Anda di halaman 1dari 8

Bahan PBL

1. Callus:
Kulit yang tebal keras / Callus adalah berbentuk bulatan datar yang menebal pada kulit,
Callus adalah penumpukan kulit yang terbentuk akibat iritasi atau gesekan. Menurut kamus
Dorland, callus adalahjiperplasia setempat dari lapisan tanduk epideremis akibat penekanan
atau gesekan.
(http://medicastore.com/penyakit/3276/Corn_dan_Callus.html, http://www.heel-
soft.com/article-23-tumit-pecahpecah.php, Dorland. (2002). Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 25.
EGC : Jakarta.)
2. Klasifikasi maloklusi dan relasi molar kelas 1 angle:
Berdasarkan bagian mulut dan maksilofacial unit, maloklusi dapat dibagi menjadi 3 tipe,
yaitu :
a. Individual tooth malpositions
Merupakan maloklusi yang ditunjukkan oleh hubungan antar gigi dalam satu rahang
yang sama.
Dapat pula disebut sebagai Intra-arch maloklusi.
Mesial Inclination/Tipping
Distal Inclination/Tipping
Lingual/palatal Inclination/Tipping
Labial/bukal Inclination/Tipping
Infra Oclusion
Supra Oclusion
Rotations
Digambarkan sebagai posisi gigi yang berputar dari posisi aslinya dalam
lengkung gigi.
Diklasifikasikan lagi menjadi :
>> Mesiolingual/Distolabial
>> Distolingual/Mesiolabial
>> Transposisi
b. Malrelasi dari lengkung gigi atau dentoalveolar
Klasifikasi ini digambarkan sebagai maloklusi akibat hubungan abnormal dari
sekelompok gigi dalam 1 lengkung gigi, atau 1 gigi terhadap gigi yang lain dalam
lengkung rahang yang berbeda. Klasifikasi ini dibagi menjadi 3, yaitu :
Sagital Plane Maloklusi
>> Pre-normal Oklusi
>> Post-normal Oklusi
Vertical Plane Maloklusi
Terbagi menjadi 2 berdasarkan overlap vertikal gigi saat berkontak
>> Deep Bite
>> Open Bite
Transverse Plane Maloklusi
c. Malrelationship skeletal
Maloklusi jenis ini terjadi karena disebabkan dari efek kelainan skeletal. Kelainan
ini dapat berupa ukuran, posisi atau hubungan antara tulang rahang.

Klasifikasi Maloklusi Angle
Class I Maloklusi
- Mesiobukal cusp dari M1 maksila berkontak dengan bukal groove dari mandibula
M1
- Mesiolingual cusp dari M1 maksila berkontak dengan oklusal fossa dari
mandibula M1
Class II Maloklusi
- Mesiobukal cusp dari M1 maksila berkontak dengan space diantara mesiobukal cusp
dari M1 mandibula dan bagian distal dari P2 mandibula
- Mesiolingual cusp dari M1 maksila berkontak dengan bagian mesial-mesiolingual
cusp M1 mandibula
- Dibagi menjadi 2 divisi berdasarkan angulasi labiolingual insisif maksila :
>> Class II Divisi I
Merupakan gabungan dari keadaan maloklusi kelas II, ditambah dengan keadaan
maksila insisor yang labioversion
>> Class II Divisi II
Merupakan gabungan dari keadaan maloklusi kelas II, maksila insisor secara umum
labioversion namun lateral insisor miring ke arah labial/mesial
>> Class II Subdivisi
Merupakan keadaan maloklusi kelas II yang terjadi hanya pada salah satu sisi dalam
lengkung gigi saja.
Class III Maloklusi
- Mesiobukal cusp M1 maksila berkontak pada space interdental diantara aspek distal
cusp M1 mandibula dan aspek mesial cusp M2 mandibula
- Dibagi menjadi :>> Pseudo Class III Maloklusi
Bukan Maloklusi kelas III yang sebenarnya. Dalam keadaan ini, mandibula bergeser
ke anterior pada glenoid fossa karena terdapat premature kontak
>> Class III Subdivision
Dikatakan demikian karena kriteria maloklusi kelas III hanya terjadi pada salah satu
sisi saja
(http://www.scribd.com/doc/76824080/1-Klasifikasi-Maloklusi-Versi-Pendek)
1. Maloklusi kelas I Angle (Neutro clusion) : Puncak bonjol mesiobukal gigi molar
pertama tetap rahang atas berada pada buccal groove dari molar pertama tetap
rahang bawah. Gigi molar hubungannya normal, dengan satu atau lebih gigi
anterior malposisi. Crowding atau spacing mungkin terlihat. Ketidakteraturan gigi
paling sering ditemukan di region rahang bawah anterior, erupsi bukal dari kaninus
atas, rotasi insisif dan pergeseran gigi akibat kehilangan gigi.
