Pembimbing Akademik:
Ns. Elis Hartati, M.Kep.
Ns. Artika Nurrahima, M.Kep.
Pembimbing Klinik:
Emilna Prabanurwin, S.Kep
Oleh:
22020119210085
Email : iffahnuramalia@gmail.com
Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan saya yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Gerontik Di Ruang Geriatri Lantai Dasar RSUP Dr. Kariadi
Semarang” bebas dari plagiarisme dan bukan merupakan hasil karya orang lain.
Apabila kemudian hari ditemukan sebagian atau seluruh bagian dari laporan ini
terindikasi plagiarism, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan
akademik yang sudah ditetapkan UNDIP.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa unsur paksaan
dari siapapun.
Yang menyatakan,
A. Latar Belakang
Kelenjar tiroid merupakan organ terbesar dari sistem endokrin. Kelenjar
tiroid berbentuk kupu-kupu yang terletak dibawah jakun, pada umumnya tidak
dapat dilihat maupun dirasakan. Kelenjar ini menghasilkan hormon tiroid yang
yang berfungsi mengatur metabolisme tubuh Anda dalam banyak cara, termasuk
seberapa cepat Anda membakar kalori dan seberapa cepat jantung Anda berdenyut.
Gangguan kelenjar tiroid memberikan manifestasi klinis tersering dibandingkan
dengan organ sistem endokrin lainnya (La Vecci, et.al., 2015). Tumor tiroid
merupakan pertumbuhan abnormal dari kelenjar tiroid, dimana dapat berupa tumor
jinak ataupun tumor ganas seperti tipe papiler, folikular, medular, atau tipe
anaplastik. Angka kejadian dari tumor tiroid cenderung meningkat, hampir 95%
tumor kelenjar endokrin berasal dari tiroid, walaupun angka kejadiannya hanya
berkisar 2,5% dari seluruh kanker (National Cancer Institute, 2019). Kanker tiroid
tipe papiler dan folikular merupakan tipe kanker tiroid yang terbanyak, dengan
angka kejadian berkisar 80-90%, diikuti dengan karsinoma anaplastik, medular,
limfoma, dan jenis yang jarang yaitu karsinoma sel skuamosa dan sarcoma
(American Thyroid Association, 2019).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami masalah kanker tiroid
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada pasien dengan kanker tiroid
b. Mahasiswa memahami rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan
kanker tiroid secara umum
c. Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan keperawatan pada Ny. N
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Tiroid adalah kelenjar endokrin yang memproduksi hormon tiroid, yang
bertugas meningkatkan metabolisme sel dan sintesis protein. Tiroid berperan
penting dalam produksi dan pengaturan hormon, serta pengaturan fungsi
metabolisme. Kelenjar ini mengeluarkan tiga hormon yaitu T3 (triiodothyronine)
dan T4 (tiroksin), yang mengendalikan metabolisme, serta kalsitonin yang
mengatur kadar kalsium dalam darah.
Karsinoma tiroid atau kanker tiroid merupakan suatu kanker pada kelenjar
tiroid atau kelenjar getah bening pada sistem endokrin. Kanker tiroid merupakan
kanker yang menyerang organ tiroid, dan dapat berasal dari sel folikuler (penghasil
hormon tiroid) maupun sel parafolikuler (penghasil kalsitonin). Gejala yang umum
dari penyakit ini adalah adanya nodul tiroid soliter yang dapat teraba dan tidak
nyeri. Kanker tiroid memiliki prognosis cukup baik, dengan kesintasan 10 tahun
mencapai lebih dari 95%, namun terdapat juga subtipe langka dengan angka
mortalitas mencapai lebih dari 90% (kanker tiroid anaplastik) (Dralle, et.al., 2015).
Kanker tiroid disebabkan oleh alterasi genetik yang terakumulasi yang
menyebabkan proliferasi tak terkendali dari sel-sel tiroid. Faktor-faktor risiko di
antaranya paparan radiasi, asupan yodium yang tidak optimal, dan obesitas (Dralle,
et.al., 2015). Poin diagnosis utama untuk pasien dengan nodul tiroid soliter adalah
membedakan apakah nodul tersebut merupakan kanker tiroid atau hanya tumor
jinak. Hal ini dapat dievaluasi berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
(mencakup pemeriksaan kepala dan leher secara menyeluruh serta penggunaan
laringoskopi indirek). Evaluasi didukung dengan pemeriksaan kadar thyroid-
stimulating hormone (TSH) untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan
pemeriksaan biopsi aspirasi jarum halus (fine-needle aspiration biopsy / FNAB).
Pemeriksaan FNAB selain untuk menentukan ada tidaknya keganasan juga
bermanfaat untuk memandu pilihan tata laksana (Rashid et.al., 2018).
Penatalaksanaan kanker tiroid yang utama adalah pembedahan dan ablasi
dengan radioactive iodine. Pembedahan berupa tiroidektomi total atau lobektomi,
tetapi komplikasi pembedahan seperti hipokalsemia, depresi, gangguan ingatan,
dan hipoparatiroidisme iatrogenik dapat menurunkan kualitas hidup pasien (Rashid
et.al., 2018).
Kebanyakan karsinoma tiroid merupakan lesi well differentiated dengan subtipe
mayor karsinoma tiroid yang sering ditemukan yaitu :
• Karsinoma papiler (75%-85% kasus), merupakan jenis kanker tiroid yang
paling sering terjadi. Kanker ini paling sering dialami oleh wanita di bawah usia
40 tahun.
