Anda di halaman 1dari 18

Resume Individu Blok Kedokteran Gigi V Skenario 1

A. Definisi Maloklusi
Maloklusi adalah bentuk hubungan rahang atas dan bawah yang menyimpang dari
bentuk standar yang diterima sebagai bentuk yang normal. Maloklusi dapat
disebabkan karena tidak ada keseimbangan dentofasial. Keseimbangan dentofasial ini
tidak disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi beberapa faktor saling mempengaruhi
(Rahardjo, 2012).
B. Etiologi Maloklusi
Kebanyakan dari maloklusi yang memerlukan perawatan ortodonsia disebabkan oleh
karena dua kemungkinan :
1. Perbedaan antara ukuran gigi-gigi dan ukuran rahang yang menampung gigi tersebut.
2. Pola tulang muka yang tidak selaras.
Untuk mempermudah mengetahui etiologi dari maloklusi dibuat klasifikasi dari penyebab
kelainan maloklusi tersebut. Menurut Rahardjo (2012), terdapat dua pembagian pokok
klasifikasi maloklusi :
1. Faktor Ekstrinsik atau disebut faktor sistemik atau faktor umum
2. Faktor Intrinsik atau faktor lokal
1. Faktor Ekstrinsik
a. Keturunan (hereditair)
b. Kelainan bawaan (kongenital) misal : sumbing, tortikollis, kleidokranial diostosis,
cerebral plasi, sifilis dan sebagainya.
c. Pengaruh lingkungan
 Prenatal, misalnya : trauma, diet maternal, metabolisme maternal dan sebagainya.
 Postnatal, misalnya : luka kelahiran, cerebal palsi, luka TMJ dan sebagainya.
d. Predisposisi ganguan metabolisme dan penyakit
 Gangguan keseimbangan endokrin
 Gangguan metabolisme
 Penyakit infeksi
e. Kekurangan nutrisi atau gisi
f. Kebiasaan jelek (bad habit) dan kelainan atau penyimpangan fungsi.
 Cara menetek yang salah
 Mengigit jari atau ibu jari
 Menekan atau mengigit lidah
 Mengigit bibir atau kuku
 Cara penelanan yang salah
 Kelainan bicara
 Gangguan pernapasan (bernafas melalui mulut dan sebagainya)
 Pembesaran tonsil dan adenoid
 Psikkogeniktik dan bruksisem
g. Posture tubuh
h. Trauma dan kecelakaan
2. Faktor Intrinsik
a. Kelainan jumlah gigi
b. Kelainan ukuran gigi
c. Kelainan bentuk
d. Kelainan frenulum labii
e. Prematur los
f. Prolong retensi
g. Kelambatan tumbuh gigi tetap
h. Kelainan jalannya erupsi gigi
i. Ankilosis
j. Karies gigi
k. Restorasi gigi yang tidak baik

