Anda di halaman 1dari 30

LBM 3

Judul : “ Dok, gigi saya berjejal susah di bersihkan”

Skenario

Seorang wanita usia 15 tahun datang ke klinik ortodhonti diantar ibunya, dengan keluhan

gigi berjejal, hal ini juga terjadi pada ayahnya, ibu pasien ingin gigi anaknya dirapihkan

karena mengganggu penampilan. pemeriksaan ekstraoral tidak ada kelaina. pemeriksaan

intraoral tampak crowding anterior. gigi 13 ektopik, 12 palatoversi, 23 ektopik dan 42

linguoversi. dokter gigi melakukan rujukan untuk pemeriksaan radiografis.

Step 1

- Ektopik : gigi erupsi diluar lengkung rahang, tumbuh menyimpang dari posisi

normal

Step 2

1. Apa perawatan yang tepat pada skenario?

2. Apa etiologi dari ektopik dan palatoversi serta faktor yang menyebabkan maloklusi?

3. Apa saja pemeriksaan yang digunakan pada skenario?

4. Apa analisis yang digunakan pada perawatan skenario?

5. Apa diagnosis dari kasus di skenario?

6. Bagaimana interpretasi pada kasus di skenario?

7. Bagaimana cara pencarian ruang dalam orthodonti?


8. Apa saja klasifikasi dari derajat keparahan crowding dan klasifikasi malokulusi?

9. Apa saja macam-macam malposisi gigi, malrelasi rahang, maloklusi gigi?

Step 3

1. Apa etiologi dari ektopik dan palatoversi serta faktor yang menyebabkan maloklusi?

faktor yang meneybabkan maloklusi :

-skeletal  bentuk tulang rahang atas dan rahang bawah seperti tulang rahang atas

menonjol

-kongenital  faktor yang terjadi saat kehamilan ibu

-gangguang keseimbangan endokrin kelenjar endokrin mengatur pertumbuhan

dan perkembangan jika ada gangguan akan mengganggu pertumbuhan dan

perkemvbangan

Faktor :

-generl faktor :

a. hereditar : keturunan dari orang tua

b. kongenital : ketika mengandung ibu terkena penyakit akan berpengaruh pada

anak seperti penyakit rubella yang akan menyebabkan perkembangan rahang

terganggu pag shaped

-faktor lokal :

a. terjdi inflamasi pada gigi sehingga gigi nanti akan premature loss yang akan

menyebabkan maloklusi
-faktor langsung : cth gigi susu yang tanggal sebelum waktunya sehingga tjd

penyempitan ruang, gigi berlebih yang akan menyebabkann crowding. gigi

supernumery, bentuk gigi tidak normal, bad habit

-faktor tdk langsung : hereditar, kongenital

2 ETIOLOGI MALOKLUSI

Maloklusi merupakan penyimpangan dari petumbuhkembangan yang disebabkan

oleh faktor-faktor tertentu. Secara garis besar etiologi atau penyebab terjadnya maloklusi

dapat digolongkan dalam faktor herediter dan faktor lokal. Kadang-kadang maloklusi sukar

ditentukan etiologi pastinya oleh karena berbagai faktor (multifaktor) yang dapat

mempengaruhi pertumbuhkembangan.

1. Faktor Herediter

Pengaruh herediter dapat berpengaruh dalam dua hal, yaitu 1) disproporsi

ukuran gigi dan ukuran rahang yang menghasilkan maloklusi berupa gigi yang

berdesakan atau maloklusi yang berupa diastema multipel meskipun yang terakhir ini

jarang dijumpai. 2) disproporsi ukuran, posisi dan bentuk rahang atas dan bawah yang

tidak menghasilkan relasi rahang yang tidak harmonis. Dimensi kraniofasial sangat

dipengaruhi oleh faktor genetik sementara dimensi lengkung gigi dipengaruhi oleh

faktor lokal.

Menurut Mossey (1999) berbagai komponen ikut menentukan terjadinya

oklusi normal ialah : 1) ukuran maksila dan mandibula termasuk korpus dan ramus
2) faktor yang ikut mempengaruhi relasi maksila dan mandibula seperti basis kranial

dan lingkungan 3) jumlah, ukuran dan morfologi gigi 4) morfologi dan sifat jaringan

lunak (bibir, lidah dan pipi).