Maloklusi kelas I Angle dibagi atas lima tipe ( Dewey ), yaitu :
Tipe 1 : Gigi anterior berjejal (crowding) dengan kaninus terletak lebih ke labial
(ektopik).
Tipe 2 : Gigi anterior terutama pada gigi rahang atas terlihat labioversi atau protrusif.
Tipe 3 : Terdapat gigitan bersilang anterior (crossbite anterior) karena inklinasi gigi atas
ke palatinal.
Tipe 4 : Terdapat gigitan bersilang posterior.
Tipe 5 : Gigi posterior mengalami pergeseran ke mesial (mesial drifting) .
2. Maloklusi kelas II Angle ( Dis toclusion ) : Molar pertama tetap rahang atas
terletak lebih ke mesial daripada molar pertama tetap rahang bawah atau
puncak bonjol mesiobukal gigi molar pertama tetap rahang atas letaknya lebih
ke anterior daripada buccal groove gigi molar pertama tetap rahang bawah.
3. Maloklusi kelas III Angle ( Me sioclusion) : Gigi molar pertama tetap rahang
atas terletak lebih ke distal dari gigi molar pertama tetap rahang bawah atau
puncak bonjol mesio bukal gigi molar pertama tetap rahang atas letaknya
lebih ke posterior dari buccal groove gigi molar pertama tetap rahang bawah.

Maloklusi kelas I Angle tipe 2 ( Dewey ) adalah Puncak bonjol mesiobukal gigi molar
pertama tetap rahang atas berada pada buccal groove dari molar pertama tetap rahang
bawah. Gigi anterior terutama pada gigi rahang atas terlihat labioversi atau protrusif.
Selain labioversi ditandai juga dengan deep bite karena ekstrusi gigi-gigi anterior
rahang bawah.
(http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CCYQFjAA&url=http%3
A%2F%2Fpustaka.unpad.ac.id%2Fwpcontent%2Fuploads%2F2011%2F10%2Fpustaka_unpad_perawatan
_maloklusi_kelas_I_angle_tipe_2.pdf&ei=QtZnT6z7D4O3rAf3nfjeBw&usg=AFQjCNFC2JREd7KaVck0tGx0
33f4E6QVA&sig2=O5iecMW7AMJjJh3_ZiIhjg)
3. Etiologi maloklusi kelas I Angle tipe 2 adalah :
Kebiasaan menghisap ibu jari atau jari lain biasanya dilakukan pada anak-
anak. Jika kebiasaan ini berla njut sampai periode gigi tetap dapat menimbulkan
gigi insisif rahang atas protrusif dan gigi insisif rahang bawah linguoversi. Jumlah
gigi yang mengalami protrusi atau linguoversi bergantung pada jumlah gigi yang
berkontak.

Kebiasaan buruk (mengisap jempol, menjulurkan lidah, menggigit bibir, dll)
tekanan abnormal pada gigi dan struktur di sekitarnya maloklusi
(http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CCkQF
jAA&url=http%3A%2F%2Fxa.yimg.com%2Fkq%2Fgroups%2F13472721%2F4700952
7%2Fname%2Fmaloklusi%2Bdan%2Bmalabsorpsi.ppt&ei=5z5oT7-
1D8LsrAeOpsnVBw&usg=AFQjCNE09r0QlujteEN_drYOYyERHP00JA&sig2=fr9KQ
wR2b2ezioUXnXKpFw)
Kebiasaan buruk bernafas melalui mulut menyebabkan gigi insisif rahang atas protrusif,
palatum dalam, dan lengkung rahang atas sempit.
