Anda di halaman 1dari 25

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit yang tidak mengenal status sosial dan dapat menyerang siapa saja dan muncul akibat pertumbuhan tidak normal dari sel sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dalam perkembangannya. Sel sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya dan menyebabkan banyak gejala yang berbeda bergantung pada lokasi dan karakter dari keganasan dan apakah ada metastasisnya sehingga dapat menimbulkan kematian. Dari data WHO diketahui, setiap tahun jumlah penderita kanker didunia bertambah menjadi 6,25 juta orang. Kaum perempuan yang menderita penyakit kanker menduduki proporsi yang lebih banyak dibandingkan dengan kaum laki laki. Kanker yang paling banyak terjadi menurut data dari WHO adalah kanker paru (1,3 juta kematian/tahun), kanker saluran pencernaan (803.000 kematian/tahun), kanker kolorektal (639.000/tahun, kanker hati (610.000 kematian/tahun), dan kanker payudara (519.000 kematian/tahun). Kanker disebabkan oleh beberapa faktor yang berpengaruh seperti faktor lingkungan, perilaku, dan faktor biologis. Salah satu manifestasi klinis yang hampir selalu dijumpai pada pasien kanker adalah nyeri. 30% dari semua pasien kanker didiagnosa mengalami nyeri dan 90% dari semua pasien kanker dalam stadium lanjut (Swierzewski, 2007). Beberapa jenis kanker yang menghasilkan nyeri yang lebih berat seperti pada kanker kepala, leher, serviks, payudara, dan paru paru sedangkan pada leukemia sangat jarang terjadi (Anderson, syrjalala & cleeland, 2001). Manifestasi nyeri yang ditimbulkan dari kanker merupakan alasan yang paling umum untuk seseorang mencari bantuan untuk mengatasi nyeri yang sangat mengganggu dan menyulitkan karena nyeri bersifat subjektif.

B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang didapatkan antara lain : 1. Apa itu penyakit kanker? 2. Apa penyebab penyakit kanker? 3. Apa jenis-jenis penyakit kanker? 4. Bagaimana mekanisme terjadinya penyakit kanker? 5. Bagaimana manifestasi klinis pada penyakit kanker? 6. Bagaimana pertimbangan pemberian obat-obatan gigi dan mulut kepada pasien penyakit kanker? C. Tujuan Tujuan penulisan laporan ini adalah : 1. Mengetahui mekanisme terjadinya penyakit kanker. 2. Mengetahui pertimbangan pemberian obat-obatan gigi dan mulut kepada pasien penyakit kanker. D. Manfaat Manfaat penulisan laporan ini adalah : 1. Dapat mengetahui obat-obatan gigi dan mulut pada penderita

kelainan kanker. 2. Dapat mengetahui pertimbangan pemberian obat-obatan gigi dan

mulut pada penderita kelainan kanker. 3. Dapat mengetahui efek teurapetik dan efek toksik obat-obatan gigi dan mulut pada penderita kelainan kanker.

BAB II ISI

A. Definisi Kanker Penyakit kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel dan jaringan tubuh yang abnormal secara terus menerus. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat, tidak terkendali dan akan terus membelah diri dan tidak terbatas. Selanjutnya menyusup ke jaringan sekitarnya (invasive), berkembang biak ke jaringan sekitarnya (infiltratif) terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting serta saraf tulang belakang. Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri jika ada penggantian selsel yang telah mati dan rusak. Sebaliknya sel kanker akan membelah terus meskipun tubuh tidak memerlukannya, sehingga akan terjadi penumpukan sel baru yang disebut tumor ganas. Penumpukan sel tersebut mendesak dan merusak jaringan normal, sehingga mengganggu organ yang ditempatinya. Kanker dapat terjadi diberbagai jaringan dalam berbagai organ disetiap tubuh, mulai dari kaki sampai kepala. Bila kanker terjadi dibagian permukaan tubuh, akan mudah diketahui dan diobati. Namun, bila terjadi didalam tubuh, kanker itu akan sulit diketahui, kadang-kadang tidak memiliki gejala, dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain, dan umumnya akan fatal jika dibiarkan. Pertumbuhan sel-sel kanker akan menyebabkan jaringan menjadi besar dan disebut sebagai tumor. Tumor merupakan istilah yang dipakai untuk semua bentuk pembengkakan atau benjolan dalam tubuh. Sel-sel kanker akan tumbuh cepat dan menyebar melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening. Penjalarannya ke jaringan lain disebut sebagai mestastasis. Kanker mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang tumbuh secara cepat, ada yang tumbuh tidak terlalu cepat, seperti kanker payudara.