Faktor Ekstrinsik
a. Faktor keturunan atau genetik
Faktor keturunan atau genetik adalah sifat genetik yang diturunkan dari orang tuanya
atau generasi sebelumnya. Sebagai contoh adalah ciri-ciri khusus suatu ras atau bangsa
misalnya bentuk kepala atau profil muka sangat dipengaruhi oleh ras atau suku induk dari
individu tersebut yang diturunkan dari kedua orang tuanya. Bangsa yang merupakan
prcampuran dari bermacam-macam ras atau suku akan dijumpai banyak maloklusi
b. Kelainan bawaan
Kelainan bawaan kebanyakan sangat erat hubungannya dengan faktor keturunan
misalnya sumbing atau cleft : bibir sumbing atau hare lip, celah langit-langit (cleft
palate).
 Tortikolis : adanya kelainan dari otot-otot daerah leher sehingga tidak dapat tegak
mengkibatkan asimetri muka.
 Kleidokranial disostosis adalah tidak adanya tulang klavikula baik sebagian atau
seluruhnya, unlateral atau bilateral, keadaan ini diikuti dengan terlambatnya
penutupan sutura kepala, rahang atas retrusi dan rahang bawah protrusi.
 Serebral palsi adalah adanya kelumpuhan atau gangguan koordinasi otot yang
disebabkan karena luka didalam kepala yang pada umumnya sebagai akibat
kecelakaan pada waktu kelahiran. Adanya gangguan fungsi pada otot-otot
pengunyahan, penelanan, pernafasan dan bicara akan mengakibatkan oklusi gigi tidak
normal.
 Sifilis : akibat penyakit sifilis yang diderita orang tua akan menyebabkan terjadinya
kelainan bentuk dan malposisi gigi dari bayi yang dilahirkan
c. Gangguan keseimbangan endokrine
Misal : gangguan parathyroid, adanya hipothiroid akan menyebabkan kritinisme dan
resorpsi yang tidak normal sehingga menyebabkan erupsi lambat dari gigi tetap.
d. Kekurangan nutrisi dan penyakit
Misal : Rickets (kekurangan vitamin D), Scorbut (kekurangan vitamin C), beri-beri
(kekurang vitamin B1) mengakibatkan maloklusi yang hebat.
Ciri-ciri faktor oklusi yang diturunkan (herediter)
1. Kedudukan dan penyesuaian antara otot-otot perioral dengan bentuk dan ukuran lidah
mempengaruhi keseimbangan oklusi (oklusi normal). Adanya penyesuaian antara bentuk
muka, bentuk dan ukuran rahang dan lidah.
2. Sifat-sifat mukosa, ukuran, bentuk lidah dan frenulum.
Sifat mukosa : keras, lunak, kencang atau lembek mempengaruhi erupsi gigi.
Frenulum labii dapat mengakibatkan celah gigi dan mempengaruhi kedudukan bibir.
Frenulum buccinator mengakibatkan rotasi gigi.
3. Ukuran gigi-gigi dan lebar serta penjang lengkung rahang dapat mengakibatkan gigi
berjejal atau bercelah. Misalnya makrodontia, mikrodomtia. Lebar dan panjang lengkung
rahang, penyesuaian antara rahang atas dan rahang bawah mengakibatkan terjadinya
mandibuler retrusi atau prognatism.
Faktor Intrinsik Atau Lokal
a. Kelainan jumlah gigi
1. Super numerary gigi (gigi kelebihan)
Lebih banyak terjadi pada rahang atas, kedudukan dekat midline (garis mediana)
sebelah palatival gigi seri rahang atas disebut mesiodens. Bentuknya biasanya konus
kadang-kadang bersatu (fused) dengan gigi pertama kanan atau kiri, jumlahnya pada
umumnya sebuah tapi kadang-kadang sepasang. Gigi supernumery kadang-kadang
tidak tumbuh (terpendam atau impected) sehingga menghalangi tumbuhnya gigi tetap
didekatnya atau terjadi kesalahan letak (malposisi). Oleh karena itu pada penderita
yang mengalami kelambatan atau kelainan tumbuh dari gigi seri rahang atas perlu
dilakukan Ro photo.
2. Agenese dapat terjadi bilateral atau unilateral atau kadang-kadang unilateral dengan
partial agenese pada sisi yang lain
Lebih banyak terjadi dari pada gigi supernumerary. Dapat terjadi pada rahang atas
maupun rahang bawah tetapi lebih sering pada rahang bawah.
b. Kelainan ukuran gigi
Salah satu penyebab utama terjadinya malposisi adalah gigi sendiri yaitu ukuran gigi tidak
sesuai dengan ukuran rahang, ukuran gigi lebih lebar atau sempit dibandingkan dengan
lebara lengkung rahang sehingga meyebabkan crowded atau spasing.
