Thumb/finger sucking adalah sebuah kebiasaan dimana anak menempatkan jari atau ibu
jarinya di belakang gigi, kontak dengan bagian atas mulut, mengisap dengan bibir, dan gigi tertutup
rapat. Aktivitas mengisap jari dan ibu jari sangat berkaitan dengan otot-otot sekitar rongga
mulut.(13,14)
Mengisap ibu jari merupakan sebuah perilaku, bukan sebuah gangguan. Seiring
pertambahan usia, diharapkan kebiasaan buruk tersebut akan hilang dengan sendirinya. Kebiasaan
ini sering ditemukan pada anak-anak usia muda dan bisa dianggap normal pada masa bayi dan
akan menjadi tidak normal jika berlanjut sampai masa akhir anak-anak. Hal ini sering terjadi dalam
masa pertumbuhan, sebanyak 25-50% pada anak-anak yang berusia 2 tahun dan hanya 15-20%
Sebagian anak mempunyai kebiasaan mengisap sesuatu (misalnya jari) yang tidak memberi
nilai nutrisi (non-nutritive), sebagai suatu kebiasaan yang dapat dianggap wajar. Akan tetapi,
kebiasaan mengisap yang berkepanjangan akan menghasilkan maloklusi. Keadaan ini dapat terjadi
karena adanya tekanan langsung dari jari dan perubahan pola bibir dan pipi pada saat istirahat. Bila
seorang anak menempatkan ibu jari di antara incisivus bawah dan atas, biasanya dengan sudut
tertentu, maka akan terdapat dorongan incisivus bawah ke lingual sedangkan incisivus atas ke
Ada beberapa variasi maloklusi tertentu tergantung jari yang diisap dan juga penempatan
jari yang diisap. Sejauh mana gigi berpindah tempat berkorelasi dengan lamanya pengisapan per
hari daripada oleh besarnya kekuatan pengisapan. Seorang anak yang mengisap kuat-kuat tetapi
hanya sebentar tidak terlalu banyak berpengaruh pada letak giginya, sebaliknya seorang anak yang
mengisap jari meskipun dilakukan tidak terlalu kuat tetapi dalam waktu yang lama (misalnya
selama tidur malam masih menempatkan jari di dalam mulut) dapat menyebabkan maloklusi yang
nyata.(11)
Anak-anak usia prasekolah memiliki kebiasaan mengisap jari tangan dan mainan yang
dominan. Warren dkk melaporkan bahwa 20% anak memiliki kebiasaan mengisap non-nutritive
di luar usia 3 tahun. Dalam tindak lanjut jangka panjang, Warren et al mengamati bahwa kebiasaan
rahang sempit, overjet lebih besar dan prevalensi yang lebih besar dari gigitan terbuka dan gigitan
silang. Holm dalam studi pada anak-anak Denmark yang berusia antara 3-5 tahun dengan
kebiasaan mengisap, menemukan hubungan transversal dan sagital antara rahang tetap tidak
berubah pada kebanyakan anak-anak, sedangkan hubungan vertikal bervariasi dengan perubahan
mempertahankan kebiasaan ini. Anak-anak dengan kebiasaan mengisap jari tangan memiliki
prevalensi jauh lebih tinggi hubungan molar distal dan kaninus, overjet lebih besar, dan gigitan
Fayyat pada penelitian terhadap 106 anak yang berusia antara 4 dan 6 tahun menyimpulkan
bahwa di antara kebiasaan oral yang buruk, mengisap jari kelihatannya merupakan yang pertama
menyebabkan openbite. Namun, bagi kebanyakan anak yang dinyatakan berkembang secara
Bila jari ditempatkan di antara gigi atas dan bawah, lidah terpaksa diturunkan yang
menyebabkan turunnya tekanan lidah pada sisi palatal geligi posterior atas. Pada saat yang sama
tekanan dari pipi meningkat dan muskulus buccinator berkontraksi pada saat mengisap. Tekanan
pipi paling besar pada sudut mulut dan mungkin keadaan ini dapat menjelaskan mengapa lengkung
maksila cenderung berbentuk huruf V dengan kontraksi pada regio kaninus daripada molar.
Kebiasaan mengisap yang melebihi batas ambang keseimbangan tekanan dapat menimbulkan
perubahan bentuk lengkung geligi, akan tetapi sedikit pengaruhnya terhadap bentuk rahang.(11)
Hampir 80% bayi mempunyai kebiasaan mengisap ibu jari atau jari lainnya. Biasanya
keadaan ini terjadi sampai bayi berusia sekitar 18 bulan. Akan tetapi, kadang-kadang masih
dijumpai pada anak usia prasekolah bahkan sampai berumur 4 tahun ke atas. Secara alami ia mulai
menggunakan otot bibir dan mulut. Ketidakpuasan mengisap ASI dapat membuat anak suka
mengisap jari tangannya sendiri. Jika kebiasaan ini berlanjut dapat berakibat pertumbuhan gigi
berubah posisi. Adanya kebiasaan oral mempengaruhi kegagalan dalam menyusui dan
konsekuensinya mungkin menyebabkan penyapihan dini (proses penghentian penyusuan ASI pada
bayi) atau sebaliknya penyapihan dini menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan anak untuk
mengisap dan akhirnya bayi mengisap yang tidak bergizi seperti mengisap ibu jari dan penggunaan
Selain untuk memuaskan insting mengisap, faktor lain yang dapat menyebabkan kebiasaan
buruk adalah keinginan untuk menarik perhatian, rasa tidak aman, dan sehabis dimarahi atau
dihukum. Beberapa psikiater percaya bahwa mengisap ibu jari untuk menarik perhatian ibu, ini
disebabkan oleh kebutuhan anak untuk dekat pada ibunya. Mengisap jari merupakan perilaku
naluriah yang menjadi kebiasaan. Selain itu, mengisap jari merupakan manifestasi dari rasa tidak
aman, kebanyakan anak-anak terlihat mengisap dengan tekanan yang besar dan kecepatan saat
tegang. Kurangnya cinta dan perhatian pada bayi dan anak-anak dapat meningkatkan resiko untuk
mengisap jari. Mengisap memiliki efek menyenangkan, menenangkan, dan sering membantu anak
untuk bisa tertidur. Namun, akan mengkhawatirkan bila gigi permanen mulai erupsi (sekitar usia
5 tahun) karena akan mengubah bentuk gigi, palatum, atau gigitan pada anak.(14,13,2)
Beberapa masalah yang dapat timbul akibat kebiasaan mengisap ibu jari, seperti(16) :
a) Masalah gigi, bila kebiasaan ini bertahan sampai umur 4 tahun maka akan menyebabkan
maloklusi gigi susu dan permanen, juga dapat menyebabkan masalah pada tulang-tulang di
sekitar mulut. Resiko tinggi ditemukan pada anak yang mengisap ibu jari pada waktu siang
dan malam.
