SIMPLISIA Eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar
01 dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu
NABATI dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang
dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan
belum berupa zat kimia murni
1. bibit
2. tempat tumbuh
3. iklim
4. kondisi (umur & cara) panen serta proses pasca panen dan preparasi akhir.
Walaupun ada juga pendapat bahwa faktor tersebut tidak besar akibatnya pada mutu
ekstrak nantinya
oleh karena itu diperlukan standarisasi siplisia
Standarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan
untuk obat sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam
monografi terbitan resmi Departemen Kesehatan (Materia Medika Indonesia).
Sedangkan sebagai produk yang langsung dikonsumsi (serbuk jamu dll), masih harus
memenuhi persyaratan produk kefarmasian sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dalam memproduksi simplisia banyak hal – hal yang perlu
diperhatikan untuk menghasilkan simplisia yang sesuai standar antara lain :
Waktu Pengumpulan
Waktu pengumpulan simplisia yang tepat adalah periode dimana kandungan senyawa aktifnya berada dalam
kadar tertinggi.
Dalam kasus ini, petugas yang memanen harus terampil dalam mengumpulkan
bahan yang benar dan tidak tercampur dengan bagian tanaman yang tidak
diinginkan, serta tidak merusak tanaman induk.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah ketepatan dalam memilih alat dan mesin
yaitu yang tidak bereaksi dengan zat aktif dalam tanaman seperti fenol, glikosida,
dll.
Contoh : Alat yang terbuat dari logam tidak boleh digunakan untuk memanen simplisia
yang mengandung minyak atsiri atau phenol.
3. pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air sehingga dapat dicegah terjadinya reaksi
enzimatik ataupun pertumbuhan bakteri dan cendawan.
Penyusunan bobot karena pengeringan juga mempunyai arti ekonomis karena untuk bobot yang
sama didapat simplisia yang lebih banyak.
Disamping itu simplisia kering juga lebih mudah dihaluskan daripada simplisia segar. Pengeringan
dapat memberikan hasil yang baik jika berpedoman pada dua hal yaitu pengawasan suhu
pengeringan dan pengaturan aliran udara secara baik.
Pada sortasi dilakukan pemisahan - pemisahan bagian tanaman yang tidak perlu (misalnya kuncup bunga
cengkeh dipisahkan dari tangkainya), disisihkan debu dan pasir serta dipisahkan bahan tanaman lain yang
ikut tercampur. Setelah sortasi selesai, simplisia disimpan dalam wadah yang sesuai.
Penyimpanan dan pengawetan yang tepat adalah sangat penting dalam menjaga kualitas simplisia.
Gudang sebaiknya tahan api, dinding terbuat dari baja atau batu bata, ruangan harus didinginkan dan
aman dari tikus.
Kulit batang dan simplisia yang mengandung resin biasanya menyerap sedikit kelembapan, tetapi
simplisia daun, herba dan akar yang tidak dibungkus dengan baik cenderung mengabsorbsi kelembapan
10% s/d 30% dari berat simplisia. Kelembapan yang berlebihan tidak hanya meningkatkan bobot dari
simplisia, tetapi mengurangi persentase kandungan zat aktif dan juga meningkatkan aktivitas enzimatik
dan memfasilitasi pertumbuhan cendawan.
Oksigen di udara akan meningkatkan oksidasi konstituen dalam simplisia, khususnya dengan adanya
enzim pengoksidasi. Hal ini menuntut gudang dalam kondisi dingin, gelap, dan berventilasi baik (aliran
udara kering).
4. Mikroskopi IV : Dilakukan terhadap serbuk yang telah diabukan. Uji ini khusus
ditujukan untuk mendeteksi ada tidaknya kerangka silika pada tanaman yang
banyak mengandung silika seperti familia Poaceae / Gramineae dan Equisetaceae.
Parameter Non Spesifik
1. Penetapan kadar air : Kandungan air yang berlebihan pada bahan / sediaan obat tradisional, akan
mempercepat pertumbuhan mikroba dan juga dapat mempermudah terjadinya hidrolisa terhadap
kandungan kimianya sehingga dapat mengakibatkan penurunan mutu dari obat tradisional. Batas
kandungan air penting dicantumkan agar lebih jelas dalam uraian persyaratan simplisia.
Syarat simlplisia dinilai cukup aman jika kadar airnya kurang dari 10%.
vCara penetapan kadar air :
a. metode titimetri : reaksi kuanti air dengan lar.anhidrat dioksida dan iodium dengan dapar bereaksi
dengan ion hidrogen.
