Anda di halaman 1dari 19

Etiologi Maloklusi

Maloklusi merupakan penyimpangan dari pertumbuhkembangan disebabkan faktor-faktor

tertentu. Secara garis besar etiologi suatu maloklusi dapat digolongkan dalam beberapa faktor

herediter dan faktor lokal (Profit, 2007).

a. Faktor Herediter Pada populasi primitif yang terisolir jarang dijumpai maloklusi yang berupa

disproporsi ukuran rahang dan gigi. Pada populasi modern lebih sering ditemukan maloklusi

disbanding populasi primitif diduga karena adanya kawin campur yang menyebabkan

peningkatan prevalensi maloklusi (Profit,2013). Pengaruh herediter dapat bermanifestasi dalam

dua hal, yaitu :

1) Disproporsi ukuran gigi dan ukuran rahang yang menghasilkan maloklusi berupa gigi

berdesakan atau maloklusi berupa diastema multipel.

2) Disproporsi ukuran, posisi dan bentuk rahang atas dan rahang bawah yang menghasilkan

relasi rahang yang tidak harmonis. Dimensi kraniofasial, ukuran dan jumlah gigi sangat

mempengaruhi faktor genetic atau herediter sedangkan dimensi lengkung geligi dipengaruhi oleh

faktor lokal.

b. Faktor Lokal

1) Gigi sulung tanggal dini dapat berdampak pada susunan gigi permanen. Semakin muda umur

pasien pada saat terjadi tanggal maka gigi sulung semakin besar akibatnya pada gigi permanen.

Insisivus yang tanggal dini tidak begitu berdampak tetapi kaninus sulung akan menyebabkan

pergeseran garis median.


2) Persistensi gigi sulung Oover retained deciduous teeth berarti gigi sulung yang sudah

melewati waktu tanggal tetapi tidak tanggal.

3) Trauma yang mengenai gigi sulung dapat menggeser benih gigi permanen. Bila terjadi trauma

pada saat mahkota gigi permanen sedang terbentuk dapat terjadi dilaserasi, yaitu akar gigi yang

mengalami distorsi bentuk.

4) Jaringan lunak, tekanan dari otot bibir, pipi dan lidah memberi pengaruh yang besar terhadap

letak gigi. Meskipun tekanan otot-otot ini jauh lebih kecil dibanding tekanan otot pengunyahan

tetapi berlangsung lebih lama.

5) Kebiasaan buruk, suatu kebiasaan yang berdurasi sedikitnya 6 jam sehari, berfrekuensi cukup

tinggi dengan intensitas yang cukup dapat menyebabkan maloklusi. Kebiasaan mengisap jari

atau benda-benda lain dalam waktu yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi

Klasifikasi Maloklusi menurut Angle

Klasifikasi maloklusi menurut Angle berdasarkan hubungan gigi molar pertama permanen atas

dengan bawah sebagai kunci oklusi. Klasifikasi Angle terbagi atas tiga klas sebagai berikut :

1) Klas I : Hubungan antero-posterior yang sedemikian berupa, dengan gigi-gigi berada pada

posisi yang tepat di lengkung rahang,ujung gigi kaninus atas berada pada bidang vertikal yang

sama seperti ujung distal gigi kaninus bawah. Gigi-gigi premolar atas berinterdigitasi dengan

cara yang sama dengan gigi-gigi premolar bawah, dan tonjol antero-bukal dari molar pertama

atas tetap beroklusi dengan groove bukal dari molar pertama bawah permanen.

2) Klas II : Hubungan molar, dimana cusp disto-buccal dari molar permanen pertama maksila

beroklusi pada groove buccal molar permanen pertama mandibula. Ada dua tipe klas II yang
umum dijumpai, klas II umumnya dikelompokkan menjadi dua divisi : - Klas II divisi 1,

lengkung gigi mempunyai hubungan Klas 2, dengan gigi-gigi Insisvus sentral dan lateralis atas

proklinasi,dan overjet insisal lebih besar. - Klas II divisi 2, lengkung gigi mempunyai

hubungandengan klas 2, dengan gigi-gigi insisivus sentral arat yang proklinasi dengan overbite

insisal yang besar. Gigi-gigi insisvus lateral atas bisa proklinasi atau retroklinasi.

3) Klas III : hubungan lengkung gigi bawah terletak lebih anterior lengkung gigi atas

dibandingkan pada hubungan Klas I. Oleh karena itu, hubungan ini kadang disebut sebagai

hubungan prenormal. Gigi-gigi Insisvus bawah berkontak dengan insisivus atas sebelum

mencapai oklusi sentrik, sehingga mandibula bergerak ke depan pada penutupan translokasi,

menuju ke posisi interkuspal (Bhalaji,2006).

MALOKLUSI KLAS I

Dewey memodifikasi Klas I klasifikasi Angle ke dalam 5 tipe. Modifikasinya adalah sebagai

berikut:

Tipe 1: Maloklusi Klas I dengan gigi anterior rahang atas berjejal (crowded).
Tipe 2: Klas I dengan insisivus maksila yang protrusi (labioversi).