b) Jari abnormal, dengan pengisapan yang terus menerus terjadi hiperekstensi jari, terbentuk
d) Keracunan tidak disengaja, anak yang mengisap ibu jari terpapar tinggi terhadap keracunan
Perawatan psikologis
Bila kebiasaan ini menetap setelah anak berumur 4 tahun, maka orang tua disarankan untuk
mulai melakukan pendekatan kepada anak agar dapat menghilangkan kebiasaan buruknya tersebut,
antara lain(16) :
a) Mengetahui penyebab. Ketahui kebiasaan anak sehari-hari termasuk cara anak beradaptasi
terhadap lingkungan sekitar. Faktor emosional dan psikologis dapat menjadi faktor pencetus
b) Menguatkan anak. Menumbuhkan rasa ketertarikan pada anak untuk menghentikan kebiasaan
tersebut. Orang tua diingatkan untuk tidak memberikan hukuman pada anak karena anak akan
c) Mengingatkan anak. Buat semacam agenda atau kalender yang mencatat keberhasilan anak
d) Berikan penghargaan. Orang tua dapat memberikan pujian dan hadiah yang disenangi si anak,
a) Ibu jari atau jari diolesi bahan yang tidak enak (pahit) dan tidak berbahaya, misalnya betadine.
Ini diberikan pada waktu-waktu anak sering memulai kebiasaannya mengisap ibu jari.
penderitanya. Kebiasaan yang sering dilakukan pada anak usia 4-6 tahun ini, dapat merubah
kedudukan gigi depan atas ke arah depan, sedang gigi depan bawah ke arah dalam. Gigi yang
protrusi akibat dari kebiasaan mengisap bibir bawah sejak kecil menyebabkan anak sering menjadi
bahan pembicaraan teman-temannya, sehingga secara psikologis anak merasa kurang percaya diri.
Oleh sebab itu, intensitas mengisap bibir bawah juga semakin meningkat. Selain menyebabkan
protrusi, kebiasaan ini juga dapat membuat pertumbuhan gigi menjadi tertahan. Salah satu
penelitian menunjukkan 50% anak-anak tuna wisma yang mempunyai oral habit, prevalensi
Kekuatan dari otot-otot orbicularis oris dan otot-otot buccinator yang diseimbangkan oleh
kekuatan yang berlawanan dari lidah. Keseimbangan otot-otot daerah sekitar mulut dapat
mengganggu apabila pasien memiliki kebiasaan buruk seperti mengisap ibu jari, menjulurkan
Gigi berada dalam keadaan keseimbangan dinamis yang konstan. Keseimbangan kekuatan
antar otot yang dipercaya dapat mempengaruhi posisi dan kestabilan dent alveolar complex.
Graber mendeskripsikan mekanisme otot-otot buccinator. Dalam mekanisme ini, kekuatan yang
mendorong gigi dihasilkan oleh otot orbicularis oris, otot buccinators, otot penarik superior
pharyngeal yang diseimbangkan oleh kekuatan yang berlawanan dari lidah. Kerja yang berlebihan
lengkung gigi, mengurangi ruang untuk gigi dan lidah serta terhalangnya pertumbuhan
mandibula.(17,15)
B. Etiologi Lip Sucking/Lip Biting
Beberapa faktor penyebab yang menjadi etiologi dari kebiasaan mengisap bibir atau
a) Stress. Cobalah untuk mencari tahu apa yang mungkin membuat anak stress dan bantu mereka
untuk menghadapinya. Dalam hal ini orang tua harus berperan aktif mencari tahu tentang
sebab-sebab kebiasaan mengisap bibir pada anaknya. Berikan kesempatan anak untuk
b) Variasi atau sebagai pengganti dari kebiasaan mengisap ibu jari atau jari. Hal ini dilakukan
untuk memuaskan insting mengisap si anak karena mengisap memiliki efek menyenangkan,
Kebiasaan mengisap atau menggigit bibir bawah akan mengakibatkan hipertonicity otot-
otot mentalis. Kebiasaan buruk dapat menjadi faktor utama atau merupakan faktor yang kedua.
Kebiasaan mengisap bibir yang menjadi faktor utama akan terdapat overjet yang besar dengan gigi
anterior rahang atas condong ke labial dan gigi anterior rahang bawah condong ke lingual diikuti
perbedaan skeletal yang ringan. Kebiasaan mengisap bibir mengakibatkan overjet normal.
Kebiasaan mengisap bibir sebagai faktor kedua biasanya terjadi disebabkan oleh perbedaan sagital,
seperti retrognatik mandibula. Inklinasi gigi incisivus rahang atas bisa normal dan jarak antara gigi
Penanganan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan mengisap bibir atau
Memanjangkan bibir atas menutupi incisivus rahang atas dan menumpangkan bibir bawah
b) Orang tua harus berperan aktif mencari tahu tentang sebab-sebab yang membuat anak stress.
