Anda di halaman 1dari 5

Dampak Thumb Sucking:

 Gangguan rahang

 Jari abnormal, dapat terjadi hiperekstensi jari, terbentuk callus, iritasi, eksema, dan
paronikia (jamur kuku)
 Efek Psikologis
 Risiko infeksi saluran cerna meningkat
 Kelainan bicara

Salah satu kemungkinan komplikasi kebiasaan menghisap jempol setelah erupsi gigi
permanen adalah kelainan dalam berbicara. ketidak teraturan pada gigi menyebabkan
pengucapan menjadi berbeda. selain itu menghisap jari dalam jangka waktu yang lama
menyebabkan gangguan pada gerakan lidah dan gangguan pada pola menelan anak.
Pengucapan vokal dan suara yang dipengaruhi oleh mengisap jempol adalah : n, l, d, e,
dan z, s.
 Maloklusi

Kebiasaan menghisap jari pada fase gigi sulung tidak mempunyai dampak pada gigi
permanen bila kebiasaan telah berhenti sebelum gigi permanen erupsi. Bila kebiasaan
terus berlanjut sampai gigi permanen erupsi dapat menyebabkan maloklusi. Maloklusi
yang terjadi ditentukan oleh jari mana yang dihisap dan bagaimana pasien meletakkan
jarinya pada waktu menghisap.
Maloklusi yang dapat terjadi, antara lain:
a. incisivus atas proklinasi dan terdapat diastema,
b. protusi gigi anterior RA,
c. incisivus RB retrusi atau berdesakan,
d. prognatik segmen maksila,
e. retrognatik mandibula,
f. overjet besar,
g. openbite anterior,
h. palatum tinggi,
i. crossbite.
Pencegahan dan Perawatan Thumb Sucking
Metode psikologis untuk menghilangkan kebiasaan buruk hanya dapat dilakukan bila
anak siap secara psikologis. Hal yang dapat dilakukan yaitu
1. Anak diberikan pengertian tentang akibat baik langsung maupun tidak langsung jari
kebiasaan menghisap yang dilakukannya.
2. Dalam hal ini orang tua sangat berperan penting dengan tidak memarahi anak dan
memberikan suatu penghargaan jika anak tidak lagi melakukannya.
Menghentikan kebiasaan buruk menghisap jari lebih baik dilakukan dengan tidak
terlalu memberikan tekanan dalam proses mengingatkan karena hal tersebut dapat
meningkatkan kecemasan yang akan berakibat semakin meningkatnya kejadian
kebiasaan menghisap jari.
Penanganan kebiasaan buruk menghisap jari dapat dilakukan ekstra oral atau intra
oral.
A. Penanganan secara ekstra oral
Penanganan kebiasaan buruk dilakukan antara lain dengan terapi pengingat.
Prinsipnya adalah membuat jari yang dihisap menjadi tidak nyaman,
1. memberikan perasa yang tidak enak/pahit pada jari anak
sehingga anak mulai merasa ada hal yang aneh saat dia menghisap jari dan
mengurungkan niatnya untuk menghisap jari.
2. memasang plester pada jari atau penggunaan pelindung Jari (thumb guard atau
finger guard)
Plester atau diberi tudung dengan thumb atau finger guard. Plester yang dipilih
sebaiknya plester anti air, agar tidak memberikan sifat lembab pada jari dan dipasang
sedemikian sehingga tidak sampai mengganggu sirkulasi darah.

Gambar Thumb guard dan finger guard A. dari plastik B. dari akrilik

3. Penggunaan pelindung siku/ elbow guard atau perban pada siku


Cara lain adalah dengan membatasi gerakan tangan, misalnya dengan memakai
pelindung siku/ elbow guard atau perban pada siku.

Gambar pelindung siku/ albow guard

Gambar Perban siku

Alat keduanya dilengkapi dengan alarm sebagai pengingat bahwa anak harus
menghentikan kebiasaannya.

B. Penanganan intra oral

Jika usia anak lebih dari 7 tahun dan masih melakukan kebiasaan ini, maka perlu
Peranti ortodonti yang diperlukan dalam kasus ini
1. Peranti cekat atau peranti yang dilengkapi dengan taju-taju / crib

Gambar Peranti dengan taju-tahu A. peranti cekat B peranti lepas


2. Peranti Haas
digunakan sebagai pengingat (reminder) untuk mencegah kebiasaan menghisap jari.
Taju-taju juga bisa diganti dengan bead. Variasi peranti dapat dibuat dari kawat baja
nir karat 0.9 mm yang membentang dari band pada molar pertama permanen kanan
dan kiri. Pada kawat diberi bead akrilik dan saat ingin menghisap jari, pasien diminta
memutar bead dengan lidahnya.