• Karsinoma folikular (10%-29% kasus), satu dari 10 kejadian kanker tiroid
merupakan jenis folikuler.
• Karsinoma meduler (5% kasus), merupakan jenis kanker tiroid yang jarang
terjadi.
• Karsinoma anaplastik (<5% kasus), jenis kanker ini merupakan kanker tiroid
yang paling jarang ditemui, namun jenis yang paling ganas. Umumnya terjadi
pada mereka yang berusia 60 tahun ke atas.
B. Etiologi
Etiologi kanker tiroid adalah akumulasi dari alterasi genetik dan epigenetik
yang tidak dapat diperbaiki, yang mengakibatkan terjadinya proliferasi tak
terkendali sel-sel tiroid. Mutasi genetik dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
paparan radiasi, konsumsi yodium yang kurang atau berlebihan, hingga obesitas.
Hingga saat ini, berbagai gen target mutasi penyebab kanker tiroid telah ditemukan.
Gen yang paling sering mengalami mutasi adalah gen BRAF. Mutasi gen BRAF
ditemukan pada 29-69% karsinoma tiroid papiler, dan ditemukan juga pada
karsinoma defisiensi buruk dan karsinoma anaplastic (Kluijfhout et.al., 2017).
Alterasi genetik lain yang sering ditemukan pada kanker tiroid di antaranya
gen RAS dan PPARG yang lebih sering ditemukan pada karsinoma tiroid folikuler,
RET dan NTRK1 yang sering ditemukan pada karsinoma tiroid papiler, serta
CTNNB1 dan TP53 yang paling sering ditemukan pada karsinoma tiroid anaplastic
(Dralle, et.al., 2015)..
Faktor-faktor yang telah diketahui secara pasti meningkatkan risiko terjadinya
kanker tiroid, menurut Yamashita et.al., 2018 di antaranya:
▪ Paparan radiasi
▪ Konsumsi yodium (baik asupan yang kurang maupun asupan yang berlebihan)
▪ Obesitas
▪ Usia muda pada saat paparan radiasi
▪ Jenis kelamin wanita (risiko sekitar 3 kali lipat dibanding pria)
▪ Riwayat keluarga karsinoma tiroid
▪ Riwayat keluarga penyakit sindrom (poliposis adenomatosa familial, sindrom
Gardner, penyakit Cowden, sindrom Werner)
Faktor-faktor lain yang diperkirakan mempengaruhi terjadinya kanker tiroid,
namun belum dapat dibuktikan secara pasti di antaranya:
▪ Asupan boron berlebihan
▪ Asupan zat besi berlebihan
▪ Kandungan zat kimia dalam air pada daerah sekitar gunung berapi
Transplantasi organ diperkirakan mengakibatkan risiko kanker tiroid meningkat
pada resipien berdasarkan data epidemiologi. Namun, studi menunjukkan
peningkatan risiko tersebut tidak signifikan secara statistik, kecuali pada
pasien transplantasi ginjal. Oleh karena data terkait risiko kanker tiroid
transplantasi masih dalam perdebatan, diperlukan kehati-hatian dalam
menyatakan transplantasi organ lain sebagai bukan faktor risiko.
C. Patofisiologi dan Pathway
1. Patofisiologi
Patofisiologi kanker tiroid bermula dari alterasi genetik, baik berupa mutasi titik
(point mutation) maupun aberasi kromosom (chromosomal rearrangements).
Tumor dapat berawal dari dua jenis sel, yaitu sel folikuler dan sel
neuroendokrin.
a. Waktu Inisiasi Kanker Tiroid
Terdapat beberapa teori mengenai waktu inisiasi kanker tiroid. Sebelumnya,
inisiasi kanker tiroid diperkirakan terjadi pada usia tua, namun teori baru
memperkirakan inisiasi kanker tiroid terjadi pada awal masa kehidupan.
Pada awalnya, sel tumor berkembang dengan lambat, namun beberapa sel
kemudian mengalami tambahan alterasi genetik, yang mengakibatkan
perubahan menjadi sel tumor yang lebih agresif (Takano T, 2017).
b. Nodul Tiroid dan Metastasis
Proliferasi sel-sel tumor pada kanker tiroid dapat mengakibatkan
terbentuknya nodul pada organ tiroid. Dua pertiga pasien mengalami tanda
kasat mata pada organ tiroid, dengan kebanyakan nodul berukuran 2-2.5 cm
(Carling T, 2014). Namun, tidak semua nodul pada organ tiroid merupakan
neoplasma ganas. Dari seluruh nodul yang jinak pada pemeriksaan
ultrasonografi dan sitologi, hanya 0,3% berkembang menjadi ganas (Durante
et.al., 2015). Sel tumor yang agresif dapat mengalami metastasis ke kelenjar
getah bening melalui invasi lokal dan ke organ lain seperti paru, tulang, dan
otak secara hematogenik, dan merupakan prediktor mortalitas pada pasien
(Carling T, 2014).
c. Kanker Tiroid yang berasal dari Sel Folikuler
Kanker tiroid yang berasal dari sel folikuler dibagi menjadi kanker dengan
diferensiasi baik, diferensiasi buruk, dan tidak berdiferensiasi (anaplastik).
Sel folikuler merupakan sel pada organ tiroid yang berfungsi memproduksi
hormon tiroid (Dralle, et.al., 2015).
- Diferensiasi Baik
Kanker dengan diferensiasi baik merupakan kanker tiroid terbanyak
(95% dari seluruh kasus kanker tiroid) dan dibagi menjadi kanker tiroid
papiler (mencapai 80-85% kasus) dan kanker tiroid folikuler (10-15%).
