Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Di Era Globalisasi ini perkembangan bisnis industri di Indonesia sangatlah pesat


sehingga menyebabkan persaingan yang sangat ketat antar perusahaan, dengan
kondisi ini perusahaan harus berusaha mengikuti perkembangan agar dapat
mempertahankan perekonomian perusahaan dan memperoleh laba atau keuntungan
yang maksimal.

Peningkatan persaingan dalam dunia industri menuntut perusahaan untuk


menghasilkan suatu produk yang berkualitas dan bermanfaat. Produk dengan kualitas
yang baik mampu menunjukan perusahaan tersebut memiliki kinerja serta
perencanaan yang baik atau tidak. Menentukan suatu kualitas barang diperlukan
perencanaan yang baik, salah satu perencanaan yang diperlukan untuk menghasilkan
produk yang berkualitas yaitu dengan memberikan keputusan mengenai harga pokok.
Setiap perusahaan berlomba-lomba dalam menciptakan ide dan karya yang
berkualitas dalam setiap produk yang dihasilkan untuk mendapatkan perhatian dan
kepercayaan dari konsumen. Apabila kualitas produk serta kepuasan pelanggan
terpenuhi, maka akan dapat membantu perusahaan dalam mencapai tujuan dari
perusahaan tersebut.

Salah satu tujuan utama dari perusahaan adalah mendapatkan keuntungan, oleh
karena itu aspek pemasaran merupakan hal yang penting diperlukan untuk
mempertahankan perekonomian perusahaan. Dalam suatu usaha untuk dapat
menguasai pasar, maka perusahaan harus meningkatkan efisiensi dan produktifitasnya
sehingga mampu untuk mendapatkan laba dari investasi yang dilakukan sehingga
semakin meningkat. Salah satu fungsi perusahaan yang paling penting dan perlu

1
mendapatkan perhatian khusus dalam pengelolaan suatu usaha yaitu fungsi produksi.
Dalam fungsi inilah kegiatan produksi dilakukan dengan mengolah bahan baku
menjadi produk setengah jadi atau produk jadi yang menimbulkan sejumlah unsur-
unsur biaya produksi yang membentuk harga pokok produksi (HPP).

Penentuan HPP merupakan hal yang sangat penting mengingat manfaat informasi
HPP untuk menentukan harga jual produk serta penentuan harga pokok persediaan
produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca. Di dalam
penentuan HPP, informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan mengenai biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Ketiga jenis kegiatan ini harus
ditentukan secara cermat, baik dalam pencatatan maupun penggolongannya, sehingga
informasi HPP yang dihasilkan dapat diandalkan untuk penentuan harga jual produk.

HPP sangat berpengaruh dalam penentuan harga jual, apabila perusahaan kurang
teliti atau salah dalam penentuan HPP, mengakibatkan kesalahan dalam penentuan
harga jual yang akan diperoleh perusahaan. Mengingat pentingnya HPP diperlukan
ketelitian dan ketepatan, apakah dalam persaingan yang ketat saat ini dapat memacu
suatu perusahaan agar bisa bersaing dengan perusahaan yang lain untuk
menghasilkan produk yang berkualitas, karena itu dibutuhkan informasi biaya
maupun informasi HPP untuk mengambil keputusan. Dalam penetapan harga jual,
sebaiknya tidak terlalu tinggi atau rendah, agar harga jual yang dihasilkan dapat
bersaing dengan perusahaan sejenis serta memberikan laba sesuai dengan yang
diharapkan dari produk yang dihasilkan perusahaan.

Perusahaan memperhitungan harga pokok dengan menjumlahkan seluruh


unsur biaya produksi, sedangkan HPP perunit ditentukan dengan membagi seluruh
total biaya produksi dengan volume produksi yang dihasilkan atau yang diharapkan
akan dihasilkan. Cara seperti ini yang harus digunakan apabila berhubungan dengan
prinsip akuntansi, yang mempengaruhi, baik jumlah harga pokok produk maupun

2
cara penyajiannya dalam laporan laba rugi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur
biaya ke dalam HPP, terdapat dua pendekatan yaitu full costing dan variabel costing.

Full costing merupakan metode penentuan HPP yang memperhitungkan


semua unsur biaya produksi ke dalam HPP yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variabel
maupun tetap. L.M Samryn (2001), sedangkan variabel costing merupakan metode
penentuan HPP yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku
variabel ke dalam HPP yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik variabel.

Menurut metode full costing HPP terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, biaya overhead pabrik tetap dan biaya overhead pabrik variabel.
Dalam metode full costing, biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap
maupun variabel, dibebankan atau dimasukan dalam perhitungan HPP berdasarkan
tarif yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead
pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu, biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada
harga pokok persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum
laku dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (unsur harga pokok penjualan) apabila
produk jadi tersebut telah terjual. Namun, di tengah kondisi perekonomian saat ini
ketika harga-harga tengah naik tentu akan sangat sulit bagi perusahaan untuk
menetapkan harga jual yang tepat atas produk yang diproduksinya dengan kualitas
yang masih tetap sama, hal ini dikarenakan biaya untuk memproduksi barang untuk
produk tersebut tentu juga akan naik karena pengaruh kenaikan harga-harga yang
terjadi, dalam hal ini perusahaan dituntut untuk bisa mengambil keputusan yang tepat
akan permasalahan ini agar perusahaan tidak mengalami kerugian dalam menentukan
harga jual.

Penelitian ini menggunakan metode full costing dalam perhitungan HPP untuk
menentukan harga jual dibandingkan menggunakan metode variable costing karena

3
metode ini memasukan seluruh unsur biaya produksi dan non produksi ke dalam
perhitungan HPP dan biaya overhead pabrik dihitung berdasarkan biaya overhead
pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap, sedangkan metode variable costing
hanya memasukan biaya overhead pabrik variable saja ke dalam perhitungan HPP
sehingga tidak seluruh biaya produksi dan non produksi di hitung.

Penelitian ini akan dilakukan di UD. Suka Roti yang bergerak di bidang
industri dengan produk utamanya adalah roti. Pabrik roti ini merupakan salah satu
pabrik roti yang terbesar di Kota Kupang dan merupakan salah satu jenis usaha yang
mengalami kemajuan pesat saat ini. Pabrik roti ini dapat memproduksi roti di atas
600.000 biji/tahunnya. Namun, dalam perhitungan HPP perusahaan masih
menggunakan metode yang relatif sederhana dan belum menerapkan perhitungan
HPP sesuai dengan aturan akuntansi biaya, dikarenakan kurangnya pengetahuan dan
kemampuan yang baik dan benar tentang cara perhitungan HPP.