Digit Sucking
Mekanisme
Open bite anterior terjadi akibat penempatan secara langsung jari yang dihisap pada
gigi-gigi insisivus. Keadaan ini mencegah terjadinya erupsi lanjutan atau erupsi lengkap
dari gigi-gigi insisivus, sedangkan gigi-gigi posterior tetap bebas bererupsi. Tanda lain
yang akan terlihat adalah pergerakan gigi-gigi insisivus atas ke arah labial dan gigi-gigi
insisivus bawah ke arah lingual. Pergerakan gigi-gigi insisivus ini tergantung pada jari
yang dihisap dan diletakkan serta banyaknya jari yang dimasukkan ke dalam mulut. Ibu
jari yang diletakkan ke dalam mulut akan menekan permukaan lingual gigi-gigi insisivus
rahang atas dan pada permukaan labial gigi insisivus bawah. Anak yang secara aktif
menghisap jari dapat menghasilkan daya yang cukup pada ujung gigi insisivus rahang
atas, sehingga menjadi lebih protrusif dan gigi insisivus bawah lebih retrusif dengan
demikian bertambahnya overjet dan overbite semakin besar (Fields, 1993; Moyers,
1988).
Keadaan lain yang dapat muncul adalah kontraksi maxilla. Kontraksi maxilla biasa
terjadi pada kebiasaan menghisap jari karena lengkung maxilla gagal untuk berkembang
karena perubahan keseimbangan antara tekanan pipi dan lidah. Ketika ibu jari diletakkan
di dalam mulut, lidah akan tertekan ke bawah dan menjauh palatum serta menurunkan
tekanan lidah pada bagian lingual gigi posterior rahang atas. Tekanan otot pipi terhadap
gigi-gigi posterior rahang atas ini meningkat akibat kontraksi muskulus bucinator selama
menghisap. Hilangnya keseimbangan daya yang diberikan oleh lidah pada permukaan
lingual menyebabkan lengkung posterior maksila berkontraksi menjadi crossbite
posterior. Tekanan pipi terbesar terjadi pada sudut mulut dan menyebabkan lengkung
maksila berubah menjadi bentuk V (Fields, 1993; Moyers, 1988).
Penatalaksanaan
Salah satu cara untuk menghentikan kebiasaan menghisap jari adalah dengan
menggunakan thumb splint maupun sarung tangan sehingga ketika dalam kondisi tidur
anak akan terbiasa tidak menghisap jarinya. Jika anak tidak kooperatif dengan
pemakaian alat fungsional lepasan seperti palatal crib, perawatan pada open bite anterior
akibat kebiasaan menghisap jari dapat dilakukan dengan alat cekat mekanik. Pada
dasarnya perawatan terhadap open bite anterior ini dapat dilakukan dengan
penghilangan habit, modifikasi pertumbuhan, kamuflase ortodontik, dan pembedahan
(Millett dan Welbury, 2005). Perawatan dalam menghilangkan finger sucking habit
diantaranya memberikan sarung, perekat, atau material termoplastik yang digunakan pada
jari yang sering digunakan anak untuk menghisap. Benda tersebut menimbulkan
ketidaknyaman dalam menghisap jarinya sehingga No Oral
Digit sucking Open bite anterior, peningkatan overjt, RA anterior protrusif, RB
anterior retrusif, crossbite anterior, lengkung maksila bentuk v perawatan: (1) Thumb
splint (2) sarung tangan (3) palatal crib kebiasaan tersebut dapat dihentikan.
(http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&ved=0CFcQFjAF&url=
http%3A%2F%2Forthodontics.fkg.ugm.ac.id%2Findex.php%2Fcomponent%2Fphocadownload%2
Fcategory%2F2-
s1%3Fdownload%3D7%3Aorto4habit&ei=QtZnT6z7D4O3rAf3nfjeBw&usg=AFQjCNGMBMM9Dgt
JE0f89pP7yGsjsyebGQ&sig2=OflseTZCZDbWZMmC-YUdsA)
4. Perawatan maloklusi kelas I Angle tipe 2
Tingkatan perawatan ortodonti dapat dibagi dalam tiga tingkat, yaitu :
Ortodonti Preventif adalah tingkat perawatan untuk mencegah terjadinya
maloklusi, seperti : memelihara kebersihan gigi dan mulut untuk mencegah
terjadinya karies gigi, pemberian fluor pada gigi sulung agar tidak mudah karies,
penambalan gigi sulung harus baik dan tidak mengubah ukuran mesi o-distal
gigi dan titik kontaknya, menghilangkan kebiasaan buruk : bernafas melalui mulut,
menghisap jari, mendorong lidah, menggigit bibir, pemakaian space maintainer
pada kasus premature loss gigi sulung untuk mencegah terjadinya pergeseran gigi.