Kedua kanker ini memiliki prognosis yang sangat baik, terutama pada
pasien muda. Namun, kanker tiroid folikuler memiliki risiko metastasis
hematogenik yang lebih tinggi dibandingkan kanker tiroid papiler
(Dralle, et.al., 2015).
- Diferensiasi Buruk
Kanker dengan diferensiasi buruk memiliki risiko metastasis
hematogenik yang tinggi, dan bersifat lebih agresif dibandingkan kanker
dengan diferensiasi baik. Kanker tiroid dengan diferensiasi buruk
mencapai <2% dari seluruh kasus kanker tiroid (Dralle, et.al., 2015).
- Tidak Berdiferensiasi (Anaplastik)
Kanker tiroid anaplastik merupakan kanker tiroid dengan prognosis
buruk dan pertumbuhan tumor yang cepat. Kanker tiroid anaplastik
dapat terbentuk de novo atau muncul dari kanker tiroid dengan
diferensiasi baik. Kanker ini merupakan kasus langka, dengan jumlah
kasus <1% (Cabanillas et.al., 2016).
d. Kanker Tiroid yang berasal dari Sel Neuroendokrin
Kanker tiroid yang berasal dari sel neuroendokrin disebut juga kanker
tiroid medular. Jumlahnya berkisar antara 1-2% dari seluruh kasus kanker
tiroid. Kanker tiroid medular berasal dari sel-sel parafolikuler, yaitu sel
neuroendokrin yang berfungsi mensekresi kalsitonin (Cabanillas et.al.,
2016).
D. Manifestasi Klinis
Nodul tanpa nyeri pada tiroi atau pada leher biasanya merupakan tanda
awal adanya penyakit. Keterlibatan limfonodi servikal sering timbul pada awal
diagnosis. Setiap pembesaran limfonodi servikalis yang tidak terjelaskan
memerlukan pemeriksaan tiroid, yang kadang kadang menderita tumor primer
yang sangat kecil untuk diraba, diagnosisnya didasarkan pada hasil biopsy
limfonodi. Paru paru merupakan tempat metastase yang paling lazim di luar
leher. Mungkin tidakada menifestasi klinis yang dapat diacu padanya, secara
rontgenografis, tumor ini tampak sebagai infiltrasi nodular atau milies difus,
terutama bagian basal. Tumor ini mungkin terkelirukan dengan TBC,
histoplasmosis atau sarkoidosis. Tempat tempat matastasis lain meliputi
mediatinum, tulang panjang, tulang tengkorak dan aksilla.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid
belum ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon
dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada
karsinoma tiroid dapat terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human
Tiroglobulin (HTG) Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker
tiroid diferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker
tiroid, namun peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total merupakan
indikator tumor residif atau tumbuh kembali (barsano). Kadar kalsitonin dalam
serum dapat ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.
2. Radiologis
a. Foto X-Ray
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan
untuk melihat obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat
kalsifikasi pada massa tumor. Pada karsinoma papiler dengan badan-badan
psamoma dapat terlihat kalsifikasi halus yang disertai stippledcalcification,
sedangkan pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih jelas di massa tumor.
Kadang-kadang kalsifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma pada
kelenjar getah bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk
survey metastasis pada pary dan tulang. Apabila ada keluhan disfagia, maka
foto barium meal perlu untuk melihat adanya infiltrasi tumor pada
esophagus.
b. Ultrasound
Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat,
namun cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu
tehnik yang lebih sederhana dan murah.
c. Computerized Tomografi
CT-Scan dipergunakan untuk melihat perluasan tumor, namun tidak dapat
membedakan secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor
tiroid.
d. Scintisgrafi
Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold
nodule. Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan
juga sebagai penuntun bagi biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen
yang adekuat.
e. Biopsi Aspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai
prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor
tiroid. Teknik dan peralatan sangat sederhana, biaya murah dan akurasi
diagnostiknya tinggi. Dengan mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan
jarum no.22 – 23 serta alat pemegang, sediaan aspirator tumor diambil untuk
pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat diidentifikasi
karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan
karsinoma meduler.
H. Penatalaksanaan
Secara umum, penatalaksanaan kanker tiroid adalah:
1. Operasi
Pada kanker tiroid yang masih berdeferensiasi baik, tindakan tiroidektomi
(operasi pengambilan tiroid) total merupakan pilihan untuk mengangkat
sebanyak mungkin jaringan tumor. Pertimbangan dari tindakan ini antara
lain 60-85% pasien dengan kanker jenis papilare ditemukan di kedua lobus.
5-10% kekambuhan terjadi pada lobus kontralateral, sesudah operasi
unilateral.
2. Terapi Ablasi Iodium Radioaktif
Terapi ini diberikan pada pasien yang sudah menjalani tiroidektomi total
dengan maksud mematikan sisa sel kanker post operasi dan meningkatkan
spesifisitas sidik tiroid untuk deteksi kekambuhan atau penyebaran kanker.
Terapi ablasi tidak dianjurkan pada pasien dengan tumor soliter berdiameter
kurang 1mm, kecuali ditemukan adanya penyebaran.
3. Terapi Supresi L-Tiroksin
Supresi terhadap TSH pada kanker tiroid pascaoperasi dipertimbangkan
karena adanya reseptor TSH di sel kanker tiroid bila tidak ditekan akan
merangsang pertumbuhan sel-sel ganas yang tertinggal. Harus juga
dipertimbangkan segi untung ruginya dengan terapi ini. Karena pada jangka
panjang (7-15 tahun) bisa menyebabkan gangguan metabolisme tulang dan
bisa meningkatkan risiko patah tulang.
