Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS JURNAL W

DENGAN METODE L
C

PICO O
M
E

1) Umi Sarah F A (200103082)


2) Vina Kurnia A (200103073)

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO


1
KASUS KELAINAN PADA TIROID

Judul Jurnal : POLA PENGGUNAAN OBAT ANTITIROID PADA PASIEN HIPERTIROID

Peneliti : Rasmala Dewi, Jelly Permatasari, Likha Ulandari


Ringkasan Jurnal :
Goiter atau struma atau secara awam dikenal dengan istilah gondok merupakan pembesaran
kelenjar tiroid yang dapat berkaitan dengan gangguan primer pada organ tiroid ataupun akibat
stimulasi hormonal atau faktor lain terhadap tiroid. Berdasarkan ukuran kelenjar tiroid, definisi
Goiter Sebagai Faktor Predisposisi Karsinoma Tiroid goiter ditetapkan pada individu dengan berat
kelenjar tiroid melebihi 18 mL pada perempuan atau melebihi 25 mL pada laki-laki. Di Indonesia
dan di Bali khususnya kasus karsinoma tiroid mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan
kasus goiter endemik maupun non endemi . Berdasarkan data yang dikumpulkan dari registrasi
kasus di instalasi Patologi RSUP Sanglah pada tahun 2014, sekitar 30% karsinoma tiroid
berkembang dari goiter.

2
Lanjutan Ringkasan Jurnal

Hal ini menunjukkan bahwa goiter merupakan faktor predisposisi terjadinya karsinoma tiroid dan
bahkan kemungkinan dapat mempengaruhi perangai biologis karsinoma tiroid. Berdasarkan studi
kepustakaan terdapat kaitan terjadinya karsinoma tiroid pada kasus goiter baik goiter toksik
maupun non toksik dengan pembesaran difus maupun noduler. Aktivitas proliferatif tirosit
menjadi acuan adanya perubahan neoplastik pada kasus goiter sehingga sangat penting pada hasil
pemeriksaan histopatologidiberikan jawaban ada atau tidak adanya fokus proliferatif pada kasus
goiter. Selanjutnya dapat dikembangkan studi analitik dalam menentukan kaitan kasus goiter
dengan karsinoma tiroid.

3
 Tujuan Penelitian
Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan untuk mengetahui pathogenesis terjadinya
goiter dan hubungannya dengan munculnya kasus karsinoma tiroid.
Kelebihan dan Kekurangan
a. Kelebihan
1. Pengumpulan data-data dari berbagai sumber
2. Mejelasakan proses dan hubungan goiter dengan karsinoma tiroid dengan jelas dan rinci
b. Kekurangan
1. Pemeriksaan tidak dapat dilakukan mandiri oleh pasien, harus dengan bantuan tenaga
medis

4
METODE PICO
PROBLEM/POPULATION/PATIENT
Berdasarkan ukuran kelenjar tiroid, Goiter Sebagai Faktor Predisposisi Karsinoma Tiroid goiter ditetapkan pada
individu dengan berat kelenjar tiroid melebihi 18 mL pada perempuan atau melebihi 25 mL pada lakii-laki. Sekitar
27% dari keseluruhan pasien goiter di dunia berada di Negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Di Indonesia dan
di Bali khususnya kasus karsinoma tiroid mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan kasus goiter endemik
maupun non endemi . Berdasarkan data yang dikumpulkan dari registrasi kasus di instalasi Patologi RSUP Sanglah
pada tahun 2014, sekitar 30% karsinoma tiroid berkembang dari goiter. Hal ini menunjukkan bahwa goiter
merupakan faktor predisposisi terjadinya karsinoma tiroid dan bahkan kemungkinan dapat mempengaruhi perangai
biologis karsinoma tiroid. Goiter memiliki faktor risiko sebesar 2,5 kali lipat untuk menimbulkan karsinoma tiroid.
Penelitian sebelumnya menemukan bahwa insiden keganasan pada goiter multinoduler berkisar 7,5% hingga 13%.
Tidak dijumpai perbedaan yang bermakna secara statistik untuk insiden karsinoma tiroid antara pasien dengan
goiter nodul soliter dan goiter multinoduler. Kasus karsinoma tiroid tersering yang terjadi pada penderita goiter
adalah karsinoma tiroid papiler (KTP), yaitu sebanyak 75% kasus, sisanya sebanyak 12, 5% adalah karsinoma tiroid
folikuler (KTF).

