesia telah
terbukti melanggar :
1. Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM) “(1)
Laporan keuangan yang disampaikan kepada Bapepam wajib disusun berdasarkan
prinsip akuntansi yang berlaku umum. (2) Tanpa mengurangi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), Bapepam dapat menentukan ketentuan akuntansi di bidang
Pasar Modal.”
2. Peraturan Bapepam dan LK Nomor VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan
Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik.
3. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan Apakah Suatu
Perjanjian Mengandung Sewa.
4. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.

C. Sanksi Untuk PT. Garuda Indonesia


1. Sanksi-sanksi

7
Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II, Fakhri Hilmi, mengatakan setelah
berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan Republik Indonesia ,Pusat Pembinaan
Profesi Keuangan, PT Bursa Efek Indonesia, dan pihak terkait lainnya, OJK
memutuskan memberikan sejumlah sanksi.
a. Memberikan Perintah Tertulis kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk
memperbaiki dan menyajikan kembali LKT PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk
per 31 Desember 2018 serta melakukan paparan publik (public expose) atas
perbaikan dan penyajian kembali LKT per 31 Desember 2018 dimaksud paling
lambat 14 hari setelah ditetapkannya surat sanksi, atas pelanggaran Pasal 69
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM) ,Peraturan
Bapepam dan LK Nomor VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan
Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik, Interpretasi Standar Akuntansi
Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan Apakah Suatu Perjanjian Mengandung
Sewa, dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.
b. Selain itu juga Perintah Tertulis kepada KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi,
Bambang & Rekan (Member of BDO International Limited) untuk melakukan
perbaikan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu atas pelanggaran Peraturan
OJK Nomor 13/POJK.03/2017 jo. SPAP Standar Pengendalian Mutu (SPM 1)
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah ditetapkannya surat perintah dari OJK.
c. Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Manajemen Strategis, Anto
Prabowo mengatakan, OJK juga mengenakan Sanksi Administratif berupa denda
sebesar Rp 100 juta kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk atas pelanggaran
Peraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau
Perusahaan Publik.
d. Sanksi denda kepada masing-masing anggota Direksi PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk sebesar Rp 100 juta atas pelanggaran Peraturan Bapepam Nomor
VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan.
e. Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi menjatuhkan sanksi kepada PT Garuda
Indonesia Tbk (GIAA) atas kasus klaim laporan keuangan perseroan yang menuai
polemik. Beberapa sanksi yang dijatuhkan antara lain denda senilai Rp 250 juta

8
dan restatement atau perbaikan laporan keuangan perusahaan dengan paling
lambat 26 Juli 2019 ini.
2. Pembekuan Saham
Direktur Penilaian PT Bursa Efek Indonesia (BEI) I Nyoman Gede Yetna
menuturkan, manajemen BEI hingga kini belum sampai pada keputusan untuk
membekukan (suspensi) saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) meski laporan
keuangan perusahaan menuai polemik.
"Kami dari Bursa berpendapat belum perlu melakukan suspensi perdagangan
saham Perseroan pada saat ini," ujarnya di Jakarta, Jumat (28/6).
Nyoman pun melanjutkan, BEI ke depannya akan terus melihat pergerakan
saham Garuda Indonesia untuk mempertimbangkan tindakan selanjutnya.
"Selanjutnya, Bursa akan senantiasa memantau pergerakan harga saham dan
keterbukaan informasi Perseroan serta melakukan tindak lanjut sesuai ketentuan yang
berlaku," papar dia.

D. Peran Auditor
1. Pengertian Audit
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menterjemahkan audit sebagai proses
pemeriksaan pada pembukuan keuangan yang dilakukan pada waktu tertentu atau
pengujian dan penilaian kewajaran laporan keuangan suatu perusahaan. Proses
pemeriksaan yang dilakukan harus sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan,
dengan cara memperoleh dan melakukan evaluasi terhadap suatu bukti (Mulyadi dan
Puradiredja, 2010).
Audit adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang yang mampu dan
independen/bebas untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dari keterangan-
keterangan yang terukur dari satu kesatuan ekonomi, dengan tujuan
mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari keteranganketerangan
yang terukur tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Proses audit atau pemeriksaan memerlukan :
a. Keterangan yang dapat dibuktikan
b. Standar atau kriteria yang telah ditetapkan