c. Kelainan bentuk gigi
Kelainan bentuk gigi yang banyak dijumpai adalah adanya peg teeth ( bentuk pasak) atau
gigi bersatu (fused). Juga perubahan bentuk gigi akibat proses atrisi (karena fungsi) besar
pengaruhnya terhadap terjadinya maloklusi, terutama pada gigi sulung (desidui).
d. Kelainan frenulum labii
e. Premature los
Fungsi gigi sulung (desidui) adalah : pengunyahan, bicara, estetis
Juga yang terutama adalah menyediakan ruang untuk gigi tetap, membantu
mempertahankan tinggi oklusal gigi-gigi lawan (antagonis), membimbing erupsi gigi tetap
dengan proses resopsi.
Akibat premature los fungsi tersebut akan terganggu atau hilang sehingga dapat
mengkibatkan terjadinya malposisi atau maloklusi.
f. Kelambatan tumbuh gigi tetap (delayed eruption)
Dapat disebabkan karena adanya gigi supernumerary, sisa akar gigi sulung atau karena
jaringan mucosa yang terlalu kuat atau keras sehingga perlu dilakukan eksisi. Kadang-
kadang hilang terlalu awal (premature los) gigi sulung akanmempercepat erupsinya gigi
tetap penggantinya, tetapi dapat pula menyebabkan terjadinya penulangan yang berlebihan
sehingga perlu pembukaan pada waktu gigi permanen akan erupsi, sehingga gigi tetap
penggantinya dapat dicegah.
g. Kelainan jalannya erupsi gigi
Merupakan akibat lebih lanjut dari gangguan lain. Misalnya adanya pola herediter dari gigi
berjejal yang parah akibat tidak seimbangnya lebar dan panjang lengkung rahang dengan
elemen gigi yaitu adanya : persistensi atau retensi, Supernumerary, pengerasan tulang,
tekanan-tekanan mekanis : pencabutan, habit atau tekanan ortodonsi, faktor-faktor
idiopatik (tidak diketahui)
h. Ankilosis
Ankilosis atau ankilosis sebagian sering terjadi pada umur 6 – 12 tahun. Ankilosis terjadi
oleh karena robeknya bagian dari membrana periodontal sehingga lapisan tulang bersatu
dengan laminadura dan cemen.
Ankilosis dapat juga disebabkan oleh karena gangguan endokrin atau penyakit-penyakit
kongenital (misal : kleidokranial disostosis yang mempunyai predisposisi terjadi ankilosis,
kecelakaan atau trauma).
i. Karies gigi
Adanya karies terutama pada bagian aproksimal dapat mengakibatkan terjadinya
pemendekan lengkung gigi sedang karies beroklusal mempengaruhi vertikal dimensi.
Adanya keries gigi pada gigi sulung mengakibatkan berkurangnya tekanan pengunyahan
yang dilanjutkan ke tulang rahang, dapat mengakibatkan rangsangan pertumbuhan rahang
berkurang sehingga pertumbuhan rahang kurang sempurna.
j. Restorasi gigi yang tidak baik
Terutama tumpatan aproksimal dapat menyebabkan gigi elongasi, sedangkan tumpatan
oklusal dapat menyebabkan gigi ektrusi atau rotasi.
C. Klasifikasi Maloklusi
Untuk kemudahan penyebutan maloklusi, penggunaan klasifikasi sangat membantu
gunamenggolongkan maloklusi yang sangat bervariasi dalam beberapa golongan
saja.Klasifikasi Angle didasarkan atas relasi lengkung geligi dalam jurusan sagital. Kunci
kelasifikasi Angle adalah pada relasi molar pertama permanen. Pada keadaan normal tonjol
mesiobukal molar pertama permanen atas beroklusi dengan lekukan bukal molar pertama
permanen bawah (Rahardjo, 2009).
Klasifikasi Angle :
 Kelas I : Terdapat relasi lengkung anteroposterior yang normal dilihat dari relasi
molar pertama permanen (netroklusi). Kelainan yang menyertai berupa, misalnya, gigi
berdesakan, gigitan terbuka, protrusi dan lain-lain(Rahardjo, 2012).
 Kelas II :Lengkung rahang bawah paling tidak setengah tonjol lebih ke distal daripada
lengkung atas dilihat dari relasi molar pertama permanen (distoklusi)(Rahardjo,
2009).
a) Kelas II divisi 1 :Insisivi atas protrusi sehingga didapatkan jarak gigit besar,
tumpang gigit besar dan kurva Spee positif (Rahardjo, 2012).
b) Kelas II divisi 2 :Insisivi sentral atas retroklinasi, insisivi lateral atas
proklinasi, tumpang gigit besar (gigitan dalam). Jarak gigit bisa normal atau
sedikit bertambah(Rahardjo, 2012).