Konsultasi dengan seorang psikiater merupakan salah satu hal yang dapat membantu dalam
Sejak tahun 1958, istilah tongue thrust atau menyodorkan lidah telah dijelaskan dan
dibahas dalam pembicaraan dan diskusi dalam bidang kedokteran gigi serta dipublikasikan oleh
banyak penulis. Telah dicatat bahwa sejumlah besar anak-anak pada usia sekolah memiliki
kebiasaan menyodorkan lidah. Menurut literatur baru-baru ini, sebanyak 67-95% dari anak-anak
yang berusia 5-8 tahun melakukan kebiasaan tongue thrust dalam jangka waktu yang lama akan
berhubungan dengan masalah orthodontik atau gangguan pengucapan. Pada satu negara, kira-kira
normal saat menelan telah lama terkait dengan openbite anterior dan protrusi incisivus rahang atas.
Prevalensi posisi lidah secara anterior relatif tinggi pada anak-anak, Proffit menyatakan bahwa
kondisi ini sering disebut tongue thrust, deviate swallow, visceral swallow, atau infantile swallow.
Dia juga percaya bahwa dua alasan utamanya berhubungan dengan psikologi (maturasi) dan
anatomi (pertumbuhan) anak itu sendiri. Bayi normal memposisikan lidahnya secara anterior di
Kebiasaan mendorong lidah sebetulnya bukan merupakan kebiasaan tetapi lebih berupa
adaptasi terhadap adanya gigitan terbuka misalnya karena mengisap jari. Kebiasaan menjulurkan
lidah biasanya dilakukan pada saat menelan. Pola menelan yang normal adalah gigi pada posisi
oklusi, bibir tertutup, dan lidah berkontak dengan palatum. Ada 2 bentuk penelanan dengan
mengisap jari.
Dari teori keseimbangan, tekanan lidah yang ringan tetapi berlangsung lama pada gigi
dapat menyebabkan adanya perubahan letak gigi dan menghasilkan efek yang nyata. Dorongan
lidah yang hanya sebentar tidak akan menghasilkan perubahan pada letak gigi. Tekanan lidah pada
penelanan yang tidak benar hanya berlangsung kira-kira 1 detik. Penelanan secara ini hanya terjadi
kurang lebih 800 kali pada saat seseorang terjaga dan hanya sedikit pada waktu tidur sehingga
sehari hanya kurang dari 1000 kali. Tekanan selama seribu detik (kurang lebih 17 menit) tidak
kecil tetapi berlangsung lama, dapat menyebabkan perubahan letak gigi baik jurusan vertikal
maupun horizontal. Pada pasien yang posisi lidahnya normal pada saat menelan tidak banyak
Sebenarnya, tidak ada penyebab spesifik dari masalah tongue thrust ini. Namun diduga hal-
hal yang dapat menyebabkan tongue thrust tersebut antara lain yaitu(18,6,12) :
2. Kebiasaan mengisap ibu jari. Walaupun mengisap jari tidak dilakukan lagi, akan tetapi telah
terbentuk openbite maka lidah sering terjulur ke depan untuk mempertahankan penutupan
3. Alergi, hidung tersumbat, atau obstruksi pernapasan sehingga bernafas melalui mulut yang
4. Tonsil yang besar, adenoid, atau infeksi tenggorokan yang menyebabkan kesulitan pada saat
menelan. Pangkal lidah membesar ketika tonsil mengalami inflamasi, sehingga untuk
mengatasinya mandibula secara refleks turun ke bawah, memisahkan gigi, dan menyediakan
ruangan yang lebih untuk lidah dapat terjulur ke depan selama menelan, agar didapat posisi
5. Ukuran lidah yang abnormal atau macroglossia, dapat mengubah keseimbangan tekanan lidah
a) Anterior openbite merupakan kasus yang paling umum terjadi akibat tongue thrust. Dalam
kasus ini, bibir depan tidak menutup dan anak sering membiarkan mulutnya terbuka dengan
posisi lidah lebih maju daripada bibir. Secara umum, lidah yang berukuran besar biasanya
estetik, pengunyahan maupun gangguan dalam pengucapan kata-kata yang mengandung huruf
b) Anterior thrust. Gigi incisivus atas sangat menonjol dan gigi incisivus bawah tertarik ke dalam
oleh bibir bawah. Jenis ini paling sering terjadi disertai dengan dorongan M.mentalis yang
kuat.
c) Unilateral thrust. Secara karakteristik, ada gigitan terbuka pada satu sisi.
d) Bilateral thrust. Gigitan anterior tertutup namun gigi posterior dari premolar pertama ke molar
dapat terbuka pada kedua sisinya. Kasus seperti ini pada umumnya sangat sulit untuk
dikoreksi.
e) Bilateral anterior openbite, dimana hanya gigi molar yang berkontak. Pada kasus ini ukuran
f) Closed bite thrust menunjukkan protrusi ganda yang berarti gigi-gigi rahang atas maupun
Penanganan yang bisa dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan menyodorkan lidah pada
anak-anak adalah(20,21) :
a) Terapi bicara
b) Latihan myofunctional
Menarik bibir bawah pasien. Sementara bibir menjauh dari gigi, pasien diminta untuk
menelan. Jika pasien biasa menyodorkan lidahnya, bibir akan menjadi sedemikian kencang seolah
berusaha untuk menarik jari-jari yang menarik bibir pada saat pasien berusaha menelan. Pasien
yang menyodorkan lidah tidak dapat melakukan prosedur penelanan mekanis sampai bibir-bibir
c) Latihan lidah
Berlatih meletakkan posisi lidah yang benar saat menelan. Pasien harus belajar melakukan
“klik”. Prosedur ini mengharuskan pasien meletakkan ujung lidah pada atap mulut dan
menghentakkannya lepas dari palatum untuk membuat suara klik. Posisi lidah pada palatum
selama aktivitas ini kira-kira seperti posisi jika menelan dengan tepat. Pasien juga diminta
membuat suara gumaman dimana pasien akan mengisap udara ke dalam atap mulutnya di
sekeliling lidah. Selama latihan ini, lidah secara alamiah meletakkan dirinya ke atap anterior
palatum. Selanjutnya pasien akan meletakkan ujung lidah di posisi ini dan menelan. Latihan ini
dilakukan terus-menerus sampai gerakan otot-otot menjadi lebih mudah dan lebih alamiah.