5
METODE PICO
INTERVENTION

Mekanisme perubahan poliklonal menjadi monoklonal ini merupakan interaksi antara faktor risiko
goiter dan adanya predisposisi genetik yang selanjutnya menciptakan lingkungan mutagenik yang
ditandai oleh peningkatan proliferasi sel disertai pembentukan radikal bebas yang memicu adanya
mutasi somatiktirosit. Klonal tumor terbentuk jika defek genetik tidak dapat diperbaiki. Pada kondisi ini,
mutasi merupakan pencetus proliferasi sel. Goiter meningkatkan risiko karsinoma tiroid sebanyak dua
setengah kali lipat. Sebuah penelitian pada hewan coba yang sebelumnya dengan asupaniodium rendah
kemudian diberikan suplementasiiodium menunjukkan terjadinya perubahan morfologi folikuler
menjadi papiler. Hal ini menunjukkan peranan kadariodium lebih penting dalam memodulasi morfologi
tumor daripada inisiator pada karsinogenesis tiroid. Jika propilaksisiodium diberikan, maka terjadi
penurunan rata-rata TSH (Thyroid Stimulating Hormone) serum dan peningkatan perbandingan rasio
struktur papiler: folikuler.

6
METODE PICO
COMPARATION/TREATMENT
1. Dalam jurnal ini terdapat perbedaan pada Perkembangan ukuran tiroid yang sangat tergantung pada berat badan,
jenis kelamin, daerah geografis tempat tinggal, berbagai kondisi fisiologis (pubertas, kehamilan dan menopause),
dan berbagai perubahan patologis (nodul, kondisi inflamasi, tumor). Perubahan patologis ini lebih sering terjadi
pada area goiter endemik. Marine telah merumuskan estimasi rasio perbandingan berat kelenjar tiroid dengan
berat badan yang diperkirakan tidak lebih dari 0,35 gram per kilogram berat badan. Tetapi Sigurjonsson
menemukan bahwa rata-rata berat kelenjar tiroid sekitar 14 gram pada dewasa pria dan 11,6 gram pada dewasa
wanita. Penelitian eksperimental McCarrison pada hewan coba menunjukkan hewan coba dari area non goiter
menunjukkan rasio konstan antara berat kelenjar tiroid dengan berat badan pada berbagai usia, namun hal ini tidak
dijumpai pada hewan coba dari area endemik goiter karena adanya akumulasi koloid pada kelenjarnya. Hal ini
dikarenakan area goiter ademik umumnya ditandai dengan rendahnya yodium pada air minum sehingga kelenjar
akan beradaptasi dengan kondisi defensiensi youdium.

7
METODE PICO
Lanjutan Comparation
2. Dalam jurnal ini Kasus goiter baik endemik maupun non endemik (sporadik) diyakini merupakan
prekursor perkembangan kanker tiroid. Prevalensi goiter di seluruh dunia pada populasi umum sekitar
4-7%, dan insiden keganasan terjadi pada 10% kasus tiroid goiter. Dilaporkan bahwa insiden
karsinoma tiroid tercatat meningkat pada daerah goiter endemik seperti Kolumbia dan Austria serta
daerah non endemik seperti Jerman. Peningkatan insiden karsinoma tiroid terkait goiter juga menjadi
permasalahan di negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. WHO mencatat sekitar 655 juta jiwa di
dunia mengalami goiter dan 27% diantaranya berada di Asia Tenggara. Adapun perbandingan hasil
studi epidemiologi karsinoma tiroid terkait goiter di beberapa Negara Asia Tenggara. Serupa dengan
wilayah lain di negaranegara Asia tenggara, beberapa wilayah di Indonesia tergolong daerah goiter
endemik. Selain goiter yang bersifat endemik, sebagian kasus goiter yang terjadi di Indonesia bersifat
non endemik. Hal ini sangat berbeda dengan insiden karsinoma tiroid di dunia barat yang lebih sering
berkaitan dengan efek radiasi.

8
METODE PICO
OUTCOME

Berdasarkan studi ini terdapat kaitan terjadinya karsinoma tiroid pada kasus goiter baik goiter toksik
maupun non toksik dengan pembesaran difus maupun noduler. Aktivitas proliferatif tirosit menjadi
acuan adanya perubahan neoplastik pada kasus goiter sehingga sangat penting pada hasil pemeriksaan
histopatologidiberikan jawaban ada atau tidak adanya fokus proliferatif pada kasus goiter. Selanjutnya
dapat dikembangkan studi analitik dalam menentukan kaitan kasus goiter dengan karsinoma tiroid.