9
Setiap kaliakan dilakukan audit, ruang lingkup pertanggung jawaban
auditor harus dinyatakan secara jelas, terutama kesatuan ekonomi yang dimaksud dan
periode waktunya. Bukti (Evidence) adalah segala keterangan dipergunakan oleh
auditor untuk menentukan apakah keterangan-keterangan terukur yang diperiksanya
memang sesuai dengan kriteria acuan. Bukti-bukti ini meliputi pernyataan lisan dari
pihak yang diperiksa (auditee) atau nasabah (client) atau pembicaraan-pembicaraan
lisan dengan pihak ketiga dan hasil observasi dari sang auditor sendiri.
Auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan menilai
bukti- bukti secara objektif, yang berkaitan dengan asersi-asersi tentang Tindakan
tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara
asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan
hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Secara umum audit dapat diartikan sebagai aktivitas pengumpulan dan pengujian
data, yang dilakukan oleh pihak yang kompeten dan independen, dalam rangka
menentukan kesesuaian informasi yang diaudit dengan standar/kriteria yang telah
ditetapkan, untuk disampaikan kepada para pihak yang berkepentingan. Kegiatan audit
tersebut dapat dilakukan oleh auditor eksternaldan internal. Audit internal sektor
publik adalah audit yang dilakukan auditor internal organisasi/lembaga yang bergerak
di bidang penyediaan barang dan jasa publik. Sebenarnya peran auditor internal tidak
hanya semata-mata sebagai auditor, untuk meningkatkan nilai tambah keberadaannya,
auditor internal dapat pula berperan sebagai konsultan bagia uditinya. Namun peran
tersebut tidak boleh mengurangi independensinya terhadap auditinya tersebut. Untuk
mendapat hasil audit yang baik maka orang yang menjadi auditor internal harus
memenuhi berbagai persyaratan, yaitu memiliki kompetensi(memiliki keahlian di
bidang auditing dan mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bidang yang
diauditnya), independen terhadap auditi, baik dalam kenyataan (in fact) dan dalam
penampilan (in appearance), serta cermat dalam melaksanakan tugasnya.
Kalimat-kalimat kunci dalam definisi auditing adalah:
a. Proses yang Sistematis
mengandung makna sebagai rangkaian langkah atau prosedur yang logis,
terencana, dan terorganisasi.

10
b. Memperoleh dan Menilai Bukti Secara Obyektif
mengandung arti bahwa auditor memeriksa dasar-dasar yang dipakai untuk
membuat asersi atau pernyataan oleh manajemen dan melakukan penilaian tanpa
sikap memihak.
c. Asersi Tentang Tindakan dan Kejadian Ekonomi
Yaitu asersi atau pernyataan tentang kejadian ekonomi yang merupakan informasi
hasil proses akuntansi yang dibuat oleh individu atau suatu organisasi. Hal penting
yang perlu dicatat adalah bahwa asersi-asersi tersebut dibuat oleh penyusun
laporan keuangan, yaitu manajemen perusahaan atau pemerintah, untuk
selanjutnya dikomunikasikan kepada para pengguna laporan keuangan, jadi bukan
merupakan asersi dari auditor.
d. Tingkat Kesesuaian antara Asersi dengan Kriteria yang Telah Ditetapkan
Yaitu secara spesifik memberikan alasan mengapa auditor tertarik pada
pernyataan atau asersi dan bukti-bukti pendukungnya. Namun agar komunikasi
tersebut efisien dan dapat dimengerti dengan bahasa yang sama oleh para
pengguna, maka diperlukan suatu kriteria yang disetujui bersama. Dalam audit
laporan keuangan, kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat kesesuaian
adalah Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).
e. Mengkomunikasikan Hasilnya kepada Pihak yang Berkepentingan
Yaitu kegiatan terakhir dari suatu auditing atau pengauditan adalah
menyampaikan temuan-temuan dan hasilnya kepada pengambil keputusan. Hasil
dari auditing disebut atestasi atau pernyataan pendapat (opini) mengenai
kesesuaiannya antara asersi atau pernyataan tersebut dengan kriteria yang
ditetapkan, yaitu prinsip akuntansi berterima umum (PABU).

2. Tujuan, Fungsi dan Jenis Audit


Laporan keuangan organisasi merupakan salah satu sarana untuk memenuhi
akuntabilitas yang dituntut oleh para stakeholders (pemerintah, kreditor, pemberi
dana/penyumbang, penerima jasa, pengurus, karyawan, anggota). Untuk memenuhi
hal tersebut maka diperlukan adanya audit. Kegiatan audit bertujuan untuk menilai
layak dipercaya atau tidaknya laporan pertanggung jawaban manajemen.