Pernafasan mulut terjadi karena seseorang tidak mampu untuk bernafas melalui hidung
akibat adanya obstruksi pada saluran pernafasan atas. Kebiasaan ini disebabkan oleh penyumbatan
rongga hidung, yang dapat mengganggu pertumbuhan tulang di sekitar mulut dan rahang, wajah
menjadi sempit dan panjang, dan gigi bisa jadi “tonggos”. Pernafasan mulut menghasilkan suatu
model aktivitas otot wajah dan otot lidah yang abnormal. Bernafas melalui mulut menyebabkan
mulut sering terbuka sehingga terdapat ruang untuk lidah berada di antara rahang dan terbentuklah
openbite anterior.(22,4,6)
Bernafas melalui hidung berkaitan dengan fungsi-fungsi normal pengunyahan dan menelan
serta postur lidah dan bibir yang melibatkan aksi muskulus yang normal dimana akan menstimulasi
pertumbuhan fasial dan perkembangan tulang yang adekuat. Adaptasi dari pernafasan hidung ke
pernafasan mulut menyebabkan terjadinya beberapa hal yang tidak sehat, seperti infeksi telinga
tengah yang kronis, sinusitis, infeksi saluran nafas atas, gangguan tidur, dan gangguan
pertumbuhan wajah. Pernafasan mulut seringkali berhubungan dengan penurunan asupan oksigen
ke dalam paru-paru, yang dapat menyebabkan berkurangnya energi. Anak-anak yang bernafas
Cara bernafas melalui mulut sering merupakan reaksi terhadap berbagai jenis obstruksi
nasal dan/atau nasofaring. Obstruksi nasal tersebut dapat disebabkan oleh alergi, hipertrofi dan
inflamasi tonsil atau adenoid, diviasi septum nasal, pembesaran konka dan hipertrofi membran
mukosa nasal. Jika obstruksi tersebut bersifat sementara, seperti pada waktu flu dan alergi, maka
perubahan struktur ini tidak permanen, tetapi dapat juga menjadi permanen setelah obstruksi tadi
Pembesaran jaringan adenoid nasofaring pada anak-anak merupakan faktor yang sering
berperan dalam obstruksi nasal. Jaringan adenoid telah ada setelah umur 6-12 bulan yang
kemudian akan membesar dan kemudian pada umur 2-3 tahun, hampir separuh nasofaring
ditempati oleh jaringan adenoid. Sebelum pubertas, jaringan adenoid akan mulai mengecil secara
perlahan-lahan. Biasanya, pertumbuhan fasial (dengan meningkatnya jarak antara basis krani dan
palatum) cukup untuk memenuhi jalannya udara pernafasan. Jika ekspansi terjadi, apakah dengan
adanya pembesaran abnormal jaringan adenoid, reduksi laju pertumbuhan tinggi wajah posterior,
atau dengan adanya kombinasi kedua hal tersebut, maka jalan nafas akan menjadi inadekuat. Anak
seperti otot bibir, lidah, dan lain-lain. Perubahan aktivitas otot-otot tersebut akan menuntun
terjadinya modifikasi pola pertumbuhan wajah dan postur kepala yang dapat mengakibatkan
timbulnya deformitas dentofasial. Menurut Proffit, bernafas merupakan penentu utama postur
rahang dan lidah (dan sedikit mempengaruhi kepala), oleh sebab itu mungkin saja perubahan cara
bernafas, seperti bernafas melalui mulut dapat merubah postur kepala, rahang, dan lidah. Hal ini
akan merubah ekuilibrium tekanan pada rahang dan gigi dan mempengaruhi pertumbuhan rahang
Anak-anak yang secara alami disusui pada bulan pertama kelahiran kemungkinan besar
bernafas dari hidung, begitupun berkurangnya menyusui ASI merupakan salah satu faktor yang
memberi kontribusi terjadinya pernafasan oral atau oronasal. Penelitian yang dilakukan oleh Leite
et al yang menganalisis 100 anak-anak berusia antara 2 dan 11 tahun membuktikan bahwa botol
Kegagalan hidung untuk berfungsi sebagai saluran pernafasan utama, akan menyebabkan
tubuh secara otomatis beradaptasi dengan menggunakan mulut sebagai saluran untuk bernafas.
Kegagalan ini biasanya disebabkan oleh karena adanya hambatan atau obstruksi pada saluran
pernafasan atas. Obstruksi pada saluran pernafasan atas dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu(22,11) :
1. Faktor psikologis, meliputi anak-anak yang mengalami kecemasan, rasa sakit dan frustasi,
dari gigi dan mulut, meliputi : pencabutan gigi sulung yang terlalu cepat, kehilangan gigi
permanen, adanya gangguan oklusal, seperti kontak prematur antara gigi atas dan bawah,
mempengaruhi derajat pematangan tulang, penutupan sutura, resorpsi akar gigi sulung,
b. Defisiensi nutrisi, akibat konsumsi nutrisi yang tidak adekuat atau konsumsi nutrisi yang
tidak efisien. Nutrisi yang baik ikut menentukan kesehatan seorang anak, nutrisi yang
kurang baik mempunyai dampak yang menyerupai penyakit kronis. Penyakit kronis pada
Pada anak yang menderita penyakit kronis hampir semua energi yang didapatkan kadang-
c. Gangguan temporomandibular.
d. Infeksi, meliputi : hiperplasia adenoid dan tonsil. Hiperplasia adenoid dan tonsil biasanya
disebabkan oleh karena paparan yang rekuren terhadap infeksi tonsil (tonsillitis). Tipe
infeksi bisa virus seperti influenza, parainfluenza, dan rhinovirus, maupun bakteri seperti
4. Rhinitis alergi merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat. Salah satu penyebab
obstruksi jalan nafas hidung pada anak adalah alergi rhinitis, yaitu mukosa hidung akan
mengalami pembengkakan dan selanjutnya menutup aliran udara. Kebanyakan rhinitis alergi
dapat disebabkan oleh adanya partikel-partikel di udara, rokok, makanan, dan binatang.
