Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep Penyakit Tiroidektomi


1.1. Definisi
Tiroidektomi (mengangkat kelenjar tiroid) dapat dilakukan sebagian atau total.
Tiroidektomi dilakukan untuk mengangkat tiroid pada kanker tiroid. Kanker tiroid
merupakan kanker pada organ endokrin dan termasuk kanker paling banyak pada organ
endokrin, sebagian besar tumor ganas kelenjar tiroid berasal dari epitel kelenjar dan sel
folikel tiroid (Siriwa, 2021). Nodul yang pertumbuhannya cepat dapat dicurigai
merupakan keganasan dan juga nodul tiroid yang tumbuh agresif tersebut
pengobatannya sukar dan mortalitasnya cukup tinggi, dikarenakan sel kanker yang
agersif dapat mengalami metastasis ke kelenjar getah bening melalui invasi lokal dan
organ lain seperti paru-paru, tulang dan otak secara hematogenik, dan merupakan
predictor
mortalitas pada kanker (Siriwa, 2021).
Kanker tiroid dapat menyebabkan kematian 10% pada yang berdiferensiasi
baik, 50% pada yang berdiferensiasi buruk dan 100% pada anaplastic (Siswandi,
Fitriyani, Artini, & Monitira, 2020).
1.2. Etiologi
Menurut American Cancer Society (2020) penyebab pasti dari sebgaian besar
kanker tiroid belum diketahui, berikut factor risiko yang membuat seseorang lebih
mungkin terkena kanker tiroid:
1.2.1. Faktor risiko yang tidak dapat di ubah
1) Jenis kelamin dan usia
Kanker tiroid (seperti hampir semua penyakit tiroid) terjadi sekitar 3
kali lebih sering pada wanita daripada pria. Kanker tiroid terjadi pada
semua usia, tetapi risikonya memuncak lebih awal pada wanita (yang paling
sering berusia 40-an atau 50-an saat didiagnosis) dibandingkan pria (yang
biasanya berusia 60-an atau 70-an). Jenis kelamin dan usia bisa menjadi salah
satu factor risiko terjadinya kanker tiroid
2) Kondisi turun menurun
Beberapa kondisi bawaan telah dikaitkan dengan berbagai jenis kanker
tiroid, seperti halnya riwayat keluarga. Namun, kebanyakan orang yang
mengembangkan kanker tiroid tidak memiliki kondisi bawaan atau riwayat
penyakit dalam keluarga. Beberapa riwayat penyakit yang dapat dikaitkan
dengan terjadinya kanker tiroid:

