Anda di halaman 1dari 6

Etiologi Maloklusi

Etiologi maloklusi dapat digolongkan menjadi dua yaitu, primary etiologi


site dan etiologi pendukung lainya. Primary etiologi site dibagi menjadi empat
yaitu sistem neuromuskular, tulang, gigi, dan jaringan lunak. Sedangkan etiologi
pendukung lainya dapat dibagi menjadi tujuh yaitu herediter, abnormalitas yang
tidak diketahui penyebabnya, trauma, agen fisik,kebiasaan buruk,penyakit,dan
malnutrisi.
A. Primary etiologi site terbagi menjadi :
1. System Neuromuskular
Beberapa pola kontraksi neuromuscular beradaptsi terhadap
ketidakseimbangan skeletal / malposisi gigi. Pola- pola kontraksi yang tidak
seimbang adalah bagian penting dari hamper semua maloklusi.
2. Tulang
Karena tulang muka, terutama maxilla dan mandibula berfungsi sebagai
dasar untuk dental arch, kesalahan dalam marfologi / pertumbuhannya dapat
merubah hubungan dan fungsi oklusi. Sebagian besar dari maloklusi ynag
sangat serius adalah membantu dalam identifikasi dishamorni osseus.
3. Gigi
Gigi adalah tempat utama dalam etiologi dari kesalahan bentuk
dentofacial dalam berbagai macam cara. Variasi dalam ukuran, bentuk, jumlah
dan posisis gigi semua dapat menyebabkan maloklusi. Hal yang sering
dilupakan adalah kemungkinan bahwa malposisisi dapat menyebabkan
malfungsi, secara tidak langsung malfungsi merubah pertumbuhan tulang.
Yang sering bermasalah adalah gigi yang terlalu besar.
4. Jaringan Lunak (tidak termasuk otot)
Peran dari jaringan lunak, selain neuromuskulat dalam etiologi
maloklusi, dapat dilihat dengan jelas seperti tempat- tempat yang didiskusi
sebelumnya. Tetapi, maloklusi dapat disebabkan oleh penyakit periodontal /
kehilangan perlekatan dan berbagai macam lesi jaringan lunak termasuk
struktur TMJ.

B. Etiologi Pendukung antara lain :
1. Herediter
Herediter telah lama dikenal sebagai penyebab maloklusi. Kesalahan
asal genetic dapat menyebabkan penampilan gigi sebelum lahir / mereka tidak
dapat dilihat sampai 6 tahun setelah kelahiran (contoh : pola erupsi gigi). Peran
herediter dalam pertumbuhan craniofacial dan etiologi kesalahan bentuk
dentalfacial telah menjadii banyak subjek penelitian. Genetic gigi adalah
kesamaan dalam bentuk keluaraga sangat sering terjadi tetapi jenis transmisi /
tempat aksi genetiknya tidak diketahui kecuali pada beberapa kasus ( contoh :
absennya gigi / penampilan beberapa syndrome craniofacial).
2. Perkembangan abnormal yang tidak diketahui penyebabnya
Misalnya : deferensiasi yang penting pada perkembangan embrio.
Contoh : facial cleft.
3. Trauma
Baik trauma prenatal atau setelah kelahiran dapat menyebabkan
kerusakan atau kesalahan bentuk dentofacial.
a. Prenatal trauma / injuri semasa kelahiran. Contohnya:
1. Hipoplasia dari mandibula yang disebabkan karena
tekanan intrauterine (kandungan) atau trauma selama proses
kelahiran.
2. Asymetri. Disebabkan karena lutut atau kaki menekan
muka sehingga menyebabkan ketidaksimetrian
pertumbuhan muka.
b. Prostnatal trauma
1. Retak tulang rahang dan gigi
2. Kebiasaan dapat menyebabkan mikrotrauma dalam masa
yang lama.
4. Agen Fisik
a. Ekstraksi yang terlalu awal dari gigi sulung.
b. Makanan. Makanan yang dapat menyebabkan stimulasi otot yang
bekerja lebih dan peningkatan fungsi gigi. Jenis makanan seperti
ini menimbulkan karies yang lebih sedikit.