Tipe 3: Maloklusi Klas I dengan crossbite anterior

Tipe 4: Relasi molar Klas I dengan crossbite posterior.


Tipe 5: Molar permanen mengalami drifting mesial akibat ekstraksi dini

molar

Contoh lain maloklusi klas I :

a. Agenesis/hipodontia/conginetally missing teeth


b. Malformed teeth

c. Mesiodens

d. Rotasi

e. Deep Bite
f. Open bite

g. Protrusi bimaxillar

GAMBARAN KLINIS

Maloklusi klas 1 dental dan atau skeletal, disertai satu atau beberapa kelainan yaitu:

a. Geligi berdesakan: Pada bagian posterior atau posterior termasuk gigi yang rotasi, versi,

kaninus ektostem, dll.

b. Kelainan dalam bidang sagital, yaitu:


- Protrusi geligi insisivus rahang atas atau bawah

- Gigitan silang anterior

c. Kelainan dalam bidang transversal, yaitu:

- Gigitan silang posterior kanan atau kiri

- Pergeseran garis median

- Pergeseran rahang bawah

d. Kelainan dalam bidang vertical, yaitu:

- Gigitan dalam

- Gigitan terbuka anterior dan posterior

DAMPAK MALOKLUSI

a. Penampilan wajah yang kurang menarik

Maloklusi pada keadaan tertentu dapat menyebabkan penampilan wajah menjadi buruk atau

kurang menarik, sehingga menimbulkan masalah psikososial.

b. Resiko terhadap karies

Susunan gigi yang abnormal selain tidak memiliki efek self cleansing juga menyebabkan

pemeliharaan oral hygiene menjadi rumit dan meningkatkan resiko terhadap karies. Keadaan gigi

yang berjenjal dapat menyebabkan penumpukan plak akibat pembersihan gigi dan mulut yang

tidak adekuat sehingga dapat menimbulkan karies.

c. Predisposisi penyakit periodontal


Hubungan maloklusi dengan oral hygiene menyebabkan penyakit periodontal, selain itu gigi

yang berada dalam posisi abnormal dapat mengalami traumatik oklusi dengan akibat kerusakan

jaringan periodontal dan mengakibatkan kehilangan gigi yang lebih cepat.

d. Gangguan psikologis

Pada keadaan tertentu maloklusi dapat mempunyai pengaruh buruk terhadap penampilan wajah

seseorang yang berakibat gangguan psikologis. Penampilan wajah yang tidak menarik

menyebabkan seseorang menjadi sangat rendah diri dan introvert. Sehingga perawatan maloklusi

sangat membantu dalam perbaikan mental dan kepercayaan diri.

e. Resiko terhadap trauma

Gigi insisif yang terlalu proklinasi atau protusi yang parah memiliki resiko tinggi terhadap injuri

khususnya selama bermain atau terjatuh karena kecelakaan, demikian juga dengan posisi gigi

kaninus yang labio versi sering mengalami trauma.

f. Abnormalitas fungsi

Banyak keadaan maloklusi menyebabkan abnormalitas fungsional terhadap sistem stomatogenik

seperti gangguan penelanan, gangguan bicara, gangguan pernfasan, kesulitan dalam

menggerakkan rahang (gangguan otot dan nyeri), dan lain-lain.

g. Masalah temporo mandibula join (TMJ)

Maloklusi dihubungkan dengan kontak premature yang menyebabkan traumatik oklusi, selain itu

dapat menyebabkan masalah sendi TMJ dangan gejala rasa sakit dan disfungsi
SEFALOMETRI

Sefalometri adalah analisis dan pengukuran yang dibuat pada cephalogram. Penegakan

diagnosis diperlukan sebelum melakukan perawatan ortodontik. Diperlukan faktor-faktor

pendukung dalam menegakkan diagnosis ortodontik, antara lain sefalometri radiografik.

Sefalometri radiografik digunakan untuk mempelajari hubungan gigi-gigi dan struktur tulang

muka secara ekstrakranial dan intracranial. Dikenal 2 macam sefalometer, yaitu:

a. Broadbent-Bolton, digunakan 2 tabung sinar X dan 2 pemegang kaset, sehingga objek

tidak perlu bergerak atau berubah apabila akan dibuat penyinaran/proyeksi lateral atau

antero-posterior.

b. Higley, terdiri dari 1 tabung sinar X, 1 pemegang kaset dan sefalometernya dapat

berputar sedemikian rupa sehingga objek dapat diatur dalam beberapa macam proyeksi

yang diperlukan. Sefalometer modern pada umumnya adalah jenis ini yaitu Rotating type.

Manfaat sefalometri radiografik adalah:

a. Mempelajari pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial.

Dengan membandingkan sefalogram-sefalogram yang diambil dalam interval waktu yang

berbeda, untuk mengetahui arah pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial.

b. Diagnosis atau analisis kelainan kraniofasial. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab

maloklusi (seperti ketidak seimbangan struktur tulang muka).

c. Mempelajari tipe fasial.