Perusahaan ini belum memasukkan semua unsur biaya yang dikeluarkan


secara terperinci dalam proses produksi dan hanya berfokus pada biaya bahan baku
dan tenaga kerja saja. Selain itu juga perusahaan belum menghitung seluruh unsur
biaya overhead pabrik seperti biaya telepon, biaya gaji administrasi dan bahan bakar.
Maka dengan menggunakan metode tersebut dalam menghitung dan menentukan
harga jual suatu produk perusahaan, akan dihasilkan informasi tentang perhitungan
HPP serta harga jual yang kurang tepat dan akurat.

Perhitungan HPP tersebut bertujuan untuk menetapkan harga jual roti yang
tepat sehingga dihasilkan sesuai dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Dalam hal
ini peneliti tertarik untuk mengadakan kajian lanjutan tentang kinerja perusahaan
dalam perhitungan HPP untuk penetapan harga jual.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk


meneliti lebih lanjut dengan topik penelitian mengenai “ Analisis Perhitungan HPP

4
Dengan Menggunakan Metode Full Costing Dan Variable Costing Sebagai Dasar
Penentuan Harga Jual Produk Pada UD. Suka Roti Kupang ”.

1.2 Perumusan Masalah


Bagaimana penerapan perhitungan HPP dengan menggunakan metode full
costing dan variable costing untuk menentukan harga jual pada UD. Suka
Roti Kupang?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui penerapan perhitungan HPP dengan menggunakan metode
full costing dan variable costing untuk menentukan harga jual pada UD. Suka
Roti Kupang.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan :
Penelitian ini dapat menghasilkan manfaat dibidang akuntansi khususnya
mengenai HPP dengan menggunakan metode full costing dan variable
costing dalam penetapan harga jual .
2. Bagi Obyek Penelitian :
Sebagai tambahan informasi bagi UD. Suka Roti Kupang dalam
perhitungan dan penentuan HPP menggunakan metode full costing dan
variable costing untuk menetapkan harga jual.
3. Bagi Penelitian Lanjutan :
4. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang akan mengadakan
kajian yang lebih luas mengenai penerapan perhitungan HPP
menggunakan metode full costing dan variable costing.

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya memiliki peranan yang sangat penting bagi manajemen


perusahaan agar dapat memiliki pemahaman dalam melakukan penetapan harga
pokok atau harga produk yang dihasilkan. Hal tersebut dapat meningkatkan serta
mempertahankan kualitas produk agar dapat menjamin kelancaran penerimaan
pendapatan atas laba dari penjualan. Informasi mengenai penetapan harga pokok
suatu produk disajikan dalam suatu laporan Harga Pokok Produksi.

Mulyadi (2015:7) menyatakan bahwa akuntansi biaya adalah proses


pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya, pembuatan dan
penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran
terhadapnya. Objek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya.

Carter (2013:11) akuntansi biaya adalah melengkapi manajemen dengan alat


yang diperlukan untuk aktivitas aktivitas perencanaan dan pengendalian,
memperbaiki kualitas dan efisien, serta membuat keputusan-keputusan yang
bersifat rutin maupun strategis.

Sujarweni (2015:2) akuntansi biaya adalah informasi tentang biaya produksi


untuk kepentingan kegiatan manajemen perusahaan industri, yang meliputi bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, penyimpanan, dan
penjualan produk jadi. Dari pengertian yang telah dipaparkan, maka dapat
disimpulkan bahwa akuntansi biaya merupakan sumber informasi mengenai
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk serta biaya
penjualan yang merupakan media untuk menyediakan informasi biaya bagi

6
perusahaan, dimana informasi tersebut sebagai dasar perencanaan dan
pengambilan keputusan oleh pihak manajemen dan pihak luar perusahaan
terutama dalam mengalokasikan sumber ekonomi dalam perusahaan agar
usahanya mampu menghasilkan laba yang diinginkan dengan investasi yang
dilakukan.

2.2 Tujuan Akuntansi Biaya

Menurut Sujarweni (2015:3),ada tiga tujuan akuntansi biaya yaitu sebagai


berikut:

1. Penentuan harga pokok produk. Tujuan mempelajari akuntansi biaya agar


dapat memperoleh informasi biaya untuk penentuan harga pokok produk yang
digunakan perusahaan untuk menentukan besarnya laba yang diperoleh dan
juga untuk menentukan harga jual.
2. Perencanaan biaya dan pengendalian biaya. Tujuan mempelajari akuntansi
biaya agar dapat memperoleh informasi biaya sebaggai perencanaan biaya.
Perencanaan biaya apa saja yang akan dikeluarkan di masa mendatang.
Akuntansi biaya menyajikan informasi biaya yang mencakup biaya masa lalu
dan biaya di masa yang akan datang. Informasi yang dihasilkan akuntansi
biaya menjadi dasar bagi manajemen untuk menyusun perencanaan biaya.
Dengan perencanaan biaya yang baik akan memudahkan manajemen dalam
melakukan pengendalian biaya.
3. Pengambilan keputusan khusus. Tujuan mempelajari akuntansi biaya agar
dapat memperoleh informasi biaya sebagai pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan pemilihan berbagai tindakan alternatif yang akan dilakukan
perusahaan misalnya:
a. Menerima atau menolak pesanan dari konsumen
b. Mengembangkan produk
c. Memproduksi produk baru

7
d. Membeli atau membuat sendiri
e. Menjual langsung atau memproses lebih lanjut

Mulyadi (2015:7) akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok antara lain
sebagai berikut: Penentuan kos produk. Untuk memenuhi tujuan penentuan kos
produk, akuntansi biaya mencatat, menggolongkan, dan meringkas biaya-biaya
pembuatan produk atau penyerahan jasa. Biaya yang dikumpulkan dan disajikan
adalah biaya yang terjadi di masa yang lalu atau biaya historis. Umumnya
akuntansi biaya untuk penentuan kos produk ini ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan pihak luar perusahaan.