Secara khusus (berdasarkan klasifikasi kanker tiroid), penatalaksanaan kanker
tiroid adalah:
1. Penatalaksanaan Kanker Papiler
Kanker ini diatasi dengan tindakan pembedahan, yang kadang melibatkan
pengangkatan kelenjar getah bening di sekitarnya. Nodul dengan diameter
lebih kecil dari 1,9 cm diangkat bersamaan dengan kelenjar tiroid di
sekitarnya, meskipun beberapa ahli menganjurkan untuk mengangkat
seluruh kelenjar tiroid. Pembedahan hampir selalu bisa menyembuhkan
kanker ini. Diberikan hormon tiroid dalam dosis yang cukup untuk menekan
pelepasan TSH dan membantu mencegah kekambuhan. Jika nodulnya lebih
besar, maka biasanya dilakukan pengangkatan sebagian besar atau seluruh
kelenjar tiroid dan seringkali diberikan yodium radioaktif, dengan harapan
bahwa jaringan tiroid yang tersisa atau kanker yang telah menyebar akan
menyerapnya dan hancur. Dosis yodium radioaktif lainnya mungkin
diperlukan untuk memastikan bahwa keseluruhan kanker telah dihancurkan.
Kanker papiler hampir selalu dapat disembuhkan.
2. Penatalaksanaan Kanker Folikuler
Pengobatan untuk kanker ini adalah pengangkatan sebanyak mungkin
kelenjar tiroid dan pemberian yodium radioaktif untuk menghancurkan
jaringan maupun sel kanker yang tersisa.
3. Penatalaksanaan Kanker Anaplastik
Pemberian yodium radioaktif tidak berguna karena kanker tidak menyerap
yodium radioaktif. Pemberian obat anti kanker dan terapi penyinaran
sebelum dan setelah pembedahan memberikan hasil yang cukup
memuaskan. Operasi reseksi diikuti radiasi dan kemoterapi.
4. Penatalaksanaan Kanker Meduler
Pengobatannya meliputi pengangkatan seluruh kelenjar tiroid.
Lebih dari 2/3 penderita kanker meduler yang merupakan bagian dari
sindroma neoplasia endokrin multipel, bertahan hidup 10 tahun; jika kanker
meduler berdiri sendiri, maka angka harapan hidup penderitanya tidak
sebaik itu. Kadang kanker ini diturunkan, karena itu seseorang yang
memiliki hubungan darah dengan penderita kanker meduler, sebaiknya
menjalani penyaringan untuk kelainan genetik. Jika hasilnya negatif, maka
hampir dapat dipastikan orang tersebut tidak akan menderita kanker
meduler. Jika hasilnya positif, maka dia akan menderita kanker meduler;
sehingga harus dipertimbangkan untuk menjalani pengangkatan tiroid
meskipun gejalanya belum timbul dan kadar kalsitonin darah belum
meningkat. Kadar kalsitonin yang tinggi atau peningkatan kadar kalsitonin
yang berlebihan setelah dilakukan tes perangsangan, juga membantu dalam
meramalkan apakah seseorang akan menderita kanker meduler.
I. Diagnosa Keperawatan & Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien kanker tiroid:
1. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara, kerusakan
saraf laring.
- Libatkan keluarga untuk membantu memahami apa yang dibicarakan oleh
pasien.
- Dengarkan pasien saat berbicara dengan penuh perhatian.
- Gunakan kata dan kalimat yang sederhana saat berbicara dengan pasien.
- Gunakan papan tulis/gambar bagi pasien untuk mengungkapkan
kebutuhannya.
- Anjurkan pada pasien dan keluarga untuk menggunakan alat bantu suara.
2. Nyeri kronis berhubungan dengan luka kanker
- Kaji ulang secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik,
penjalaran, keparahan, kualitas, factor pencetus
- Observasi isyarat non verbal atas ketidaknyamanan
- Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui tanggapan
pasien terhadap nyeri yang dialami
- Monitoring perubahan nyeri
- Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien atas
ketidak nyamanan misalnya suhu ruang
- Ajarkan teknik nonfarmakologikal (kompres dingin, relaksasi, guided
imagery) sebelum, selama, dan setelah nyeri
- Kolaborasi medis pemberian analgetik
- Pastikan pasien menerima perawatan analgetik yang tepat
3. Kerusakan menelan berhubungan dengan tumor laringeal (kanker tiroid).
- Hindarkan minum minuman bersoda
- Bantu pasien memilih posisi yang nyaman saat makan
- Anjurkan pasien untuk memfleksikan kepalanya ke depan saat makan unutk
mendukung menelan
- Monitor tanda dan gejala aspirasi
- Monitor pergerakkan lidah saat makan
- Anjurkan pasien menjangkau makanan yang ada di bibir dan sekitar mulut
dengan lidah
- Monitor intake dan output makanan dan minuman, turgor kulit, mukosa
mulut
- Sediakan perawatan mulut
- Kolaborasi dengan ahli diet konsultasi tentang kebutuhan nutrisi pasien
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat.
- Ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori.
- Berikan makan sedikit tapi sering
- Berikan perawatan mulut sering dan sebelum makan.
- Timbang berat badan sesuai indikasi.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
- Tawarkan diet tinggi kalori, tinggi protein (TKTP).