9
KASUS DIABETES MELITUS

Judul Jurnal : EDUKASI DENGAN PENDEKATAN PRINSIP DIABETES SELF MANAGEMENT


EDUCATION MENINGKATKAN PERILAKU KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES
MELITUS TIPE 2

Peneliti ; Nadia Rohmatul Laili, Yulis Setiya Dewi, Ika Yuni Widyawati
Ringkasan Jurnal :
● Menurut American Diabetes Association (2005), DM tipe 2 merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
yang hanya dapat diterapi dengan mengendalikan kadar glukosa agar tetap pada kisaran normal. Pilar
penatalaksanaan DM tipe 2 meliputi aspek edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan intervensi
farmakologis (PERKENI, 2011). Pasien diabetes menunjukkan kesulitan untuk mengatur sendiri perilaku diet
mereka (Lin et al., 2008). Penyuluhan mengenai perencanaan makan (meal planning) telah diperoleh, namun
lebih dari 50% pasien tidak melaksanakannya (Waspadji et al., 2009). Arsana (2011) menyebutkan bahwa
kontrol glikemik pasien sangat dipengaruhi oleh kepatuhan pasien terhadap anjuran diet.

10
Lanjutan Ringkasan Jurnal

Metode penelitian ini adalah menggunakan purposive sampling dengan metode quasy eksperimental. Teknik
pengambilan sampel penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok (kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Data
itu dianalisis dengan menggunakan uji peringkat bertanda Wilcoxon dan uji Mann Whitney
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh DSME pendekatan prinsip setelah diterapkan
pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol terhadap pengetahuan diet dengan nilai p = 0,004 dan p = 0,083
masing-masing, sikap diet kepatuhan dengan p = 0,025 dan p = 0,083 dan latihan kepatuhan diet dengan p = 0,002
dan p = 0,564.

11
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui pengaruh Edukasi dengan Pendekatan Prinsip Diabetes
Self Management Efucation Meningkatkan Perilaku Kepatuhan Diet pada Penderita Diabetes
Melituas Tipe 2

Kelebihan dan kekurangan :


1. Kelebihan
a) Teknik ini mudah dilakukan dan tidak membutuhkan alat ataupun biaya
b) Teknik ini dapat dilakukan pasien secara mandiri setelah diajarkan oleh perawat
c) Secara menyeluruh jurnal ini sudah mencakup pembahaan yang baik.
2. Kekurangan
d) Pada latar belakang belum memuat terjadinya diabetes secara menyeluruh.
 
  12
METODE PICO
INTERVENTION
PROBLEM/POPULATION/PATIENT
Untuk mengetahui adanya pengaruh pendekatan
Jurnal ini membahas tentang Diabetes Self prinsip DSME terhadap perilaku kepatuhan diet yang
Management Education terhadap peningkatkan
terdiri dari aspek praktik dari pengetahuan dan sikap
Perilaku Kepatuhan Diet Pada Penderita Diabetes
Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Kebonsari Surabaya. penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Puskesmas
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok Kebonsari Surabaya. Sampel penelitian ini
penyakit metabolik yang hanya dapat diterapi
menggunakan 24 responden dibagi menjadi dua
dengan mengendalikan kadar glukosa agar tetap
pada kisaran normal. Salah satu komponen yang kelompok (kelompok perlakuan dan kelompok
cukup penting adalah penatalaksanaan diet, yang kontrol. metode penelitian yang di gunakan adalah
diarahkan untuk mempertahankan kadar glukosa menggunakan purposive sampling dengan quasy
darah agar tetap terkontrol dan dipertahankan
mendekati normal. experimental Data itu dianalisis dengan menggunakan
uji peringkat bertanda Wilcoxon dan uji Mann
Whitney
13
METODE PICO
COMPARACTION

Perbandingan efektifitas Penelitian Ariyanti (2012) menyebutkan bahwa setelah dilakukan


DSME mengenai meal planning, responden menjadi tahu jenis makanan yang boleh
dikonsumsi banyak dan makanan yang sebaiknya dikurangi. Penerapan edukasi dengan
pendekatan prinsip DSME dapat menimbulkan kemampuan manajemen diri yang baik
sehingga dapat meningkatkan perilaku kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2. Subjek
penelitian ini berjumlah 24 responden dengan populasi 77 orang, sampel yang diambil
dengan menggunakan purposive sampling dan dibagi menjadi dua kelompok (kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol). A terstruktur kuesioner dan catatan makan harian selama
tujuh hari digunakan untuk mengumpulkan data. Data itu dianalisis dengan menggunakan
uji peringkat bertanda Wilcoxon dan uji Mann Whitney U dengan tingkat signifikan α≤0.05.