1. Pengendalian biaya. Pengendalian biaya harus didahului dengan


penentuan biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi satu
satuan produk. Jika biaya yang seharusnya ini telah ditetapkan, akuntansi
biaya bertugas untuk memantau apakah pengeluaran biaya yang
sesungguhnya sesuai dengan biaya seharusnya tersebut.
2. Pengambilan keputusan khusus. Pengambilan keputusan khusus
menyangkut masa yang akan datang. Oleh karena itu informasi yang
relevan dengan pengambilan keputusan khusus selalu berhubungan
dengan informasi masa yang akan datang. Akuntansi biaya untuk
pengambilan keputusan khusus menyajikan biaya masa yang akan datang
(future costs).
3. Informasi biaya ini tidak dicatat dalam catatan akuntansi biaya,
melainkan hasil dari suatu proses peramalan. Karena keputusan khusus
merupakan sebagian besar kegiatan manajemen perusahaan, laporan
akuntansi biaya untuk memenuhi tujuan pengambilan keputusan adalah
bagian dari akuntansi manajemen. Untuk memenuhi kebutuhan
manajemen dalam pengambilan keputusan, akuntansi biaya
mengembangkan berbagai konsep informasi biaya untuk pengambilan
keputusan seperti: biaya kesempatan (opportunity cost), biaya hipotesis

8
(hypothetical cost), biaya tambahan (incremental cost), biaya
terhindarkan (avoidable cost), dan pendapatan yang hilang (forgone
revenues).

2.3 Pengertian Biaya

Mulyadi (2010:8), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang di ukur


dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk
tujuan tertentu. Ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu biaya
merupakan pengorbanan sumber ekonomi, diukur dalam satuan uang, yang telah
terjadi, pengorbanan tersebut untuk tujusn tertentu.

Carter (2010:30), biaya adalah sebagai suatu nilai tukar, pengeluaran, atau
pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat. Dalam
akuntansi keuangan, pengeluaran atau pengorbanan pada tanggal akuisisi
dicerminkan oleh penyusutan atas kas atau aset lain yang terjadi pada saat ini
atau di masa yang akan datang.

Bastian dan Nurlela (2009:7), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis


yang diukur dalam satuan uang.Berdasarkan uraian diatas, maka dapat di
simpulkan bahwa biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur
dengan satuan uang, untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapkan
memberikan manfaat saat ini maupun akan datang.

2.4 Klasifikasi Biaya

Mulyadi (2009:13-16) uraian penggolongan biaya adalah sebagai berikut:


1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran. Dalam cara penggolongan
ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya
nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang
berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar. Contoh
penggolongan biaya atas dasar obyek pengeluaran dalam perusahaan kertas

9
adalah sebagai berikut: biaya merang, biaya jerami, biaya gaji dan upah, biaya
soda, biaya depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga dan biaya zat warna.
2. Pengeluaran biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan. Dalam
perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi
pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam
perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok :
a. Biaya produksi
b. Biaya pemasaran
c. Biaya administrasi dan umum
3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang di biayai.
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam
hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dikelompokkan menjadi
dua golongan:
a. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya
adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai
tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Dengan
demikian biaya langsung akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu
yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya langsung departemen (direct
departmental cost) adalah semua yang terjadi di dalam departemen
tertentu.
b. Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya
disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam
hubungnnya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi
tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead cost).
Biaya ini tidak mudah diidentifikasikan dengan produk tertentu.
Dalam hubungannya dengan departemen, biaya tidak langsung adalah
biaya yang terjadi di suatu departemen.

10
4. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan
perubahan volume penjualan.Dalam hubungannya dengan perubahan volume
kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi:
a. Biaya variable, adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
b. Biaya semivariabel, adalah biaya yang berubah tidak sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung
unsur biaya tetap dan biaya variabel.
c. Biaya semifixed, adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume
kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah konstan pada volume
produksi tertentu.
d. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar
volume kegiatan tertentu. Contoh dari biaya tetap adalah biaya gaji.
5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya. Atas dasar jangka
waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua:
a. Pengeluaran modal (capital expenditures) adalah biaya yang
mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran
modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai harga pokok aktiva,
dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya
dengan cara didepresiasi, diamortisasi atau deplesi.
b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures) adalah biaya yang
hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya
pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini
dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang
diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut. Sementara itu, tujuan
penentuan Harga Pokok Produksi untuk mengetahui berapa besarnya
biaya yang dikorbankan dalam hubungannya dengan pengolahan
bahan baku menjadi barang jadi atau jasa yang siap untuk dijual dan

11
dipakai. Penentuan harga pokok sangat penting dalam suatu
perusahaan, karena merupakan salah satu elemen yang dapat
digunakan sebagai pedoman dan sumber informasi bagi pimpinan
dalam mengambil keputusan.

Adapun tujuan penentuan Harga Pokok Produksi yang lain (Akbar: 2011),
diantaranya yakni:
a. Sebagai dasar untuk menilai efisiensi perusahaan.
b. Sebagai dasar dalam penentuan kebijakan pimpinan perusahaan.
c. Sebagai dasar penilaian bagi penyusun neraca yang menyangkut penilaian
terhadap aktiva.
d. Sebagai dasar untuk menetapkan harga penawaran atau harga jual terhadap
konsumen.
e. Menentukan nilai persediaan dalam neraca, yaitu harga pokok persediaan
produk jadi
f. Untuk menghitung Harga Pokok Produksi dalam laporan laba rugi
perusahaan.
g. Sebagai evaluasi hasil kerja.
h. Pengawasan terhadap efisiensi biaya, terutama biaya produksi.
i. Sebagai dasar pengambilan keputusan.
j. Untuk tujuan perencanaan laba

2.5 Harga Pokok Produksi

Pengertian Harga Pokok Produksi berfungsi sebagai dasar dalam menentukan


harga jual.Untuk menetapkan harga jual, penting bagi perusahaan untuk
mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi barang yang
akan dijual. Biaya tersebut sering disebut sebagai Harga Pokok Produksi.
Terdapat beberapa pengertian Harga Pokok Produksi yang dikemukakan oleh
beberapa ahli yaitu, Menurut Carter dan Usry (2009:40), pengertian Harga Pokok

12
Produksi adalah biaya manufaktur juga disebut biaya produksi atau biaya pabrik
biasanya didefinisikan sebagai jumlah tiga elemen biaya : bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik

Mulyadi (2007:14), yaitu total biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan
baku menjadi produk yang siap untuk di pasarkan, berikut adalah pengelonggan
biaya:

1. Biaya bahan baku langsung (Direct Materials) adalah setiap bahan baku
yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari produk jadi. Sebagai
contoh, dalam membuat pakaian pria, kain merupakan bahan langsung.
Sedangkan biaya bahan penolong adalah barang yang dimanfaatkan
dalam proses produksi, namun bukan merupakan bagian dari bahan baku
utama untuk produk yang dihasilkan. Contoh dalam pembuatan pakaian
pria, kancing adalah bahan penolong.
2. Biaya tenaga kerja langsung (Direct Labor Cost)adalah upah yang
diperoleh pekerja yang mengubah bahan dari keadaan mentah menjadi
produk jadi. Sebagai contoh, upah yang dibayarkan kepada pekerja pabrik
pakaian yang memotong kain dan menjahit hasil potongan tersebut adalah
biaya tenaga kerja langsung.
3. Biaya overhead pabrik. Terkadang biaya ini disebut sebagai overhead
produksi (manufacturing overhead) atau beban pabrik (factory burden).
Overhead pabrik mencakup semua biaya produksi selain bahan langsung
dan tenaga kerja langsung. Penekanannya disini adalah pada istilah biaya
produksi. Sebagai contoh, upah pengendali persediaan adalah overhead
pabrik. Namun, gaji bagian penjualan merupakan beban pemasaran.

2.6 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi

Metode pengumpulan Harga Pokok Produksi sangat ditentukan oleh cara


produksi. Secara garis besar, dalam memproduksi produk dapat dibagi menjadi

13
dua macam : produksi atas dasar pesanan dan produksi atas dasar proses.
Penerapan 2 metode tersebut pada suatu perusahaan tergantung pada sifat atau
karakteristik pengolahan bahan menjadi produk jadi yang akan mempengaruhi
metode pengumpulan harga pokok yang digunakan. Adapun metode tersebut
(Supriyono, 2011:36) adalah sebagai berikut :

1) Metode harga pokok pesanan (job order cost method) merupakan


metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya 20
dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara
terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan
identitasnya. Pengolahan produk akan dimulai setelah datangnya
pesanan dari pembeli melalui dokumen pesanan penjualan (sales
order), yang memuat jenis dan jumlah produk yang dipesan,
spesifikasi pesanan, tanggal pesanan diterima dan harus diserahkan.
2) Metode harga pokok proses (process cost method) merupakan metode
pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk
setiap satuan waktu tertentu, misalnya : bulan, triwulan, semester,
tahun. Pada metode harga pokok proses perusahaan menghasilkan
produk yang homogen, bentuk bersifat standar, dan tidak tergantung
spesifikasi yang diminta oleh pembeli. Tujuan produksi untuk mengisi
persediaan yang selanjutnya akan dijual kepada pembeli, oleh karena
itu sifat produk homogen dan bentuknya standar maka kegiatan
dilakukan secara kontinyu atau terus-menerus.

2.7 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Banyaknya perusahaan dan industri yang bergerak dalam bidang yang sama
membuat suhu persaingan meningkat tinggi. Bagi suatu perusahaan, memperoleh
laba merupakan tujuan utama untuk kelangsungan hidup dan kemajuan
perusahaan.Untuk memperoleh laba ada tiga faktor utama didalam perusahaan

14
yang harus diperhatikan, yaitu jumlah barang yang harus diproduksi, biaya
perunit untuk memproduksi dan harga jual perunit produk tersebut. Untuk
mencapai laba yang optimal, salah satunya adalah memperhatikan faktor biaya
yaitu diantaranya harga pokok penjualan diupayakan dapat ditekan seminimal
mungkin. Harga pokok masih merupakan faktor yang penting dalam
pertimbangan untuk menetapkan harga jual yang nantinya diharapkan untuk
memperoleh laba.

Perusahaan perlu mengkalkulasikan biaya produksi sebagai dasar perhitungan


Harga Pokok Produksi. Dalam menentukan Harga Pokok Produksi perusahaan
dapat menggunakan dua metode yaitu full costing dan variable costing. Pada
metode full costing semua biaya-biaya produksi diperhitungkan baik yang
bersifat variabel maupun yang bersifat tetap. Biaya-biaya produksi tersebut yaitu
terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik
baik yang bersifat variabel maupun tetap sedangkan pada metode variblel
costing biaya produksi yang diperhitungkan hanyalah yang bersifat variable saja.

Menentukan Harga Pokok Produksi maka perusahaan dapat mengetahui biaya


produksi yang akan dikeluarkan, dan perusahaan dalam menentukan harga jual
dari suatu pesanan akan sesuai dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan
untuk memproduksi pesanan tersebut. Dan laba yang diperoleh perusahaan dapat
optimal karena harga jual yang dibebankan kepada pemesan ditentukan oleh
besarnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tersebut.
Metode penentuan Harga Pokok Produksi adalah cara unsur-unsur biaya kedalam
Harga Pokok Produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam
Harga Pokok Produksi terdapat dua pendekatan, yaitu full costing dan variable
costing

1. Metode Full Costing

15
Metode full costing (Mulyadi, 2012 : 122) adalah metode Harga Pokok
Produksi, yang membebankan seluruh biaya produksi, baik yang berperilaku
tetap maupun variabel kepada produk. Perhitungan Harga Pokok Produksi
menurut metode full costing sebagai berikut :

Tabel 2.1

Metode Full Costing

Biaya Bahan Baku xxx

Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx

Biaya Overhead Pabrik Tetap xxx

Biaya Overhead Pabrik Variable xxx

Harga Pokok Produksi xxx

Metode full costing, biaya overhead pabrik (BOP) baik yang berperilaku tetap
maupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif
yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal atau dasar biaya overhead pabrik
sesungguhnya. Oleh karena itu, BOP tetap akan melekat pada harga pokok
persediaan produk dalam porses dan persediaan produk jadi yang belum laku
dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (unsur harga pokok penjualan) apabila
produk tersebut telah terjual. Karena biaya overhead pabrik dibebankan kepada
produk atas dasar tarif yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal, maka
dalam 1 (satu) periode BOP yang sesungguhnya berbeda dengan yang
dibebankan tersebut, akan terjadi pembebanan overhead lebih (overapplied
factory overhead) atau pembebanan BOP kurang (underapplied factory
overhead). Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku
dijual maka pembebanan BOP lebih atau kurang tersebut digunakan untuk