 Kelas III :Lengkung bawah paling tidak setengah tonjol lebih mesial terhadap
lengkung atas dilihat pada relasi molar pertama permanen (mesioklusi) dan terdapat
gigitan silang anterior(Rahardjo, 2012).

D. Macam perawatan ortodontik


Gigi berdesakan merupakan kelainan dental yang paling sering didapatkan. Gigi yang
berdesakan digolongkan dalam tiga kategori, yaitu berdesakan rungan bila untuk
koreksi berdesakan dibutuhkan kurang dari 4 mm, berdesakan sedarjg antara 4 sampai
8 mm dan berdesakan parah bila dibutuhkan ruangan lebih besar daripada 8 mm.
Penyediaan tempat untuk koreksi letak gigi yang berdesakan dapat diperoleh dari
enamel stripping, ekspansi lengkung geligi, distalisasi molar, memproklinasikan
insisivi dan mencabut gigi permanen.
Enamel stripping
Pengurangan enamel dapat dilakukan pada sisi distal/mesial gigi sulung atau
permanen. Enamel stripping selain menyediakan ruangan juga dapat membentuk gigi
permanen ke bentuk yang lebih baik atau memperbaiki titik kontak. Enamel stripping
dilakukan dengan menggunakan metal abrasive strip atau dengan menggunakan bur
yang dipasang pada high speed air-turbine handpiece. Untuk memudahkan
pengurangan enamel di daerah posterior dapat dipasang separator di antara molar dan
premolar selama 3-5 hari sehingga didapatkan diastema di antara gigi-gigi tersebut.
Banyaknya enamel yang dibuang tanpa membahayakan gigi tersebut adalah 0,25 mm
tiap sisi gigi. Enamel stripping bila dilakukan dengan baik tidak memberjkan efek
negatif pada gigi yang dikurangi enamelnya. Bila enamel stripping dilakukan pada
semua insisivi maka akan didapat ruangan 2 mm di regio anterior sedangkan bila
dilakukan pada seluruh rahang akan didapat ruangan sebesar 5-6 mm di rahang
tersebut. Perlu diupayakan bahwa enamel stripping juga tetap mempertahankan
bentuk gigi dan kontak dengan gigi yang berdekatan. Harus diingat bahwa sesudah
dilakukan enamel stripping gigi harus diulas dengan bahan aplikasi topikal yang
mengandung fluor untuk mencegah terjadinya karies pada gigi tersebut.
Ekspansi
Ekspansi ke arah transversal dapat dilakukan di rahang atas terutama bila terdapat
gigitan silang posterior. Ekspansi ke arah transversal di regio anterior dapat juga
dilakukan untuk mendapatkan tempat agar gigi-gigi anterior yang sedikit berdesakan
dapat dikoreksi. Ekspansi ke arah sagital dapat memperpanjang lengkung geligi.
Untuk melakukan ekspansi sagital regio anterior perlu diperhatikan posisi gigi yang
lebih ke anterior tidak mengganggu profil pasien.
Distalisasi molar
Molar atas dapat digerakkan ke distal untuk menambah ruangan pada kasus yang bila
dilakukan pencabutan akan kelebihan tempat, atau sesudah dilakukan pencabutan gigi
permanen masih juga terjadi kekurangan tempat. Tindakan ini dapat juga dilakukan
pada kasus yang molar pertama permanennya bergeser ke mesial karena kehilangan
prematur molar kedua sulung. Peranti yang digunakan bisa peranti lepasan, atau
dengan headgear yang bisa menggerakkan molar ke distal sampai sejauh 2-3 mm tiap
sisi. Peranti lain adalah peranti cekat di rahang atas, misalnya pendulum yang dapat
menggerakkan molar ke distal lebih banyak. Molar bawah dapat juga digerakkan ke
distal bila molar kedua sulung tanggal prematur.