5. Kebiasaan buruk
Terdapat bermacam-macam kebiasaan buruk dalam mulut anak, antara
lain bernafas melalui mulut, menjulurkan lidah, menggigit jari, mengisap jari,
menghisap bibir. Kebiasaanburuk pada seseorang bisa berdiri sendiri-sendiri
atau terjadi bersama-sama dengan kebiasaanburuk lainnya. Artinya pada
pasien yang sama dapat terj adi beberapa kebiasaan buruk (Yuniasih
E.N. dan Soenawan H., 2006)

Kl as i f i kas i kebi as aan bur uk or al pada anak menur ut
Vi ken S. ( 1971) s ebagai berikut :
1. Bernafas melalui mulut (mouth breathing)Bernafas melalui mulut dapat
diklasifikasikan menjadi tiga sebagai berikut :
a. Obstruktif : Anak yang mempunyai gangguan dalam
menghirup udara melalui saluran hidung (nasal passage).
b. Habi t ual : Di s ebabkan kar ena kebi as aan mes ki pun
gangguan yang abnor mal sudah dihilangkan.
c. Anatomical : Bila anatomi bibir atas-
bawah pendek sehingga tidak dapatmengatup sempurna tanpa
ada usaha untuk menutupnya.

Anak yang mouth breathing biasanya berwajah sempit, gigi
anterior atas majuke arah labial, dan bibir terbuka dengan bibir bawah
yang terletak di belakang insisif atas. Karena kurangnya stimulasi
muscular normal dari lidah dan karena adanyat ekanan
ber l ebi h pada cani nus dan daer ah mol ar ol eh ot ot
or bi cul ar i s or i s dan bucinator, maka segmen bukal dari
maksila berkontraksi mengakibatkan
maksilaberbentuk V dan palatal tinggi. Sehingga menurut beberap
a pendapat mouthbreathers cenderung memberikan klinis memilki
wajah yang panjang (long faced)dan sempit.Bila hal ini dilakukan
terus menerus dapat mengakibatkan kelainan berupagigi depan
rahang atas baas mrongos (protusif) dan gigitan depan
menjadi terbuka(open bite).


2. Kebiasaan menghisap ibu jari
Menghisap ibu jari merupakan kebiasaan yang umum pada
anak. Kebiasaanmenghisap ibu jari yang berkepanjangan dapat
menyebabkan maloklusi. Menurut Profit (2000), karakteristik
maloklusi berhubungan dengan adanya kombinasi tekananlangsung
dari ibu jari dan perubahan pola tekanan pipi dan bibir.
Tekanan pipi padasudut mulut merupakan tekanan yang
tertinggi, Tekanan otot pipi terhadap gigi -
gigiposterior rahang atas ini meningkat akibat kontraksi otot
buccinators selama
mengisap pada saat yang sama.sehingga memberikan risiko lengku
ng maksilamenjadi berbentuk V.
Mengisap ibu jari bukanlah suatu penyebab atau gejala dari
masalah fisik atau psikologis (Dionne, 2001). Beberapa kasus
menunjukkan kebiasaan mengisap ibu jari dapat menjadi masalah
karena ada kemungkinan terjadinya misalignment gigi permanen jika
seorang anak yang berusia lima atau enam tahun masih melakukan
kebiasaan mengisap ibu jari (Stuani, et al, 2006). Oral habit ini dapat
menyebabkan perubahan bidang incisal gigi seri, yaitu retroklinasi pada
gigi incisivus rahang bawah dan proklinasi pada gigi incisivus rahang
sehingga meningkatkan overjet dan menciptakan crossbite bukal
unilateral yang berhubungan dengan pergeseran mandibula. Hal
tersebut juga dapat mengubah rasio antara bagian atas dan bawah
ketinggian wajah anterior. Akibatnya posisi gigi depan jauh lebih maju
dari gigi bawah, dan terjadi open bite (Millett and Welbury, 2005;
Dionne, 2001). Sebuah data penelitian menunjukkan bahwa aktivitas
mengisap benda non-nutritif, dibandingkan dengan benda nutritif, sejak
bulan pertama kelahiran memiliki faktor resiko yang lebih tinggi dalam
mengakibatkan penyimpangan perkembangan oklusi dan open bite pada
gigi desidui (Viggiano, et al, 2004).