B. Etiologi Ada beberapa agen atau faktor yang bisa menyebabkan terjadinya kanker diantaranya : 1. Genetik & predisposisi herediter Genetik mungkin bisa mempengaruhi kanker sehingga seseorang berkemungkinan bisa mengembangkan lingkungan gen akibat kanker. Ocogenic theory of cancer etiology menjelaskan bahwa gen yang hadir pada kanker biasanya mengendalikan pertumbuhan tubuh tetapi apabila diaktifkan oleh faktor keturunan atau faktor lingkungan bisa terjadi kanker. Onkogen yaitu gen abnormal dan versi mutan dari proteonkogen yang bisa menyebabkan kanker pada saat substitusi basa DNA tunggal terjadi. 2. Merokok atau tembakau Merokok adalah akibat yang paling mudah diketahui oleh masyarakat umum untuk terkena kanker. Dalam rokok, bahan yang paling berbahaya yaitu tembakau (tar). Bahayanya terletak pada nikotin beracun yang diserap oleh darah. Menghisap rokok yang terlalu sering inilah yang bisa menyebabkan kanker. 3. Diet & aktivitas fisik Penderita kanker paru-paru biasanya sering sekali mengkonsumsi makanan yang rendah dengan vitamin A. Berat badan berlebihan dapat meningkatkan risiko kanker dengan berbagai cara. Kelebihan berat badan bisa menyebabkan tubuh untuk memproduksi lebih banyak lagi hormon estrogen dan insulin, yang dapat merangsang pertumbuhan sel kanker. 14% sampai 20% dari semua kematian. Obesitas jelas dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker termasuk kanker payudara, usus besar, endometrium (rahim), kerongkongan dan ginjal. Obesitas juga sudah dihubungkan dengan peningkatan risiko kanker pankreas, kandung empedu, tiroid, ovarium dan serviks, serta multiple myeloma, Hodgekin limfoma dan kanker prostat agresif. Orang yang sering meminum minuman beralkohol juga berisiko terkena kanker. Kanker yang bisa terkena

akibat meminum-minuman beralkohol diantaranya adalah kanker mulut, tenggorokan, laring, kerongkongan, hati, payudara (pada wanita), usus besar dan rektum. 4. Sinar UV dan ionisasi radiasi Partikel, sinar-x dan sinar gamma adalah unsur radioaktif. Unsur unsur ini membentuk formasi ion yang dapat merusak sel dengan merusak DNA. Sinar ultraviolet bisa juga merusak gen. Penipisan lapisan ozon adalah salah satu penyebab terjadinya kanker yang disebabkan oleh sinar UV yang menembus ke permukaan bumi. 5. Lingkungan industri Lingkungan industri, polusi udara, tanah, air, sampah, dan aneka zat kimia harus dicegah. Ada aturan-aturan lingkungan untuk menjaganya. Tanah yang terpolusi harus dijauhkan atau diisolasi. Ada tidaknya unsur-unsur karsinogen didalam polusi perlu dipastikan. Dalam hal isolasi pengotorannya, perlu ada pengawasan untuk menemukan kebocoran tepat pada waktunya. Pada industri, pewarna aniline cenderung lebih mudah terkena kanker kandung kemih dan pekerja pemurnian nikel berada pada resiko besar terkena kanker sinus hidung. 6. Obat-obatan dan bahan kimia Banyak sekali bahan bahan kimia yang mengandung karsinogenik, 25% kematian akibat kanker pada negara-negara maju karena karsiogen dalam tar tembakau. Kelompok yang dikenal dengan pewarna anilin juga termasuk bahan karsinogen yang umum dan semua bahan kimia karsinogen dapat merusak molekul DNA. Obat imunosupresan seperti steroid dapat menekan imunitas host dan meningkatan resiko kanker. 7. Infeksi virus dan parasit Virus dan parasit dapat menyebabkan kanker. Virus yang dapat menyebabkan kanker sel darah putih adalah retrovirus, virus leukemia feline dan HTLV-1 pada orang dewasa. Virus yang biasanya membawa onkogen atau regulasi yang dapat menjadi

kanker. Sedangkan parasit yang dapat menyebabkan kanker kandung kemih adalah parasit Schistosoma. 8. Hormon Pada wanita peningkatan kadar esterogen dapat menyebabkan kanker payudara sedangkan pada pria meningkatkan kadar dihidrotestosterone dapat menyebabkan kanker prostat. C. Jenis Kanker terdiri dari beberapa jenis, nama-nama yang diberikan pada jenis penyakit kanker biasa nya tergantung sel-sel atau jaringan yang diserangnya. Ada beberapa jenis kanker memiliki insiden tinggi dan menyebabkan tingginya angka kematian pada manusia (Dewi Natalia Rusli, 2011). 1. Kanker Payudara Kanker payudara merupakan penyebab kematian peringkat utama pada wanita. Tetapi kanker payudara juga dapat menyerang pria, hanya saja kasusnya sangat jarang. Kanker payudara (carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Kanker payudara mungkin ditemukan pada waktu masih lokal atau ditemukan sebagai neoplasma maligna (telah menyebar). Kanker payudara menyebar melalui membran dasar pada pembuluh di payudara ke jaringan disekitarnya. Faktor risiko kuat pada kanker payudara adalah riwayat penyakit ini pada satu orang atau lebih keluarga dekat (saudara perempuan atau ibu). Wanita yang mewarisi sebuah gen untuk kanker payudara biasanya mendapat penyakit tersebut pada usia yang lebih dini daripada wanita yang tidak memiliki riwayat penyakit tersebut. Tingkat insiden kanker payudara akan meningkat seiring bertambahnya usia, sedikit menurun pada usia 45 sampai 50 tahun, dan meningkat lagi pada usia diatas 50 tahun (Dewi Natalia Rusli, 2011). 2. Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyebab kematian peringkat kedua pada wanita. Kanker ini menyerang serviks yaitu bagian peralihan rahim ke liang senggama (vagina). Secara umum kanker leher rahim