5. Malformasi kongenital dan tumor seringkali muncul pada masa kanak-kanak. Malformasi
kongenital seperti stenosis koanal dan atresia bisa hilang cepat. Tumor meliputi
nasopharingeal.
Beberapa akibat yang dapat ditimbulkan oleh kebiasaan bernafas melalui mulut pada anak-
Pada bibir penderita pernafasan mulut nampak agak terbuka untuk memungkinkannya
bernafas. Adaptasi mulut untuk pernafasan mulut yang kronis dapat terjadi perubahan dimana bibir
atas dan bibir bawah berada dalam posisi terbuka, akibatnya penderita akan mengalami kesulitan
b) Adenoid facies
Hal ini ditandai dengan penyempitan lengkung rahang atas, hipertrofi dan keringnya bibir
bawah, hipotonus bibir atas dan tampak memendek, tampak adanya overbite yang nyata.
Dikarenakan adanya fungsi yang abnormal, penderita pernafasan mulut memiliki karakteristik
seperti postur mulut terbuka, lubang hidung mengecil dan kurang berkembang, arkus faring tinggi
Akibat dari fungsi yang abnormal ini, anak-anak yang bernafas dengan mulut beresiko
mengembangkan suatu tipe perkembangan wajah yang disebut “wajah adenoid” atau sindrom
muka panjang. Individu ini dapat ditandai dengan posisi mulut yang terbuka, nostril yang kecil
dan kurang berkembang, bibir atas yang pendek, “gummy smile”, ketinggian muka vertikal yang
meningkat pada 1/3 wajah bagian bawah, ketinggian dentoalveolar yang berlebihan, dan palatum
yang dalam. Selain itu terjadi gingivitis marginal anterior di sekitar gigi anterior.
c) Maloklusi
Pada pernafasan mulut, posisi mandibula lebih ke distal mengakibatkan gigi incisivus
bawah beroklusi dengan rugae palatum. Ketidakteraturan gigi geligi juga dapat ditemui pada
maksila yang kurang berkembang, utamanya pada segmen anteromaksiler serta lengkung basal
yang sempit.
Perawatan untuk menghentikan pernafasan mulut pada anak dilakukan sesuai dengan
penyebab terjadinya obstruksi pernafasan atas. Penyebab obstruksi nasal pada anak dapat
ditentukan melalui pemeriksaan riwayat menyeluruh dan fisik, yang meliputi Rhinoscopy anterior
dan Nasopharingoscopy. Sebagian pasien mendapat pemeriksaan PA dan Sepalometri lateral
untuk melihat obstruksi pernafasan atas. Prosedur seperti tonsilektomi, adenoidektomi, dan
perawatan alergi dapat membantu mengembalikan pola pertumbuhan yang normal dan postur lidah
lebih ke belakang sehingga erupsi gigi geligi anterior tidak terganggu. Pilihan perawatan yang
a) Adenoidektomi merupakan perawatan yang paling umum untuk obstruksi nasal akibat
b) Medikasi antibiotik dan steroid topikal diindikasi bila obstruksi tersebut disebabkan oleh
karena infeksi, misalnya pada rinosinusitis kronis. Antibiotik juga bisa digunakan pada
biasanya deksametasone 0,6 mg/kg untuk menurunkan gejala pada infeksi bakteri. Antibiotik
parenteral yakni ceftriakxone 100 mg/kg perhari untuk jangka 8-10 hari.
c) Rhinitis alergi dapat dirawat dengan antihistamin, antihistamin non-sedatif, semprotan nasal
dan agen lain seperti siproheptadin, hidroksizin, dan piperazin. Efek samping antihistamin
yang sering terlihat adalah rasa ngantuk, kehilangan nafsu makan, konstipasi, efek
d) Malformasi kongenital dan tumor yang dapat menyebabkan obstruksi nasal, dapat dirawat
pernafasan mulut telah mengakibatkan wajah adenoid, dimana terjadi crossbite, dan malposisi
II.2.5. Bruxism
A. Definisi Bruxism
Bruxism adalah kebiasaan buruk berupa menggesek-gesek gigi-gigi rahang atas dan rahang
bawah, bisa timbul pada masa anak-anak maupun dewasa. Reding, Rubright, and Zimmerman
melaporkan 15% anak dan remaja dalam studi mereka menunjukkan adanya beberapa tingkatan
bruxism. Biasanya terjadi pada malam hari dan jika dilanjutkan dalam jangka waktu yang lama
bisa berakibat abrasi gigi permanen. Ketika kebiasaan tersebut berlangsung hingga masa dewasa
maka mengakibatkan penyakit periodontal dan atau gangguan temporomandibular joint. Sebagai
tambahan, kasus disfungsi temporomandibular joint lebih banyak terjadi di kalangan perempuan
Bruxism didefinisikan sebagai gerakan mengerat dan gerakan grinding dari gigi yang
bersifat non-fungsional. Istilah ini dalam literatur sering disebut dengan beberapa istilah yang lain,
yaitu neuralgia traumatic, occlusal habit neurosis, dan parafungsional. Pasien yang mengalami
bruxism (bruxer), biasanya tidak menyadari kebiasaan buruk yang dimilikinya tersebut, walaupun
bruxism kadang-kadang diikuti dengan suara yang mengganggu, namun pasien yang bersangkutan
seringkali baru mengetahui kebiasaan yang dimilikinya itu dari orang tua atau teman tidurnya.