11
Penilaian yang baik adalah yang dilakukan secara obyektif oleh orang yang ahli
(kompeten) dan cermat (due care) dalam melaksanakan tugasnya. Untuk menjamin
obyektivitas penilaian, pelaku audit baik secara pribadi maupun institusi harus
independen terhadap pihak yang diaudit (auditee), dan untuk menjamin
kompetensinya, seorang auditor harus memiliki keahlian dibidang auditing dan
mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bidangyang diauditnya. Sedangkan
kecermatan dalam melaksanakan tugas ditunjukkan oleh perencanaan yang baik,
pelaksanaan kegiatan sesuai standar dan kodeetik, supervisi yang diselenggarakan
secara aktif terhadap tenaga yang digunakan dalam penugasan, dan sebagainya.
Tujuan audit laporan keuangan dalam hal ini adalah: “Memberikan pendapat atas
kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang diterima umum di Indonesia”. Beberapa alasan dilakukannya audit adalah :
a. Masyarakat memiliki hak untuk mengakses informasi mengenai pengelolaan
sumber daya ekonomi publik.
b. Transaksi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan semakin kompleks.
c. Pihak manajemen organisasi merasa perlu melakukan verifikasi kebenaran
laporan keuangan, untuk meminimalisir kesalahan.
d. Menambah kredibilitas dan kinerja perusahaan melalui laporan keuangan.
e. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. 6. Identifikasi terhadap kelemahan
sistem.

Audit terdiri dari tiga jenis:


a. Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan
secara keseluruhan—yang merupakan informasi terukur yang akan diverifikasi—
telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria yang tertentu.
b. Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan
metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektifitasnya.
c. Audit ketaatan bertujuan mempertimbangkan apakah klien telah mengikuti
prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan pihak yang memiliki otoritas
lebih tingg.

12
Ada empat jenis auditor yang dikenal secara umum, yaitu:
a. Akuntan publik terdaftar bertanggung jawab atas audit laporan keuangan historis
dari seluruh perusahaan publik dan perusahaan besar lainnya,
b. Auditor pemerintah adalah lembaga atau badan yang bertanggung jawab secara
fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan atau keuangan negara,
c. Auditor pajak bertanggung jawab atas penerimaan negara dari sektor perpajakan
dan penegakan hukum dalam pelaksanaan ketentuan pajak,
d. Auditor intern bekerja pada suatu perusahaan untuk melakukan audit bagi
kepentingan manajemen perusahaan
Kantor akuntan publik melaksanakan empat jenis jasa utama, yaitu: atestasi,
perpajakan, konsultasi manajemen, serta jasa akuntansi dan pembukuan.
a. Jasa atestasi adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh kantor akuntan publik
untuk mengeluarkan laporan tertulis yang menyatakan kesimpulan atas keandalan
atestasi tertulis yang telah dibuat dan ditanggungjawabi pihak lain. Terdapat tiga
macam jasa atestasi, yaitu:
1) Audit: audit atas laporan keuangan historis, adanya opini auditor atas laporan
keuangan,
2) Review: lebih sempit dari audit, dan cukup memadai untuk memenuhi
kebutuhan pemakai laporan keuangan,
3) Jasa atestasi lainnya, misalnya atestasi atas laporan keuangan prospektif
(perkiraan dan proyeksi), data statistik atas hasil-hasil investasi untuk
organisasi, seperti reksa dana, serta karakteristik perangkat lunak komputer.
b. Jasa perpajakan, yaitu kantor akuntan publik menyusun surat pemberitahuan pajak
(SPT) pajak penghasilan dari perusahaan dan perseorangan, baik yang merupakan
klien audit maupun yang bukan.
c. Konsultasi manajemen yaitu pemberian jasa tertentu yang memberi kemungkinan
pada kliennya untuk meningkatkan efektivitas operasinya.
d. Jasa akuntansi dan pembukuan adalah jasa dalam melakukan tugas-tugas
pembukuan guna memenuhi kebutuhan klien.

13
E. Kualitas Audit
1. Pengertian Kualitas Audit
Kualitas audit adalah karakteristik atau gambaran praktik dan hasil audit berdasarkan
standar auditing dan standar pengendalian mutu yang menjadi ukuran pelaksanaan
tugas dan tanggung jawab profesi seorang auditor. Kualitas audit berhubungan dengan
seberapa baik sebuah pekerjaan diselesaikan dibandingkan dengan kriteria yang telah
ditetapkan Kualitas audit merupakan segala kemungkinan (probability) dimana auditor
pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang
terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan
auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada
standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan.
Beberapa pengertian kualitas audit dari beberapa sumber buku :
a. Menurut Watkins et al (2004), kualitas audit adalah kemungkinan dimana auditor
akan menemukan dan melaporkan salah saji material dalam laporan keuangan
klien. Berdasarkan Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) audit yang
dilaksanakan auditor dikatakan berkualitas baik, jika memenuhi ketentuan atau
standar pengauditan.
b. Menurut Simanjuntak (2008), kualitas audit adalah pemeriksaan yang sistematis
dan independensi untuk menentukan aktivitas, mutu dan hasilnya sesuai dengan
pengaturan yang telah direncanakan dan apakah pengaturan tersebut
diimplementasikan secara efektif dan sesuai dengan tujuan.
c. Menurut Akmal (2006), kualitas audit adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh
subjek/objek untuk memperoleh tingkat kepuasan, sehingga akan menimbulkan
hasrat subjek/objek untuk menilai suatu kegiatan tersebut.
d. Menurut Liu dan Wang (1999), kualitas audit adalah probabilitas bahwa auditor
tidak akan melaporkan laporan audit dengan opini wajar tanpa pengecualian untuk
laporan keuangan yang mengandung kekeliruan material.
e. Menurut De Angelo (1981), kualitas audit adalah kemungkinan (joint probality)
dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada
dalam sistem akuntansi kliennya