dklasifikasikan menjadi dua yaitu kanker serviks preinvansif (stadium displasia dan karsinoma lokal), dan kanker invasif yaitu sel-sel kanker yang telah menembus bagian terdalam dari jaringan serviks dan telah tersebar ke jaringan lain melalui pembuluh getah bening. Tingkat insiden kanker lebih rendah pada daerah pedesaan dibandingkan daerah perkotaan, negara yang tidak berkembang memiliki tingkat insiden yang lebih tinggi dibandingkan negara yang sedang berkembang (Dewi Natalia Rusli, 2011). 3. Kanker Paru Kanker paru-paru merupakan penyebab kematian peringkat kedua, baik pada pria maupun wanita. Tetapi penyebab kematian pertama pada pria. Hal ini berhubungan dengan semakin tingginya polusi udara dan penggunaan rokok. Zat karsinogenik dalam rokok akan menempel dan mengiritasi mukosa bronkus dan akhirnya mukosa bronkus rusak sehingga berpotensi menjadi karsinoma. Kanker paruparu merupakan kanker yang berkembang di paru-paru atau bronkus, terutama pada bronkus endothelium. Sebagian besar kasus kanker paru yang ditemukan merupakan karsinoma bronkogenik, yaitu karsinoma yang berasal dari sel-sel epitel bronkus (cabang tenggorok) dalam paru. Tingkat insiden pada pria menurun secara signifikan, dan sejak tahun 1998, tingkat insiden yang terjadi pada wanita sudah mulai stabil (Dewi Natalia Rusli, 2011).. 4. Kanker Prostat Kanker prostat adalah kanker penyebab kematian pria kedua setelah paru-paru. Penyebab kanker prostat belem diketahui, tetapi faktor genetik dan lingkungan keduanya dierkirakan berperan. Risiko penyakit kanker meningkat pada pria yang keluarga dekatnya mengidap penyakit ini. Kanker prostat tampaknya berkaitan dengan kadar testosteron yang menetap dalam tubuh. Penyebaran kanker prostat dimulai dari seminal vesicle (gelembung air mani). Median dari usia didiagnosis kanker prostat adalah 72 tahun dan insiden

yang lebih tinggi terjadi pada pria keturunan Afrika Amerika (Dewi Natalia Rusli, 2011). 5. Kanker Kolon dan Rektum atau Kanker Kolorektal Kanker kolorektal merupakan penyebab kematian peringkat ketiga, baik pada pria maupun wanita. Bila kanker menyerang kolon, maka disebut kanker kolon, dan bila menyerang rektum, maka disebut kanker rektum. Bila kanker menyerang kolon dan rektum, maka diseburt kanker kolorektal (Dewi Natalia Rusli, 2011). Sebagian besar (sekitar 90%) dari karsinoma kolekteral merupakan

adenokarsinoma (neoplasma ganas dan kelenjar). Penyebab kanker kolon belum diketahui secara pasti, tetapi ada korelasi dengan faktor makanan yang mengandung lemak tinggi, dan kadar serat yang rendah, serta adanya interaksi antara bakteri dalam kolon dengan asam empedu dan makanan. Faktor-faktor tersebut akan

memproduksi bahan karsinogenik yang memicu kanker. Metastatis pada kanker kolorektal terjadi ketika tumor menyerang usus besar dan kemudian menjalar ke pembuluh kelenjar limfa atau organ tubuh lain, khususnya hati, paru-paru, dan selaput perut (Dewi Natalia Rusli, 2011). D. Manifestasi Klinis Gejala kanker yang muncul berbeda - beda tergantung dari jenis, tempat, dan stadium kanker. Gejala umum ini dikeluhkan lebih dari sebulan. Gejala kanker secara umum berupa : 1. Penurunan nafsu makan dan berat badan. 2. Demam kronis (baik meriang atau sumer maupun demam tinggi). 3. Nyeri kronis pada organ tertentu yang terkena kanker. Gejala khusus (spesifik) yang timbul berdasarkan asal atau jenis, tempat dan stadium kanker, berupa : 1. Pembengkakan pada organ tubuh yang terkena Pembengkakan ini dapat berupa benjolan atau mass atau penonjolan abnormal (yang dahulunya tidak ada menjadi ada saat ini). Misalnya, ada benjolan yang immobile (tidak dapat digerakkan)