14
METODE PICO
OUTCOME

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh DSME pendekatan prinsip setelah diterapkan pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol terhadap pengetahuan diet dengan nilai p = 0,004 dan p = 0,083 masing-masing,
sikap diet kepatuhan dengan p = 0,025 dan p = 0,083 dan latihan kepatuhan diet dengan p = 0,002 dan p = 0,564
Penelitian ini dapat di terapkan di pelayanan Kesehatan. Dengan adanya penelitian ini telah memberikan
informasi tentang satu cara pengendalian diabetes mellitus dengan cara mengedukasi mengubah gaya hidup
terutama pola makan. Dengan adanya pengaruh dan bukti dari penelitian ini mampu menjadi tambahan acuan
atau landasan teori dalam usaha penerapan terapi non farmakologi. Untuk rumah sakit dapat di jadikan dasar
untuk penanganan penyakit dengan disertai diabetes mellitus. Untuk perawat diharapkan dapat memberikan
asuhan keperawatan pada pasien demam melalui terapi non farmakologi dengan menggunakan metode edukasi
untuk mengubah pola hidup pasien ke arah yang lebih sehat. 

15
KASUS DIABETES INSIPIDIUS

Judul Jurnal ; PENGELOLAAN CENTRAL DIABETES INSPIDIUS PASCA CEDERA


KEPALA BERAT

Peneliti : Bona Akhmad Fithrah, Marsudi Rasman, Siti Chasnak Saleh


Ringkasan Jurnal :
● Hubungan antara cedera otak traumatika dengan diabetes insipidus adalah sebuah komplikasi
yang langka dengan angka insiden sekitar <1%. Sebuah studi retrospektif juga menyatakan hal
yang sama bahwa kejadian diabetes insipidus pasca cedera otak traumatika adalah kecil
(2,9%).2 Pada laporan kasus ini akan dibawakan sebuah kasus diabetes insipidus pasca cedera
otak traumatika berat yang terjadi pada seorang mahasiswa yang mengalami kecelakaan lalu
lintas. Pada pasien ditegakkan diagnosis central diabetes insipidus. Dan dilakukan terapi
dengan mengganti cairan yang keluar dan memberikan desmopressin spray.
16
Lanjutan Ringkasan Jurnal

Urin yang keluar diganti dengan cairan ringer fundin. Pola penggantian adalah dengan
mengganti sebesar 60% dari total urin yang keluar selama 3 jam. Penggantian akan
dilakukan pada 3 jam berikutnya. Setelah tiga jam dihitung kembali urinnya dan akan diganti
pada tiga jam berikutnya. Ini dilakukan terus menerus hingga produksi urin kembali normal.
Desmopressin adalah senyawa sintetis dari vasopressin. Desmopressin spray diberikan
bertahap. Dari mulai 1x1 spray (1 spray: 10 mcg)
Penggunaan imaging untuk membantu menegakkan diagnosis central diabetes insipidus
tidak akan membantu banyak. Kecuali terjadi kerusakan langsung pada kelenjar
hipofisisnya.5 Pada kasus ini gambaran imaging tidak ada yang khusus selain gambaran
edema cerebri

17
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pengelolaan central diabetes inspidius pasca cedera kepala berat.

Kelebihan dan kekurangan


1. Kelebihan
a) Secara menyeluruh jurnal ini sudah mencakup pembahaan yang baik.
1. Kekurangan
a) Penelitian ini membutuhkan alat untuk membuktikannya
b) Teknik ini tidak dapat dilakukan oleh pasien secara mandiri atau membutuhkan bantuan tenaga
medis

18
METODE PICO
PROBLEM/POPULATION/PATIENT

Dilakukan resusitasi dan ditegakkan diagnosis dengan cedera kepala berat. Pada pasien dilakukan decompresi
craniektomi. Pasca operasi dilakukan barbiturate coma dan ventilasi mekanik. Seminggu kemudian pada
pasien dilakukan trakeostomi. Setelah sebelas hari di rawat di Jember pasien dirujuk ke rumah sakit Mayapada
di Jakarta untuk melanjutkan perawatan. GCS saat diterima di rumah sakit Mayapada adalah
E3M5Vtracheostomi. Saat di rumah sakit Mayapada dilakukan tindakan cranioplasty dan pemasangan ORIF
pada fraktur mandibulanya. Setelah operasi pasien dirawat di ruangan biasa. Pada pasien belum ditemukan
adanya gejala perubahan pada elektrolit ataupun produksi urinnya.  