1) Etiologi Maloklusi Kelas I Angel

Pola skeletal kelas I biasanya kelas I tetapi dapatjuga kelas II atau

kelas III ringan. Pola jaringan lunak pada maloklusi kelas I umumnya

menguntungkan kecuali pada maloklusi yang disertai proklinasi bimaksiler

(insisisvi atas dan bawah proklinasi) yang mungkin merupakan ciri khas ras

tertentu. Kebanyakan maloklusi kelas I disebabkan oleh faktor lokal yang

dapat berupa diskrepansi ukuran gigi dan lengkung gigi geligi. Faktor yang

dapat menyebabkan kelainan pada maloklusi kelas I juda dapat terjadi pada

maloklusi kelas III.

2) Etiologi Maloklusi Kelas II Devisi 1 Angel

Pada maloklusi kelas II devisi 1 sering didapatkan letak mandibula

yang lebih posterior daripada maloklusi kelas 1 atau maksila yang lebih

anterior sedangkan mandibula normal. Terdapat korelasi yang tinggi antara

pasien dengan keluarga langsungnya sehingga beberapa peneliti

menyimpulkan bahwa pewarisan maloklusi kelas II devisi 1 dari faktor

poligenik.

Selain faktor genetik maloklusi kelas II devisi 1 juga disebabkan oleh

karena faktor lingkungan. Jaringan lunak, misalnya bibir yang tidak kompeten
dapat mempengaruhi posisi insisivi atas karena kehilangan keseimbangan

yang dihasilkan oleh bibir dan lidah sehingga insisivi atas protrusi.

3) Etiologi Maloklusi Kelas II Devisi 2 Angel

Maloklusi ini merupakan hasil interaksi faktor-faktor yang

mempengaruhi skeletal dan jaringan lunak. Penelitian pada anak kembar

monozigot menunjukkan bahwa maloklusi kelas II devisi 2 dipengaruhi oleh

faktor herediter autosomal yang dominan tapi sangat bersifat poligenik.

4) Etiologi Maloklusi Kelas III Angel

Etiologi maloklusi dapat disebabkan oleh karena faktor genetik seperti

prognati mandibula. Selain itu, maloklusi kelas III juga dapat terjadi karena

faktor skeletal, yaitu maksila yang tumbuh sedangkan mandibula normal atau

maksila normal dan mandibula yang tumbuh berlebihan atau kombinasi kedua

keadaan tersebut.

2. Faktor Lokal

1) Trauma

Trauma gig isulung dapat menggeser benih gigi permanen. Bila terjadi

trauma pada saat mahkota gigi permanen sedang terbentuk dapat terjadi

gangguan pembentukan enamel, sedangkan bila mahkota gigi permanen telah

terbentuk maka dapat terjadi dilaserasi, yaitu akar gigi mengalami distorsi

bentuk.
2) Persistensi gigi

Persistensi gigi sulung atau yang disebut over retained deciduous teeth

berarti gigi sulung yang sudah melewati waktunya tanggal tetapi tidak tanggal

dapat menyebabkan maloklusi.

3) Faktor Iatrogenik

Iatrogenik berasal dari suatu tindakan profesional. Perawatan ortodonti

memiliki kemungkinan terjadinya kelainan iatrogenik, misalnya kesalahan

desain pada piranti lepasaan saat menggerakkan kaninus ke distal sehingga

terjadi pergerakan gigi ke palatal dan distal.

2. Apa saja klasifikasi dari derajat keparahan crowding dan klasifikasi malokulusi

beserta gambar?

menurut provid derajat keparahan crowding :

a. ideal : kekurangan ruang 0-1 mm

b. gigi crowding ringan : 2-3 mm

c. gigi berjejal sedang : 4-6 mm

d, gigi berjejal berat : 7-10 mm

e. berjejal ekstream : >10 mm

klasifikasi maloklusi :
caninus :

a. neutrooklusi : caninus RA diantara caninus dan Premolar RB

b. distoklusi : Caninus RA di antara Caninus dan Insisiv RB

c. mesioklusi : Caninus RA di antara Premolar 1 dan Premolar 2 RB

molar :

a. neutroklusi : disto bukal RA pas di Groove RB

b: distoklusi : distobukal RA pas di mesio bukal RB

c. Mesioklusi : mesiobukal Ra di distobukal RB

Klasifikasi derajat keparahan MC donald :

a. ringan : 1-2mm perkuadram

b. sedang : 4 mm perkuadran

c. berat : >4 mm

menurut “careys” :

a. ideal : tidak terdapat kekurangan ruangan

b. ringan : 0,0-2,5 mm

c. sedang : 2,5-5,0 mm

d. berat : >5 mm

Klasifikasi maloklusi angel modifikasi dewey

a. tipe 1 : di sertai adanya crowded

b. tipe 2 : protusif di insisiv

c. tipe 3 : crossbite anterior


d. tipe 4 : crossbite posterior

e. tipe 5 : Molar permanen bergerak ke mesial

GOLONGAN MALOKLUSI :

1. Dental displasia

2. Skeleto Dental displasia

3. Skeletal displasia

1. Dental displasia :

• maloklusi bersifat dental, satu gigi atau lebih dalam satu atau dua rahang

dalam hubungan abnormal satu dengan lain.