dipayudara disebut kanker payudara, benjolan diperut (kanker usus, kanker ginjal, limfoma). 2. Adanya perubahan pada kulit sekitar Perubahan warna pada tahi lalat sehingga warnanya lebih bervariasi (kanker kulit). Perubahan kulit di area payudara menjadi penampakan seperti kulit jeruk dan kasar (kanker payudara). 3. Luka yang tak kunjung sembuh (dapat pada kanker payudara, kanker kulit). 4. Batuk kronis (kanker paru) atau perubahan suara menjadi serak yang tidak kunjung sembuh (kanker nasofaring). 5. Perubahan pola sistem pencernaan / kandung kemih Misalnya, perubahan pola buang air besar menjadi tidak teratur (dapat sering diare atau sulit buang air besar), bahkan disertai pengeluaran darah dalam kurun waktu lebih dari 2 minggu atau perasaan tidak enak setelah makan dan kembung atau sulit menelan (kanker tenggorokan). 6. Keluarnya cairan atau darah abnormal Misalnya, keluarnya cairan putih kekuningan bahkan darah dari puting susu (kanker payudara) atau keluarnya cairan darah atau lendir kekuningan dan berbau di luar masa menstruasi (kanker leher rahim). E. Patofisiologi Kanker merupakan istilah yang digunakan untuk suatu neoplasma yang bersifat ganas (Wall & Mervyn, 1991). Menurut Rupert Willis, pengertian neoplasma adalah massa jaringan yang abnormal, yang tumbuh secara berlebihan, tidak terkoordinasi dengan jaringan normal disekitarnya dan cenderung menetap meskipun telah dilakukan penghentian terhadap rangsangannya (Cit Robins, 2007). Patofisologi dari kanker itu sendiri terbagi dalam beberapa fase, yaitu : 1. Fase 1 (persiapan) Faktor penyebab kanker seperti yang tertulis diatas dapat memicuterjadinya mutasi gen (Dalimartha, 2004). Mutasi gen ini

bukan hanya disebabkanoleh satu agensia karsinogen saja tetapi bisa oleh beberapa agensia karsinogensekaligus sehingga agen-agen yang berbeda ini akan saling menambah atau salingmemperkuat (Jong, 2004). Proses mutasi gen terjadi dalam beberapa stadiumyaitu, inisiasi (induksi) dimana sel pembawa mutasi menjadi matur dan seiapuntuk perubahan berikutnya dan promosi dimana sudah terjadi mutasi baru. Pada fase ini perubahan-perubahan (Dalimartha,2004). 2. Fase 2 (Stadium pendahuluan menjelang kanker) Pada tahap ini apabila dilihat secara mikroskopis maka sel-sel yang berubah tidak menunjukkan kanker yaitu tidak terjadinya infiltratif (Jong, 2004). 3. Fase 3 (Fase praklinis) Disebut juga fase local (in situ), sebelum bermestastase ternyata kanker membutuhkan waktu yang lama (Dalimartha,2004). Dikarenakan sel kanker belum menyebar maka pada fase ini belum muncul keluhan keluhan akibat kanker (Jong,2004). 4. Fase 4 (fase klinis) Fase ini adalah fase terakhir dari kanker. Pada fase ini sel kanker sering dijumpai telah bermetastasis sehinggga pasien sudah mulai merasakan tanda,gejala, atau keluhan-keluhan (Jong, 2004). Kebanyakan sel kanker yang terjadi masih bersifat reversibel

akan bermetastasis melalui pembuluh darah dan pembuluh limfe (Brannon & Feist,2007). Metastasis dimulai ketika sel-sel kanker yang lepas atau gumpalan sel-selganas yang berasal dari tumor induk (Brunner & Suddarth, 2001).

F. Farmakoterapi Kemoterapi dengan atau tanpa pengobatan lain bersifat kuratif. Perlu ditekankan disini bahwa penyembuhan oleh kemoterapi saja baru dapat tercapai pada tumor-tumor yang jarang dijumpai. Pada kanker payudara stadium 2 dan sarcoma osteogenik, kombinasi pembedahan