a) Kanker tiroid meduler


b) Kanker tiroid lainnya
c) Familial adenomatous polyposis
d) Penyakit cowden
e) Kompleks carney, tipe I
f) Karsinoma tiroid nonmedullary
3) Sejarah keluarga
Memiliki kerabat tingkat pertama (orang tua, saudara laki-laki, saudara
perempuan, atau anak) dengan kanker tiroid, bahkan tanpa sindrom
bawaan yang diketahui dalam keluarga, meningkatkan risiko kanker tiroid.
Dasar genetic untuk kanker ini tidak sepenuhnya jelas.
1.2.2. Factor risiko yang dapat diubah
1) Radiasi
Paparan radiasi merupakan faktor risiko yang terbukti untuk kanker
tiroid. Sumber radiasi tersebut termasuk perawatan medis tertentu dan
dampak radiasi dari kecelakaan pembangkit listrik atau senjata nuklir.
Pernah menjalani perawatan radiasi kepala atau leher di masa kanak-
kanak merupakan faktor risiko kanker tiroid. Risiko tergantung pada
seberapa banyak radiasi yang diberikan dan usia anak. Secara umum, risiko
meningkat dengan dosis yang lebih besar dan dengan usia yang lebih muda
saat pengobatan.
2) Kelebihan berat badan / Obesitas
Menurut badan internasional untuk penelitian kanker (IARC), orang yang
kelebihan berat badan atau obesitas memiliki risiko lebih tinggi terkena
kanker tiroid daripada mereka yang tidak. Risiko tampaknya meningkat
seiring dengan meningkatnya indeks massa tubuh (BMI).
3) Yodium dalam makanan
Kanker tiroid folikular lebih sering terjadi pada orang yang diet rendah
yodium. Di sisi lain, diet tinggi yodium dapat meningkatkan risiko kanker
tiroid papiler. Di Amerika Serikat, kebanyakan orang mendapatkan
cukup yodium dalam makanan mereka karena ditambahkan ke
garam meja dan makanan lainnya.
1.3. Patofisiologi
Kanker tiroid mengalami progresi berdasarkan suatu model progresi tumor.
Kanker tiroid mulai berlangsung di dalam sel folikular glandula tiroid. Kanker yang
berasal dari sel-sel folikular umumnya berupa DTC. Sekitar 85% pasien dengan kanker
tiroid datang dengan DTC, dan memiliki prognosis yang sangat baik. Selanjutnya
sekitar 79 – 90% DTC merupakan suatu PTC (Jameson, Mandel, & Weetman,2017).
Meskipun DTC ini biasanya tidak agresif, DTC dapat juga bermutasi menjadi varian
yang lebih agresif (Janovsky, et al., 2016).
Kanker tiroid papiler cenderung bersifat multifokal dan menginvasi secara lokai
di dalam glandula tiroid serta melalui kapsul tiroid dan masuk ke struktur yang berada
di sekeliling leher. Karena pertumbuhan kanker ini secara relatif rendah, beban
metastatis pulmoner akan terakumulasi, kadang- kadang dapat ditemukan
beberapa gejala khas (Jameson, Mandel, & Weetman, 2017). Sekitar 10% - 15%
tumor akan bermutasi menjadi varian kanker tiroid yang lebih progresif. Ketika
stimulus yang menginisisasi kanker tetap berlanjut, kanker dapat bermutasi menjadi
kanker yang kurang terdiferensiasi (poorly differentiated cancer).

Gambar 2.2 Progres Kanker Tiroid Berdasarkan Model Progresi Tumor


Terdiferensiasi

Sekitar 10% dari kanker tiroid datang dengan gambaran tersebut, dan mereka akan
memiliki prognosis yang lebih buruk. Kanker tiroid tersebut mungkin datang dengan
karakteristik biologis yang memerlukan intervensi bedah yang lebih agresif dan terapi
adjuvant (Janovsky, et al., 2016).

1.4. Tanda dan gejala


Menurut American Cancer Society (2019) kanker tiroid dapat menyebabkan salah
satu dari tanda atau gejala berikut :
1) Benjolan di leher yang tumbuh dengan cepat
2) Pembengkakan di bagian leher
3) Rasa sakit di bagian depan leher yang terkadang naik ke telinga
4) Sakit tenggorokan
5) Sulit menelan
6) Sulit bernapas
7) Suara serak dan tidak membaik setelah beberapa minggu
8) Nyeri pada bagian leher
9) Batuk terus-menerus

Tidak semua benjolan yang muncul pada leher disebabkan oleh kanker tiroid. Sebagian
besar pembengkakan kelenjar tiroid disebabkan oleh penyakit gondok. Gondok sendiri adalah
penyakit yang disebabkan oleh kondisi hipertiroidisme atau hipotiroidisme. Hipertiroidisme
disebabkan oleh terlalu banyaknya hormon T3 dan T4. Sedangkan, hipotiroidisme adalah
kebalikannya, yaitu kekurangan hormon T3 dan T4.

Risiko kanker tiroid meningkat pada orang yang mengidap gangguan tiroid,
memiliki riwayat keluarga dengan kanker tiroid, kelebihan berat badan (overweight) atau
obesitas, sering terpapar radiasi (terutama di bagian leher dan kepala), memiliki
gangguan pencernaan Familial Adenomatous Polyposis (FAP) dan mengidap akromegali.