14
Menurut Wooten (2003), indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas
audit adalah sebagai berikut:
a. Deteksi salah saji Dalam mendeteksi salah saji, auditor harus memiliki sikap
skeptisme profesional, yaitu sikap yang mencakup pikiran yang selalu
mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit. Salah saji dapat
terjadi akibat dari kekeliruan atau kecurangan. Apabila laporan keuangan
mengandung salah saji yang dampaknya secara individual atau keseluruhan cukup
signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara
wajar dalam semua hal yang sesuai standar akuntansi keuangan.
b. Kesesuaian dengan Standar Umum yang Berlaku Standar Profesi Akuntan Publik
(SPAP) adalah acuan yang ditetapkan menjadi ukuran mutu yang wajib dipatuhi
oleh akuntan publik dalam pemberian jasanya (UU No. 5 Tahun 2011). Auditor
bertanggung jawab untuk mematuhi standar auditing yang ditetapkan Ikatan
Akuntan Indonesia. Aturan Etikan Kompartemen Akuntan Publik mengharuskan
anggota Ikatan Akuntan Indonesia yang berpraktik sebagai auditor mematuhi
standar auditing jika berkaitan dengan audit atas laporan keuangan.
c. Kepatuhan terhadap SOP Standar operasional perusahaan adalah penetapan tertulis
mengenai apa yang harus dilakukan, kapan, dimana, oleh siapa, bagaimana cara
melakukan, apa saja yang diperlukan, dan lain-lain yang semuanya itu merupakan
prosedur kerja yang harus ditaati dan dilakukan. Dalam pelaksanaan audit atas
laporan keuangan, auditor harus memperoleh pengetahuan tentang bisnis yang
cukup untuk mengidentifikasi dan memahami peristiwa, transaksi, dan praktik
yang menurut pertimbangan auditor kemungkinan berdampak signifikan atas
laporan keuangan atau atas laporan pemeriksaan atau laporan audit

2. Pengukuran Kualitas Audit


Berdasarkan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01
Tahun 2007 mengenai Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), kualitas audit
diukur berdasarkan hal-hal sebagai berikut (Efendy, 2010):
a. Kualitas Proses (keakuratan temuan audit, sikap skeptisme). Besarnya manfaat
yang diperoleh dari pekerjaan pemeriksaan tidak terletakpada temuan

15
pemeriksaan yang dilaporkan atau rekomendasi yang dibuat, tetapi terletak pada
efektivitas penyelesaian yang ditempuh oleh entitas yang diperiksa. Selain itu
audit harus dilakukan dengan cermat, sesuai prosedur, sambil terus
mempertahankan sikap skeptisme.
b. Kualitas hasil (nilai rekomendasi, kejelasan laporan, manfaat audit). Manajemen
entitas yang diperiksa bertanggung jawab untuk menindaklanjuti rekomendasi
serta menciptakan dan memelihara suatu proses dan sistem informasi untuk
memantau status tindak lanjut atas rekomendasi pemeriksa.
c. Kualitas tindak lanjut hasil audit. Pemeriksa wajib merekomendasikan agar
manajemen memantau status tindak lanjut atas rekomendasi pemeriksa. Perhatian
secara terusmenerus terhadap temuan pemeriksaan yang material beserta
rekomendasinya dapat membantu pemeriksa untuk menjamin terwujudnya
manfaat pemeriksaan yang dilakukan.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit


Auditor adalah seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam melakukan
kualifikasi tertentu dalam melakukan audit atas laporan keuangan dan kegiatan suatu
perusahaan atau organisasi. Kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang auditor
adalah :
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor, sedangkan standar umum ketiga,
menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya,
auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dan
seksama (due professional care).
b. Tekanan Waktu Dalam setiap melakukan kegiatan audit, auditor akan menemukan
adanya suatu kendala dalam menentukan waktu untuk mengeluarkan hasil audit
yang akurat dan sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Tekanan Waktu yang
dialami oleh auditor ini dapat berpengaruh terhadap menurunnya Kualitas Audit
karena auditor dituntut untuk menghasilkan hasil audit yang baik dengan waktu
yang telah dijanjikan dengan klien.