10

dan kemoterapi sangat bermanfaat. Pada kasus demikian kemoterapi ajuvan dapat memberi remisi jangka panjang. Setelah terjadi metastasis dibutuhkan pendekatan sistemik melalui kemoterapi kanker, disamping pembedahan, radiasi dan kemoterapi ajuvan. Pada keadaan ini tidak menyembuhkan tetapi hanya bersifat paliatif terhadap gejala dan pencegahan komplikasi, support psikologik, dan perpanjangan hidup yang berarti. Selama dekade terakhir ini terlihat kejadian yang memberikan harapan bahwa pengendalian kanker dini mungkin dicapai dengan pengobatan kombinasi. Antikanker diharapkan memiliki toksisitas selektif hanya

menghancurkan sel kanker tanpa merusak sel jaringan normal. Pasien yang keadaan umumnya masih baik paling mendapat manfaat dari pengobatan, sedangkan yang keadaan umumnya buruk paling sedikit. Status imunologik pasien khususnya imunitas seluler berkolerasi baik dengan hasil pengobatan. Pasien yang imunitas selulernya tidak terganggu memberikan respons baik terhadap pengobatan, begitupun sebaliknya. Pengobatan tergantung dari keadaan pasien dan jenis kanker, pengobatan bervariasi dari yang sangat intensive sampai tanpa pengobatan khusus sama sekali, kecuali pengobatan bervariasi dari yang sangat intensif sampai pengobatan khusus sama sekali, kecuali yang bersifat suportif yaitu dukungan mental, emosional, spiritual dan perbaikan keadaan umum. Seringkali tindakan yang disebut terakhir merupakan tindakan tepat bagi pasien kanker stadium akhir maupun keluarganya. Berikut klasifikasi obat kanker : 1.1.Klasifikasi obat antikanker Golongan I. Alkilator Sub Golongan Mustar Nitrogen Obat Mekloretamin Siklofosfamid Ifosfamid Meifalan Klorambusil

11

Etilenamin & Metilmelamin

Trietilen-melamin (TEM) Thiotepa

Metilhidrazin Alkil Sulfonat Nitrosourea

Prokarbazin Busulfan Karmustin (BCNU) Lomustin (CCNU) Semustin (metil CCNU) Streptozotosin

Platinum

Sisplatin Karboplatin Oksalipatin 5 Fluorourasil Sitarabin 6 Azauridin Floksuridin (FUDR) gemsitabin 6 Merkaptopurin 6 Tioguanid (T6) Fludarabin, Pentostatin

II. Anti Metabolit

Analog Pirimidin

Analog Purin

Antagonis Folat

Metotreksat Pemetreksed

III. Produk Alamiah

Alkaloid Vinka

Vinblastin (VLB) Vinkristin (VCR) Vinorelbin

Taksan

Paklitaksel Dosetaksel

Epipodofiloktoksin

Etoposid Teniposid

Kamptotesin

Irinotekan Topotekan

Antibiotik

Daktinomisin (Aktinomisin D) Antrasiklin :

12

Daunorubisin Doksorubisin Mitramisin Antrasenedion : Mitrosakton Mitomisin Bleomisin IV. Hormon dan Antagonis Adrenokortikosteroid Prednison Hidrokortison Progestin Hidroksiprogesteron Kaproat Medroksiprogesteron asetat Megestrol asetat Estrogen Dietilstilbestrol Etinil Estradiol Anti estrogen Androgen Tamoksifen, toremifen Testosteron propionate Fluoksimesteron Anti androgen Penghambat adrenokortikoid Analog GRH Penghambat aromatase V. Lain - lain Substitusi urea Derivat metilhidrazin Diferentiating agent Penghambat tirosin kinesa Leuprolid Anastrozol, letrozol, eksemestan Hidroksiurea Prokarbazin Tretinoin, arsen trioksid Imatinib Gefitinib Penghambatan preteosom Modulator Respon Biologik Antibodi monoklonal Bortezumib Interferon alfa, interleukin Flutamid Mitotan, aminuglutetimid

13

1.2. Mekanisme kerja

1.1. Gambar Mekanisme Kerja Kanker Ditinjau dari siklus sel, obat dapat digolongkan dalam golongan. Golongan pertama ialah yang memperlihatkan toksisitas selektif terhadap fase fase tertentu dari siklus sel dan disebut zat cell cyclespesific (CCS), misalnya vinkristin, vinblastine, merkaptopurin hidroksi urea, metroteksat dan asparaginase. Zat CCS ini terbukti efektif terhadap kanker yang berporalisasi cepat, misalnya sel kanker darah. Golongan kedua ialah cell cycle nonspecific (CCNS), misalnya zat alkilator, antibiotic antikanker (daktinomisin, plikamisin, mitomisin), sisplatin, prokarbazin dan nitrosourea. Perbedaan kerja tersebut lebih bersifat relative dari pada absolut karena banyak zat yang tergolong CCNS lebih efektif terhadap sel yang berpoliferasi dan terhadap sel sel yang sedang salam fase tertentu, misalnya bila DNA sel klonogenik yang telah teralkilasi diperbaiki sebelum sel memasuki fase S, maka sel tersebut tidak dipengaruhi oleh zat alkilator. Penelitian pengaruh obat
14

terhadap siklus sel diharapkan dapat menemukan kombinasi obat yang sesuai untuk tiap-tiap jenis kanker.