Bruxism dapat juga terjadi pada siang hari, misalnya pada saat individu yang bersangkutan
mengalami stress, namun bruxism yang paling parah adalah bruxism yang terjadi pada malam
hari.(25)
Bruxism pada malam hari terjadi selama tidur dan anak biasanya tidak menyadari masalah
ini. Kejadian ini biasanya singkat, berlangsung 8-9 detik, dengan terdengar suara grinding.
Bruxism pada siang hari terutama terkait dengan mengepalkan dari gigi dan umumnya tidak
menghasilkan suara terdengar. Bruxism yang diamati pada 5-20% anak-anak. Peningkatan
frekuensi selama masa kanak-kanak, memuncak pada usia 7-10 tahun dan menurun setelah itu.(3)
Pada saat tidur di malam hari, biasanya penderita akan mengeluarkan suara gigi-gigi yang
beradu. Bila dilihat secara klinis, tampak adanya abrasi pada permukaan atas gigi-geligi rahang
atas dan rahang bawah. Bila lapisan email yang hilang cukup banyak dapat timbul rasa ngilu pada
gigi-gigi yang mengalami abrasi. Kadang terlihat adanya jejas atau tanda yang tidak rata pada tepi
lidah.(24)
Berdasarkan tipe gerakannya, ada bruxism yang memperlihatkan gerakan grinding dan ada
juga yang memperlihatkan gerakan static clenching, lebih banyak pada perempuan daripada laki-
laki yang menggrinding giginya, tetapi laki-laki dan perempuan yang melakukan clenching
jumlahnya sama. Clark menegaskan bahwa bruxism tipe clenching yang berhubungan dengan
kontraksi muskulus yang kuat dan berkelanjutan adalah lebih berbahaya. Bruxism lebih sering
Pada anak-anak, kadang kebiasaan ini timbul pada masa gigi-geligi sedang tumbuh. Berikut
1. Faktor psikologis
Etiologi dari bruxism termasuk kebiasaan, stress emosional (misalnya respon terhadap
kecemasan, ketegangan, kemarahan, atau rasa sakit), parasomnia (gangguan tidur yang muncul
pada ambang batas antara saat terjaga dan tidur, misalnya gangguan mimpi buruk dan gangguan
tidur sambil berjalan). Menurut beberapa penelitian yang dianggap berkaitan dengan manifestasi
dari bruxism, antara lain gangguan kepribadian, meningkatnya stress, adanya depresi, dan
Anak-anak yang memiliki kebiasaan bruxism ternyata memiliki tingkat kecemasan yang
lebih daripada anak-anak yang tidak memiliki kebiasaan bruxism. Tanda-tanda bruxism seperti
tingkat kecemasan yang tinggi, temporomandibular disorders, dan kerusakan gigi sebaiknya
dirawat pada masa kanak-kanak sebelum menjadi masalah ketika anak telah tumbuh dewasa.
2. Faktor morfologi
Oklusi gigi geligi dan anatomi skeletal orofasial dianggap terkait dalam penyebab dari
bruxism. Perbedaan oklusal, gangguan oklusal yang bentuknya dapat berupa trauma oklusal
ataupun tonjol yang tajam, gigi yang maloklusi secara historis dianggap sebagai penyebab paling
umum dari bruxism. Disharmoni lokal antara bagian-bagian sistem alat kunyah yang berdampak
pada peningkatan tonus otot di region tersebut juga dipandang sebagai salah satu etiologi yang
3. Faktor patofisiologis
Bruxism kemungkinan terjadi akibat kelainan neurologis yaitu ketidakmatangan sistem
neuromuskular mastikasi, perubahan kimia otak, alkohol, trauma, penyakit, dan obat-obatan. Hal
ini berpotensi sistemik menyebabkan aktivitas parafunctional melalui alergi makanan, kekurangan
gizi, dan disfungsi endokrin. Penyelidikan efek gangguan gizi dan endokrin bersama dengan
parasit pencernaan pada fungsi otot mastikasi, serat kepekaan terhadap trigeminal sampai potensi
alergi kemungkinan berguna untuk penelitian di masa depan baik temporomandibular disorders
Faktor neurokimia tertentu, yaitu obat-obatan. Efek samping dari obat yang akan
menimbulkan bruxism adalah Amfetamin yang digunakan dalam mengatasi gangguan attention-
Selain itu, bruxism ditemukan lebih sering pada pecandu narkoba berat serta perokok.
Penderita TMD cenderung memiliki insiden bruxism yang lebih tinggi dari gangguan
psikologis seperti stress, kecemasan, dan depresi. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan kebiasaan
parafunctional. Gabungan dari dua atau lebih faktor etiologi yang diperlukan untuk menyebabkan
terjadinya bruxism, tetapi besarnya faktor-faktor tidak penting dalam kaitannya dengan besarnya
bruxism.
C. Akibat Bruxism
Bruxism dapat menyebabkan aus permukaan gigi-gigi pada rahang atas dan rahang bawah,
baik itu gigi susu maupun gigi permanen. Lapisan email yang melindungi permukaan atas gigi
hilang, sehingga dapat timbul rasa ngilu pada gigi-gigi tersebut. Bila kebiasaan ini berlanjut terus
dan berlangsung dalam waktu lama, dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan periodontal,
terjadi pada pasien dengan bentuk tonjol yang curam, luka pada periodonsium, pulpitis, kadang-
kadang disertai peningkatan derajat mobilitas gigi yang terlibat, maloklusi, patahnya gigi akibat
D. Penanganan Bruxism
Penanganan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan bruxism pada anak-
anak adalah(24,2) :
a) Penggunaan Night-guard
Perawatan untuk kasus ini dokter gigi akan membuatkan alat tertentu yang didesain dan
dibuat khusus sesuai dengan susunan gigi-geligi pasien, alat ini disebut night-guard dan digunakan
saat tidur pada malam hari. Alat ini akan membentuk batas antara gigi-gigi rahang atas dan rahang
bawah sehingga tidak akan saling beradu. Pemakaian alat ini akan mencegah kerusakan yang lebih
jauh pada gigi-geligi dan membantu pasien dalam menghentikan kebiasaan buruknya.