16
c. Pengalaman Kerja Dalam pelaksanaan audit untuk sampai pada suatu pernyataan
pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang
akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan
pendidikan formalnya, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman
selanjutnya dalam praktik audit. Pengalaman Kerja auditor adalah pengalaman
yang dimiliki auditor dalam melakukan audit yang dilihat dari segi lamanya
bekerja sebagai auditor dan banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan.
d. Etika Etika adalah suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi landasan
bertindaknya seseorang sehingga apa yang dilakukannya dipandang oleh
masyarakat sebagai perbuatan yang terpuji dan meningkatkan martabat dan
kehormatan seseorang.
e. Independensi Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga
berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan
adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam
merumuskan dan menyatakan pendapatnya.

F. Pengendalian Internal dari COSO


1. COSO
Kerangka kerja pengendalian intern yang diterbitkan oleh COSO dikenal luas
dengan sebutan COSO Internal Control Integrated Framework. Nama tersebut tetap
dipertahankan pada kerangka kerja yang baru. Untuk membedakan penyebutan yang
lama dengan yang baru, saya pakai singkatan COSO IC 1992 (untuk yang lama) dan
COSO IC 2013 (untuk yang baru).
COSO IC 2013 terdiri dari tiga volume yaitu:
a. Executive Summary: memberikan gambaran umum kerangka pengendalian intern
bagi para dewan pengawas (board of directors), CEO, dan manajemen senior
lainnya.
b. Framework and Appendices: menetapkan kerangka, mendefinisikan pengendalian
intern, menjelaskan persyaratan pengendalian intern yang efektif termasuk
komponen dan prinsip-prinsipnya, dan memberikan petunjuk bagi semua

17
tingkatan manajemen dalam merancang, melaksanakan, dan mengarahkan
pengendalian intern serta menilai efektivitasnya.
c. Illustrative Tools: menyediakan template dan skenario yang dapat digunakan
untuk menilai efektivitas sistem pengendalian intern.
Committee of Sponsoring Organization of The Treadway Commission (COSO)
pada tahun 1992 mengeluarkan definisi tentang pengendalian internal. Definisi COSO
tentang pengendalian intern sebagai berikut : Internal control is process, affected by
entility’s board of directors, management and other personnel, designed to provide
reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the following
categories:
a. Effectiveness and efficiency of operations
b. Realibillty of Financial Reporting
c. Compliance with Applicable laws and regulations
COSO IC 2013 tidak mengubah lima komponen pengendalian intern yang telah
dipakai sejak COSO IC 1992. Tentu saja uraian penjelasannya tetap mengalami
penyempurnaan. Penjelasan singkat dari komponen-komponen tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan pengendalian adalah rangkaian standar, proses dan struktur yang
menjadi dasar dalam penyelenggaraan pengendalian intern di seluruh organisasi.
Dewan pengawas dan manajemen puncak menciptakan irama pada level tertinggi
organisasi mengenai pentingnya pengendalian intern dan standar perilaku yang
diharapkan. Sub-komponen lingkungan pengendalian mencakup integritas dan
nilai etika yang dianut organisasi; parameter-parameter yang menjadikan dewan
pengawas mampu melaksanakan tanggung jawab tata kelola; struktur organisasi
serta pembagian wewenang dan tanggung jawab; proses untuk merekrut,
mengembangkan, dan mempertahankan individu yang kompeten; serta kejelasan
ukuran kinerja, insentif, dan imbalan untuk mendorong akuntabilitas kinerja.
Lingkungan pengendalian yang dihasilkan akan berdampak luas terhadap sistem
pengendalian intern secara keseluruhan.
b. Penilaian Risiko (Risk Assessment)

