A. Hasil Penelitian
Subjek Penelitian Adalah punderita tuberkulosis dengan terapi obat anti
tuberkulosis ( OAT). Dari data yang di dapat dari RSUD Prof Dr W Z Yohannes kupang
berjumlah 49 pasien dan dari hasil penelitian semua memenuhi kriteria inklusi dan eklusi.
Pengambilan data diambil dengan cara mendatangi RSUD Prof Dr W Z yohannes kupang
dan dilakukan pengambilan data. Disini saya mengambil data dari bulan jan-des tahun
2021.
Hasil penelitian sebagai berikut:
Tabel 4.1 distribusi data responden pasien tuberkulosis dengan terapi OAT.
perempuan 19 39%
2. Usia 0-17 2 4%
>18 47 96%
Jumlah 94 100%
Data pada tabel 4.1 menunjukan distribusi data pasien tuberkulosis dengan terapi OAT di
RSUD Prof Dr W Z yohannes kupang berdasarkan jenis kelamin dan usia.
2. Usia 0-17 2 4% - -
B. Pembahasan
Pengobatan Tb tahap awal terdiri dari Rimfapicin,Isoniazid,Pirazinamid,Dan
Etambutanol diberikan pada pasien selama 2 bulan di RSUD Prof Dr W Z yohannes
kupang sendiri. pasien diberikan obat di sesuaikan dengan berat badan dan untuk satu
pasien diberikan satu paket obat. Total pasien dalam penelitian ini berjumlah 49 orang.
Berdasarkan hasil penelitian dari total seluruh pasien masi patuh dalam menjalani
pengobatan dan pengobatan pasien dipantau dengan cara menghitung sisah obat yang
disimpan pasien.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa dari 49 pasien berdasarkan
jenis kelamin terdapat 30 pasien laki-laki dan perempuan 19 pasien dapat dilihat pada
tabel 4.1 hasil penelitian ini menunjukan hasil penelitian Tb di RSUD Prof Dr W Z
Yohannes Kupang cenderung lebih banyak di derita oleh laki-laki dibanding perempuan
hal ini terjadi dimungkinkan karena pada proses menjalani pengobatan di RSUD Prof Dr
W Z Yohannes Kupang banyak pasien laki-laki yang sedang menjalani pengobatan dan
pasien laki-laki lebih memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian ini. Penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauzi dan Siahan dimana perempuan
cenderung lebih banyak menderita penyakit tb di banding laki-laki dikarenakan
perempuan merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia dimana kadar
hemoglobin dibawah normal pada pasien perempuan menurunannya kadar Hb sudah
menurun pada bulan pertama pengobatan disebabkan karena perempuan lebih banyak
mengosumsi makanan nabati yang kandungan besinya sedikit dibandingkan makannan
hewani sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi kemudiann tiap hari
manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresikan serta perempuan mengalami haid
setiap bulan dimana kehilangan zat besi ± 1,3 mg perhari sehingga kebutuhan zat besi
lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki.
Kadar hemoglobin merupakan salah satu indikator untuk menentukan seseorang
menderita anemia atau tidak. Pada tabel 4.2 dapat dilihat distribusi gambaran kadar
hemoglobin pada pasien Tb dengan terapi OAT fase awal. Secara garis beras patogenitas
anemia dititik beratkan pada abnormalnya ketahanan eritrosit yang memendek akibat
terjadinya lisis eritrosit lebih dini dan juga gangguan metabaolisme berupa gangguan
reutilisasi besi ( Sadewo dkk,2013). Menurut teori pengobatan menggunakan OAT fase
awal memiliki efek samping salah satunya anemia dimana kandungan OAT ini dapat
mengganggu ketahanna eritrosit dan juga mengganggu vitamin B6.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan sebagian besar pasien Tb dengan
terapi OAT fase awal mengalami anemia ditandai dengan kadar Hb dibawah normal.
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin pada tabel 4.2 hasil penelitian menunjukan
bahwa pasien Tb dengan terapi OAT fase awal yang termasuk dalam kategori anemia
terbanyak terjadi pada laki-laki sebanyak 30 orang dibandingkan perempuan yaitu
sebanyak 19 orang. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rezki
dimana laki-laki cenderung lebih banyak menderita penyakit Tb dibanding perempuan
dikarenakan laki-laki lebih cenderung keluar rumah, dengan frekuensi keluar rumah yang
sering dapat dimungkinkan terpapar oleh penyebab penyakit ini dan juga kelompok laki-
laki lebih banyak karena pola hidup laki-laki kebanyakan merokok dan mengosumsi
alkohol yang dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh sehingga mudah terpapar oleh
agen penyebab penyakit Tb
Berdasarkan karakteristik usia dari hasil penelitian yang diperoleh usia penderita
Tb dengan terapi OAT yang mengalami anemia berada pada rentang usia >18 tahun
sebanyak 42 pasien hal ini dikarenakan pada penelitian didapatkan usia paling banyak
berkisar >18 tahun di mana usia ini fungsi fisiologis tubuh mengalami penurunan yang
akan berpengaruh pada penurunan Hb yang dapat menyebabkan anemia penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukam oleh masruroh,(2016) yang menyatakan bahwa
dengan penambahan usia fungsi fisiologis tubuh akan mengalami penurunan apalagi juga
gaya hidup dan pola makan di masa muda kurang baik.
Usia berpengaruh terhadap kejadian tb yang di derita. Hasil penelitian
karakteristik umur pasien dapat dilihat pada tabel 4.1 hasil dari penelitian ini
menyimpulkan bahwa penderita tb lebih banyak terjadi pada usia >18 tahun penelitian
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan situmorang dimana penderita kebanyakan
pada usia produktif yaitu usia 15-50 tahun dan juga lingkungan kerja yang padat serta
berhubungan dengan banyak orang juga dapat meningkatkan resiko terjadinya Tb.
kondisi kerja yang demikian ini memudahkan seseorang yang berusia produktif lebih
mudah dan lebih banyak menderita Tb paru.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa :
1. kadar hemoglobin pada penderita tuberkulosis sebagian
besar mengalami penurunan. Dengan banyak terjadi pada
laki-laki sebesar 57% .
2. kadar hemoglobin pada penderita tuberkulosis sebagian
besar mengalami penurunan. Dengan banyak terjadi pada
usia >18 Tahun sebesar 86%.
.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang gambaran kadar
hemoglobin pada penderita tuberkulosis paru.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang pengobatan OAT
selain Hb seperti Leukosit Atau Trombosit yang
mempengaruhi pengobatan.
Lampiran 1. Data Hasil Penelitian