16
mengurangi atau menambah harga produk yang masih dalam persediaan tersebut
(baik yang berupa persediaan produk dalam proses maupun produk jadi).
Manfaat informasi metode full costing sebagai berikut :
1. Pelaporan keuangan.
2. Analisis kemampuan menghasilkan laba (profitability analysis).
3. Penentuan harga jual dalam cost-type contract.
4. Penentuan harga jual normal.
5. Penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah.
6. Penyusunan program.
Adapun karakteristik dari metode full costing terdiri dari :
a. Perhitungan biaya produksi dengan memasukkan biaya tetap dan biaya
variable.
b. Menganut konsep biaya produk untuk perhitungan biaya produksi variable,
dan menganut konsep biaya periodik untuk perhitungan biaya produksi non
variable.
c. Laporan biaya untuk memenuhi pihak eksternal.
d. Laporan laba rugi disajikan dengan format tradisional.
e. Analisa biaya dilakukan oleh pihak Internal untuk perhitungan biaya
persediaan, penentuan laba dan pelaporan keuangan untuk pihak eksternal.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menggunakan metode full costing
sebagai berikut :
a. Menggolongkan penghasilan penjualan ke dalam setiap pusat laba yang
akan dianalisis.
b. Menggolongkan harga pokok penjualan kedalam setiap pusat laba.
c. Menghitung laba kotor atas penjualan setiap pusat laba.
d. Mengalokasikan biaya pemasaran setiap fungsi pada setiap pusat laba.
e. Menghitung laba bersih sebelum diperhitungkan biaya administrasi dan
umum untuk setiap pusat laba.
f. Memperhitungkan biaya administrasi dan umum.

17
g. Menghitung laba bersih setiap pusat laba. Terjadi pembebanan overhead
lebih atau kurang, maka BOP tetap tidak mempunyai pengaruh terhadap
perhitungan laba rugi sebelum produknya laku dijual.

2.8 Metode Variable Costing

Metode variable costing (Mulyadi, 2010:122) adalah metode penentuan Harga


Pokok Produksi yang hanya membebankan biaya-biaya produksi variable saja ke
dalam harga pokok produk. Harga pokok produk menurut metode variable
costing terdiri dari :

Tabel 2.2

Metode Variable Costing

Biaya Bahan Baku xxx


Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx
Biaya Overhead Variabel xxx
Harga Pokok Produk xxx

Istilah direct costing sebenarnya sama sekali tidak berhubungan dengan istilah
cost (biaya langsung). Dalam metode variable costing, biaya overhead pabrik
tetap diperlakukan sebagai period cost dan bukan sebagai unsur harga pokok
produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam
periode terjadinya. Dengan demikian biaya overhead pabrik tetap didalam
metode variable costing tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku
dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadi.Manfaat
metode variable costing sebagai berikut :

18
1. Perencanaan laba. Bagi manajemen dapat bermanfaat untuk perencanaan laba
jangka pendek. Dengan dipisahkannya semua elemen biaya produksi ke dalam
biaya variable dan biaya tetap serta perhitungan batas kontribusi, manajemen
akan dapat menyusun laba melalui persamaan break-even atau hubungan
biaya volume laba.
2. Penentuan harga jual produk. Bagi manajemen bermanfaat dalam rangka
penentuan harga jual produk dalam jangka pendek, dengan menggunakan
hubungan biaya-volume-laba. Dan untuk menentukan harga jual minimal atas
pesanan-pesanan khusus (special orders) yang mungkin akan diterima
perusahaan dalam jangka pendek, agar perusahaan tidak memperoleh rugi dari
pesanan khusus tersebut.
3. Pengambilan kesimpulan bermanfaat bagi manajemen dalam menyajikan data
relevan untuk pengambilan keputusan dalam jangka pendek. Biaya tetap
dalamjangka pendek jumlah totalnya tetap konstan, sedangkan biaya variabel
merupakan biaya relevan, kecuali beberapa jenis elemen biaya tetap yang
dapat dihindarkan juga merupakan elemen biaya relevan.

Adapun karakteristik metode variable costing terdiri dari :

a. Perhitungan biaya produksi yang hanya memasukkan biaya variabel saja.


b. Menganut konsep biaya produk untuk perhitungan biaya produksi variabel,
dan menganut konsep biaya periodik untuk perhitungan biaya produksi non
variabel.
c. Laporan biaya untuk memenuhi pihak Internal.
d. Laporan laba rugi disajikan dengan format kontribusi.
e. Analisa biaya dilakukan oleh pihak Internal untuk perencanaan laba,
penetapan harga pokok, pengendalian biaya dan pengambilan keputusan
Internal.

19
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menggunakan metode variable costing
sebagai berikut :
a. Menggolongkan penghasilan penjualan ke dalam setiap pusat laba yang
akan dianalisis.
b. Menggolongkan harga pokok penjualan variabel untuk setiap pusat laba.
c. Menghitung batas kontribusi kotor untuk setiap pusat laba.
d. Mengalokasikan biaya pemasaran variabel dari setiap fungsi kedalam
setiap pusat laba.
e. Menghitung batas kontribusi (bersih) untuk setiap pusat laba.
f. Memperhitungkan biaya tetap langsung yang dapat diidentifikasikan
kepada setiap pusat biaya.
g. Menghitung laba bersih setiap pusat biaya sebelum dipertemukan dengan
biaya tetap tidak langsung dan biaya administrasi dan umum.
h. Memperhitungkan biaya tetap tidak langsung dan biaya administrasi dan
umum.
i. Menghitung laba bersih.