• Hubungan rahang atas dan rahang bawah normal

• Keseimbangan muka dan fungsi normal

• Perkembangan muka dan pola skeletal baik

Macam-macam kelainan :

Misalnya : kurang tempatnya gigi dalam lengkung, oleh karena prematur

loss, tambalan kurang baik, ukuran gigi lebih besr, sehingga dapat terjadi

keadaan linguiversi, labioversi dan sebagainya.

2. Skeleto Dental displasia

Tidak hanya giginya yang abnormal, tetapi dapat terjadi keadaan yang

tidak normal pada hubungan rahang atas terhadap rahang bawah, hubungan

rahang terhadap kranium, fungsi otot dapat normal atau tidak tergantung

macam kelainan dan derajat keparahan kelainan tersebut.


3. Skeletal Displasia

Dalam kelainan skeletal displasia terdapat hubungan yang tidak normal pada:

a. Hubungan anteroposterior rahang atas dan rahang bawah terhadap basis

kranium.

b. Hubungan rahang atas dan rahang bawah

c. Posisi gigi dalam lengkung gigi normal

3. Bagaimana interpretasi pada kasus di skenario?

pemeriksaan eo : tdk ada kelainan

io : gigi 13 ektopik tumbuh menyimpang

gigi 12 palatoversi  tumbuh lebih ke palatal

gigi 23  ektopik

gigi 42 linguoversi  tumbuh lebih kearah lingual

relasi molar klas 1

terdapat crossbite anterior bisa dilihat pada gigi 33 terhadap gigi 22 dan gigi 43

terhadap 12

maloklusi klas 1 angel tipe 1 modifikasi dewey

gigi 42 linguoversi titik kontak mesial lepas

gigi 12 palatoversi titik kontak lepas

4. Apa diagnosis dari kasus di skenario?

maloklusi klas 1 tipe 1 modifikasi dewey  Cusp mesiobukal molar 1 RA terletak

di bukal groove molar 1 RB disertai crowded anterior


5. Apa saja macam-macam malposisi gigi, malrelasi rahang, maloklusi gigi besert

gambar?

Istilah untuk menyatakan hubungan rahang terhadap dasar tulang kepala

(basis cranii) Untuk ini diperlukan pengertian tiga bidang yang digunakan

sebagai pedoman, yaitu:

a. Bidang sagital, yaitu bidang vertikal yang melewati garis tengah

(median line) rahang, tegak lurus terhadap bidang horisontal..

b. Bidang transversal, yaitu bidang vertikal yang melewati kedua titik

infraorbital kanan dan kiri, tegak lurus terhadap bidang horisontal.

Bidang ini disebut juga bidang orbital ( Simon )

c. Bidang horisontal Frankfurt (FHP = Frankfurt Horizontal Plane), yaitu

bidang horisontal yang melewati titik Tragus dan titik infraorbital

• Istilah untuk menyatakan kedudukan rahang terhadap ketiga bidang

tersebut :

a. Terhadap bidang sagital :

1. Kontraksi (contraction), yaitu kedudukan rahang yang lebih

mendekati bidang sagital. Istilah kontraksi digunakan untuk

mendiagnosis pertumbuhan rahang ke arah lateral yang kurang dari

normal.

2. Distraksi (distraction), yaitu kedudukan rahang yang menjauhi

bidang sagital. Istilah distraksi digunakan untuk mendiagnosis


pertumbuhan rahang ke arah lateral yang lebih dari normal.

b. Terhadap bidang transversal ( bidang orbital )

1. Protraksi (protraction) atau protrusi (protrusion), yaitu kedudukan

rahang yang menjauhi bidang transversal atau bidang orbital.

Protrusi rahang atas : Protrusi maksila

Protrusi rahang bawah : Protrusi mandibula = prognasi =

progeni

Protrusi RA dan RB : Protrusi bimaksiler

2. Retraksi (retraction) atau retrusi (retrusion), yaitu kedudukan rahang

yang mendekati bidang transversal atau bidang orbital.

Retraksi/ retrusi rahang bawah = retrognasi

c. Terhadap bidang horisontal (FHP)

1. Atraksi (attraction), yaitu kedudukan rahang yang mendekati bidang

horisontal

2. Abstraksi (abstraction), yaitu kedudukan rahang yang menjauhi

bidang horisontal.