18
Penilaian risiko melibatkan proses yang dinamis dan berulang (iterative) untuk
mengidentifikasi dan menganalisis risiko terkait pencapaian tujuan. COSO IC
2013 merumuskan definisi risiko sebagai kemungkinan suatu peristiwa akan
terjadi dan berdampak merugikan bagi pencapaian tujuan. Risiko yang dihadapi
organisasi bisa bersifat internal (berasal dari dalam) ataupun eksternal (bersumber
dari luar). Risiko yang teridentifikasi akan dibandingkan dengan tingkat toleransi
risiko yang telah ditetapkan. Penilaian risiko menjadi dasar bagaimana risiko
organisasi akan dikelola. Salah satu prakondisi bagi penilaian risiko adalah
penetapan tujuan yang saling terkait pada berbagai tingkatan organisasi.
Manajemen harus menetapkan tujuan dalam kategori operasi, pelaporan, dan
kepatuhan dengan jelas sehingga risko-risiko terkait bisa diidentifikasi dan
dianalisis. Manajemen juga harus mempertimbangkan kesesuaian tujuan dengan
organisasi. Penilaian risiko mengharuskan manajemen untuk memperhatikan
dampak perubahan lingkungan eksternal serta perubahan model bisnis organisasi
itu sendiri yang berpotensi mengakibatkan ketidakefektifan pengendalian intern
yang ada.
c. Kegiatan Pengendalian (Control Activities)
Kegiatan pengendalian mencakup tindakan-tindakan yang ditetapkan melalui
kebijakan dan prosedur untuk membantu memastikan dilaksanakannya arahan
manajemen dalam rangka meminimalkan risiko atas pencapaian tujuan. Kegiatan
pengendalian dilaksanakan pada semua tingkatan organisasi, pada berbagai tahap
proses bisnis, dan pada konteks lingkungan teknologi. Kegiatan pengendalian ada
yang bersifat preventif atau detektif dan ada yang bersifat manual atau otomatis.
Contoh kegiatan pengendalian adalah otorisasi dan persetujuan, verifikasi,
rekonsiliasi, dan reviu kinerja. Dalam memilih dan mengembangkan kegiatan
pengendalian, biasanya melekat konsep pemisahan fungsi (segregation of duties).
Jika pemisahan fungsi tersebut dianggap tidak praktis, manajemen harus memilih
dan mengembangkan alternatif kegiatan pengendalian sebagai kompensasinya.
d. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Organisasi memerlukan informasi demi terselenggaranya fungsi pengendalian
intern dalam mendukung pencapaian tujuan. Manajemen harus memperoleh,

19
menghasilkan, dan menggunakan informasi yang relevan dan berkualitas, baik dari
sumber internal maupun eksternal. Hal tersebut diperlukan agar komponen
pengendalian intern yang lain berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya.
Sementara itu, komunikasi merupakan proses berulang (iterative) dan
berkelanjutan untuk memperoleh, membagikan dan menyediakan informasi.
Komunikasi internal harus menjadi sarana diseminasi informasi di dalam
organisasi, baik dari atas ke bawah, dari bawah ke atas, maupun lintas fungsi.
e. Kegiatan Pemantauan (Monitoring Activities)
Komponen ini merupakan satu-satunya komponen yang berubah nama.
Sebelumnya komponen ini hanya disebut pemantauan (monitoring). Perubahan ini
dimaksudkan untuk memperluas persepsi pemantauan sebagai rangkaian aktivitas
yang dilakukan sendiri dan juga sebagai bagian dari masing-masing empat
komponen pengendalian intern lainnya. Kegiatan pemantauan mencakup evaluasi
berkelanjutan, evaluasi terpisah, atau kombinasi dari keduanya yang digunakan
untuk memastikan masingmasing komponen pengendalian intern ada dan
berfungsi sebagaimana mestinya. Evaluasi berkelanjutan dibangun di dalam proses
bisnis pada tingkat yang berbeda-beda guna menyajikan informasi tepat waktu.
Evaluasi terpisah dilakukan secara periodik, bervariasi lingkup dan frekuensinya
tergantung pada hasil penilaian risiko, efektivitas evaluasi berkelanjutan, dan
pertimbangan manajemen lainnya.

2. Prinsip – Prinsip
COSO IC 2013 mengenalkan kodifikasi 17 prinsip pengendalian intern.
Kodifikasi tersebut belum ada di dalam kerangka sebelumnya. Prinsip-prinsip
pengendalian intern merepresentasikan konsep fundamental dari tiap-tiap komponen
pengendalian intern. Karena prinsip-prinsip tersebut dirumuskan langsung dari
komponen pengendalian intern maka diharapkan pengendalian intern organisasi akan
efektif bila menerapkan semua prinsip tersebut. Semua prinsip pengendalian intern
berhubungan dengan tujuan-tujuan organisasi, baik itu berupa tujuan operasi,
pelaporan, maupun kepatuhan. Rincian dari ketujuh belas prinsip tersebut adalah
sebagai berikut:

20
a. Prinsip dalam Lingkungan Pengendalian :
1) Organisasi menunjukkan komitmen terhadap integritas dan nilai-nilai etika.
2) Dewan pengawas menunjukkan independensinya dari manajemen dan
melaksanakan pengawasan atas pengembangan dan kinerja pengendalian
intern.
3) Manajemen dengan pengawasan dari dewan pengawas menetapkan struktur
organisasi, garis pelaporan, serta wewenang dan tanggung jawab yang tepat
dalam rangka pencapaian tujuan.
4) Organisasi menunjukkan komitmen dalam merekrut, mengembangkan, dan
mempertahankan individu-individu yang kompeten sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan.
5) Organisasi memegang akuntabilitas individu-individu atas pelaksanaan
pengendalian intern dalam rangka pencapaian tujuan.
b. Prinsip dalam Penilaian Risiko :
1) Organisasi menetapkan tujuan-tujuan yang jelas agar dapat dilakukan
identifikasi dan penilaian risiko terkait tujuan tersebut.
2) Organisasi mengidentifikasi risiko atas pencapaian tujuan secara menyeluruh
dan menganalisis risiko sebagai landasan pengelolaan risiko.
3) Organisasi mempertimbangkan potensi kecurangan (fraud) dalam melakukan
penilaian risiko atas pencapaian tujuan.
4) Organisasi mengidentifikasi dan menilai perubahan-perubahan yang dapat
berdampak signifikan terhadap sistem pengendalian intern.
c. Prinsip dalam Kegiatan Pengendalian :
1) Organisasi memilih dan mengembangkan kegiatan pengendalian yang
berkontribusi meminimalkan risiko atas pencapaian tujuan sampai pada level
yang dapat diterima.
2) Organisasi memilih dan mengembangkan kegiatan pengendalian umum atas
teknologi untuk mendukung pencapaian tujuan.
3) Organisasi memberlakukan kegiatan pengendalian melalui kebijakan yang
menetapkan apa yang diharapkan dan melalui prosedur yang menjabarkan
kebijakan menjadi tindakan.

21
d. Prinsip dalam Informasi dan Komunikasi.
1) Organisasi memperoleh, menghasilkan dan menggunakan informasi yang
relevan dan berkualitas untuk mendukung berfungsinya komponen
pengendalian intern lainnya.
2) Organisasi melakukan komunikasi informasi secara intern, termasuk tujuan
dan tanggung jawab pengendalian intern, yang diperlukan untuk mendukung
berfungsinya pengendalian intern.
3) Organisasi menjalin komunikasi dengan pihak-pihak eksternal terkait hal hal
yang mempengaruhi berfungsinya komponen pengendalian intern lainnya.
e. Prinsip dalam Kegiatan Pemantauan
1) Organisasi memilih, mengembangkan, dan melaksanakan evaluasi secara
terus-menerus (berkelanjutan) dan/atau secara terpisah untuk memastikan
bahwa komponen-komponen pengendalian intern benar-benar ada dan
berfungsi.
2) Organisasi mengevaluasi dan mengkomunikasikan kelemahan pengendalian
intern secara tepat waktu kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk
mengambil tindakan korektif, termasuk manajemen puncak dan dewan
pengawas, sebagaimana mestinya.

3. Titik Fokus
Selain mengenalkan prinsip-prinsip sebagai hal baru, COSO IC 2013 juga
mengenalkan 81 titik fokus (points of focus). Titik fokus tersebut mencerminkan ciri
khas penting dari masing-masing prinsip dan dapat digunakan untuk memfasilitasi
proses merancang, menerapkan, dan mengarahkan pengendalian intern. Titik fokus
menjadi sarana manajemen untuk memastikan bahwa prinsipprinsip telah ada dan
berfungsi dengan baik.
Mirip dengan hubungan antara prinsip dengan komponen, titik fokus ini
memiliki hubungan yang sifatnya mendukung tiap prinsip yang ada. Artinya, di dalam
masing-masing prinsip terdapat beberapa titik fokus yang mendukungnya. Sebagai
contoh , prinsip "Organisasi menunjukkan komitmen terhadap integritas dan nilai-nilai
etika" pada komponen "Lingkungan Pengendalian" didukung oleh empat titik fokus

22
yaitu: set the tone at the top; penetapan standar perilaku; evaluasi kepatuhan terhadap
standar perilaku; penanganan deviasi/penyimpangan tepat waktu.