Gambar 8. Night-guard
Sumber : http://www.majdalani-dental-lab.com/4-3.html. Accessed on 30th Jan 2011
b) Bila penyebab utama dari bruxism adalah stress. Cobalah untuk mencari tahu apa yang
mungkin membuat anak stress dan membantu mereka menghadapinya. Konsultasi dengan
psikolog merupakan salah satu hal yang dapat membantu dalam menghilangkan kebiasaan buruk
ini.
Kebiasaan mengisap jari atau benda-benda lain dalam waktu yang berkepanjangan dapat
menyebabkan maloklusi. Kebiasaan mengisap jari pada fase geligi sulung tidak mempunyai
dampak pada gigi permanen bila kebiasaan tersebut telah berhenti sebelum gigi permanen erupsi.
Bila kebiasaan ini terus berlanjut sampai gigi permanen erupsi akan terdapat maloklusi dengan
tanda-tanda berupa incisivus atas proklinasi dan terdapat diastema, lengkung atas sempit, protrusi
gigi anterior rahang atas, incisivus rahang bawah retrusi atau sedikit berdesakan, prognatik segmen
premaksila, retrognatik mandibula, overjet besar, gigitan terbuka anterior, palatum tinggi, dan
gigitan silang posterior bilateral. Maloklusi yang terjadi ditentukan oleh jari mana yang diisap dan
Kebiasaan mengisap bibir bawah dapat menyebabkan proklinasi incisivus atas disertai
jarak gigit yang bertambah, retroklinasi incisivus bawah, gigitan terbuka (openbite), protrusi gigi
anterior rahang atas, retrusi gigi anterior rahang bawah, inflamasi jaringan lunak, dan bekas gigi
a) Multiple diastema.
b) Protrusi gigi anterior rahang atas.
e) Overjet besar.(14)
Bernafas melalui mulut yang kronis secara jelas akan merubah keadaan gigi geligi dan
lengkung gigi. Individu yang bernafas melalui mulut menunjukkan anterior crossbite, tendensi
openbite, lengkung dental atas sempit, meningkatnya overjet dan timbul notching pada bibir atas.
Kelainan klinis yang paling sering terlihat pada individu yang bernafas melalui mulut adalah
retrognati mandibula, dataran mandibula yang curam dan sudut gonial bertambah besar, protrusi
gigi anterior maksila, palatal vault yang tinggi, anterior openbite, posterior crossbite, konstriksi
lengkung maksila berbentuk V, bibir atas flasid atau hipotonus, bibir bawah hipertrofi, dan
Walaupun sering dijumpai tanda-tanda klinis pada individu yang bernafas melalui mulut,
tetapi hubungan sebab akibat antara perubahan cara bernafas dengan kelainan perkembangan
dentofasial yang terjadi masih belum jelas karena perkembangan dentofasial dipengaruhi oleh
E. Akibat Bruxism
mengauskan email gigi, fraktur gigi, cedera pada ligamen periodontal dan periodonsium,
hypercementosis, katup retak dan pulpitis, nekrosis pulpa. Gigi yang bersangkutan biasanya juga
memberikan suara perkusi yang tidak nyaring dan terasa sakit untuk menggigit terutama pada
waktu pagi hari, disfungsi dari sendi rahang dan juga bisa terjadi sakit kepala berulang. Komplikasi
lainnya adalah kerusakan pada struktur sekitar gigi, yang meliputi resesi dan radang gusi, resorpsi
tulang alveolar, hipertrofi otot-otot pengunyahan dapat terjadi, dan bruxism sering dikaitkan
Memodifikasi pola perilaku untuk jangka panjang dikenal program pembelajaran perilaku
pemakaian alat. Kemungkinan suksesnya perawatan akan meningkat bila dokter, penderita, dan
orang tua secara antusias ikut terlibat. Menurut Kreit, bila hubungan ibu dan anak (penderita) erat
maka kemungkinan keberhasilan perawatan semakin besar. Pada tahun-tahun terakhir, terdapat
perhatian yang lebih besar mengenai pendekatan psikologis bagi penderita ortodonsi. Di samping
seleksi pasien dan memperbaiki motivasi, beberapa peneliti telah mencoba dengan suatu bentuk
program modifikasi perilaku ataupun lainnya yang membuktikan kerjasama dari pasien akan
Kebiasaan buruk harus diatasi terlebih dahulu sebelum melakukan koreksi gigitan terbuka.
Terapi bicara, latihan lidah, dan berbagai piranti ortodontik bisa digunakan untuk menghilangkan
kebiasaan buruk. Betapa sulitnya mengoreksi kebiasaan mulut sehingga menimbulkan frustasi
bukan hanya untuk penderitanya tetapi juga operator telah dikemukakan oleh para ahli sehingga
senantiasa menjadi bahan penelitian yang menarik. Berbagai metode alat telah diciptakan untuk
Kebiasaan mulut sebagai penyebab maloklusi perlu dikoreksi karena berbagai problem
yang ditimbulkannya antara lain gangguan estetik, bicara, dan fungsi pengunyahan serta
relapsenya maloklusi pada pasca perawatan ortho. Berbagai faktor yang perlu diperhatikan untuk
mengoreksi kebiasaan mulut ini antara lain usia, genetik, ras, kepribadian, motivasi, kerjasama
anak, orang tua, dan ortodontis, filosofi alat, adanya kebiasaan mulut lain yang terkait, besarnya
problem yang ditimbulkan. Faktor-faktor yang harus diperhatikan sebelum melakukan perawatan
adalah(28,29) :
a) Usia pasien
Pasien sebaiknya berusia 7 tahun ke atas, karena pada usia ini, anak sudah dapat lebih
b) Kematangan pasien
Hal ini penting bahwa pasien mengerti masalah yang terjadi dan memiliki keinginan untuk
Seorang anak yang telah memutuskan untuk menerima perawatan harus mendapatkan
dukungan dan dorongan penuh dari orang tua. Hal ini akan membantu dalam periode perawatan.