3. Kebiasaan mendorong lidah (tongue thrusting)
Menurut Straub (1960), kebiasaan mendorong lidah
dapat disebabkan karena bottlefeeding yang tidak tepat dan
biasanya disertai dengn kebiasaan buruk lain seperti kebiasaan
menghisap ibu jari, menggigit bibir, dan menggigit kuku. Jika
kebiasaan initerus berlanjut akan menyebabkan open bite dan
incomplete coverbite serta ujung lidah terposisi lebih anterior dari
normal.

4. Kebiasaan menggigit benda
Terdiri dari :
a. Menggigit kuku
Menggigit kuku (nail biting)Mer upakan
kebi as aan bur uk or al di mana pos i s i gi gi i ns i s i f
at as dan bawahmengal ami penekanan gi gi pada
bagi an kuku t er s ebut . Meur ut Fi nn
( 1971) , kebiasaan menggigit kuku adalah kebiasaan
normal pada anak yang sebelumnyamemiliki kebiasaan
menghisap. Selain itu menurut Alexander dan Lane
(1990), etiologi menggigit kuku disebabkan karena stres, im
itasi terhadap anggotakeluarga, herediter, transfer dari
kebiasaan menghisap jari, dan kuku jari yangtidak rapi.
Pada beberapa kasus kebiasaan ini dapat menyebabkan atrisi
pada gigianterior bawah.
b. Menggi gi t j ar i
Kebi as aan menggi gi t j ar i pada anak - anak
t i mbul pada us i a 1- 2 t ahun. J i ka dibiarkan terus
menerus sampai usia 5 tahun atau lebih dapat berakibat
kelainanpada posisi gigi. Jari akan menekan gigi rahang
atas ke depan dan gigi rahangbawah ke dalam, sehingga gigi
tampak merongos (protusif).( www.scribd.com )

Selain kebiasaan kebiasaan di atas, kebiasaan menopang dagu
juga dapat mengakibatkan pertumbuhan tulang rahang bawah yang
tidak sempurna. Kebiasaan ini dapat menyebabkan tidak simetrisnya
antara kanan dan kiri tulang rahang tersebut karena dalam kebiasaan ini
dagu tertopang sebagian yang artinya sebagian rahang bawah mendapat
suatu tekanan sehingga pertumbuhan rahang tidak sempurna. Hal inilah
yang nantinya dapat menyebabkan maloklusi. ( foster. 1997 )


6. Penyakit
a. Penyakit sistemik
Mengakibatkan pengaruh pada kualitas gigi daripada
kuantitas pertumbuhan gigi.
b. Gangguan endokrin
Disfungsi endokrin saat prenatal bias berwujud dalam
hipoplasia, gangguan endokrin saat postnatal bias mengganggu
tapi biasanya tidak merusak / merubah bentuk arah pertumbuhan
muka. Ini dapat mempengaruhi erupsi gigi dan resorpsi gigi sulung.
c. Penyakit local
Penyakit disekitar mulut yang dapat mempengaruhi gigi
geligi
1. Penyakit gingival periodontal dapat menyebabkan efek
langsusng seperti hilangnya gigi, perubahan pola penutupan
mandibula untuk mencegah trauma, ancylosis gigi.
2. Trauma
3. Karies
7. Malnutrisi
Berefek pada kualitas jaringan dan kecepatan dari kalsifikasi.

Foster, T. D. 1997. Buku Ajar ORTODONDI. Edisi III. Jakarta : EGC
http://www.scribd.com/doc/47226871/BAB-I diakses tanggal 14 maret
2011
(http://www.scribd.com/doc/40690048/Oklusi-Dan-Maloklusi diakses
tanggal 14 maret 2011

Anda mungkin juga menyukai