E.
F. Peranti pendulum untuk menggerakkan molar ke distal.

G. Macam Piranti Ortodontik


Piranti yang digunakan untuk merawat maloklusi secara garis besar dapat digolongkan
menjadi tiga, yaitu: piranti lepasan (removable appliance), dan piranti cekat (fixed
appliance).
1. Piranti Cekat : alat ortodontik yang hanya dapat dipasang dan dilepas oleh dokter
gigi
Contoh:
a. Alat cekat Teknik Begg
b. Alat cekat Teknik Edgewise
c. Alat cekat Teknik Bioprogresive
2. Piranti Lepasan : alat ortodontik ini dapat dipasang dan dilepas oleh pasien sendiri
3. Contoh:
a. Plat Dengan Pir-Pir Pembantu
b. Plat Dengan Peninggi Gigitan
c. Plat Ekspansi
d. Aktivator/Monoblock
H. Tujuan Perawatan Ortodontik
Menurut Rahardjo (2012), tujuan perawatan ortodonti adalah memperbaiki letak gigi

dan rahang yang tidak normal sehingga didapatkan fungsi geligi dan estetik geligi

yang baik maupun wajah yang menyenangkan dan dengan hasil ini akan

meningkatkan kesehatan psikososial seseorang.

I. Komponen Piranti Ortodontik Lepasan

A. Pelat Dasar /Baseplate

B. Komponen Retentif :

1. Klamer / Clasp

2. Kait / Hook

3. Busur Labial / Labial Arch / Labial Bow (dalam keadaan pasif)

C. Komponen Aktif :

1. Pir-pir Pembantu / Auxilliary Springs

2. Busur Labial / Labial Arch / Labial Bow

3. Skrup Ekspansi / Expansion Screw


4. Karet Elastik / ElasticRubber
D. Komponen Pasif :
1. Busur Lingual / Lingual Arch / Mainwire

2. Peninggi Gigitan / Biteplane

E Komponen Penjangkar :

a. Verkeilung,

b. Busur Labial dalam keadaan tidak aktif.

a. Pelat Dasar /Baseplate

Merupakan rangka (frame work) dari alat ortodontik lepasan, umumnya berupa plat akrilik
yang berfungsi untuk :

1. Mendukung komponen-komponen yang lain , seperti tempat penanaman basis spring,

klammer, busur labial dan lain-lain.

2. Meneruskan kekuatan yang dihasilkan oleh bagian aktif ke gigi penjangkar.

3. Mencegah pergeseran gigi-gigi yang tidak akan digerakkan.

4. Melindungi spring-spring di daerah palatal.

5. Menahan dan meneruskan kekuatan gigitan.


b. Komponen Retentif :

 Klamer / Clasp
Klamer adalah suatu bengkokan kawat merupakan bagian/komponen retentif dari alat
ortodontik lepasan . Bagian retensi dari Alat Lepasan umumnya berupa
cangkolan/klamer/clasp dan kait / hook, berfungsi untuk :

a. Menjaga agar plat tetap melekat di dalam mulut.

b. Mempertahankan stabilitas alat pada saat mulut berfungsi.

c. Membantu fungsi gigi penjangkar/anchorage, menghasilkan kekuatan pertahanan yang

berlawanan arah dengan kekuatan yang dihasilkan oleh bagian aktif untuk menggerakkan
gigi.

e. Klamer dapat diberi tambahan hook untuk tempat cantolan elastik.