- Berikan suplemen vitamin (A, B kompleks, C dan K)
- Motivasi klien untuk melakukan latihan yang diselingi istirahat.
- Motivasi dan bantu klien untuk melakukan latihan dengan periode waktu
yang ditingkatkan secara bertahap.
6. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai penyakit,
kondisi dan prosedur penatalaksanaan penyakit
a. Pengajaran : Proses Penyakit
- Jelaskan patofisiologi penyakit dan hubungannya dengan anatomi dan
fisiologi
- Jelaskan tanda dan gejala penyakit
- Jelaskan kemungkinan komplikasi penyakit
- Identifikasi penyebab
- Informasikan tentang kondisi pasien
- Diskusikan perubahan gaya hidup untuk mencegah komplikasi dan
mengontrol penyakit
- Diskusikan pilihan terapi
- Instruksikan pasien agar melaporkan bila terjadi tanda dan gejala guna
tindakan perawatan
- Kolaborasi tenaga kesehatan lain untuk memberikan informasi kepada
pasien tentang penyakit.
b. Pengajaran : Prosedur treatment
A. PENGKAJIAN
Nama pasien (Inisial) : Ny. N
No. RM : C781XXX
TTL/Usia : 03/05/1957
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal masuk : 19 Desember 2019 pukul 19.00 WIB
Tanggal pengkajian : 20 Januari 2020 pukul 12.30 WIB
Ruang rawat : Geriatric Lantai Dasar
Diagnosa : Papillary Tyroid Carcinoma
Pemeriksaan fisik umum
Kebutuhan Eliminasi
- Frekuensi BAK : ±8-9x/hari Jumlah : 2000 cc
Keluarga Klien mengatakan buang air kecil klien lancar, sama seperti sebelum
sakit.
- Frekuensi BAB : belum BAB
Warna : - Bau : -, Konsistensi : -
- Tanggal terakhir BAB : 18 Januari 2020 pagi hari
Kebutuhan Persepsi/Sensori
- Penglihatan : buruk
- Pendengaran : buruk
- Penciuman : buruk
- Pengecapan : buruk
- Perabaan : baik
Kebutuhan Komunikasi
- Berbicara : tidak lancar
- Pembicaraan : tidak koheren
- Disorientasi : Ya
- Menarik Diri : Tidak
- Apatis : Tidak
Kebutuhan Spiritual
- Kegiatan ibadah yang dilakukan sehari – hari : Klien tidak dapat berdoa atau
sholat.
Kebutuhan Istirahat
- Lama tidur : ± 6 jam/hari Frekuensi : 2 x/hari (siang, malam)
- Penggunaan obat tidur : Tidak.
Alergi : penisilin
Skrining Gizi
No Deskripsi Skor A Skor B Skor C
1 Perubahan Berat Badan
Bila pasien/keluarga tidak tahu, tanyakan: Ada,
Tidak ada Ada, Cepat
- Perubahan ukuran pakaian lambat
- Apakah terlihat lebih kurus
2 Asupan makan dan perubahan dalam 2
minggu terakhir Cukup Menurun NGT
Keterangan :
Tingkatan Risiko Nilai MFS Tindakan
Tidak berisiko 0 – 24 Intervensi setiap shift
Risiko rendah 25 – 44 Intervensi setiap 6 jam
Risiko tinggi ≥ 45 Intervensi setiap 4 jam
No Pertanyaan Jawaban
Betul Salah
1 Tanggal berapa hari ini? V
2 Hari apa sekarang ? V
3 Apa nama tempat ini ? V
4 Berapa nomor telepon anda ? V
Dimana alamat anda ?
(tanyakan bila tidak memiliki
telepon )
5 Berapa umur anda ? V
6 Kapan anda lahir ? V
7 Siapa presiden indonesia V
sekarang ?
8 Siapa presiden sebelumnya ? V
9 Siapa nama ibu anda ? V
10 Berapa 20 dikurangi 3 ? V
Berapa 5 ditambah 3 ?
Total 7
Pemeriksaan Fisik
No Bagian/region Hasil Pemeriksaan
1 Kepala Inspeksi: Rambut berwarna hitam keputihan, bentuk kepala
mesocephal, kulit kepala bersih, penyebaran rambut merata
Palpasi : Tidak teraba massa/benjolan, tidak ada nyeri tekan
Kulit Kepala
2 Wajah/Muka Inspeksi: Bentuk wajah bulat, bibir mencong
Pemeriksaan penunjang
Tanggal 16 Januari 2020
5 Levotiroksin 100 mg/ Per Terapi pengganti hormon Hipotiroidisme. 1. Gangguan tiroid Sakit kepala, kejang otot,
24 jam oral untuk kondisi berupa tremor, gelisah dan
hipotiroidisme baik karena tirotoksikosis atau cemas,nyeri dada, sesak
kekurangan produksi kondisi kelebihan napas, hingga detak jantung
hormon tiroid, maupun hormon tiroid yang meningkat atau
karena pasien telah 2. Gangguan jantung, berdebar. Tanda alerhi: sulit
menjalani tiroidektomi berupa penyakit bernapas, bengkak di wajah,
(kongenital atau didapat). pembuluh darah bibir, lidah hingga
koroner, atau tenggorokan.