Zat yang akan diperiksa dimasukkan ke dalam labu melalui pipa pengalir nitrogen atau melalui pipa
samping yang dapat disumbat. Pengadukan dilakukan dengan mengalirkan gas nitrogen yang telah
dikeringkan atau dengan pengaduk magnit. Penunjuk titik akhir terdiri dari batere kering 1,5 volt atau
2 volt yang dihubungkan dengan tahanan variable lebih kurang 2.000 ohm. Tahanan diatur sedemikian
sehingga arus utama yang cocok yang melalui elektroda platina berhubungan secara seri dengan
mikroammeter. Setiap kali penambahan pereaksi Karl Fischer, penunjuk mikroammeter akan
menyimpang tetapi segera kembali ke kedudukan semula. Pada titik akhir, penyimpangan akan tetap
selama waktu yang lebih lama. Pada zat-zat yang melepaskan air secara perlahan-lahan, umumnya
dilakukan titrasi tidak langsung.
Lanjutan
b. Metode azeotropi (destilasi toluen) : Metode ini efektif untuk penetapan kadar air karena terjadi penyulingan
berulang kali di dalam labu dan menggunakan pendingin balik untuk mencegah adanya penguapan berlebih.
Sistem yang digunakan tertutup dan tidak dipengaruhi oleh kelembaban (Anonim, 1995). kadar air ( v/b) =
volume air yang terukur / bobot awal simplisia x100%.
c. Metode gravimetri : Dengan menghitung susut pengeringan hingga tercapai bobot tetap (Anonim, 1995).
d. Penetapan susut pengeringan (MMI) : Susut pengeringan adalah kadar bagian yang menguap suatu zat.
Kecuali dinyatakan lain, suhu penetapan adalah 105ºC, keringkan pada suhu penetapan hingga bobot tetap.
Jika suhu lebur zat lebih rendah dari suhu penetapan, pengeringan dilakukan pada suhu antara 5º dan 10º di
bawah suhu leburnya selama 1 jam sampai 2 jam, kemudian pada suhu penetapan selama waktu yang
ditentukan atau hingga bobot tetap.
Susut pengeringan = (bobot awal - bobot akhir)/bobot awal x 100%
Untuk simplisia yang tidak mengandung minyak atsiri dan sisa pelarut organik menguap, susut pengeringan
diidentikkan dengan kadar air, yaitu kandungan air karena simplisia berada di atmosfer dan lingkungan
terbuka sehingga dipengaruhi oleh kelembaban lingkungan penyimpanan
Lanjutan
2. Penetapan kadar abu (MMI) : Penetapan kadar abu merupakan cara untuk mengetahui sisa yang
tidk menguap dari suatu simplisia pada pembakaran. Pada penetapan kadar abu total, abu dapat
berasal dari bagian jaringan tanaman sendiri atau dari pengotoran lain misalnya pasir atau tanah.
3. Penetapan kadar abu yang tidak larut asam (MMI) : Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam
asam ditujukan untuk mengetahui jumlah pengotoran yang berasal dari pasir atau tanah silikat.
4. Penetapan kadar sari larut dalam etanol (MMI) : Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui
jumlah senyawa yang dapat tersari dengan etanol dari suatu simplisia.
5. Uji cemaran mikroba :
a. uji aflatoksin : cemaran aflatoksin oleh jamur Aspergillus flavus
b. uji angka lempeng total : untuk mengetahui jumlah mikroba/ bakteri dalam sampel. Batasan
angka lempeng total yang ditetapkan oleh Kementerian kesehatan yaitu 106 CFU/ gram
c. uji angka kapang : untuk mengetahui adanya cemaran kapang.Batasan angka lempeng total
yang ditetapkan oleh Kementerian kesehatan yaitu 104 CFU/ gram.
Parameter spesifik
• Disebut juga sebagai uji secara kimia, kegunaanya untuk menetapkan
kandungan kimia simplisia yang dilakukan dengan analisis Kromatografi
Lapis Tipis (KLT).
• Terdapat tahapan yang harus dilakukan sebelum menetapkan
kandungan kimia suatu simplisisa dengan analisis KLT, yaitu harus
melakukan preparasi dengan menyari senyawa kimia aktif suatu
simplisia kasar.
Sediaan galenik adalah sediaan yang diperoleh dengan cara melakukan penyarian zat-zat
yang bermanfaat bagi manusia, dari tumbuhan atau hewan menggunakan cairan penyari
yang sesuai.
Derajat kehalusan
Derajat kehalusan ini harus di sesuaikan dengan mudah
atau tidaknya obat yang terkandung tersebut untuk
disari.semakin halus simplisianya itu akan Temperatur suhu dan
mempermudah proses penyarian, ataupun sebaliknya lamanya waktu
semakin sukar disari maka simplisia harus di buat Suhu harus di sesuaikan dengan
semakin halus. sifat dari obat, apakah bmudah
menguap atau tidak, mudah
Bahan penyari dan cara penyari tersari atau tidak
Setiap simplisia atau bahan obat mempunyai cara dan
bahan penyari yang berbeda-beda, Oleh karena itu cara Konsentrasi/kepekatan
ini harus di sesuaikan dengan sifat kelarutan obat dan
daya serap bahan penyari ke dalam simplisia.