Macam-macam klamer dan modifikasinya yang di pakai sebagai komponen retentif pada alat
ortodontik lepasan adalah :

1. Klamer C / Simple/Buccal Clasp.


Klamer ini biasanya dipasang pada gigi molar kanan dan kiri tetapi bisa juga pada gigi

yang lain. Pembuatannya mudah, tidak memerlukan tang khusus, tidak memerlukan banyak
materi kawat, tidak melukai mukosa , retensinya cukup, tetapi tidak efektif jika dikenakan
pada gigi desidui atau gigi permanen yang baru erupsi. Ukuran diameter kawat yang dipakai :
untuk gigi molar 0,8 – 0,9 mm, sedangkan untuk gigi premolar dan gigi anterior 0,7 mm.

2. Klamer Adams / Adams Clacp.

Klamer Adams merupakan alat retensi plat aktif yang paling umum digunakan . Biasanya
dikenakan pada gigi molar kanan dan kiri serta pada gigi premolar atau gigi anterior.Diameter
kawat yang digunakan : 0,7 mm untuk gigi molar dan premolar serta 0,6 mm untuk gigi
anterior.

3. Klamer kepala panah / Arrow Head Clasp

Klamer ini mempunyai bagain yang berbentuk seperti ujung/kepala anak panah, masuk
daerah interdental membentuk sudut 90°terhadap posisi lengannya. Lengan tidak boleh
menempel pada mukosa tetapi berjarak 1 mm di sebelah bukalnya, lengan juga tidak boleh
terlalu panjang sampai melebihi posisi vornic supaya tidak melukai sulcus buccalis. Klamer
ini dapat dipakai untuk memegang lebih dari satu gigi, biasanya dipakai sebagi bagian retentif
plat ekspansi. Diameter kawat yang di pakai : 0,7 mm.

4. Bentuk modifikasi (Kawat tunggal, Ring, Triangulair, Arrowhea, Pinball)

Modifikasi klamer berupa tekukan kawat yang ujungnya men cengkram permukaan
interdental dua buah gigi bersebelahan. Modifikasi klamer jenis ini baisanya dipasang di
daerah interdental pada gigi posterior, pemasangannya bisa dikombinasikan dengan klamer
C. Dibuat dari kawat berdiameter 0,7 mm.

C. Komponen Aktif :
1. Pir-pir Pembantu / Auxilliary Springs
Pir-pir pembantu (auxilliary springs) adalah pir-pir ortodontik yang digunakan untuk
menggerakkan gigi-gigi yang akan dikoreksi baik secara individual atau beberapa gigi secara
bersama-sama.

Macam-macam spring :
1. Pir Jari / Finger spring

Posisi Pir Jari dibawah busur lingual

Lintasan pergerakan gigi :


A. Posisi koil tepat pada garis bisectris, gigi bergerak kemesial pada lengkung gigi.
B. Posisi koil berada di mesial garis bisectris gigi bergerak ke arah mesiolabial
C. Posisi koil berada di distal garis bisectris gigi bergerak ke arah mesiopalatinal/lingual

2. Pir Simpel / Simple spring

Pir simpel yang dipatrikan pada mainwire

Pir simpel dengan modifikasi koil

3. Pir Lup / Loop spring / Buccal retractor spring

Pir lup bukal / Buccal retractor spring


Beberapa bentuk modifikasi pir retraktor bukal

4. Pir Kontinyu / Continous spring

Pir kontinyu yang dipatrikan pada main wire

Posisi pir kontinyu pada palatinal gigi anterior

2. Busur Labial / Labial Arch / Labial Bow


Sesuai dengan namanya busur labial merupakan kawat melengkung yang menempel pada
permukaan labial gigi-gigi.
Fungsi Busur labial :
a. Untuk meretraksi gigi-gigi depan ke arah lingual/palatianal.
b. Untuk mempertahankan lengkung gigi dari arah labial.
c. Untuk mempertinggi retensi dan stabilitas alat.
d. Untuk tempat pematrian pir-pir (auxilliary springs)
3. Skrup Ekspansi / Expansion Screw

4. Karet elastic

D. Komponen Pasif :
1. Busur Lingual / Lingual Arch / Mainwire
Merupakan lengkung kawat dibagian palatinal / lingual gigi anterior berfungsi untuk :
1. Mempertahankan lengkung gigi bagian palatinal / lingual.
2. Tempat pematrian auxilliary springs auxilliary
3. Untuk mempertahankan kedudukan auxilliary springs
4. Meningkatkan stabilitas alat di dalam mulut

- Busur lingual dibuat dari kawat berdiameter 0,9 - 1,0 mm.