riwayat adanya
sumbatan pembuluh
darah
3. Diabetes (insulin
atau obat diabetes
akan mengalami
penyesuaian ketika
mengonsumsi
levotiroksin)
4. Anemia
(kekurangan jumlah
sel darah merah)
5. Penyakit gangguan
pembekuan darah
6. Memiliki masalah
dengan kelenjar
hipofisis
7. Terdapat riwayat
alergi obat atau
makanan
8. Penyakit kelenjar
adrenal yang tidak
diterapi atau tidak
terkontrol
9. Mengonsumsi obat
pengencer darah
seperti warfarin,
atau obat gangguan
irama jantung
seperti digoksin
10. Sedang mengalami
serangan jantung
atau memiliki gejala
serangan jantung
(nyeri dada seperti
ditekan beban berat,
yang menjalar ke
rahang atau bahu,
mual, berkeringat,
hingga kelemahan
tubuh)
11. Sedang dalam terapi
radiasi
menggunakan iodin
(misalnya I-131)
B. ANALISA DATA
3 4
- Indeks barthel 4
(ketergantungan berat)
3 Senin/ 20 DS: - Risiko infeksi Risiko infeksi (00004) Iffah
Januari DO:
2020 - Terdapat luka eksisi
kanker
- Luka mengeluarkan pus
dan darah
- Lekosit 34,7 10^3/ uL
4 Senin/ 20 DS: Faktor Gangguan memori Gangguan memori berhubungan Iffah
Januari - Keluarga Ny. N psikologis: (D.0062) dengan faktor psikologis: depresi
2020 melaporkan 2 hari yang depresi (D.0062)
lalu Ny. M menunjukkan
tanda perubahan pola pikir
seperti tidak mampu
mengingat baik kejadian
yang baru saja terjadi atau
dimasa lampau
No Hari/Tgl Data Fokus Etiologi Masalah Diagnosa Keperawatan TTD
DO:
- Skor SPMSQ
menunjukkan 6 kesalahan
(gangguan sedang)
- Skor Geriatric
Depression Scale
menunjukkan 7 (depresi)
C. PRIORITAS MASALAH
Dx. Kep Prioritas Pembenaran
Nyeri kronis berhubungan dengan HIGH Diagnose ini ditetapkan sebagai high priority dengan pertimbangan sebagai berikut
agen pencedera: luka kanker (00133) Urgency : Nyeri kronis yang dialami klien sangat mengganggu aktivitas klien
Dampak : Nyeri kronis yang tidak segera di atasi dapat mengakibatkan
ketidaknyamanan dan penurunan kondisi pada klien
Keefektifan intervensi : intervensi yang diberikan kepada klien yaitu dengan
mengajarkan teknik relaksasi dan kolaborasi pemberian analgesik mampu mengurangi
intensitas nyeri yang dirasakan oleh klien
Hambatan mobilitas fisik berhubungan MEDIUM Diagnose ini ditetapkan sebagai medium priority dengan pertimbangan sebagai berikut
dengan fatigue (00090) Urgency : klien mengalami hambatan mobilitas fisik yang diakibatkan karena fatigue
apabila tidak segera di atasi maka dapat menurunkan kondisi fisik klien
Dampak : Hambatan mobilitas fisik yang tidak segera diatasi dapat mengakibatkan
seperti kelemahan otot dan luka dekubitus
Keefektifan klien : tindakan keperawatan yang dilakukan kepada klien yaitu tirah
baring dan ROM (pasif) dapat meningkatkan kekuatan otot dan mengurangi risiko
luka dekubitus
Risiko infeksi (00004) MEDIUM Diagnose ini ditetapkan sebagai medium priority dengan pertimbangan sebagai berikut
Dx. Kep Prioritas Pembenaran
Urgency : Klien mengalami risiko infeksi diakibatkan luka kanker yang sudah
bermetastase
Dampak : Risiko infeksi yang tidak segera diatasi dapat mengakibatkan penurunan
kondisi klien
Keefektifan klien : tindakan keperawatan yang dilakukan kepada klien yaitu
menerapkan tindakan aseptik terutama saat penggantian balutan luka dan monitor
tanda-tanda infeksi
Gangguan memori berhubungan LOW Diagnose keperawatan ini ditetapkan sebagai low priority dengan pertimbangan:
dengan faktor psikologis: depresi Urgency : Klien mengalami gangguan memori yang dapat berpengaruh pada kondisi
(D.0062)
psikologisnya
Dampak : Jika masalah ini belum teratasi maka dapat mengakibatkan masalah
demensia
Kefektifan intervensi : Senam otak dapat menstimulasi sel otak agar meningkatkan
aliran oksigen ke otak sehingga meningkatkan kerja otak
D. RENCANA KEPERAWATAN
NO Dx Keperawatan Tujuan Kode Intervensi Keperawatan TTD
Tujuan Umum Tujuan Khusus NIC
1 Nyeri kronis Setelah dilakukan Setelah dilakukan tindakan 1400 Manajemen Nyeri:
berhubungan tindakan keperawatan keperawatan selama 3X30 1. Kaji nyeri pasien secara komprehensif
dengan agen selama 3X24 Jam menit diharapkan nyeri klien 2. Kaji respon verbal dan non verbal
pencedera: luka diharapkan klien dapat berkurang dengan kriteria klien terhadap nyeri
kanker (00133) mengontrol nyeri hasil: 3. Ajarkan teknik yang dapat
dengan kriteria hasil: 1. Klien melakukan teknik mengontrol nyeri seperti latihan
1. Klien dapat relaksasi untuk relaksasi benson untuk mengurangi
melakukan mengurangi nyeri nyeri
manajemen nyeri 2. Klien meminum obat 4. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
yang sesuai analgesic 5. Dorong pasien untuk memonitor nyeri
2. Tingkat nyeri klien 3. Klien menerapkan teknik dan menangani nyeri dengan tepat
berkurang dari 6 relaksasi degan rutin 6. Kolaborasi dengan dokter pemberian
menjadi 3 4. Klien melaporkan adanya analgesik
penurunan nyeri 7. Ajarkan teknik relaksasi benson
2 Hambatan Setelah dilakukan Setelah dilakukan tindakan 4310 Terapi Aktivitas
mobilitas fisik tindakan keperawatan keperawatan selama 3X30 1. Informasikan terkait manfaat akan
berhubungan selama 3X24 Jam menit diharapkan fatigue latihan fisik.