19
METODE PICO
Lanjutan

Lebih kurang satu bulan setelah kecelakaan lalu lintas produksi urin pasien mulai meningkat secara bermakna.
Pasca operasi pasien di trakeostomi dan dirawat di ICU. Pada hari ke sebelas pasien dirujuk ke Jakarta. GCS
pasien saat di terima di RS Mayapada adalah E3M5Vt dan hemodinamik stabil. Di Jakarta pasien dilakukan
prosedur vp shunt, cranioplasty dan pemasangan fiksasi internal untuk fraktur mandibulanya. Pasien dirawat di
High Care Unit (HCU) selama empat hari. Selanjutnya pasien dirawat di ruangan biasa untuk persiapan home
care. Lebih kurang tiga puluh hari setelah pertama kali kecelakaan, produksi urin pasien meningkat hingga 4
cc/ kgbb/jam selama hampir 24 jam. Saat itu pasien masih dirawat di ruangan biasa dan terpasang kateter urin.
Pasien dipindahkan ke HCU untuk monitoring lebih ketat kondisinya. Saat dipindahkan produksi urin pasien
mencapai 8,7 cc/jam

20
METODE PICO
INTERVENTION

Ditegakkan diagnosis central diabetes insipidius, dilakukan terapi dengan mengganti cairan yang keluar dan
memberikan desmopressin spray. Urin yang keluar diganti dengan cairan ringer fundin. Pola penggantian adalah
dengan mengganti sebesar 60% dari total urin yang keluar selama 3 jam. Penggantian akan dilakukan pada 3 jam
berikutnya. Setelah tiga jam dihitung kembali urinnya dan akan diganti pada tiga jam berikutnya. Ini dilakukan terus
menerus hingga produksi urin kembali normal. Desmopressin adalah senyawa sintetis dari vasopressin. Desmopressin
spray diberikan bertahap. Dari mulai 1x1 spray (1 spray: 10 mcg) Produksi urin yang terjadi terlihat naik turun dan
tidak bisa lepas dari desmopressin karena bila desmopressin diturunkan maka urin akan kembali meningkat hingga
akhirnya desmopressin diberikan secara terus menerus dan saat akan home care diganti dengan per oral sebesar 3x0.1
mg. Pasien pulang dengan GCS E3M5Vtrach. Diabetes insipidus terkendali setelah hari ke tujuh belas sejak tegak
diagnosis diabetes insipidus. Total lama perawatan pasien ini di Rumah Sakit Mayapada adalah dua bulan

21
METODE PICO
COMPARACTION

Insiden central diabetes insipidus pada pasien neuroanestesi bervariasi. Pada pasien pasca craniotomy sekitar
6,7%, pada pasien pasca operasi aneurisma sekitar 4% dan pada pasien pasca cedera otak traumatika sekitar 2
%.6 Yang harus diingat walaupun angka kejadiannya kecil tetapi memiliki angka morbiditas dan mortalitas
yang besar (74%).8 Karena itu yang harus jadi panduannya adalah kapan harus dipertimbangkan kemungkinan
diagnosis dari central diabetes insipidus ini terjadi pada pasien. Onset dari central diabetes insipidus juga
bervariasi ada yang menyebutkan onset bisa terjadi dini yaitu segera setelah cedera otak traumatika, satu bulan
setelah cedera kepala bahkan hingga tiga bulan setelah cedera kepala.2,9 Pada pasien ini central diabetes
insipidus terjadi setelah satu bulan pasca cedera otak traumatika. Polyuria adalah tanda pertama yang harus
dipertimbangkan untuk kasus ini

22
METODE PICO
OUTCOME

Tidak ada waktu yang pasti kapan central diabetes insipidus akan tampil secara klinis pada pasien cedera otak
traumatika. Karena ia dapat bermanifes beberapa hari setelah trauma hingga 3 bulan setelah trauma terjadi.
Mengenali gejala seperti produksi urin yang meningkat, terjadinya hypernatremia, penurunan osmolalitas urin
menjadi tanda yang harus dipertimbangkan pada penegakkan diagnosis dari central diabetes insipidus.
Pengelolaan central diabetes insipidus disamping menggunakan desmopressin spray atau oral yang tidak boleh
dilupakan adalah penggantian cairan yang hilang.