Perbedaan metode full costing dengan metode variable costing :


a. Ditinjau dari Sudut Penentuan Harga Pokok Produksi
1) Metode Full Costing
Full costing atau sering pula disebut adsorption costing adalah
metode penentuan Harga Pokok Produksi yang membedakan seluruh
biaya produksi baik yang berperilaku tetap maupun variabel kepada
produk.
Metode ini menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap
sebagai biaya sampai saat produk yang bersangkutan dijual.Jadi biaya
overhead pabrik yang terjadi, baik yang berperilaku tetap maupun
variabel, masih dianggap sebagai aktiva (karena melekat pada
persediaan) sebelum persediaan tersebut dijual. Dengan demikian kos

20
produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur biaya produksi
berikut ini:
Biaya bahan baku xxx
Biaya tenaga kerja langsung xxx

Biaya overhead pabrik tetap xxx

Biaya overhead pabrik variablel xxx +

Harga pokok produk xxx

2) Metode Variable Costing


Metode variable costing, biaya overhead pabrik tetap
diperlukan sebagai period cost dan bukan sebagai elemen harga
pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan
sebagai biaya dalam periode terjadinya.
Biaya overhead pabrik tetap di dalam metode variable costing
tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi
langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan
demikian kos produksi menurut metode variable costing terdiri dari
unsur biaya produksi berikut ini:

Biaya bahan baku xxx

Biaya tenaga kerja langsung xxx

Biaya overhead pabrik variabel xxx +

Harga pokok produk xxx

b. Ditinjau dari sudut penyajian laporan laba rugi


Perbedaan pokok antara metode full costing dengan metode variable
costing adalah terletak pada klasifikasi pos-pos yang disajikan dalam

21
laporan laba rugi tersebut. Laporan laba rugi yang disusun dengan metode
full costing menitik beratkan pada penyajian unsur-unsur biaya menurut
hubungan biaya dengan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam perusahaan.
Sedangkan metode variable costing lebih menitik beratkan pada penyajian
biaya sesuai dengan perilakunya dalam hubungannya dengan volume
kegiatan.
Manfaat informasi yang dihasilkan oleh metode full costing dan variable
costing
a) Perencanaan laba jangka pendek
Untuk kepentingan perencanaan laba jangka, manajemen
memerlukan informasi biaya yang dipisahkan menurut perilaku biaya
dalam hubungannya dengan volume kegiatan. Dalam jangka pendek,
biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan,
sehingga hanya biaya variable yang perlu dipertimbangkan  oleh
manajemen dalam pengambilan keputusannya. Oleh karena itu,
metode variable costing yang menghasilkan laporan rugi-laba yang
menyajikan informasi biaya variable yang terpisah dari informasi
biaya tetap dapat memenuhi kebutuhan manajemen untuk perencanaan
laba jangka pendek.
b) Pengendalian biaya
Variable costing menyediakan informasi yang lebih baik untuk
mengendalikan period cost dibandingkan informasi yang dihasilkan
dengan metode full costing. full costing biaya overhead pabrik tetap
diperhitungkan dalam tarif biaya overhead pabrik dan dibebankan
sebagai unsur biaya produksi sehingga manajemen kehilangan
perhatian terhadap period cost (biaya overhead pabrik tetap) tertentu
yang dapat dikendalikan.
c) Pengambilan keputusan

22
Variable costing menyajikan data yang bermanfaat untuk
pembuatan keputusan jangka pendek. Pembuatan keputusan jangka
pendek yang menyangkut mengenai perubahan volume kegiatan,
period cost tidak relevan karena tidak berubah dengan adanya
perubahan volume kegiatan. Variable costing khususnya bermanfaat
untuk penentuan harga jual jangka pendek.
Kelemahan-kelemahan metode variable costing adalah sebagai berikut :
1. Pemisahan biaya-biaya ke dalam biaya variabel dan tetap sebenarnya sulit
dilaksanakan, karena jarang sekali suatu biaya benar-benar variabel atau
benarbenar tetap. Suatu biaya digolongkan sebagai suatu biaya variabel jika
asumsi berikut ini dipenuhi :
a) Bahwa harga barang atau jasa tidak berubah.
Misalkan konsumsi solar untuk diesel listrik tergantung pada kegiatan
pabrik, maka biaya solar adalah biaya variabel dengan asumsi harga
belinya tidak berubah, karena apabila berubah harganya, maka biaya
bahan bakar tersebut tidak lagi berubah sebanding dengan perubahan
kegiatan produksi.
b) Bahwa metode dan prosedur produksi tidak berubah-ubah.
c) Bahwa tingkat efisiensi tidak berfluktuasi.
Sedangkan biaya tetap dapat dibagi menjadi dua kelompok :
a) Biaya tetap yang dalam jangka pendek dapat berubah, misalnya gaji
manajer produksi, pemasaran, keuangan, serta gaji manajer akuntansi.
b) Biaya tetap yang dalam jangka panjang konstan, misalnya biaya depresiasi
dan sewa kantor yang dikontrakkan untuk jangka panjang.
1. Metode variable costing dianggap tidak sesuai dengan prinsip
akuntansi yang lazim, sehingga laporan keuangan untuk kepentingan
pajak dan masyarakat umum harus dibuat atas dasar metode full
costing.

23
2. Dalam metode variable costing, naik turunnya laba dihubungkan
dengan perubahan-perubahan dalam penjualan. Untuk perusahaan
yang kegiatan usahanya bersifat musiman, variable costing akan
menyajikan kerugian yang berlebih-lebihan dalam periode-periode
tertentu, sedangkan dalam periode lainnya akan menyajikan laba yang
tidak normal.
3. Tidak diperhitungkannya biaya overhead pabrik tetap dalam
persediaan dan harga pokok persediaan akan mengakibatkan nilai
persediaan lebih rendah, sehingga akan mengurangi modal kerja yang
dilaporkan untuk tujuan-tujuan analisis keuangan.

2.9 Pengertian Harga Jual

Hansen dan Mowen (2001:633) mendefinisikan harga jual adalah jumlah


moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan
atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan.Sedangkan menurut Mulyadi
(2001:78) pada prinsipnya harga jual harus dapat menutupi biaya penuh
ditambah dengan laba yang wajar.Pada umumnya harga jual produk atau jasa
ditentukan berdasarkan penjumlahan semua biaya baik yang bersifat produksi
maupun non produksi. Menurut Aurora (2013), biaya produksi digunakan
sebagai dasar pelaporan dimana biaya persediaan akhir akan dimasukkan dalam
laporan posisi keuangan dan biaya pokok penjualan pada laporan laba rugi.

Penentuan harga jual bukan sekedar kegiatan pemasaran atau aspek keuangan
melainkan tulang punggung keberlansungan perusahaan. Hal ini disebabkan
karena harga jual akan mempengaruhi volume penjualan atau jumlah pembeli,
selain itu juga akan mempengaruhi jumlah pendapatan perusahaan.

Pricilia, Jullie dan Agus (2014), mengungkapkan bahwa ada dua bentuk
strategi yang dapat diterapkan perusahaan untuk penentuan harga jual produk
atau jasa baru sebagai berikut.