dengan fatigue diharapkan tidak klien berkurang dengan 2. Jelaskan pada klien manfaat terapi
(00090) terjadi hambatan kriteria hasil: (ROM pasif)
mobilitas (NOC: 1300) 1. Klien tidak merasa lemah 3. Ajarkan klien melakukan ROM pasif
klien meningkat 2. Tidak terjadi kekakuan 4. Instruksikan individu terkait dengan
dengan kriteria hasil: sendi frekuensi, durasi dan intensitas
program latihan yang diinginkan.
NO Dx Keperawatan Tujuan Kode Intervensi Keperawatan TTD
Tujuan Umum Tujuan Khusus NIC
1. Klien dapat
bergerak minimal
miring kanan-kiri
2. Klien
menunjukkan
peningkatan
rentang gerak
seperti gerakan
menekuk tangan-
kaki, mengangkat
tangan-kaki
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan 6540 Kontrol Infeksi
(00004) tindakan keperawatan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
selama 3X24 Jam 2. Perawatan luka dengan ganti balut per
diharapkan tidak hari
terjadi keparahan 3. Selalu terapkan prinsip aseptic sebelum
infeksi (0703), dengan kontak dengan klien.
kriteria hasil: 4. Kolaborasi pemberian antibiotik
1. Tidak muncul
tanda-tanda infeksi
yaitu warna
kemerahan pada
luka, peningkatan
suhu tubuh, dan
tidak ada bau
NO Dx Keperawatan Tujuan Kode Intervensi Keperawatan TTD
Tujuan Umum Tujuan Khusus NIC
busuk dan cairan/
nanah pada luka.
08.00 (00090) - Klien membutuhkan bantuan dalam melakukan gerakan dan belum bisa
mandiri
WIB
- Kekuatan otot
5 5
3 4
Hasil dari implementasi tindakan senam otak pada Ny. M selama tiga
hari (hari ke-2 s/d ke-4) menunjukkan adanya penurunan skor SPMSQ.
Pengkajian ulang dilakukan pada hari ke- 4 dengan skor awal 6 menjadi 5. Hasil
intervensi tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Selama 3 hari intervensi,
klien hanya mampu melakukan 2 gerakan dengan kualitas gerakan masih belum
optimal, sehingga penerapan senam otak pada Ny. N belum optimal. Hal ini
disebabkan juga keterbatasan fisik klien dalam menyerap informasi baru dan
kelemahan fisiknya.
Kelemahan karena penyakit kanker atau Cancer Related Fatigue (CRF)
menurut National Comprehensive Cancer Network adalah suatu rasa
menyedihkan yang menetap, rasa kelelahan fisik secara subjektif, kelelahan
emosional dan atau kognitif yang dapat dihubungkan dengan kanker maupun
pengobatan kanker dan dapat mengganggu aktivitas atau fungsi seperti biasa
(Feng et.al., 2019). Cancer related fatigue (CRF) juga didefinisikan sebagai
perasaan kelelahan yang luar biasa terkait dengan tingginya tingkat tekanan atau
distress, ketidakseimbangan terhadap aktivitas pasien, dan tidak hilang dengan
tidur atau istirahat (Feng et.al., 2019). Hal ini umum terjadi pasien yang
menjalani keomterapi atau radiasi, Ny. N sudah melakukan terapi radiasi 1x
tanpa kemoterapi.
Tanda dan gejala cancer-related fatigue dapat dilihat dari kondisi fisik
(tidak aktif, malas, dan stres) dan kelelahan mental (berkurangnya kapasitas
perhatian, konsentrasi, belajar, dan kehilangan ingatan jangka pendek) bersama
dengan rasa nyeri dan mual dan muntah (yang sebagian besar disebabkan oleh
kanker dan perawatannya). Pasien wanita memiliki lebih banyak efek samping
cancer-related fatigue daripada pasien pria (Mohandas et.al., 2017). Cancer
Related Fatigue (CRF) yang dialami klien dapat disebabkan karena adanya
gangguan secara psikologis karena saat dikaji tingkat depresi menggunakan
Geriatric Depression Scale menunjukkan skor 7 dimana Ny. M mengalami
depresi. Putri dan Rahayu (2019), menyatakan adanya hubungan antara depresi
dengan kejadian fatigue dimana seseorang dengan depresi menunjukkan respon
emosionalnya seperti kehilangan energi, sehingga intoleran terhadap aktifitas
normal yang dimanifestasikan dengan fatigue. Walaupun brain gym berfungsi
untuk mengatasi gangguan kognitif klien dengan cara meningkatkan kerja otak
dan kemampuan intelektual namun efek senam otak menjadi tidak optimal
karena hambatan cancer related fatigue (CRF) yang dialami klien.