23
KASUS SIADH

Judul Jurnal : KEJADIAN HIPONATREMIA BERAT AKIBAT SYDROME OF INAPPROPRIATE


ANTIDIURETIC HORMONE DAN PNEUMONIA ASPIRASI PADA MAKROADENOMA
HIPOFISIS, RUMAH SAKIT UMUN PUSAT NASIONAL CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA
Peneliti : Bob Firman, Dita Aditianingsih, Indro Mulyono
Ringkasan Jurnal :
Adenoma hipofisis merupakan tumor hipofisis yang paling sering ditemukan pada kasus neoplasma
intrakranial. Tumor ini bersifat jinak, tak terdeteksi sampai terjadinya gangguan hormonal. Kadang
terdeteksi pada pemeriksaan MRI secara insidental, dan biasanya kecil. Ukuran tumor sangat bervariasi
dan bisa terdapat di bagian anterior atau posterior dari hipofise atau terjepit didaerah sella tursica.
Daerah sella tursica merupakan daerah yang sempit, pembesaran sekitar 10 mm akan menyebabkan
penekanan pada jaringan sekitar. Terganggunya hipofise bagian posterior, dapat terjadi gangguan Anti
Diuretic Hormone sehingga menimbulkan kejadian SIADH (Syndrome Inappropriate of Anti Diuretic
Hormone).

24
Lanjutan Ringkasan Jurnal

SIADH mengakibatkan retensi cairan tubuh yang selanjutnya dapat menyebabkan hiponatremia ringan
atau berat. Hiponatremia berat dapat mengakibatkan gangguan kesadaran sampai dengan koma.
Hiponatremia adalah suatu kondisi kadar natrium dalam darah lebih rendah dari 135 mmol/L, meskipun
sebagian besar pasien dengan hiponatremia bisa bersifat asimptomatik. Hiponatremia paling baik
diterapi dengan cara menaikkan secara perlahan kadar natrium darah pasien, dan sebagian besar para
ahli sepakat bahwa usaha penaikan kadar natrium darah tersebut tidak boleh melebihi 10-12 mEq/L per
harinya. SIADH adalah suatu keadaan terjadinya peningkatan pelepasan ADH dari hipofisis posterior
tanpa adanya rangsangan normal untuk melepaskan ADH. Pengeluaran ADH yang berlanjut
menyebabkan retensi air dari tubulus ginjal dan duktus koligentes, sehingga terjadi peningkatan volume
cairan ekstra seluler dengan hiponatremia. Kondisi hiponatremia dapat menekan renin dan aldosteron
yang menyebabkan penurunan natrium diabsorbsi oleh tubulus proximal.

25
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tujuan mengetahui adanya kejadian hyponatremia berat akibat dari
syndrome of inappropriate antidiuretic hormone dan pneumonia aspirasi pada makroadenoma hipofisis dan
penatalaksanaanya.
Kelebihan dan Kekurangan Penelitian
a. Kelebihan
1) Pada penelitian ini menggunakan metode studi kasus sehingga pembaca dapat mengetahui konsis pasien
dengan melihat data yang ada.
2) Peneliti menjelaskan kondisi pasien dengan jelas dan rinci.
3) Peneliti menjelaskan kondisi pasien dari awal hingga selama masa perawatan dengan jelas.
b. Kekurangan
1) Peneliti hanya menggunakan 1 responde sebagai studi kasus sehingga tidak kasus yang dapat menjadi
perbandingan.
 