24
1. Skrimming pricing merupakan bentuk strategi penentuan harga jual produk
atau jasa baru, dengan cara menentukan harga jual mula-mula relatif tinggi.
Tujuan strategi ini adalah agar perusahaan memperoleh laba yang maksimum
dalam jangka pendek.
2. Penetration pricing merupakan bentuk strategi penentuan harga jual dengan
cara menentukan harga jual mula-mula relatif rendah, sehingga perusahaan
dapat meraih pangsa pasar yang lebih besar untuk produk atau jasa tersebut
dalam jangka pendek. Penetapan harga jual merupakan problematika bagi
setiap perusahaan, meskipun setiap perusahaan dalam menetapkan harga jual
selalu mempertimbangkan faktor biaya, persaingan, permintaan dan laba.
Informasi biaya pada perusahaan manufaktur dapat terlihat pada perhitungan
Harga Pokok Produksi yang mencerminkan total biaya yang dikelurkan untuk
memproduksi atau menghasilkan suatu produk.

Penetapan harga jual yang dilakukan manajer harus menutupi seluruh biaya
yang dikeluarkan dalam memproduksi suatu barang maupun jasa dan ditambah
persentase laba yang diinginkan perusahaan.oleh sebab itu untuk mencapai suatu
laba yang diinginkan oleh perusahaan salah satu cara yang perlu dilakukan untuk
menarik suatu minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga produk
dengan tepat untuk dijual (Waryanto dan Nasrulloh, 2014).

a) Faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual


Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan harga jual
dari suatu barang atau jasa yang di produksi, yaitu : Faktor biaya.
Merupakan dasar dalam menentukan harga jual produk atau jasa. Biaya
dapat langsung diidentifikasikan kepada produk atau jasa yang dihasilkan
karena merupakan faktor yang berasal dari dalam perusahaan. Biaya dapat
memberikan informasi batas bawah suatu harga yang harus ditentukan oleh
perusahaan atas suatu produk atau jasa. Batas bawah harga tersebut

25
haruslah harga yang dapat menutupi seluruh biaya produksi walaupun
dengan perolehan laba yang minimal.
Faktor bukan biaya merupakan faktor yang berasal dari luar perusahaan
yang dapat mempengaruhi keputusan manajemen dalam menentukan harga
jual produk atau jasa. Faktor ini tidak sepenuhnya dapat dikendalikan oleh
perusahaan karena faktor tersebut merupakan kegiatan yang bersifat timbal
balik antara perusahaan dengan pasar. Berikut ini faktor-faktor tersebut
antara lain:
1. Keadaan perekonomian, perubahan kondisi perekonomian suatu
negara seperti perubahan inflasi dan deflasi dapat mempengaruhi
harga suatu barang atau jasa yang diperjual-belikan di masyarakat.
2. Permintaan dan penawaran pasar, permintaan merupakan jumlah
barang atau jasa yang diinginkan oleh konsumen di pasar pada
tingkat harga beli tertentu, sedangkan penawaran adalah total
barang atau jasa yang ditawarkan oleh produsen di pasar pada
tingkat harga jual tertentu. Oleh karena itu, permintaan konsumen
terhadap suatu barang atau jasa harus dipertemukan dengan
penawaran pasar sehingga terbentuk suatu harga keseimbangan di
mana harga tersebut merupakan harga jual yang diinginkan
perusahaan dan juga merupakan harga yang sesuai dengan
permintaan konsumen.
3. Elastisitas permintaan, adalah kepekaan perubahan permintaan akan
barang atau jasa terhadap perubahan harga. Elastisitas ini
membantu manajer untuk memahami apakah suatu bentuk
permintaan itu elastis atau inelastis. Elastis berarti perubahan sekian
persen pada harga menyebabkan perubahan persentase permintaan
yang lebih besar, sedangkan inelastis berarti perubahan sekian
persen pada harga secara relatif sedikit mengubah persentase
permintaan.

26
4. Tipe pasar, ada empat jenis struktur pasar yaitu pasar persaingan
sempurna, persaingan monopolistik, oligopoli, dan monopoli.
Pasar-pasar ini memiliki perbedaan dalam jumlah pembeli dan
penjual, tingkat keunikan produk atau jasa yang dihasilkan,
seberapa besar rintangan untuk memasuki pasar, dan biaya khusus
yang harus dikeluarkan.
5. Pengawasan pemerintah. Biasanya dilakukan untuk mengontrol
besaran harga barang atau jasa yang beredar dimasyarakat agar
tetap sesuai dengan keinginan perusahaan dan kemampuan
masyarakat. Citra atau kesan masyarakat, semakin tinggi citra suatu
produk di masyarakat akan menyebabkan produsen menetapkan
harga jual yang tinggi.
6. Tanggung jawab sosial perusahaan, penentuan harga jual barang
atau jasa suatu perusahaan juga dapat dipengaruhi oleh rasa
tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat. Hal ini
dikarenakan tujuan didirikannya perusahaan bukan hanya untuk
mencari laba tetapi juga untuk melayani atau memenuhi kebutuhan
masyarakat.
7. Tujuan non laba (nirlaba), pada organisasi non laba (nirlaba), laba
bukan merupakan tujuan utama berdirinya organisasi tersebut tetapi
bertujuan untuk melayani masyarakat agar tingkat kehidupannya
lebih sejahtera. Pada umumnya produk yang dihasilkan oleh
perusahaan non laba berupa jasa yang harga jual produknya
ditentukan sama dengan total biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk menghasilkan produk tersebut.
b) Metode penetapan harga jual
Menurut Herman (2006:175) ada beberapa metode penetapan harga
(methods of price determination) yang dapat dilakukan budgeter dalam
perusahaan, yaitu:

27
1. Metode taksiran (judgemental method)
Metode ini biasa digunakan oleh perusahaan yang baru saja berdiri
karena dilakukan dengan menggunakan prediksi tanpa
menggunakan data statistik.Oleh karena itu kekurangan dari metode
ini adalah tingkat keakuratan prediksi sangat rendah.
2. Metode berbasis pasar (market-based pricing)
a. Harga pasar saat ini (current market price), metode ini dipakai
apabila perusahaan mengeluarkan produk baru, yaitu hasil
modifikasi dari produk yang lama. Perusahaan akan
menetapkan produk baru tersebut seharga dengan produk yang
lama. Penggunaan metode ini murah dan cepat. Akan tetapi
pangsa pasar yang didapat pada tahun pertama relatif kecil
karena konsumen belum mengetahui profil produk baru
perusahaan tersebut.
b. Harga pesaing (competitor price), metode ini menetapkan harga
produknya dengan mereplikasi langsung harga produk
perusahaan saingannya untuk produk yang sama atau berkaitan.
Dengan metode perusahaan berpotensi mengalami kehilangan
pangsa pasar karena dianggap sebagai pemalsu. Ini dapat
terjadi apabila produk perusahaan tidak mampu menyaingi
produk pesaing.
c. Harga pasar yang disesuaikan (adjusted current marker price),
penyesuaian dapat dilakukan berdasarkan pada faktor eksternal
dan internal. Dengan metode ini, perusahaan mengidentifikasi
harga pasar yang berlaku pada saat penyiapan anggaran dengan
melakukan survei pasar atau memperoleh data sekunder. Harga
yang berlaku tersebut dikalikan dengan penyesuaian (price
adjustment) setelah mempertimbangkan faktor internal dan
eksternal yang ditetapkan dalam angka indeks (persentase). 

