Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ortodonti merupakan suatu ilmu yang bertujuan untuk memperbaiki dentofasial
anomali, sehingga memperoleh bentuk muka yang harmonis dan fungsi pengunyahan
yang baik.
Maloklusi adalah bentuk hubungan rahang atas dan bawah yang menyimpang dari
bentuk standar yang diterima sebagai bentuk yang normal, maloklusi dapat disebabkan
karena tidak ada keseimbangan dentofasial. Keseimbangan dentofasial ini tidak
disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi beberapa faktor saling mempengaruhi.faktor yang
mempengaruhi adalah keturunan, lingkungan, pertumbuhan dan perkembangan, etnik,
fungsional, patologi. Maloklusi dapat timbul kaena faktor keturunan dimana ada
ketidaksesuaian besar rahang dengan besar gigi-gigi di dalam mulut. Misalnya, ukuran
rahang mengikuti garis keturunan Ibu, dimana rahang berukuran kecil, sedangkan ukuran
gigi mengikuti garis keturunan bapak yang giginya lebar-lebar. Gigi-gigi tersebut tidak
cukup letaknya di dlaam lengkung gigi.
Maloklusi kelas III merupakan salah satu kelainan yang jarang ditemukan. Menurut
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Laboratorium Ortodonti Fakultas Kedokteran
Gigi UNPAD Bandung, hanya terdapat 3,3 % dari pasien yang termasuk maloklusi kelas
III.
Meskipun maloklusi kelas III merupakan salah satu kelainan yang jarang dijumpai,
tetapi kelainan ini sukar untuk dirawat. Penderita prognatisme mandibula mengeluh
tentang kesukaran dalam pengunyahan dan terdapat gangguan fungsi bicara. Umumnya
mereka menyadari akan deformitas yang diakibatkan oleh protrusi rahang bawah dan
seringkali merasa malu, sehingga dapat merusak kebahagaiaan mereka dan mengganggu
status sosial.
Penyebab dari maloklusi kelas III ini bermacam-macam, antara lain karena faktor
keturunan, gangguan hormonal, kelainan prenatal dan pengaruh lingkungan pada waktu
anak dalam masa pertumbuhan. Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai
etiologi serta perawatan maloklusi kelas II
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari maloklusi kelas III ?
1

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Bagaimana ciri-ciri maloklusi kelas III ?


Bagaimana klasifikasi maloklusi kelas III ?
Apa saja etiologi maloklusi kelas III ?
Bagaimana hubungan maloklusi kelas III dengan sistem stogmatognati ?
Bagaimana perawatan maloklusi kelas III ?
Apa dampak yang ditimbulkan apabila tidak dilakukan perawatan pada penderita
maloklusi kelas III ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian maloklusi kelas III
2. Untuk mengetahui ciri-ciri maloklusi kelas III
3. Untuk mengetahui klasifikasi maloklusi kelas III
4. Untuk mengetahui etiologi maloklusi kelas III
5. Untuk mengetahui hubungan maloklusi kelas III dengan sistem stogmatognati
6. Untuk mengetahui perawatan maloklusi kelas III
7. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan apabila tidak dilakukan perawatan pada
penderita maloklusi kelas III

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Menurut Dr. Angle yang dimaksudkan maloklusi kelas III adalah lengkung gigi dan
korpus mandibula mempunyai relasi yang bilateral mesial terhadap lengkung gigi
maksila. Pada maloklusi kelas III letak cusp mesiobukal dari molar pertama permanen
rahang atas berada pada ruang interdental molar pertama dan molar kedua permanen
rahang bawah atau gigi M1 permanen rahang atas terletak lebih distal dari gigi M1
permanen rahang bawah.1
2

Kelas III

Kelas I (Normal)

2.2 Ciri-ciri Maloklusi Kelas III

a. Pasien mempunyai hubungan molar Klas III


b. Gigi insisivus dalam hubungan edge to edge atau dapat juga terjadi crossbite anterior.
c. Maksila biasanya sempit dan pendek sementara mandibula lebar, sehingga dapat terjadi
crossbite posterior
d. Gigi-geligi pada maksila sering berjejal sedangkan gigi-geligi pada mandibula sering
diastema.
e. Profil wajah pasien cekung karena dagu yang lebih menonjol.
f. Pertumbuhan

vertikal

yang

berlebihan akan

meningkatkan ruang intermaksiler

sehingga dapat terjadi anterior open bite. Pada beberapa pasien dapat juga terjadi deep
overbite.
g. Pada maloklusi pseudo Klas III ditandai dengan oklusi yang prematur akibat kebiasaan
menempatkan mandibula ke depan.1