Relasi rahang dan posisi gigi-gigi berhubungan erat dengan tipe fasial. Ada 2 hal penting

yaitu : (1) posisi maksila dalam arah antero-posterior terhadap kranium dan (2) relasi

mandibula terhadap maksila, sehingga akan mempengaruhi bentuk profil : cembung,

lurus atau cekung.


d. Merencanakan perawatan ortodontik.

Analisis dan diagnosis yang didasarkan pada perhitungan-perhitungan

sefalometrik dapat diprakirakan hasil perawatan ortodontik yang dilakukan.

e. Evaluasi kasus-kasus yang telah dirawat.

Dengan membandingkan sefalogram yang diambil sebelum, sewaktu dan

sesudah perawatan ortodontik.

f. Analisis fungsional.

Fungsi gerakan mandibula dapat diketahui dengan membandingkan posisi

kondilus pada sefalogram yang dibuat pada waktu mulut terbuka dan posisi istirahat.

g. Penelitian

Maloklusi I
PENATALAKSANAAN

Tatalaksana perawatan ortodonsi pada umumnya dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Perawatan Preventif

Dilakukan pada fase geligi sulung terutama untuk menghilangkan kebiasaan jelek yang

dapat beresiko maloklusi.

Memperbaiki kebiasaan-kebiasaan yang salah :

- Kebiasaan menelan yang salah.

- Pernafasan melalui mulut.

- Menghilangkan kebiasaan menghisap jari yang dibarengi dengan menarik-narik

dagu.

2. Perawatan Interseptif

Dilakukan pada fase geligi pergantian pergantian, untuk mencegah suatu kelainan

menjadi tambah parah. Piranti yang digunakan pada umumnya berupa space retainer,

space regainer, dan piranti lepasan.

3. Perawatan Korektif

Dilakukan pada fase geligi tetap, untuk memperbaiki kelainan yang telah terjadi. Piranti

yang digunakan dapat berupa piranti lepasan pada kasus yang ringan namun pada

umumnya perawatan yang digunakan piranti cekat untuk hasil yang lebih maksimal.

PIRANTI ORTODONTI

A. Piranti ortodonti cekat pada umumnya terdiri atas :

1. Bracket merupakan piranti cekat ortodonti yang melekat dan terpasang mati pada gigi-

geligi, yang berfungsi untuk menghasilkan tekanan yang terkontrol pada gigi-geligi.
Bahan bracket yang biasa dipakai dokter gigi ada empat jenis yaitu :

- Logam stainless steel (metal bracket), bahan ini memiliki kekuatan yang paling baik

dan dapat membentuk gigi dengan kuat, selain itu tipe ini paling banyak digunakan

karena lebih murah.

- Emas 24 karat, bahan ini khusus untuk pasien yang memiliki alergi terhadap logam.
- Porselin untuk memperoleh tampilan behel yang transparan.

- Kristal safir, bracket yang paling transparan dibanding bahan lain. Sedangkan

pengikat biasanya terbuat dari karet dan dapat diganti warnanya sesuai permintaan

pasien.

-
2. Band adalah piranti ortodonti cekat yang terbuat dari baja antikarat tanpa sambungan.

Band ini dapat diregangkan pada gigi-giligi untuk membuatnya cekat dengan sendirinya.

3. Archwire merupakan piranti ortodonti cekat yang menyimpan energi dari perubahan

bentuk archwire menggambarkan suatu cadangan yang kemudian dapat dipakai untuk

menghasilkan gerakan gigi.


4. Elastic dibuat dalam beberapa bentuk yang sesuai untuk penggunaan ortodonti, tersedia

dalam berbagai ukuran dan ketebalan. Gaya yang diberikan oleh elastic menurun sangat

cepat di dalam mulut.

5. O ring adalah suatu pengikat elastik yang digunakan untuk merekatkan archwire ke

bracket,biasanya berwarna abu-abu atau bening, tetapi banyak juga jenis warna lain yang

membuat bracket jadi lebih menarik. Power chain terbuat dari tipe elastik yang sama

dengan o ring elastic.

B. Piranti Lepasan

Alat ortodontik ini dapat dipasang dan dilepas oleh pasien sendiri.

Contoh: a. Plat Dengan Pir-Pir Pembantu


b. Plat Dengan Peninggi Gigitan

c. Plat Ekspansi

d. Aktivator/Monoblock

Komponen alat lepasan terdiri dari :

a. Pelat Dasar /Baseplate


b. Komponen Retentif :

- Klamer / Clasp

- Kait / Hook

- Busur Labial / Labial Arch / Labial Bow (dalam keadaan pasif)

c. Komponen Aktif :

- Pir-pir Pembantu / Auxilliary Springs

- Busur Labial / Labial Arch / Labial Bow

- Skrup Ekspansi / Expansion Screw

- Karet Elastik / Elastic Rubber

d. Komponen Pasif :

- Busur Lingual / Lingual Arch / Mainwire


- Peninggi Gigitan / Biteplane

e. Komponen Penjangkar :

- Verkeilung,

- Busur Labial dalam keadaan tidak aktif.

- Klamer-klamer. dan modifikasinya

Anda mungkin juga menyukai