28
3. Metode berbasis biaya (cost-based pricing)
Biaya penuh plus tambahan tertentu (full cost plus mark-up), dalam
metode ini budgeter harus mengetahui berapa proyeksi full cost
untuk produk tertentu.
Full cost adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dan atau
dibebankan sejak bahan baku mulai diproses sampai produk jadi
siap untuk dijual. Hasil penjumlahan antara full cost dengan tingkat
keuntungan yang diharapkan (required profit margin) yang
ditentukan oleh direktur pemasaran atau personalia yang diberikan
wewenang dalam penetapan harga, akan membentuk proyeksi harga
untuk produk itu pada tahun anggaran mendatang.
Required profit margin dapat juga ditetapkan dalam persentase.
Untuk menetapkan profit, budgeter harus mengalikan full cost
dengan persentase requiredprofit margin. Penjumlahan antara
profit dengan full costakan menghasilkan proyeksi harga.
Biaya variabel plus tambahan tertentu (variable cos plus mark-up)
Dengan metode ini budgeter menggunakan basis variblel cost.
Proyeksi harga diperoleh dengan menambahkan mark-up laba yang
diinginkan. Mark-up yang diinginkan pada metode ini lebih tinggi
dari mark-up dengan basis full cost. Hal ini disebabkan biaya
variabel selalu lebih rendah dari pada full cost. Dalam metode ini,
penjual atau produsen menetapkan harga jual untuk satu unit barang
yang besarnya sama dengan jumlah biaya per unit ditambah dengan
suatu jumlah untuk menutup laba yang diinginkan (disebut marjin)
pada unit tersebut.

29
2.10 Kerangka Berpikir

Dalam kegiatan usaha tentunya perusahaan mengharapkan pencapaian laba


yang maksimal dari operasinya. Maka perlu dilakukan perhitungan harga jual
dengan tepat dan benar dengan memperhitungkan seluruh komponen biaya yang
harus diperhitungkan secara teliti adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik. Sehingga dapat menentukan harga jual
dimana harga tersebut dapat menutupi semua biaya dan dapat menghasilkan
laba/keuntungan.
Untuk memperjelas alur pemikiran dan lebih memudahkan penelitian penulis
membuat kerangka berpikir seperti berikut ini :
Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

Perhitungan Harga Pokok


Produksi dengan Metode Harga Jual
Full Costing

30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Obyek Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pabrik roti Suka Roti Kupang yang beralamat di
Jalan Sitarda Km.11 Lasiana, Kota Kupang. Pabrik roti ini didirikan oleh
Bapak David sejak 12 juli 2005 dengan jumlah tenaga kerja 15 orang dan luas
lahan sebesar 860 m2.
2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah perhitungan harga pokok produksi dan
penentuan harga jual.

3.2 Pendekatan Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif yang
menggunakan rumus perhitungan full costing. Selanjutnya dilakukan analisis
perbandingan penetapan harga jual antara Suka Roti Kupang dengan metode
yang digunakan oleh peneliti.
3.3 Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data Kuantitatif yaitu data yang berupa angka-angka yang diperoleh
langsung dari UD. Suka Roti Kupang.
b. Data Kualitatif yaitu data yang bukan merupakan angka-angka tetapi
berupa informasi yang diperoleh dari pemilik Suka Roti Kupang mengenai
keadaan seperti sejarah singkat dari Suka Roti Kupang maupun struktur
organisasi.
2. Sumber Data
a. Data Sekunder yaitu data-data yang di peroleh langsung dari Suka Roti
Kupang berupa perhitungan HPP.
b. Data Primer yaitu data-data yang diperoleh dari studi dokumen.

31
3.4 Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Metode pengumpulan data ini menggunakan metode wawancara langsung
kepada pemilik pabrik roti yaitu bapak David mengenai metode perhitungan
Harga Pokok Produksi yang digunakan oleh Suka Roti Kupang.
2. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara mengamati
langsung objek yang diteliti. Pada saat melakukan observasi peneliti melihat
secara langsung keadaan lingkungan kerja dan bagaimana cara perhitungan
Harga Pokok Produksi yang dilakukan oleh Suka Roti Kupang.
3. Studi Dokumen
Mengamati dokumen-dokumen tentang data perusahaan yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti.

3.5 Teknik Analisis Data


Setelah melakukan pengumpulan data berupa wawancara, seluruh data yang
terkumpul kemudian diolah. Data akan dianalisis menggunakan metode
deskriptif kuantitatif dengan membandingkan metode yang digunakan oleh Suka
Roti Kupang dengan metode full costing yang digunakan oleh peniliti dan
perhitungan harga jual dilakukan setelah perhitungan Harga Pokok Produksi
telah ditemukan. Perhitungan Harga Pokok Produksi menggunakan metode full
costing adalah sebagai berikut :

32
Tabel 3.1

Harga Pokok Produksi Dengan Metode Full Costing


Biaya Bahan Baku xxx

Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx

Biaya Overhead Pabrik Tetap xxx

Biaya Overhead Pabrik Variable xxx

Harga Pokok Produksi xxx

Sumber: Mulyadi (2012)

Tabel 3.2

Penghitungan Harga Jual

Perhitungan Harga Jual :


Biaya Produksi Rp 000,-
Laba yang diharapkan (%) Rp 000,-+
Jumlah harga jual Rp 000,-
Volume produk (unit) Rp 000,-:
Harga Jual Per Unit Rp 000,-

Sumber : Mulyadi (2012)

33

Anda mungkin juga menyukai