Kondisi Kritis pada kanker tiroid, yaitu :

1. Obstruksi jalan napas


Obstruksi jalan napas dapat disebabkan oleh kanker tiroid yang membesar dan
menekan saluran jalan napas, sehingga dapat menyebabkan kesulitan bernapas.
2. Penyebaran pada beberapa bagian tubuh
Pada stadium 4 ditemukan penyebaran kanker sudah mencapai beberapa organ
tubuh. Sehingga kemungkinan memiliki komplikasi kesehatan lain seperti paru-
paru dan otak.
3. Krisis tiroid
Pada kondisi krisis tiroid dapat ditemukan gejala demam tinggi, takikardia,
hipertensi abnormalitas neurologis dan gastrointestinal. Krisis tiroid dapat terjadi
pada pasien dengan kanker tiroid.
1.5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu : (Willy, 2018) USG Tiroid
Pemeriksaan USG dilakukan untuk mengetahui ukuran struma dan melihat apakah
terdapat benjolan lain yang tidak dapat diraba atau dilihat dari luar.
1. Pemeriksaan Hormon
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui perubahan kadar hormone
tiroid dan hormone TSH yang mempengaruhi kelenjar tiroid.
2. Biopsi
Biopsi dilakukan dengan mengambil sampel jaringan atau cairan dari
kelenjar tiroid, untuk pemeriksaan di laboratorium.
1.6. Komplikasi
Komplikasi yang sering muncul pada kanker tiroid adalah:
1) Perdarahan
Resiko ini minimum, namun hati-hati dalam mengamankan hemostatis dan
penggunaan drain pada pasien setelah operasi.
2) Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan
embolisme udara.
3) Trauma pada nervus laringeus rekurensIni dapat menimbulkan paralisis
sebagian atau total pada laring.
4) Sepsis yang meluas ke mediastinum
1.7. Penatalaksanaan Medis
Pembedahan adalah pengobatan utama dihampir setiap kasus kanker tiroid,
kecuali untuk beberapa kanker tiroid anaplastic. Jika kanker tiroid didiagnosis dengan
biopsy aspirasi jarum halus (FNA), pembedahan untuk mengangkat kanker dan semua
atau sebagian dari kelenjar tiroid yang tersisa biasanya dianjurkan. Menurut American
Cancer Society (2019):
1. Lobektomi
Lobektomi adalah operasi yang dilakukan pengangkatan salah satu lobus,
biasanya bersama dengan isthmus (bagian kecil dari kelenjar yang bertindak sebagai
jembatan antara lobus kiri dan kanan). Lobektomi juga dapat digunakan untuk
mengobati kanker tiroid berdiferensiasi (papiler atau folikular) yang kecil dan tidak
menunjukkan tanda tanda penyebaran di luar kelenjar tiroid. Selain itu, dapat juga
digunakan untuk mendiagnosis kanker tiroid jika hasil biopsy FNA tidak memberikan
diagnosis yang jelas.
2. Pengangkatan kelenjar getah bening Jika kanker telah menyebar ke kelenjar
betah bening terdekat dileher, kelenjar getah bening akan diangkat bersamaan pada saat
operasi pada tiroid dilakukan. Pengangkatan ini sangat penting untuk pengobatan kanker
tiroid meduler dan untuk kanker anaplastic (bila operasi merupakan pilihan). Untuk
kanker papiler atau folikel di mana hanya 1 atau 2 kelenjar getah bening yang dianggap
mengandung kanker akan membesar, kelenjar yang membesar dapat diangkat dan setiap
simpanan kecil sel kanker yang mungkin tertinggal kemudian diobati dengan yodium
radioaktif.
3. Tiroidektomi
Tiroidektomi adalah pembedahan untuk mengangkat kelenjar tiroid.
Klasifikasi tiroidektomi:
a. Tiroidektomi subtotal, pengangkatan sebagian tiroid
b. Tiroidektomi total, pengangkatan seluruh tiroid
Indikasi tiroidektomi
a. Kanker tiroid
b. Pembesaran tiroid non-kanker (gondok) Gondok dengan ukuran yang besar