• Istilah untuk menyatakan penyimpangan posisi (malposisi) gigi individual.

Untuk mendiagnosis malposisi suatu gigi harus memperhatikan hal-hal

berikut :

1. Hubungan gigi tersebut dengan gigi lainnya pada rahang yang sama.

2. Hubungan gigi tersebut dengan gigi lainnya pada rahang yang berbeda.
3. Posisi gigi tersebut terhadap gigi sejenis pada rahang yang sama.

4. Posisi sumbu atau aksis gigi terhadap sumbu tulang alveolar.

Dengan memperhatikan keadaan-keadaan berikut, malposisi gigi dapat

didiagnosis sebagai berikut :

a. Elongasi atau ekstrusi atau supraversi atau supraklusi, yaitu keadaan di

mana gigi lebih tinggi dari garis oklusi.

b. Depresi atau intrusi atau infraversi atau infraklusi, yaitu keadaan di mana

gigi lebih rendah atau tidak mencapai bidang oklusi.

c. Transversi, yaitu posisi gigi berpindah dari kedudukan normal. Macammacam

transversi :

a. Mesioversi : gigi lebih ke mesial dari normal.

b. Distoversi : gigi lebih ke distal dari normal.

c. Bukoversi : gigi lebih ke bukal dari normal.

d. Palatoversi : gigi lebih ke palatinal dari normal.

e. Linguoversi : gigi lebih ke lingual dari normal.

f. Labioversi : gigi lebih ke labial dari normal.

g. Transposisi : gigi berpindah posisi erupsinya di daerah gigi

lainnya.

Contoh : gigi kaninus erupsi di sebelah distal premolar pertama,

dan gigi premolar pertama erupsi di sebelah distal

insisivus lateral. Jadi posisi gigi kaninus dan premolar


pertama bertukar tempat. Dengan demikian dikatakan

bahwa gigi kaninus dan premolar pertama mengalami

transposisi.

h. Aksiversi : gigi seakan berpindah, tapi ujung sumbunya pada

akar

tetap.

i. Torsiversi : gigi berputar terhadap sumbunya, tapi kedua ujung

sumbu

tidak berubah.

Untuk keadaan ini harus dilihat : sisi mana dan ke

arah mana gigi tersebut berputar.

Contoh : - Mesiolabio torsiversi, artinya tepi atau sisi mesial

berputar ke arah labial.

- Distopalato torsiversi, artinya tepi atau sisi distal

berputar ke arah palatinal.

Catatan : Aksiversi tidak sama dengan torsiversi.

Contoh : Mesiolabioversi, artinya posisi gigi di sebelah

mesiolabial (berada lebih mesial dan labial dari posisi

normalnya)

Mesiolabio torsiversi, artinya posisi gigi pada

tempatnya , tapi sisi mesial berputar ke arah labial


malposisi :

a. linguoversi :

b. palatoversi

c. labioversi

d. torsiversi

e. rotasi

f. supraversi

g. infraposisi
f. bukoversi

malrelasi :

caninus :

a. neutrooklusi : caninus RA diantara caninus dan Premolar RB

b. distoklusi : Caninus RA di antara Caninus dan Insisiv RB

c. mesioklusi : Caninus RA di antara Premolar 1 dan Premolar 2 RB

molar :

a. neutroklusi : disto bukal RA pas di Groove RB

b: distoklusi : distobukal RA pas di mesio bukal RB

c. Mesioklusi : mesiobukal Ra di distobukal RB

Klasifikasi maloklusi angel modifikasi dewey

a. tipe 1 : di sertai adanya crowded

b. tipe 2 : protusif di insisiv

c. tipe 3 : crossbite anterior

d. tipe 4 : crossbite posterior

e. tipe 5 : Molar permanen bergerak ke mesial

kehilangan 1 titik kontak dan berputar : torsi

kehilangan 2 titik kontak tanpa rotasi : versi

1. Maloklusi kelas I Angle (Neutroclusion) : Puncak bonjol mesiobukal gigi molar

pertama tetap rahang atas berada pada buccal groove dari molar pertama tetap
rahang bawah. Gigi molar hubungannya normal, dengan satu atau lebih gigi

anterior malposisi. Crowding atau spacing mungkin terlihat. Ketidakteraturan

gigi paling sering ditemukan di regio rahang bawah anterior, erupsi bukal dari

kaninus atas, rotasi insisif dan pergeseran gigi akibat kehilangan gigi.