Ortodonti Interseptik adalah Perawatan ortodonti yang dilakukan jika s udah
terjadi maloklusi ringan dan sudah dapat terlihat maloklusi yang berkembang akibat
adanya faktor keturunan, intrinsik dan ekstrinsik, seperti : pemakaian space
regainer untuk mengembalikan gigi molar yang mengalami mesial drifting, serial
ekstraksi.
Ortodonti korektif adalah maloklusi yang terjadi suda h cukup parah bahkan
sudah mencacat wajah. Diperlukan tindakan perawatan ortodonti yang kompleks.
Perawatan maloklusi kelas I Angle tipe 2 termasuk perawatan ortodonti
korektif, tetapi tergantung berat ringannya mal oklusi dan penyebab maloklusi
tersebut.
5. Bruxism
Definisi: Bruxism adalah istilah yang digunakan untuk mengindikasikan kontak non
fungsional gigi yang meliput i clenching, grinding, dan tapping dari gigi dapat terjadi
selama siang hari atau malam hari dan berlangsung secara sadar dan tidak sadar. terjadi
dalam kondisi sadar dengan adanya ketidaknormalan fungsi pada otak (Singh, 2007 ;
Rosenthal, 2007; Herrera dkk., 2006). Menurut Rao (2008) bruxism terjadi sekitar 15% pada
anak-anak dan orang dewasa. Bruxism dapat menyebabkan beberapa komplikasi dental,
oral, maupun fasial. Kondisi ini sering merupakan sumber sakit kepala, kerusakan gigi
yang membutuhkan perawatan restoratif, penyebab kegagalan implan, dan bahkan rasa
sakit pada leher dan TMJ (Rosenthal, 2007; Herrera dkk., 2006).
Etiologi: Nadler (1957) membagi et iologi bruxism menjadi empat yaitu (1) faktor lokal,
suatu gangguan oklusal ringan, usaha yang dilakukan pasien tanpa sadar untuk
memperbanyak jumlah gigi yang berkontak atau reaksi atas adanya iritasi lokal, (2) faktor
sistemik, gangguan gastrointestinal, defisiensi nutrisi dan alergi atau gangguan endokrin
telah dilaporkan menjadi salah satu faktor penyebab, (3) faktor psikologis, tekanan emosi
yang tidak dapat di tunjukan oleh pasien seperti rasa takut, marah, dan penolakan, perasaan
tersebut disembunyikan dan secara tidak sepenuhnya sadar diekspresikan melalui berbagai
cara seperti menggeretakkan gigi, (4) faktor pekerjaan, seperti para pembuat arloji, orang-
orang yang suka mengunyah permen karet, tembakau atau benda-benda lain seperti pensil
atau tusuk gigi. (Singh, 2007; Ghom and Mhaske, 2009; Rao 2008).
Mekanisme :
Bruxism yang terjadi pada saat masa kanak-kanak akan menyebabkan erupsi yang tidak
sempurna pada gigi posterior dan juga menyebabkan menurunnya petumbuhan vertikal dari
maksila posterior, selain itu berakibat atrisi pada gigi anterior yang akan menyebabkan
turunnya dimensi vertical sehingga bermanifestasi pada deep overbite gigi anterior (Bishara,
2001).
Bruxism akan mengahasilkan erupsi yang tidak komplit pada gigi posterior sehingga
menurunkan petumbuhan vertical dari maksila posterior dan proses pembentukan alveolar
mandibula yang menghasilkan kenaikan overbite anterior. Gigi yang terkikis pada penderita
bruxism menyebabkan pengurangan jarak antara rahang atas dan rahang bawah, sehingga
mengurangi dimensi vertikal (Ghom and Mhaske, 2009). Penurunan dimensi vertikal
bermanifestasi pada deep-overbite pada gigi anterior (Bishara, 2001).
Penatalaksanaan
Berdasarkan Singh (2007) dan Rosenthal (2007) penatalaksanaan bruxism dapat
dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu:
1. Obat seperti vapocoolant (etil klorid) untuk nyeri pada TMJ, injeksi anestesi lokal pada
area TMJ untuk menganastesi otot-otonya,dan obat penenang serta obat pengurang
ketegangan otot.
2. Occlusal adjusment untuk mengoreksi rahang ke keadaan relaks selama pergerakan
fisiologis. Dapat pula disertai dengan bite plane.