4. Keterbatasan Pengendalian Internal


Sebagaimana termaktub di dalam definisi, keberadaan pengendalian intern
dirancang untuk memberikan keyakinan memadai, bukan keyakinan mutlak. COSO
IC 2013 mengungkapkan keterbatasan pengendalian intern yang mungkin terjadi
karena: penetapan tujuan sebagai prasyarat pengendalian intern tidak tepat;
pengambilan keputusan oleh manusia yang salah atau bias; kegagalan/kesalahan faktor
manusia sebagai pelaksana pengendalian; kemampuan manajemen mengesampingkan
pengendalian; kemampuan manajemen, personil lain, atau pihak ketiga untuk
berkolusi; atau peristiwa eksternal di luar kendali organisasi.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai peranan dari auditor internal
dalam pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada PT. Garuda Indonesia,
maka pada bagian akhir dari penelitian ini, penulis menarik kesimpulan, sekaligus
memberikan saran sebagai berikut :
1. Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) menuai polemik karena adanya
pencatatan transaksi kerja sama penyediaan layanan konektivitas (wifi) dalam
penerbangan dengan PT Mahata Aero Teknologi (Mahata) dalam pos pendapatan yang
seharusnya masih menjadi piutang.
2. Dalam kasus ini PT Garuda Indonesia telah melanggar Pasal 69 Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM) ,Peraturan Bapepam dan LK Nomor
VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan
Perusahaan Publik, Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang
Penentuan Apakah Suatu Perjanjian Mengandung Sewa, dan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa. Dan diberi sanksi sesuai dengan UU
yang dilanggar.
3. Seharusnya untuk menghindari kerancuan, GIAA sebagai perusahaan tercatat di pasar
modal seharusnya menjelaskan ke publik nature transaksi yang terjadi serta poin
poinnya sudah eksis atau belum. Sehingga tidak menimbulkan pertanyaan bagi publik
bahwa perusahaan di kuartal III-2018 yang masih merugi tiba-tiba mengantongi laba di
tiga bulan terakhir apalagi sudah disahkan dalam RUPS.
4. Kode Etik Profesi, dalam menjalankan tugasnya auditor harus berpegang pada kode etik.
Auditor internal menghargai nilai-nilai kepemilikan atas informasi yang mereka terima
dan tidak menyebarkan tanpa izin kecuali ada kewajiban profesional. Auditor internal
di PT Garuda Indonesia tidak menerapkan pengetahuan, keahlian dan pengalaman
dalam melaksanakan pekerjaan audit. Auditor internal harusnya berusaha bekerja

24
dengan tidak terpengaruh oleh kepentingan pribadi atau pihak lain dalam pengambilan
keputusan.
5. Standar Profesional Auditor Internal, dalam melaksanakan pekerjaannya auditor
internal harus bekerja sesuai dengan kemapuan profesionalnya, mereka harus bekerja
sesuai dengan standar profesi dan mampu mengembangkan hubungan baik serta
komunikasi secara efektif dengan pihak auditee. Auditor internal juga berfungsi sebagai
pengaman terhadap harta perusahaan yang tertuang dalam Manual Administratif
Perusahaan.
6. Auditor internal yang melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik dan mematuhi
standar yang berlaku dapat meningkatkan kualitas audit internalnya. Ini dikarenakan
kemandirian dan obyektivitas dari auditor internal menjadi komponen penting dalam
menentukan tingkat kualitas dalam menemukan dan melaporkan penyimpangan dan
pelanggaran yang terjadi. Keberadaan auditor internal yang kompeten, independent, dan
objektif dapat memberikan manfaat bagi perusahaan salah satunya adalah bagi kualitas
audit. Untuk memperoleh hasil audit yang berkualitas, manajemen perusahaan dan
organisasi profesi dapat mendorong dan memastikan auditor internal untuk patuh dan
mengaplikasikan standar dan kode etik professional internal audit.

25
DAFTAR PUSTAKA

https://www.merdeka.com/uang/fakta-fakta-kesalahan-laporan-keuangan-garuda-indonesia-
hingga-dikenakan-sanksi.html

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190430174733-92-390927/kronologi-kisruh-laporan-
keuangan-garuda-indonesia

Johnstone, Karla M, Audrey A, Larry E, author 2014, Auditing : a risk-based approach to


conducting a quality audit

Thomson South Western (RSJ); Internatiomal Standar Auditing (ISA), Internasional standar on
Quality Control (ISAQC)

Standar Pemeriksaan Akuntan Publik (SPAP)

Alvin A. Arens, Randal J.Elder, Mark s. Beslay, Chris E Hogan. 2017, Auditing and Assurance
service, 16 th Edition, prentice Hall International

Modern Auditing & Assurance service/ Philomena Leung: Paul Coram; Barry Cooper, Peter
Richardson, Milton, Qld, John Wiley nd sons Australia, Ltd, 2015

William F. Messier, Steven M. Glover and Douglas F Prawit, Auditing & Assurance service: A
Systematic Approach, 9 th ( New York: McGraw Hill. 2014) International Standar on
Auditing ( Latest Edition)

Porter Brenda, Simon John and Hatherly david, Principles of External Auditing (John Wiley &
Sons, Latest Edition)

Contemporary Auditing: Risk issues and cases , Knapp, 10 edition, cengage Publishing

Steyn, B., K. Barac, K. N. Motubatse, dan K. Plant. 2013. Views on the applicability of the internal
audit standards and competencies for internal auditors: An African perspective. Southern
African Journal of Accountability and Auditing Research, 15, 3–16.

26
Hussaini, U., dan U. Muhammed. 2018. The effect of internal control on performance of
commercial banks in Nigeria. International Journal of Management Research & Review,
8(6), 13–32

Institute of Internal Auditors. 2017. International standards for the professional practice of internal
auditing, 1–25.

27

Anda mungkin juga menyukai