Tipe 1 : Klas I dengan gigi anterior letaknya berdesakan atau crowded atau

gigi C ektostem

Tipe 2 : Klas I dengan gigi anterior letaknya labioversi atau protrusi

Tipe 3 : Klas I dengan gigi anterior palatoversi sehingga terjadi gigitan

terbalik (anterior crossbite).

Tipe 4 : Klas I dengan gigi posterior yang crossbite.

1. Tipe 5 : Klas I dimana terjadi pegeseran gigi molar permanen ke arah mesial

akibat Maloklusi kelas II Angle ( Distoclusion ) : Molar pertama

tetap rahang atas terletak lebih ke mesial daripada molar pertama tetap rahang

bawah atau puncak bonjol mesiobukal gigi molar pertama tetap rahang atas
letaknya lebih ke anterior daripada buccal groove gigi molar pertama tetap rahang

bawah.

Maloklusi kelas II dapat dibagi menjadi dua divisi menurut inklinasi insisivus

atas, yaitu :

Divisi I : Insisivus atas proklinasi atau meskipun insisivus atas

inklinasinya normal tetapi terdapat jarak gigit dan

tumpang gigit yang bertambah.

Divisi II : Insisivus sentralis atas retroklinasi. Kadang-kadang

insisivus lateral proklinasi, miring ke mesial atau

rotasi mesiolabial. Jarak gigit biasanya dalam batas

normal tetapi kadang-kadang sedikit bertambah,

tumpang gigit bertambah. Dapat juga keempat

insisivus atas retroklinasi dan kaninus terletak di

bukal.
2. Maloklusi kelas III Angle ( Mesioclusion) : Gigi molar pertama tetap rahang

atas terletak lebih ke distal dari gigi molar pertama tetap rahang bawah atau

puncak bonjol mesiobukal gigi molar pertama tetap rahang atas letaknya lebih ke

posterior dari buccal groove gigi molar pertama tetap rahang bawah.

Tipe 1 : adanya lengkung gigi yang baik tetapi relasi lengkungnya tidak normal.

Tipe 2 : adanya lengkung gigi yang baik dari gigi anterior maksila tetapi ada

linguoversi dari gigi anterior mandibula.

Tipe 3 : lengkung maksila kurang berkembang; linguoversi dari gigi

anterior maksila; lengkung gigi mandibula baik.

prematur ekstraksi. 1

6. Bagaimana cara pencarian ruang dalam orthodonti?

a. proksimal streping

b. ekspansi
c. distalisasi gigi geligi : gigi di tarik ke distal

d. proklinasi gigi anterior

e. ekstraksi

Analisis ruangan :

a. howes : PMD sama PMBAW

PMD normal 43% PMBAW 44% fungsi untuk ekstraksi atayu ekspansi

ekstraksi : kurang dari 37%

borderline 37-44%

normal : 43%

b.pont :

4 insisiv Ra

Premolar :

jumlah 4 insisiv Ra x 100 / 80

Molar

jumlah 4 insisiv Ra x 100 / 64

premolar dari distal gigi kanan ke kiri menggunakan jangka sorong

molar dari mesial gigi kanan ke kiri menggunakan jangka sorong

c. khaours

jarak antara P ke P di tarik garis ke I (pada interdental)

perawatan retraksi atau protraksi


7. Apa analisis yang digunakan pada perawatan skenario?

8. Apa saja pemeriksaan yang digunakan pada skenario serta sefalometri dan profil

wajah?

pemeriksaan subjektif : anamnesa keluhan utama, riwayat penyakit sebelumnya,

riwayat penyakit keluarga, bad habit spt thumb sucking mouth breathing lip bitting

nail bitting bruxism (intensitas, frekuensi dan durasi nya)

pemeriksaan objektif :
umum : TB, status gizi, bb

khusus : intraoral dan ekstraoral atau hubungan dari jaringan lunak spt bentuk wajah

bentuk kepala,

dental : malposisi, kelainan supernumery, anodonsia. relasi sagital dan transversal

vertikal openbite

skeletal pattern : analisis sefalometris bisa strainer atau down

down : dilihat dari skeletal dan dental pattern lihat facial angel spt sudut wajah

9. Apa perawatan yang tepat pada skenario?

Fixed atau removable

1. fixed (begg atau edgewise)

a. begg : 6 gigi anterior RA dan RB di tarik bersamaan, gigi premolar di ekstraksi untuk

mendapatkan ruang lalu di pasang fixed ortho dengan teknik begg menggunakan L loop

pada gigi caninus


Gigi
b. edgewise : crowded

maloklusi

pemeriksaa
n

subjektif objektif

analisa
model

Analisis
ruang

Anda mungkin juga menyukai