EKSTRAKSI ekstraksi cara panas dan ekstraksi cara dingin
01
02
03
04
05 Placehold
er
Plac
ehol
der
Plac
ehol
der
Plac
ehol
der
Plac
ehol
der
Plac
ehol
der
Perkolasi
Soxhlet
ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat
khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan
dengan adanya pendingin balik. Alat ekstraksi terdiri dari labu, tabung soxhlet dan
pendingin balik
METODOLOGI DAN PARAMETER
STANDARDISASI EKSTRAK
PARAMETER NON SPESIFIK
• Parameter Susut Pengeringan : Pengukuran sisa zat setelah pengeringan
pada temperatur 105ºC selama 30 menit atau sampai berat konstan,
yang dinyatakan sebagai nilai prosen. Dalam hal khusus (jika bahan
tidak mengandung minyak menguap/atsiri dan sisa pelarut organik
menguap) identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena
berada di atmosfer/lingkungan udara terbuka.
• Parameter Bobot Jenis : Adalah masa per satuan volume pada suhu
kamar tertentu (25ºC) yang ditentukan dengan alat khusus
piknometer atau alat lainnya.
• Parameter Kadar Air : Pengukuran kandungan air yang berada di dalam
bahan, dilakukan dengan cara yang tepat diantara cara titrasi, destilasi
atau gravimetri.
LANJUTAN
• Parameter Kadar Abu : Bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa
organik dan turunannya terdestruksi dan menguap sehingga tinggal
unsur mineral dan anorganik.
• Parameter Sisa Pelarut : Menentukan kandungan sisa pelarut tertentu (yang
memang ditambahkan) yang secara umum dengan kromatografi gas.
Untuk ekstrak cair berarti kandungan pelarutnya, misalnya kadar
alkohol.
• Parameter Sisa Pestisida : Menentukan kandungan sisa pestisida yang
mungkin saja pernah ditambahkan atau mengkontaminasi pada
bahan simplisia pembuatan ekstrak.
• Parameter Cemaran Logam Berat : Menentukan kandungan logam berat secara
spektroskopi serapan atom atau lainnya yang lebih valid.
LANJUTAN
• Parameter Cemaran Mikroba : Menentukan (identifikasi) adanya mikroba
yang patogen secara analisis mikrobiologis.
• Parameter Cemaran Kapang, Khamir dan Aflatoksin : Menentukan adanya
jamur secara mikrobiologis dan adanya aflatoksin dengan KLT.
paramEtEr SpESiFiK
• Penentuan parameter spesifik adalah aspek kandungan kimia
kualitatif dan aspek kuantitatif kadar senyawa kimia yang
bertanggung jawab langsung terhadap aktivitas farmakologis
tertentu. Misalnya untuk menentukan mana lempuyang gajah
( Zingiber zarumbet ), mana lempuyang wangi ( Zingiberis
aromaticum) atau lempuyang pahit (Zingiberis littorale) dilakukan
penentuan profil kimiawi melalui kromatografi lapis tipis.
• Parameter spesifik terdiri dari tiga parameter pengujian yaitu :
• Parameter Identitas Ekstrak
• Parameter Organoleptik Ekstrak
• Parameter Senyawa Terlarut dalam pelarut
PEMERIKSAAN KUALITAS SEDIAAN OBAT
TRADISIONAL
Uji mutu
• Pemeriksaan Keseragaman Bobot :
Bobot dari sediaan obat tradisional dapat menunjukkan banyaknya simplisia penyusunnya
dalam sediaan tersebut. Keseragaman bobot dapat digunakan untuk menilai kandungan simplisia
yang menyusun sediaan obat tradisional. Keseragaman bobot dapat diuji pada obat tradisional
bentuk serbuk, pil, tablet dan kapsul.
• Pemeriksaan kadar air :
Kandungan air yang berlebihan pada sediaan obat tradisional akan mempercepat pertumbuhan
mikroba dan dapat mempermudah terjadinya hidrolisa terhadap kandungan kimianya sehingga
dapat mengakibatkan penurunan mutu dari obat tradisional. Oleh karena itu batas kandungan air
pada suatu sediaan obat tradisional sebaiknya dicantumkan dalam suatu uraian yang menyangkut
persyaratan dari suatu sediaan obat tradisional. Permenkes No
661/Menkes/SK/VII/1994 menyatakan bahwa air tidak boleh lebih dari 10% yang ditetapkan
menurut cara yang tertera pada Farmakope Indonesia atau Materia Medika Indonesia.
lanjutan
• Dokumen spesifikasi
Spesifikasi meliputi spesifikasi bahan baku, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan
produk jadi
• Dokumen produksi induk
Dokumen produksi induk dibuat oleh perusahaan sebagai standar bagi setiap produk yang akan
dibuat
• Catatan pengolahan bets
Catatan pengolahan bets merupakan catatan proses pengolahan produk mulai dari penimbangan
bahan baku sampai dihasilkan produk ruahan untuk tiap bets. Melalui catatan tersebut dapat
ditelusuri riwayat pengolahan bets yang bersangkutan.
• Catatan pengemasan bets
Catatan pengemasan bets menunjukkan setiap langkah pengemasan yang telah diselesaikan
LANJUTAN