dapat menyebabkan ketidaknyamanan atau kesulitan bernapas dan sulit
menelan.
c. Tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme) Hipertiroidisme adalah kondisi
dimana kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormone tiroksin.
d. Nodul tiroid yang tidak pasti Nodul tiroid yang tidak dapat diidentifikasi
sebagai kanker atau non-kanker, setelah dilakukan uji sampel melalui biopsy
jarum.
2. Konsep Asuhan Keperawatan Tiroidektomi
Pengkajian menurut Black & Hawks dalam Ina (2020):
1. Identitas Pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, suku
bangsa.
2. Keluhan Utama
Pada pasien tiroidektomi keluhan yang dirasakan pada umumnya adalah nyeri akibat
luka operasi.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang semakin
membesar sehingga mengakibatkan terganggunya pernapasan karena penekanan
trakea esofagus sehingga perlu dilakukan operasi.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit
gondok, misalnya pernah menderita gondok lebih dari satu kali.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dimaksudkan anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien
saat ini.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya compos mentis
dengan tanda-tanda vital yang meliputi tekanan darah, nadi, pernapasan, dan
suhu yang berubah.
b. Kepala dan leher
Pada pasien dengan post operasi tiroidektomi biasanya didapatkan adanya luka
operasi yang sudah ditutup dengan kassa steril yang direkatkan dengan hypafix serta
terpasang drain. Drain perlu diobservasi dalam dua sampai tiga hari.
c. Sistem pernapasan
Biasanya pernapasan lebih sesak akibat dari penumpukan secret efek dari
anastesi atau karena adanya darah dalam jalan napas.
d. Sistem neurologi
Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan didapatkan
ekspresi wajah yang tegang dan gelisah karena menahan sakit.
e. Sistem gastrointestinal
Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asal lambung
akibat anastesi umum dan pada akhirnya akan hilang sejalan dengan efek anastesi
yang hilang.
f. Aktivitas/Istrahat
Insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelehana berat, atrofi otot.
7. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis dari proses keperawatan
mengenai respon individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan
atau proses kehidupan yang dialami baik actual atau potensial. Faktor- faktor kondisi
kritis yang ditemukan yaitu, perdarahan, obstruksi jalan napas, nyeri akut, dan cedera
syaraf pada laring. Sehingga dapat ditegakkan diagnosa keperawatan yang muncul
pada pasien post operasi tiroidektomi berdasarkan SDKI (2016), yaitu (RNSpeak,
2021 ):
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas,
sekresi yang tertahan yang ditandai dengan batuk tidak efektif, tidak
mampu batuk, sputum berlebih, bunyi nafas ronkhi, sulit bicara, gelisah.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi/post
operasi tiroidektomi) yang ditandai dengan mengeluh nyeri, tampak
meringis, gelisah, bersikap protektif (menghindari nyeri).
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan fisik (prosedur
operasi/post operasi tiroidektomi) yang ditandai dengan tidak mampu
berbicara, sulit mempertahankan komunikasi, sulit menggunakan
ekspresi wajah atau tubuh, sulit mengungkapkan kata-kata.
4. Risiko perdarahan akibat tindakan pembedahan (tiroidektomi).

8. Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan pada pasien post operasi tiroidektomi sesuai diagnosa
keperawatan yang muncul, menurut SLKI (2018) dan SIKI (2018) adalah:
Tabel Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Kriteria Hasil
1. Bersihan Setelah dilakukan Manajemen Jalan
jalan nafas tindakan keperawatan Napas
tidak selama 3x24 jam Observasi
efektif b/d diharapkan 1. Monitor bunyi
spasme pasien bersihan jalan napas
jalan napas meningkat tambahan
nafas, dengan kriteria 2. Monitor sputum
sekresi hasil: Terapeutik
yang 1. Batuk efektif 3. Posisikan semi
tertahan meningkat fowler atau fowler
2. Produksi 4. Berikan minum
sputum hangat
menurun Edukasi
5. Ajarkan teknik
3. Sulit bicara batuk efektif
menurun Kolaborasi
4. Gelisah 6. Kolaborasi
menurun pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu

Penghisapan Jalan
Napas
Observasi
1. Auskultasi suara
napas sebelum dan
sesudah dilakukan
penghisapan
2. Monitor dan
catat warna,
jumlah dan
konsistensi
sekret
Terapeutik
3. Gunakan teknik
aseptic
4. Gunakan procedural
steril
dan disposibel
5. Gunakan teknik
penghisapan
tertutup, sesuai
indikasi
6. Pilih ukuran
kateter suction
yang menutupi
tidak lebih dari
setengah diameter
ETT, lakukan
penghisapan mulut,
nasofaring,
trakea dan/atau
endotracheal tube
(ETT)
7. Lakukan
penghisapan
kurang dari 15
detik
8. Lakukan
penghisapan
ETT dengan
tekanan rendah
(80-120 mmHg)
9. Lakukan
penghisapan hanya
di sepanjang ETT
untuk
meminimalkan
invasive
Edukasi
10. Anjurkan bernapas
dalam dan
pelan selama
insersi kateter
suction
2. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
b/d agen tindakan keperawatan Observasi
pencedera selama 3x24 jam 1. Identifikasi
fisik diharapkan lokasi,
(prosedur pasien tingkat nyeri karakteristik,
operasi/ post menurun dengan durasi, frekuensi,
operasi kriteria hasil: kualitas,
tiroidektom 1. Keluhan nyeri intensitas nyeri
i) menurun 2. Identifikasi skala
2. Meringis nyeri
menurun 3. Identifikasi
3. Sikap respon nyeri
protektif nonverbal
menurun 4. Identifikasi
4. Gelisah faktor yang
memperberat
menurun dan
memperingan
nyeri
Terapeutik
5. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS,
hypnosis,
akupresur,
terapi music,
biofeedback, terapi
pijat,
aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain).
6. Fasilitasi
istirahat dan
tidur

Edukasi
7. Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
Kolaborasi
8. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
3. Gangguan Setelah dilakukan Promosi
komunikasi tindakan keperawatan Komunikasi Defisit
verbal b/d selama 3x24 jam Bicara
hambatan diharapkan Observasi
fisik pasien 1. Identifikasi
(prosedur perilaku
operasi/po st komunikasi emosional dan
operasi verbal meningkat fisik sebagai
tiroidektom i) dengan kriteria bentuk komunikasi
hasil: Terapeutik
1. Kemampuan 2. Gunakan metode
bicara komunikasi
meningkat alternative (mis.
2. Kesesuaian menulis, mata
ekspresi berkedip, papan
wajah/tubuh komunikasi dengan
meningkat gambar dan
huruf, isyarat
tangan, dan
komputer)
3. Sesuaikan gaya
komunikasi dengan
kebutuhan (mis.
berdiri di depan
pasien, dengarkan
dengan seksama,
tunjukkan satu
gagasan atau
pemikiran
sekaligus, bicaralah
dengan
perlahan sambil
menghindari
teriakan, gunakan
komunikasi tertulis,
atau meminta
bantuan
keluarga untuk
memahami ucapan
pasien)
4. Ulangi apa yang
disampaikan pasien
5. Berikan
dukungan
psikologis
Edukasi
6. Anjurkan
berbicara
perlahan
4. Defisit Setelah dilakukan Dukungan
perawatan tindakan Perawatan Diri:
diri b/d keperawatan selama Mandi
gangguan 3x24 jam Observasi
muskulosk diharapkan 1. Monitor
eletal perawatan diri kebersihan
meningkat tubuh (mis.
dengan kriteria rambut, mulut,
hasil: kulit, kuku)
1. Kemampuan 2. Monitor
mandi integritas kulit
meningkat Terapeutik
2. Mempertahan 3. Sediakan peralatan
kan mandi (mis.
kebersihan sabun, sikat
diri meningkat gigi, shampoo,
pelembap kulit)
4. Sediakan
lingkungan
yang aman dan
nyaman
5. Fasilitasi mandi,
sesuai
kebutuhan
6. Berikan
bantuan sesuai
tingkat
kemandirian
Edukasi
7. Mengajarkan
kepada
keluarga cara
memandikan pasien