1.3. Kerja antikanker pada proses dalam sel Pada umumnya, kerja antikanker berdasakan atas gangguan pada salah satu proses sel yang esensial. Karena tidak ada perbedaan kualitatif antara sel kanker dan sel normal maka semua antikanker bersifat mengganggu sel normal, bersifat sitotoksik dan bukan kankeriosid atau kankerostatik yang selektif

1.3.1 ALKILATOR Berbagai alkilator mrnunjukan persamaan cara kerja yaitu melalui pembentukan ion karbonium (alkil) atau kompleks lain yang sangat reaktif. Ini kemudian berikatan secara konvalen.Gugus alkal ini kemudian berberikatan secara konvalen dengan berbagai nukleofilik penting dalam tubuh. Efek sitotostatik maupun efeksampingnya berhubungan langsung dengan terjadinya alkilasi DNA ini. Alkilator yang bifungsional misalnya mustar nitrogen dapat berikatan kovalen dengan 2 gugus asam nukleat pada rantai yang berbeda membentuk cross-linking sehingga terjadi kerusakan pada fungsi DNA. Hal ini dapat menerangkan sifat sitotoksik dan mutagenic dari alkilator

1.3.2. ANTIMETABOLIT Antipurin dan antipiramidin mengambil

tempat purin dan piramidin dalam pembentukan nukleosida, sehingga mengganggu berbagai reaksi penting dalam tubuh.Penggunaanya sebagai obat

15

kanker didasarkan atas kenyataan bahwa metabolisme purin dan piramidin lebih tinggi pada sel kanker dari sel normal.Dengan demikian, penghambatan sintesis DNA sel kanker lebih dari terhadap sel normal. a. Antagonis piramidin Misalnya 5-fluorourasil, dalam tubuh di ubah menjadi 5-monofosfat yang menhambat timidilat sintetase dengan akibat hambatan sintesis DNA.Fluorourasil juga di ubah menjadi fluoroudin monofosfat yang mengganggu

langsung sintesis RNA.Sitarabin diubah menjadi nukleosida yang berkompetisi dengan metabolit normal untuk diinkopurasikan ke dalam DNA. Obat ini bersifat cell cycle spesifik yang spesifik untuk fase S dan tidak berefek pada sel yang tidak berpolarisasi b. Antagonis purin Misalnya antagonis merkaptopurin dari merupakan enzim yang

kompetitif

menggunakan senyawa purin sebagai substrat. Suatu alternatif lain dari mekanisme kerjanya ialah pembentukan 6-metil merkaptopurin

(MMPR) yang menghambat biosintesis purin, akibatnya sintesis RNA. CoA, ATP dan DNA di hambat. c. Antagonis fosfat Misalnya dhidrofolat metrotreksa reduktase dengan menghambat kuat dan

berlangsung sangat lama.Dihirofolat reduktase ialah enzim yang mengkatalisis dihidrofolat (FH2) menjadi tetrahidrofolat (FH4).

Tetrahidrofolat merupakan metabolit aktif dari

16

asam folat yang berperan sebagai kofaktor penting dalam berbagai reaksi transfer satu atom karbon pada sintesis protein dan asam nukleat. Efek penghambat ini tidak dapat diatasi dengan pemberian asam folat, tetapi dapat diatasi dengan leukovorin (asam folinat) yang tersedia sebagai kalsium leukovorin.Antagonos folat membasmi sel dalam fase S terutama pada pertumbuhan yang pesat.Namun dengan efek penghambat terhadap sintesis RNA dan protein, metroteksat menghambat sel memasuki fase S. sehingga bersifat swabatas (self limiting) terhadap efek toksisitasnya.

1.3.3 PRODUK ALAMIAH Berbagai obat yang berasal dari alam digunakan sebagai antikanker antara lain : a. Alkaloid vinka (vinkristin dan vinbrasin) berikatan spesifik dengan tubulin. Komponen

protein mikrotubulus, spindle mitotic, dan memblok polimerisasinya.Akibatnya

terjadi disolusi mikrotubulus, sehingga sel terhenti dalam metaphase. Kelompok obat ini disebut juga sebagai spindle poison

b. Taksan Palitaksel dan dosektasel bekerja dengan mekanisme alkaloid spindel. vinka, yang sama dengan sebagai racun

yaitu

17

c. Epipodofillotoksin Etoposid dan teniposid membentuk kompleks tersier dengan topoisomerase II dan DNA sehingga kembali mengganggu DNA yang oleh

penggambungan secara normal

dilakukan

topoisomerase.Enzim tetap terikat pada ujung bebas DNA dan menyebabkan akumulasi potongan potongan