- Menggunakan ukuran kawat yang besar karena tidak diperlulan sifat elasitisitasnya dan
diharapkan dapat kokoh mendukung auxilliary springs yang akan dipatrikan pada busur
labial tersebut.
2. Peninggi Gigitan / Biteplane
Macam-macam bite plane :

 Menurut letaknya peninggi gigitan dibedakan atas :


a. Bite plane posterior
b. Bite plane anterior

Perawatan ortodonti yang tepat untuk kasus di scenario


Sebelumnya dilakukan prosedur penegakan diagnosis sebagai panduan
untuk menetapkan perawatan yang tepat.
Diagnosis bidang ortodontik dapat didefinisikan sebagai interpretasi data klinis
untuk menetapkan ada tidaknya maloklusi. Diagnosis ortodontik hendaknya
bersifat komprehensif dan tidak terfokus pada satu aspek saja. Adapun tahapan
penegakan diagnosis ortodontik, antara lain:

D. Analisis Umum
E. Analisis Lokal
F. Analisis Fungsional
G. Analisis Model
H. Analisis Sefalometri
I. Diagnosis dan Klasifikasi Maloklusi (Rahardjo, 2011).
Dignosis ditetapkan berdasarkan atas pertimbangan data hasil pemeriksaan
secara sistematis. Data diagnostik yang paling utama harus dipunyai untuk dapat
menetapkan diagnosisis adalah data pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan
subyektif dan obyektif serta data pemeriksaan dan pengukuran pada model studi,
(Ardhana, 2008):
Dari hasil Analisa model didapatkan kekurangan tempat pada rahang atas
sebesar 5mm dan rahang bawah sebesar 2mm. Protusif pada gigi anterior RA dan
RB,palatum sempit dan dalam, gigitan silang posterior bilateral,jarak gigit
bertambah dan gigitan terbuka anterior.
Dari hasil pemeriksaan ekstraoral didapatkan bentuk muka yang
Panjang,profil cembung,wajah simetris dan bibir inkompeten.
Dari hasil pemeriksaan tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien dapat dilakukan
perawatan dengan piranti ortodontik lepasan.
J. Indikasi dan Kontraindikasi Piranti Ortodontik Lepasan
a) Indikasi
Peranti lepasan dapat digunakan pada keadaan-keadaan sebagai berikut:
1. Pasien yang kooperatif, kebersihan mulut dan geligi dalam kondisi yang baik
2. Maloklusi dengan pola skelet kelas 1 atau yan tidak jauh menyimpang dari kelas 1
disertai kelainan letak gigi, yaitu : a) terdapat jarak gigit yang besar disebebkan
kesalahan inklinasi gigi b) gigitan terbalik disebabkan perubahan inklinasi gigi
3cmalposisi gigi tetapi akar gigi tersebut terletak pada tempatnya yang benar d)
kelainan jurusan bukolingual (gigian silang unilateral posterior) yang disebabkan
displacement mandibular
3. Pencabutan yang terencana hendaknya memberi kesempatan gigi untuk bergerak
tipping dan hendaknya hanya menyisakan sedikit diastema atau bahkan tidak
menyisakan diastema sama sekali
b) Kontraindikasi
Peranti lepasan tidak sesuai digunakan pada keadaan-keadaan sebagai berikut:
1. Diskrepansi skeletal yang jelas dalam arah sagittal maupun vertical
2. Bila dibutuhkan penjangkaran antar maksila
3. Adanya malposisi apeks, rotasi yang parah ataupun rotasi multiple
4. Bila diperlukan pergerakan gigi secara translasi (bodily)
5. Bila terdapat problema ruangan, misalnya adanya berdesakan yang parah ataupun
adanya diastema yang berlebihan.
6. Dalam ilmu orthodontik apa yang dimkasud dengan protusif anterior RA+RB
dan bagaimana rencana perawatannya .