2.3 Klasifikasi Maloklusi


3

2.3.1 Klasifikasi Angel


Pada Klas III Angle, gigi molar pertama permanen rahang atas terletak lebih ke
distal dari gigi molar pertama permanen rahang bawah atau puncak tonjol mesiobukal
gigi molar pertama permanen rahang atas letaknya lebih ke posterior dari buccal groove
gigi molar pertama permanen rahang bawah.

True Class III


Maloklusi ini merupakan maloklusi tipe skeletal yang disebabkan faktor genetik.

Hal ini dapat disebabkan oleh prognati mandibula, retrognati maksila, atau kombinasi
keduanya. Pada kelas III jenis ini relasi molar menunjukkan relasi kelas III pada saat
posisi istirahat dan oklusi sentrik. Insisivus bawah berinklinasi ke lingual dan dapat
juga dengan overjet normal,egde to edge atau anterior crossbite.1,2

Pseudo Class III


Tipe maloklusi ini terjadi karena faktor habitual, yaitu pergerakan mandibula ke

depan ketika menutup rahang. Maloklusi ini juga disebutkan sebagai postural atau
habitualclass III malocclusion. Biasanya disebabkan karena adanya premature
kontak yang menyebabkan mandibula bergerak ke depan dan ketika terjadi kehilangan
gigi desidui posterior dini, anak cenderung menggerakkan mandibula ke depan untuk
mendapatkan kontak pada region anterior. Pada posisi istirahat menunjukkan relasi
molar yang normal, dan pada saat oklusi sentrik menunjukkan relasi kelas III.
Cefalogram dapat digunakan untuk membantu dalam membedakan antara maloklusi
kelas III true dan pseudo.1,2

Klas III, subdivisi


Pada maloklusi ini terdapat relasi molar Klas III pada satu sisi dan relasi molar

Klas I pada sisi rahang yang lain.1

2.3.2 Modifikasi Dewey


Cusp mesiobukal molar pertama rahang atas berada lebih ke distal atau
melewati cusp distal molar pertama bawah, atau lebih kedistal sedikit saja dari garis
bukal molar pertama bawah. Sedangkan kedudukan kaninus biasanya terletak diantara
premolar pertama dan kedua bawah.

Klas III tipe 1 : hubungan molar pertama atas dan bawah mesioklusi sedang

hubungan anterior insisal dengan insisal (edge to edge).


Klas III tipe 2 : hubungan molar pertama atas dan bawah mesioklusi,sedang gigi

anterior bawah crowded


c. Klas III tipe 3 : hubungan gigi anterior seluruhnya bersilang (cross bite)
sehingga dagu penderita menonjol kedepan dan gigi anterior maksila crowded.1,2

2.4 Etiologi maloklusi kelas III


1. Genetik atau keturunan
Beberapa kromosom-X dengan kondisi aneuploidal juga dapat menyebabkan
mandibular prognathism dan karakter warisan keturunan yang utama. Beberapa studi
mengenai genetik dan perannya sebagai salah satu etiologi dari maloklusi kelas III
menunjukkan bahwa pertumbuhan dan ukuran mandibula dipengaruhi oleh faktor
keturunan.3
2. Faktor lingkungan juga dapat dikatakan sebagai salah satu penyebab terjadinya
maloklusi klas 3 seperti pembesaran tonsil, kesulitan saat bernafas lewat hidung,
penyakit kongenital, penyakit kelenjar pituitari, gangguan hormon, kebiasaan
memajukan mandibula (protruding), trauma dan penyakit, prematur loss gigi molar
(usia 6tahun) dan irregular erupsi insisivus permanen atau kehilangan insisivus
desidui.3