DNA.Selanjutnya terjadi kematian sel. d. Kamptotesin Irinotekan dan topotekan merupakan bahan alami yang berasal dari tanaman camptotheca acuminate yang bekerja menghambat topoisomerase I, enzim yang bertanggung jawab terhadap pemotongan dan penyambung kembali rantai tunggal DNA. Hambatan enzim ini menyebabkan kerusakan DNA. e. Antibiotik Antrasiklin doksorubisin, (daunorubisin, mitramisin) berinteraksi fungsi DNA

dengan DNA, sehingga

sebagai template dan pertukaran sister choromatid terganggu dan untai DNA putus. Antrasiklin juga bereaksi dengan sitokrom P450 reduktase yang adanya NADPH membentuk zat perantara, yang kemudian bereaksi dengan bebas oksigen yang

menghasilkan

radikal

menghancurkan sel. Pembentukan radikal bebas ini dirangsang oleh adanya fe

18

Aktinomisin

menghambat

polymerase RNA yang dependen terhadap DNA, karena terbentuknya kompleks antara obat dengan DNA. Selain itu aktinomisin juga menyebabkan putusnya rantai tunggal DNA mungkin berdasarkan terbentuknya radikal bebas atau akibat kerja topoisomerase II Bleomisin bersifat sitotoksik

berdasarkan kemampuannya memecahkan DNA. In vitro, bleomisin menyebabkan akumulasi sel pada fase G2 dan banyak sel memperlihatkan aberasi kromosom termasuk fragmentasi dan translokasi kromatid (nafrialdi,2009)

1.4. indikasi antikanker GOLONGAN OBAT 1. ALKILATOR mekloritamin Penyakit karsinoma ovarium siklofosfamid Leukemia limfositik kronik, penyakit hodkin, limfoma non-hodgkin, myeloma multiple, neuroblastoma, tumor hodkin, mama limfosarkoma dan karsinoma INDIKASI

payudara,ovarium, paru, cervik, testis, jaringan lunak, tumor wilm melfalan Myeloma multiple, kanker payudara, ovarium klorambusil Leokimia limfositik kronik, penyakit Hodgkin dan limfoma non Hodgkin,

19

mekroglobulinemia primer trietilenmelamin Penyakit hodkin, limfosarkoma, retino blastoma, leukemia kronik, tumor

payudara dan ovarium prokarbazin busulfan karmustin Limfoma hodgkin Leukemia mielositik kronik Penyakit hodkin yang refrakter terhadap pengobatan, melanoma malignum,

myeloma multiple lomustin Karsinoma paru dan kolorektal, limfoma hodkins dan karsinoma renal semustin Karsinoma malignum, paru tumor lewis, otak melanoma metastatic,

penyakit Hodgkin, limfoma non-hodkin, dan neoplasma saluran cerna streptozosin sisplatin Karsinoma pankreas Kanker testis, ovariumbuli buli,

esophagus,paru, kolon 2. ANTIMETABO LIT 5-fluourasil (5-FU) Kanker payudara kolon, esophagus leher dan kepala 6-zauridinleukimia fluadarabin Mikosis fungisoides polisitemia vera Hairy cell leukemia, leukemia limfositik kronik, limfoma non-hodkin sel kecil gemesitabin 3. PRODUK ILMIAH vankristin Leukewilmsmia neuroblastoma, limfositik tumor akut, wilms, Kanker paru dan ovarium

rabdomiosarkoma, limfoma hodkin dan noon hodkin

20

vinblaskin

Peni hodkins, payudara, paru, buli buli, leher dan kepala

irinotekan

Karsoma ovarium, karsinoma paru sel kecil (nafrialdi, 2009)

1.5 Efek samping Anti kanker merupakan obat yang indeks terapinya sempit.Semuanya dapat menyebabkan efek toksik berat, yang mungkin sampai menyebabkan kematian secara langsung maupun tidak langsung. Karena antikanker umumnya bekerja pada sel yang sedang aktif, maka efek sampingnya juga terutama mengenai jaringan dengan proliferasi tinggi, yaitu: sistem hemopoetik dan gastrointestinal. Supresi hemopoesis terlihat sebagai leucopenia,

trompositopenia atau anemia. Leucopenia hebat (hitung leukosit < 2000/mm3) dan trombositopenia (hitung trombosit < 100.000/mm3)merupakan petunjuk untuk penghentian terapi pada pasien yang pada awal terapi mempunyai sistem hemopoetik normal. Supresi sistem hemopoetik ini masih dapat berlanjut pemulihan setelah terjadi pemberian 2 obat dihentikan.Umumnya setelah penghentian

minggu

terapi.Penghambatan sistem hemopoetik oleh nitrosourea dapat berlangsung 4-6 minggu setelah pengobatan dihentikan. Gangguan saluran cerna berupa anoreksia ringan, mual, muntah, diare dan stomatitis sampai yang berat yaitu ulserasi oral dan intestinal, perforasi, diare hemoragik. Hamper semua anti kanker menyebabkan efek samping ini, tetapi jarang sampai menimbulkan kematian. Lesi selaput lender mulut umumnya terjadi pada pemberian metotreksat, fluorourasil,