Protrusi bimaksiler dento-alveolar adalah suatu kelainan dimana rahang atas
dan rahang bawah terlalu maju ke depan (prognati) disertai dengan majunya seluruh
gigi pada kedua rahang. Selain itu menurut Soelarko (1979), karena gigi kaninus pada
orang Indonesia terletak di depan bidang orbita dan rahang orang Indonesia lebih
maju dari ras kaukasoid, oleh karena itu profil orang Indonesia menjadi lebih
cembung.
Bimaxillary Dentoalveolar Protrusion atau protrusi bimaksiler dento-alveolar
adalah suatu kelainan yang disebabkan karena pertumbuhan lengkung gigi dan tulang
alveolar yang berlebih terhadap tulang basal rahang atas dan rahang bawah, tetapi
hubungan tulang basal rahang atas dan rahang bawah terhadap tulang dasar tengkorak
masih normal (Moyers, 1988). Selain itu Graber, et.al., (2009), mengatakan bahwa
protrusi bimaksiler dento -alveolar adalah kelainan yang disebabkan karena
pertumbuhan gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah lebih ke anterior, tetapi
hubungan oklusi giginya kelas I.
Perawatan Protrusi Bimaksiler Dento-alveolar adalah perawatan dengan
melakukan ekstraksi empat gigi premolar dan ruangan bekas ekstraksi dirawat dengan
alat ortodontik cekat, tetapi pertengahan 1970-an perawatan lebih cenderung ke arah
perawatan koservatif ( Van der Linden, 1987). Perawatan Protrusi Bimaksiler Dento
alveolar yang ringan jarang dilakukan pada anak-anak karena sering terjadinya relaps.
Perawatan untuk kasus lain, misalnya crowding merupakan pemikiran yang tepat,
dimana perlu dilakukan ekstraksi.
Menurut Graber, et.al., (2009), prinsip perawatan pada protrusi bimaksiler
dento-alveolar adalah perawatan dengan menggunakan alat ortodonti cekat yang
disertai tindakan ekstraksi empat gigi premolar. Pencabutan empat gigi premolar
pertama dalam kasus ini adalah untuk mendapatkan ruangan untuk retraksi gigi-gigi
anterior rahang atas dan rahang bawah. Shearn, et.al., (2000), mengatakan bahwa
alasan dilakukan pencabutan gigi premolar pada kasus protrusi bimaksiler dento
alveolar adalah posisi gigi premolar yang paling menguntungkan, yaitu terletak
diantara segmen anterior dan posterior.
Langkah perawatan protrusi bimaksiler dento-alveolar menurut Graber, et.al.,
(1994) adalah setelah dilakukan ekstraksi empat gigi premolar, dilakukan retraksi
seluruh enam gigi anterior (kaninus serta insisif) rahang atas dan rahang bawah untuk
menutupi ruang bekas pencabutan. Sedangkan menurut Kocadereli (2000), perawatan
kasus protrusi bimaksiler dento-alveolar dapat dilakukan dengan pencabutan empat
gigi premolar terlebih dahulu, lalu dilakukan retraksi gigi kaninus dan terakhir baru
dilakukan retraksi empat gigi insisif.
Daftar Pustaka
Ardhana W. 2008. Manajemen Perawatan Ortodontik Praktis. Yogyakarta: Majalah
Kedokteran Gigi; Juni;2008;15(1):95-98
Graber, T.M., Vanarsdall, R.L. & Vig, K.W.L., 2009. Orthodontics: Current Principles and
Techniques. India: Replika Pers.p.2.

Rahardjo Pambudi. 2009. Ortodonti Dasar. Surabaya : Airlanggan University Press

Rahardjo Pambudi. 2011. Diagnosis Ortodontik. Surabaya : Airlanggan University Press

Rahardjo Pambudi. 2012. Ortodonti Dasar. Ed 2. Surabaya : Airlanggan University Press

Anda mungkin juga menyukai