3. Faktor dental, biasanya berhubungan dengan sempitnya lengkung rahang atas dan
besarnya lengkung rahang bawah, hasilnya paling sering ditemukan adalah crowded.
Crowded paling sering dan berat terjadi pada rahang atas dibandingkan rahang bawah
yang terkadang menghasilkan perbedaan panjang dan luas lengkung rahang.3
4. Faktor lain seperti ukuran dan posisi basis kranial, maksila dan mandibula, posisi
artikulasi temporomandibular dan perpindahan posisi rahang bawah juga dapat
berdampak pada hubungan sagital dan vertikal antara rahang dan gigi. Posisi foramen
magnum dan spinal column dan posisi kepala juga dapat mempengaruhi bentuk
wajah. 3

2.5 Hubungan maloklusi kelas III dengan sistem stogmatognati


Sistem stomatognati merupakan kesatuan organ yang memiliki fungsi berkaitan satu
sama lainnya. Organ-organ tersebut meliputi mandibula, maksila, temporo mandibular joint
(TMJ), struktur gigi dan struktur pendukung lainnya seperti otot-otot pengunyah, otot wajah
serta kepala dan leher. Sistem stomatognati ini berperan aktif dalam proses mastikasi atau
pengunyah. Pada kondisi normal, terjadi hubungan dan integritas dari semua komponen
system pengunyahan seperti gigi geligi, otot-otot, TMJ, bibir, pipi, palatum, lidah dan sekresi
saliva.
Keadaan maloklusi kelas III dapat menyebabkan abnormalitas fungsional terhadap
system stomatognatik seperti gangguan penelanan, gangguan bicara, gangguan pernafasan,
dan kesulitan dalam menggerakkan rahang (gangguan otot dan nyeri).
Pada keadaan maloklusi kelas III cusp mesiobukal molar pertama rahang atas berada
lebih ke distal atau melewati cusp distal molar pertama bawah, sedangkan kedudukan kaninus
rahang atas berada di interdental premolar pertama dan kedua rahang bawah sehingga terjadi
kontak premature yang menyebabkan traumatic oklusi, selain itu dapat menyebabkan
masalah sendi temporomandibular dengan gejala rasa sakit dan disfungsi.
Gangguan pada sendi temporomandibula dapat diartikan sebagai sekumpulan kondisi
medis dan gigi yang mempengaruhi sendi dan otot mastikasi, juga jaringan yang
berhubungan dengan mastikasi. Gangguan pada sendi temporomandibula diklasifikasikan
menjadi 5 kategori, yaitu: (1) gangguan otot mastikasi, (2) gangguan disk-interference, (3)
6

gangguan inflamasi pada sendi, (4) hipomobilitas mandibula kronis dan (5) gangguan
pertumbuhan pada sendi. Selain itu dapat juga terjadi enamel gigi mengalami abrasi secara
abnormal dan insisivus rahang bawah yang mengalami proklinasi dapat menyebabkan resesi
gingiva.4,5,6

2.6 Perawatan maloklusi kelas III


Secara umum perawatan malokluksi berdasarkan waktu dan tingkat malokluasi dapat
digolongkan atas :
2.6.1 Perawatan Preventif
Adalah segala tindakan menhilangkan segala pengaruh yang dapat mengubah
jalannya perkembangan normal agar tidak terjadi malposisi gigi dan hubungan rahang
yang abnormal. Misalnya dalam periode prenatal anak,asupan nutrisi ibu harus baik.
Sedangkan pada periode post natal harus dijaga kebersihan mulutnya,serta dijaga dari
kebiasaan buruk yang dapat menjadi etiologi maloklusi,misalnya kebiasaan menelan
yang salah,pernafasan melalui mulut, menghisap jari dan mendorong dagu ke depan.7
2.6.2

Perawatan Interseptif
Adalah perawatan pada maloklusi yang telah mulai tampak untuk mencegah agar
maloklusi yang ada tidak berkembang menjadi parah.7 Macam-macam alat untuk
mengoreksi maloklusi kelas III pada perawatan interseptif adalah :

1. Face Mask

a. Komponen FaceMask (Versi Petit)