5. Risiko Setelah dilakukan Pencegahan


perdaraha n tindakan keperawatan Perdarahan
selama 3x24 jam Observasi
diharapkan 1. Monitor tanda dan
tingkat perdarahan gejala perdarahan
menurun dengan 2. Monitor nilai
kriteria hasil: hematocrit/hem
1. Kelembapan
oglobin sebelum
membran
mukosa dan setelah
meningkat kehilangan
2. Perdarahan darah
pasca operasi 3. Monitor tanda-
menurun tanda vital
3. Hemoglobin ortostatik
membaik Terapeutik
4. Tekanan 4. Pertahankan
darah bed rest selama
membaik perdarahan
Kolaborasi
5. Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
perdarahan, jika
perlu
6. Kolaborasi pemberian
produk darah, jika
perlu

9. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
perawat maupun tenaga medis untuk membantu pasien dalam proses
penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang
sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Purwaningsih, 2021). Pada tahap
ini perawat akan mengaplikasikan hasil perencanaan berdasarkan hasil pengkajian
dan penegakkan diagnosis yang diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang
sesuai untuk mendukung dan meningkatkan status kesehatan pasien.
Pada tahap ini, perawat sangat efektif berkomunikasi dengan pasien karena
perawat akan menggunakan seluruh kemampuan dalam komunikasi pada saat
menjelaskan tindakan tertentu, memberikan pendidikan kesehatan, memberikan
konseling, menguatkan system pendukung, membantu meningkatkan kemampuan
koping, dan sebagainya. Perawat menggunakan verbal ataupun nonverbal selama
melakukan tindakan keperawatan untuk mengetahui respons pasien secara langsung
(yang diucapkan) ataupun yang tidak diucapkan. Semua aktivitas
keperawatan/tindakan harus didokumentasikan secara tertulis untuk
dikomunikasikan kepada tim kesehatan lain, mengidentifikasi rencana tindak lanjut,
dan aspek legal dalam asuhan keperawatan (Kemenkes RI, 2016).
10. Evaluasi keperawatan
Pada tahap ini, perawat menilai keberhasilan dari asuhan dan tindakan
keperawatan yang telah dilakukan. Semua hasil dicatat dalam buku catatan
perkembangan perawatan pasien, meminta tanggapan pasien atas keberhasilan atau
ketidakberhasilan tindakan yang dilakukan, serta bersama pasien merencanakan
tindak lanjut asuhan keperawatannya. Jika belum berhasil, perawat dapat
mendiskusikan kembali dengan pasien apa yang diharapkan dan bagaimana peran
serta/keterlibatan pasien atau keluarga dalam mencapai tujuan dan rencana baru
asuhan keperawatan pasien (Kemenkes RI, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Adham, M., & Aldino, N. (2018). Diagnosis dan Tatalaksana Karsinoma Tiroid

Berdiferensiasi. ORLI, 1-13.

Amita, D., Fernalia, & Yulendasari, R. (2018). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea Di Rumah
Sakit Bengkulu. Jurnal Kesehatan Holistik,

26-28.

Anggarini, K. D. (2018, Augustus 06). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien


Gastritis Dalam Pemenuhan Gangguan Nyeri Akut Di Wilayah Kerja UPT
KESMAS Sukawati I Gianyar. Retrieved from Poltekkes Denpasar:
http://repository.poltekkes-denpasar.id/id/eprint/6o8

Apriati, G. (2017, Februari 11). Konsep Medis Struma Fix. Retrieved from Scribd:
https://id.scribd.com/document/339046392/Konsep-Medis- Struma-Fix

Artha, I. P. (2017). Transfusi Darah Pasca Bedah. Retrieved from Fakultas


Kedokteran Universitas Udyana:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/f405e38c3d8e8
dfaa4521aebab07289e.pdf

Ayhan, H., S. Tastan, Lyigun, E., E. Ozturk, R. Yildiz, & Gorgulu, S. (2016).

The Effectiveness of Neck Stretching Exercises Following Total Thyroidectomy on


Reducing Neck Pain and Disability: A Randomized Controlled Trial. Sigma Theta
Tau International, 224-231.

Anda mungkin juga menyukai