d) Pertimbangan waktu
Seorang dokter gigi harus melihat dengan cermat secara menyeluruh berkenalan dengan
pasiennya selama beberapa bulan atau lebih dan mencatat kebiasaan umum dari pasien tersebut
Seorang dokter gigi harus dapat menafsirkan seberapa luas kerusakan yang terjadi. Hal
tersebut berkaitan dengan kompleksitas yang berhubungan dengan kerusakan akibat kebiasaan
buruk. Penafsiran yang benar akan terdengar sebagai suatu prosedur yang menjadi petunjuk pasien
bagi dokter gigi sebagai penunjuk dan keperluan evaluasi. Jika kerusakan yang terjadi tidak berarti,
dokter gigi harus memberikan penalaran yang serius untuk membatalkan terapi. Namun, jika
kerusakan terlihat jelas tetapi ditemukan ketiadaan faktor kontribusi lainnya, dokter gigi harus
Berikut beberapa piranti orthodontik yang dapat digunakan untuk menghentikan kebiasaan
Salah satu solusi untuk menghilangkan kebiasaan mengisap ibu jari adalah alat yang
disebut "fixed palatal crib". Alat ini diletakkan oleh seorang dokter gigi pada gigi atas anak dan
ditempatkan di belakang gigi atas dan palatum. Alat ini terdiri dari setengah lingkaran kawat
stainless steel yang tersambung dengan steel band dan disemen pada gigi molar. Alat ini membantu
untuk menghentikan kebiasaan mengisap ibu jari pada bulan pertama penggunaan.(30)
2. Lip Bumper
Lip bumper adalah busur lepasan yang disisipkan ke dalam tube tambahan yang
dikombinasi dengan kawat orthodonsia berupa klamer adams untuk retensi pada gigi-gigi molar
pertama bawah. Bagian labial anterior dari busur tersebut mempunyai bumper akrilik yang
bertumpu tepat di depan gigi-gigi incisivus rahang bawah. Pengurangan jarak gigit dapat dilakukan
dengan pemasangan piranti orthodonsi lain berupa busur labial di rahang atas. Lip bumper tidak
disolder ke band molar dan dapat dilepas. Lip bumper merupakan suatu pilihan yang tepat.
Pemakaian lip bumper dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada pemakainya dan bukan hal
mudah bagi anak-anak untuk menghilangkan kebiasaan buruk tersebut. Maka dari itu, sekali lagi
dikatakan, diperlukan motivasi yang kuat pada penderita dan orang tuanya.(31,5)
b) Untuk melebarkan lengkung gigi baik pada rahang atas ataupun pada rahang bawah,
menambah panjang dan lebar lengkung rahang untuk mendapatkan ruang bagi gigi-gigi
d) Mengurangi overjet.
Oral screen merupakan salah satu alat efektif yang paling mudah digunakan untuk
mengoreksi protrusi gigi anterior rahang atas. Alat ini diistilahkan sebagai physiologic appliance
karena alat ini tidak menyebabkan pergerakan gigi dengan bantuan kawat, tetapi menghasilkan
gaya yang menahan gigi anterior rahang atas dengan cara menekan perioral musculature.
Oral screen digunakan pada kasus maloklusi untuk mengoreksi protrusif rahang atas dan
openbite. Ada beberapa metode dan bahan yang digunakan untuk membuat oral screen (karet,
akrilik, flexiglass, dan plastik tidak tahan panas). Penggunaan oral screen sebagaimana mestinya
setiap malam dan pada waktu tidur. Fungsi dari oral screen adalah :
Menggigit bibir. Membuat kompetensi bibir yang lebih baik dan mengurangi
kecenderungan menggigit bibir (slack-lipped) yang sering terlihat pada kasus openbite
anterior.
openbite dan kemudian meningkatkan keseluruhan pola mengunyah. Oral screen juga
mendorong lidah untuk mengisap ke arah lateral yang lebih efektif dalam
Menghalangi bernafas melalui mulut. Pola pergerakan udara yang lebih normal melewati
hidung akan terbentuk, dan kekeringan rongga mulut serta odem pada gingival yang
b) Membatasi seminimal mungkin pergerakan otot mentalis pada bibir bawah. Ini juga
Salah satu piranti orthodontik untuk menghilangkan kebiasaan mengisap jempol dan
menjulurkan lidah adalah menggunakan tongue crib yang dinilai efektif untuk kasus gigitan
terbuka anterior tipe dental pada gigi bercampur. Cara yang dilakukan untuk memperbaiki
kebiasaan menyodorkan lidah dengan memberikan pasien tongue thrusting appliance. Fungsi dari
tongue thrusting appliance menghilangkan kebiasaan buruk, seperti : mengisap ibu jari dan
menjulurkan lidah.(20,30)
5. Pre-Orthodontic Trainer
Farrell. Alat tersebut merupakan alat yang siap pakai, tidak perlu dicetak maupun dibentuk
sehingga tidak perlu dikerjakan di laboratorium. Alat ini berbentuk seperti parabolik menyerupai
lengkung rahang atas dan rahang bawah yang alami, yaitu sempit di bagian anterior dan lebar di
bagian posterior. Tersedia dalam satu ukuran yang universal sehingga sesuai untuk semua rahang
a) Memperbaiki keadaan profil wajah yang konveks dan gigi geligi dengan cara memberikan
Bruxism
c) Membantu penentuan posisi rahang agar gigi tetap berada pada lengkung rahangnya sehingga