Gambar Peranti dengan bed akrilik A. peranti lepas B. peranti cekat


Tongu Thrusting

Etiologi Tongu Thrusting


Kebiasaan menjulurkan lidah merupakan suatu bentukproses penelanan,
yang mendorong lidah ke depan atau lateral atau diantara gigi selama penelanan. K
ebiasaan menjulurkanlidah menunjukkan pergerakan lidah melawan pertumbuhan gi
giselama penelanan dan pada saat istirahat. Joelijanto (2012) berpendapat bahwa k
ebiasaan menjulurkan lidah adalahkebiasaan dengan mendorong lidah dan meneka
n gigi anterior(definisi umum) atau lidah didorong keluar dan diletakkandiantara perm
ukaan insisal gigigigi anterior atas dan bawah(definisi konservatif). Kebiasaan ini me
nggambarkanketdakseimbangan otot orofasial. Alawiyah dan Sianita (2012) mengat
akan bahwa gerakan lidah selama kebiasaan iniberlangsung pada umumnya hanya
singkat, tidak lebih dari satudetik. Namun demikian, individu normal diperkirakan aka
nmelakukan tidak kurang dari 800
kali gerakan menelan per haridalam keadaan sadar dan bila digabungkan dengan sa
at tidur, maka total gerakan menelan seseorang bisa mencapai hampir1000
kali. Tentu saja seribu kali tekanan per hari yang totalnyamungkin hanya beberapa
menit, walaupun ringan akanmempengaruhi posisi gigi, baik vertikal (tumpang gigit)
maupunhorizontal (jarak gigit).
Posisi lidah yang tidak normal dan abnormalitas gerakanlidah saat menelan tela
h lama terkait dengan open bite anterior dan protrusi gigi insisivus rahang atas.
Ada beberapa bentukkebiasan menjulurkan lidah dengan posisi lidah yang bermaca
m-macam. Proffit (2000) menyatakan bahwa kondisi ini seringdisebut tongue thrust,
deviate swallow, visceral swallow, atauinfantile swallow.
Penyebab utama kebiasaan ini berhubungan denganpsikologi (maturasi) dan a
natomi (pertumbuhan) anak itusendiri. Bayi normal memposisikan lidahnya ke anteri
or di dalam mulut saat posisi istirahat dan menelan (Aisyah,
2016).Menurut Tharvade and Ramkhrisna (2015) ada beberapa faktoryang dapat me
nimbulkan kebiasaan menjulurkan lidah, anataralain:
a) faktor genetik/herediter, berupa anatomi yang spesifik atauneuromaskuler pada re
gio orofasial yang dapat menimbulkankebiasaan menjulurkan lidah. Misalnya, aktivit
as hypertonic orbicularis oris
b) pemberian susu botol yang tidak baik
c) kebiasaan menghisap ibu jari yang berkepanjangan. Walaupunmengisap jari tidak
dilakukan lagi, akan tetapi telah terbentukopen
bite maka lidah sering terjulur ke depan untukmempertahankan penutupan bagian d
epan selama proses penelanan
d) tonsillitis, adenoid atau infeksi tenggorokan yang menyebabkan kesulitan menelan
e) lidah besar yang abnormal (macroglossia)
f) alergi, penyumbatan hidung atau obstruksi yang berhubungandengan bernafas me
lalui mulut yang menyebabkan lidah turun di dasar mulut
g) gangguan neurologis, muscular atau abnormalitas psikologisyang lain
h) frenulum lingual
yang pendek. Pada kondisi ini lidah tidakdapat masuk atau menyentuh palatum sehi
ngga lidah cenderungterjulur ke depan
i) kebiasaan suka meniru menjulurkan lidah pada anak-
anakyang jika berlangsung terus-menerus dapat menjadi kebiasaanyang menetap.
Daftar Pustaka:

Goenharto, S., Rusdiana, E., dan Nurlalili, Y. Tatalaksana mengatasi kebiasaan buruk menghisap jari.
Jurnal PDGI 2016. Vol. 65, No. 2, Hal. 48–54

Karimi, Mohammed. Dental Complications of Sucking Thumbs. Inter Ped Dent Open Acc J.
2018; 1(3): 38-39

Anda mungkin juga menyukai