3. Restorasi dimensi vertikal yang hilang dengan mahkota tuang/ mahkota stainless steel
4. Bite plane/occlusal splint/bite guards merupakan pembimbing bidang oklusal,biasanya
terbuat dari resin akrilik dan didesain menutupi seluruh permukaan aklusal dan insisal
gigi.
Bite Plane/occlusal splint yang dapat digunakan menurut Rosenthal (2007) adalah
a. Full-mouth occlusal splint. Alat ini kurang dianjurkan karena ukurannya relatif besar
dan membutuhkan beberapa waktu kunjungan untuk melakukan penyesuaian yang
diperlukan dalam rangka mencapai hubungan simultan pada semua gigi yang
berlawanan untuk menghambat terjadinya bruxism.
b. Anterior splints. Alat ini dihunakan untuk mencegah gigi posterior tidak
menyentuh permukaan oklusal pada saat terjadi gerakan mandibula. Anterior splints
memerlukan waktu kunjungan yang minimal, karena kontak dengan hanya 2 sampai 4
gigi saja yang diperlukan untuk mencapai efek penghambatan pada bruxism.
c. Night Guard/Occlusal guard. Merupakan plat yang dibuat untuk menutupi
permukaan oklusal gigi. Alat ini dipakai ketika tidur untuk menghentikan kebiasaan
bruxism dan clenching habit ketika tidur, melindungi gigi dan mengurangi penyebab
primer dari mobi litas gigi (Rahmadhan, 2009; Finn, 2003; Bishara,2001).
Ketiga alat diatas bersifat terapeutik disebabkan karena efek bite raising yakni
mampu mengurangi ketegangan otot secara pasif. Pada individu yang bruxism, alat ini
dapat mengurangi penggunaan alat prostetik dan mampu mengurangi kontak gigi yang
berperan sebagai pencetus terjadinya bruxism. Jika terdapat splinting otot pada bruxism,
maka intensitas bruxism dapat menurun setelah nyerinya dikurangi dengan penggunaan
occlusal guard (Singh 2007).
No. Oral
Habit
Klasifikasi Dampak Manajemen alat
1. Digit
sucking
Open bite anterior,
peningkatan overjet,
ra anterior protrusif, RB
anterior retrusif,
crossbite anterior, lengkung
maksila
bentuk v
(1) Thumb splint
(2) sarung tangan
(3) palatal crib
2. Tongue
thrusting
(1) tipe fisiologis
(2) tipe habitual
(3) Fungsional
(4) Anatomis
Open bite (1) Tongue trainer
crib
(2) Rakes
(3) Oral screen

(http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&ved=0CFcQFjAF&url=http%
3A%2F%2Forthodontics.fkg.ugm.ac.id%2Findex.php%2Fcomponent%2Fphocadownload%2Fcategory%
3. Mouth
breathing
(1) obstruktif
(2) habitual
(3) anatomis
(1 ) anterior open bite, (2)
erupsi gigi posterior yang
berlebihan, (3) arkus maksila
yang sempit, (4) overjet yang
berlebihan, (5) pertumbuhan
mandibula yang buruk , (6)
palatum sempit dan tinggi
dengan bentuk huruf v, (7)
insisivus yang protrusif , (8)
oklusi Angle kelas II divisi 1,
(9) gigi berjejal pada
lengkung rahang bawah dan
atas, (10) gangguan
pertumbuhan vertikal, (11)
posisi lidah yang rendah yang
menganggu fungsi
Oral screen
4. Bruxism (1) lokal
(2) sistemik
(3) psikologis
(4) pekerjaan
(1) menurunnya petumbuhan
vertikal dari maksila
posterior, (2) deep overbite
gigi anterior.
(1) The Full-Mouth
Occlusal Splint
(2) Anterior splints
(3) Night Guard/
Occlusal guard
5. Lip
sucking
(1) Lower lip
sucking
(2) Upper lip
sucking
(1) protrusif gigi anterior
rahang atas, (2) retrusif gigi
anterior rahang bawah, (3)
peningkatan overjet, (4)
diastemata anterior rahang
atas, (5) crowding gigi
anterior rahang bawah, (6)
hiperaktivitas muskulus
mentalis, dan (7) pendalaman
sulkus mentolabialis.