26
METODE PICO
PROBLEM/POPULATION/PATIENT
Penelitian ini mengguankan metode studi kasus. Pada pasien pria usia 70 tahun dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 12
jam sebelum masuk rumah sakit datang ke IGD. Pasien sulit diajak bicara, cenderung mengantuk, dan susah dibangunkan.
Keluhan sesak nafas dan demam tidak didapatkan. Pada 2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh seluruh badan
terasa lemas, bahkan sempat terjatuh dua kali dirumah. Dua minggu sebelum masuk rumah sakit pasien menjalani operasi
Trans Urethal Resection of the Prostate (TURP), dan dirawat selama empat hari. Pada saat p di Instalasi Gawat Daruarat (IGD)
pasien mengalami muntah berwarna coklat kehitaman dan tersedak disertai sesak nafas dan kemudian terjadi desaturasi.
Terhadap pasien dilakukan suctioning dan selanjutnya dilakukan intubasi, ditemukan cairan coklat kehitaman pada pipa
endotrakeal. Riwayat penyakit hipertensi, diabetes, sakit jantung, sakit ginjal sebelumnya pada pasien disangkal . Tiga bulan
sebelum masuk rumah sakit pasien ada riwayat penurunan kesadaran dan dirawat di Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo
(RSCM) Jakarta dan dirawat 10 hari, dan dilakukan CT Scan kepala, MRI, dan DSA. Hasil MRI ditemukan tumor intra sella namun
belum ada rencana tindakan. Pasien pulang dalam kondisi baik, bisa beraktivitas dan berkomunikasi. Setelah dilakukan
pemerikasaan dan perawatan hasil laoratorium menunjukkan pasien dengan mengalami hyponatremia 109 mmol/L serta
hipoklorida 82 mmol/L.

27
METODE PICO
INTERVENTION

Pada penelitian ini intervensi awal yang dilakukan adalah suction dan intubasi untuk menangani pasien yang
mengalami muntah dan tersedak disertai sesak napas kemudian terjadi desaturasi. Intervensi selanjutnya
adalah dengan pemberian larutan NaCl 3% 500 m/24 jam, dan dilakukan kultur sputum dan darah. Antibiotik
diberiakn meropenem 3x1 gr, lenofloxacin 1x750 mg. inhalasi Ventolin bisolvon, serta omeprazole drip 200
mg/24 jam intravena. Pada hari ketiga keadaan natrium pasien sudah membaik maka pemeberian NaCl 3%
distop diganti dengan NaCl 0.9% 500ml/24jam. Hipokalemia yang terjadi dikoreksi dengan KCl 50meq/6jam.

28
METODE PICO
COMPARATION/TREATMENT

Pada jurnal “Kejadain Hiponatremia Berat Akibat Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone dan
Pneumonia Aspirasi pada Makroadenoma Hipofisis, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo
Jakarta” peneliti menggunakan metode studi kasus pada seorang pasien pria berusia 70 tahun dengan
hyponatremia. Intervensi yang digunakan peneliti pada pneumonia aspirasi dilakukan dengan suction aspirat dan
intubasi dan diberikan antibiotic broad spectrum dan pada kasus hyponatremia diberikan larutan NaCl 3% 500
m/24 jam, dan dilakukan kultur sputum dan darah. Antibiotik diberiakn meropenem 3x1 gr, lenofloxacin 1x750
mg. inhalasi Ventolin bisolvon, serta omeprazole drip 200 mg/24 jam intravena. Hasil setelah dilakukan tindakan
tersebut yaitu kadar natrium pasien membaik pada hari ketiga dari sebelumnya 109 mmol/L menjadi 128 mmol/L,
hasil pemeriksaan elektrolit urin dalam batas normal, sedangkan osmolaritas urin rendah, dan kesadran pasien
membaik. Hari keenam hemodinamik stabil, kesadaran baik. Pasien dapat di ekstubasi. Hasil foto thorak ulangan
melihatkan infiltrat di perihiller kedua paru relatif berkurang. Dari demikian, terdapat perbaikan status kondisi
pasien setalah tindakan dan sebelum tindakan diberikan.

29
METODE PICO
OUTCOME

Pada penelitian ini terbukti adanya pengaruh pemberian larutan NaCl dan Antibiotik dapat meningkatkan
kadar natrium pada pasien hyponatremia dan elektrolit urin dalam batas normal. Kadar natrium sebelum di
rawat adalah 109 mmol/L menjadi 128 mmol/L setelah hari ketiga perawatan. Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa pemeberian larutan NaCl berpengaruh dalam meningkatkan kadar natrium. Prognosis
pasien ini baik terutama bila adenoma hipofise sebagai penyebab dibuang. Atau bisa juga dengan subsitusi
NaCl capsul sebagai konsumsi harian untuk menjaga level natrium yang normal, dengan kontrol natrium rutin
Penelitian ini dapat diterapkan serta dikembangkan disetiap pusat pelayanan Kesehatan.

30
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

31

Anda mungkin juga menyukai