21

daktinomisin, doksorubisin).

vinblastin,

dan

antrasiklin

(daunorubisin,

Reaksi kulit dapat berupa eritem, urtikaria dan erupsi makulopapular sampai sindrom Stevens Johnson: yang memerlukan penghentian terapi. Siklofosfamid, vinkristin, vinblastin, metotreksat, daktinomisin, fluorourasil dan

kelompok antrasiklin sering menyebabkan alopesia.Rambut umumnya tumbuh kembali setelah pengobatan dihentikan. Banyak antikanker secara tidak langsung dapat

menyebabkan nefropati hiperurisemik dan gagal ginjal bila digunakan oleh pasien leukemia, limfoma dan tumor berproliferasi cepat lainnya yang responsif.Hal ini disebabkan oleh pemecahan nukleoprotein oleh asam urat yang

diekskresikan dalam jumlah tinggi melalui ginjal.Hiperurisemia ini dapat dicegah dengan hidrasi, alkalinisasi urin dan pemberian alopurinol. Sebagian besar antikanker memperlihatkan sifat

teratogenik pada binatang.Walaupun bahayanya pada manusia belum terbukti, dianjurkan agar sedapatnya tidak diberikan pada kehamilan trimester pertama.Juga perlu dipertimbangkan kemungkinan efek toksik pada janin yaitu pada sistem hemopoetik, hati dan ginjal. Dibawah ini akan dibicarakan efek samping khusus dari beberapa antikanker. Alkilator dapat menyebabkan depresi hemopoetik yang ireversibel, terutama setelah pengobatan antikanker lain atau setelah radiasi. Siklofosfamid paling kurang menyebabkan trombositopenia disbanding dengan alkilator lain. Frekuensi kejaian reaksi gastrointestinal dan sakit kepala lebih tinggi dengan mekloretamin disbanding dengan alkilator yang lain,

22

sifat iritatifnya dapat menyebabkan nekrosis pada ekstravasasi obat. Stomatitis aftosa lebih jarang terjadi dengan alkilator daripada dengan antimetabolit. Antimetabolit, selain menyebabkan depresi hemopoetik dan gangguan saluran cerna, sering menyebabkan stomatitis aftosa.Efek samping ini paling sering terjadi setelah pemberian metotreksat, fluorourasil dan sesekali setelah pemberian merkaptopurin.Stomatitis, diare, trombositopenia, leucopenia atau setiap penurunan mendadak hitung jenis leukosit dan trombosit, merupakan indikasi penghentian terapi.Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya ulserasi pada saluran cerna bagian distal, infeksi dan hemoragi yang dapat berakibat fatal. Antimetabolit dikontraindikasikan pada pasien dengan status gizi buruk, leucopenia berat atau

trombositopenia.Kondisi ini cenderung terjadi pada pasien yang baru mengalami pembedahan, radiasi atau akibat pengobatan dengan sitostatik.Pada pasien dengan gangguan hati dan ginjal dosis harus disesuaikan berdasarkan respons pasien; status fungsi hati dan ginjal harus dimonitor. Berbeda dengan antikanker lain, efek toksik asparaginase terhadap sumsum tulang minimal, demikian juga kerusakan pada saluran cerna. Sayangnya obat ini toksik terhadap hati, ginjal, pancreas, SSP dan mekanisme pembekuan

darah.Gangguan pada hati terjadi pada 50% kasus. Lasparaginase menekan sistem imun dan terlihat dari

hambatannya pada sintesis antibody dan proses imun lainnya. Asparaginase bersifat antigenic; reaksi alergi ringan sampai anafilaksis dilaporkan terjadi pada 5-20% pasien.

23

Daftar Pustaka Anderson, Syrjala, & Cleeland. Pain Assessment : Global Use of the Brief Pain In ventory. Jurnal of Annals Academy of Medicine. Maret 2001 Vol 23 No2 Brannon & Feist. (2007). Health Psycology. USA : Thomson Wadsworth Brunner & Suddarth. 2002. Buku Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit Buku Kedokteran EGC Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Dalimarta, Setiawan. 2004. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

(terjemhan,Vol 2). Jakarta : EGC Explanatory style pada individu dalam menghadapi penyakit kanker oleh Dewi Natalia Rusli, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25646/7/Cover.pdf, diakses pada tanggal 30 oktober 2012. Tanu, Ian. 2009. Farmakologi Dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

24

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ......................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2 C. Tujuan ....................................................................................................... 2 D. Manfaat ..................................................................................................... 2 BAB II ISI ............................................................................................................... 3 A. Definisi Kanker ..................................................................................... 3 B. Etiologi.................................................................................................. 4 C. Jenis ...................................................................................................... 6 D. Manifestasi Klinis ................................................................................. 8 E. Patofisiologi .......................................................................................... 9 F. Farmakoterapi ..................................................................................... 10

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 24

25

Anda mungkin juga menyukai