(1) Memainkan
alat musik tiup
(2) lip bumper
(3) metal button
6. Nail
biting
(1) rotasi gigi, (2) atrisi pada
ujung incisal gigi, dan (3)
protrusi incisivus maksila.
(1) memberikan
perasa tertentu
pada kuku (2)
sarung tangan
7. Chin
Propping
deep anterior closed bite Edukasi
8. Face
leaning
maloklusi unilateral pada
lengkung rahang atas, yaitu
pergerakan gigi maksila pada
sisi yang tertekan ke arah
lingual.

Edukasi
2F2-
s1%3Fdownload%3D7%3Aorto4habit&ei=QtZnT6z7D4O3rAf3nfjeBw&usg=AFQjCNGMBMM9DgtJE
0f89pP7yGsjsyebGQ&sig2=OflseTZCZDbWZMmC-YUdsA)
Cheek Biting
Definisi: Cheek biting adalah kebiasaan menggigit bagian dalam pipi secara spontan. Pasien
yang menderita cheek biting biasanya tidak dapat mengendalikan diri setiap kali mulai menggigit
pipi. Kebanyakan penderita tidak menyadari bahwa kebiasaan ini dapat meyebabkan kerusakan
serius pada mukosa pipi bagian dalam sampai terjadi perlukaan yang menimbulkan nyeri yang
sangat mengganggu (Khan, 2010). Dalam sebuah survei yang melibatkan 23.616 orang dewasa
kulit put ih Amerika dari Minnesota, jumlah kasus keratosis akibat cheek biting adalah 1,2 kasus
per 1000 individu. (Flaitz,2009). Etiologi: Beberapa penyebab cheek biting menurut Anonim
(2011), yaitu: (a) gigi yang tajam atau runcing, (b) erupsi gigi bungsu, (c) iatrogenic, dan (d)
penyebab lain seperti stress (kecemasan), efek samping dari teeth grinding, kelainan TMJ,
kelainan penutupan rahang, dan disfungsi otot.

Masochitic Habit
Definisi: Masochitic habit atau sering juga disebut self-injurious behaviour adalah kebiasaan
yang menyebabkan penderita akan memperoleh kesenangan dari rasa sakit yang dialaminya. Hal
ini mungkin menyenangkan bagi penderita, namun dapat dirasakan sebagai rasa sakit bagi orang
lain (Singh, 2007). Masoschitic habit adalah semua kebiasaan yang dapat membahayakan fisik
seseorang serta dilakukan dengan sengaja dan hanya melibatkan dirinya sendiri. Masoscitic habit
yang memiliki hubungan erat dengan perkembangan dan pertumbuhan oklusi adalah kebiasaan
menggigit kuku (nail biting). Etiologi: Kebiasaan ini lebih sering dilakukan dalam keadaan
sadar. Masoscitic habit sering dilakukan lebih dari satu kali (multipel). Hal yang mendorong
pelaku masoschitic habit sangatlah tidak masuk akal dan terkadang aneh, perilaku ini terkadang
sangat berbahaya dan harus segera membutuhkan pertolongan (Simeon dan Favazza, 2001).

6. Tipe psikologi
C.G. yung membuat tipe yang digolongkan menurut hubungannya dengan dunia luarnya.
1. tipe ekstrovert: menghadap ke dunia luar. Tindakannya lebih dipengaruhi oleh dunialuar daripada
oleh dunia dalamnhya, dirinya sendiri. Sifat-sifat: terbuka, lincah dalam pergaulan, riang, ramah,
mudah berhubungan dengan orang lain.
2. tipe introvert: menghadap ke dalam diri. Sifat-sifat: lebih tertutup dan mendalami dirinya sendiri.
Tidak terpengaruh oleh pujian orang lain dan sedikit terkena pengaruh oleh orang lain. Mempunyai
ide-ide sendiri dan azas-azas yang dipertahankan. Sukar bergaul dan sulit dimengerti oleh orang lain.
3. tipe ambivert: mereka mamiliki sifat dari kedua tipe dasar sehingga sulit dimasukkan ke dalam
salah satu tipe
(http://books.google.co.id/books?id=bIsPmNWNxQMC&pg=PA31&dq=tipe+psikologi+pasien&hl=
en&sa=X&ei=xFpoT7SBFsa4rAe9__nYBw&ved=0CC8Q6AEwAA#v=onepage&q=tipe%20psikol
ogi%20pasien&f=false)

Anda mungkin juga menyukai