Latihan senam otak perlu dilakukan secara rutin, pada penelitian Yuliati
& Nur Hidayah (2017) pelaksanaan senam otak 1 kali sehari selama 1 bulan ini
membuktikan bahwa penurunan fungsi kognitif dapat di hambat Latihan senam
otak ini membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat.
Disamping itu, senam otak tidak hanya memperlancar aliran darah dan oksigen
ke otak juga merangsang kedua belah otak untuk bekerja sehingga didapat
keseimbangan aktivitas kedua belahan otak secara bersamaan (Denisson, P.E.
dan Gail E.D, 2009). Oleh karena itu, pelatihan brain gym juga tidak dapat
dilakukan dalam waktu singkat untuk dapat diketahui hasilnya terutama pada
kondisi pasien dengan cancer related fatigue (CRF) dan diperlukan kombinasi
latihan fisik untuk mengurangi fatigue seperti, aerobic, menari, yoga,
relaxation, terapi musik, massage, dan cognitive– behavioural therapy (CBT)
(Hilfiker et.al., 2018).
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam asuhan keperawatan pada Ny. N
dengan Carcinoma Thyroid maka kesimpulan yang didapatkan untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan sebagai berikut:
1. Saat pengkajian keperawatan pada Ny. N, penulis menemukan data-data
yang pada dasarnya sama dengan data yang diteori. Adapun data-data
yang penulis temukan adalah:
a. Dx. 1: Ny. N mengeluh nyeri di area belakang telinga kiri dan
menjalar ke leher, Keluarga Ny. N mengatakan nyeri dirasakan
sudah lama (> 3 bulan), P: Ny. N mengatakan nyeri muncul ketika
bergerak, Q: Ny. N mengatakan nyerinya seperti tertusuk, R: Ny. N
mengatakan nyeri pada area belakang telinga kiri dan menjalar ke
leher, S: Ny. N mengatakan skala nyeri 6 (NRS), T: Ny. N
mengatakan nyeri hilang timbul, biasanya nyeri berlangsung selama
30 detik sampai 1 menit, Terdapat luka kanker berupa benjolan, pus
dan darah merembes, Klien beberapa kali tampak meringis, Klien
mendapat terapi analgesic MST 10 mg/ 12 jam
b. Dx. 2: Klien mengatakan lemas, Klien mengatakan tidak bisa duduk,
Klien tidak bisa miring kanan-kiri, Terdapat luka eksisi kanker,
Kekuatan otot ekstremitas atas 5555|5555 dan ekstremitas bawah
3333|4444, Indeks barthel 4 (ketergantungan berat)
c. Dx. 3: Terdapat luka eksisi kanker, Luka mengeluarkan pus dan
darah, Lekosit 34,7 10^3/ uL
d. Dx. 4: Keluarga Ny. N melaporkan 2 hari yang lalu Ny. M
menunjukkan tanda perubahan pola pikir seperti tidak mampu
mengingat baik kejadian yang baru saja terjadi atau dimasa lampau,
Skor SPMSQ menunjukkan 6 kesalahan (gangguan sedang), Skor
Geriatric Depression Scale menunjukkan 7 (depresi)
2. Setelah dilakukan analisa data ditemukan 4 diagnosa keperawatan yaitu:
Nyeri kronis berhubungan dengan agen pencedera: luka kanker (00133),
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan fatigue (00090), Risiko
infeksi (00004) dan Gangguan memori berhubungan dengan faktor
psikologis: depresi (D.0062)
3. Rencana keperawatan yang dirancang terdiri atas observasi keadaan
klien, pemberian tindakan keperawatan mandiri seperti manajemen
nyeri terapi relaksasi benson, latihan range of motion (ROM), brain
gym, dan serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam pemberian
terapi.
4. Proses implementasi yang dilakukan menyesuaikan dengan kebutuhan
klien, adapun implementasi yang sudah dilakukan meliputi observasi
keadaan klien, pemberian tindakan keperawatan mandiri, pemberian
edukasi kepada klien dan keluarga serta kolaborasi dengan tim
kesehatan lain dalam pemberian terapi yang tepat dapat mengurangi
masalah yang muncul.
5. Pada evaluasi tentang hasil asuhan keperawatan selama 6 hari
didapatkan hasil bahwa semua masalah keperawatan belum teratasi.
B. SARAN
1. Bagi perawat
Sebagai perawat harus memberikan pelayanan yang baik kepada klien
apalagi pada klien lansia dengan berbagai masalah yang ada, sesuai
norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku, perawat harus memberikan
asuhan keperawatan kepada klien dengan benar, melakukan pengkajian
yang teliti pada klien untuk menentukan ketepatan diagnosa, menentukan
prioritas masalah, perawat harusnya mendokumentasikan hasil tindakan
pada status klien setelah selesai melakukan tindakan keperawatan.
2. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Untuk melakukan pengkajian secara komprehensif agar dapat
menegakkan diagnosa keperawatan dan pemberian intervensi yang sesuai
dengan kondisi pasien serta melakukan tindakan keperawatan secara
mandiri dengan melakukan pendekatan terapeutik agar terjalin
kepercayaan dengan pasien.
3. Bagi Rumah Sakit
Memperbanyak koleksi buku-buku tentang asuhan keperawatan pada
carcinoma thyroid dengan pengarang buku-buku yang berkualitas.
Sehingga akan memperbanyak litelatur bagi pembaca untuk
meningkatkan pengetahuannya tentang perawatan klien carcinoma
thyroid, apalagi pada klien di ruang geriatri yang membutuhkan
penanganan khusus.
DAFTAR PUSTAKA