7

Terdiri dari 2 pads yang menempel pada jaringan lunak di dahi dan dagu. Pads
tersebut terbuat dari akrilik dan dilapisi oleh sejenis busa lembut yang mudah
dibersihkan dan dapat diganti-ganti.
b. Pemasangan FaceMask
FaceMask versi Petit tersedia pula dalam ukuran untuk populasi/ras Asia. Pads pada
dahi dan dagu disesuaikan dengan sedikit melonggarkan sekrup. Letakkan cross bar
sedemikian rupa sehingga karet elastic dapat ditautkan diantara ke 2 bibir (interlabial
gap) dengan mudah. Karet elastik menghubungkan hook pada molar/kaninus ke cross
bar. Perlu dijaga agar elastic tidak menyebabkan iritasi pada sudut mulut. Sebaiknya
pasien memakai peranti ini secara maksimal. Pasien usia 5-9 tahun umumnya bisa
mematuhi instruksi ini terutama bila dikatakan bahwa alat ini hanya dipakai selama 3
hingga 5 bulan saja. Bagi pasien yang lebih tua usianya, hal ini sulit dicapai karena
meningkatnya aktifitas sekolah maupun olahraga. FaceMask biasanya dipakai hingga
diperoleh overjet 2-4 mm selanjutnya hanya dipakai secara berkala/malam hari saja
selama 3-6 bulan berikutnya.
Besarnya gaya yang diaplikasikan pada peranti ini adalah berkisar 500 gram.
Sedangkan Nanda, Cozzani, maupun Robert, dkk menyatakan bahwa diperlukan gaya
yang lebih besar dari 500 gram untuk menghasilkan efek orthopedic secara maksimal.
Mc Namara, Turley serta Mermigos menganjurkan penggunaan gaya secara bertahap.
Hal ini dimaksudkan agar pasien dapat beradaptasi terlebih dahulu.
c. Efek FaceMask pada Komponen Dental
Pemakaian FaceMask akan

memberikan

pengaruh yang paling besar apabila

diterapkan pada pasien usia 7-8 tahun. McNamara menyimpulna bahwa efek Facemask
adalah terjadinya pergerakan maksila kedepan dan bawah, gigi geligi anterior atas lebih
kedepan, redirection pertumbuhan mandibula ke bawah dan belakang serta gigi anterior
bawah lebih ke tipping lingual. Perawatan dengan facemask juga mengurangi profil
cekung. Hal ini ditandai dengan pergerakan bibir atas yang lebih maju, dagu yang
terdorong ke belakang dan bibir bawah agak terhambat untuk bergeser ke anterior.8
2. Chincup

Chin cup merupakan alat extra oral orthopedi yang digunakan untuk perawatan
maloklusi kelas III yang terjadi pada protrusif mandibula dengan maksila normal.
Chin cup terapi berfungsi untuk memperbaiki atau memacu pertumbuhan mandibula
sehingga terjadi relasi anteroposterior yang lebih baik diantara kedua rahang.
a. Design dan komponen
Chin cup terdiri atas head cap yang diletakkan di aspek anteroposterior dari kranium
sebagai penjangkar dan sebagai tambahan penempatan serta aktivasi chin cup.
Chincup terdiri atas :
-

Force module. Elastis/ kawat logam yang berfungsi untuk menentukan tingkat

ketegangan dari chin cup


Chin cup custommade atau preformed, keras atau halus. Hard Chin cup dapat dibuat
dari plastik yang menggunakan tekanan terhadap dagu. soft Cup dapat dibuat dari
football helmet chinstrap. Dan plastic cup dapat digunakan jika memungkinan dan
cukup. Soft cup lebih bisa menggerakkan gigi dibanding hard cup.
b. Mekanisme kerja
Apabila menarik dagu secara langsung menarik kondilus, kekuatan alat dengan
mudah untuk menurunkan dan mendorong mandibula ke belakang. Jika plane
angle tidak dibuka, maka kekuatan akan diteruskan melewati kondilus untuk
membantu membatasi pertumbuhan mandibula. Kekuatan chin cup juga dapat
melawan jaringan lunak di sekitar dagu sehingga gigi insisivus bawah akan
tipping ke belakang.
c. Durasi penggunaan
Maksimal 12-14 jam per hari

d. Tipe chin cup


1. Oksipital pull chin cup berasal anchorage dari regio oksipital . Ini digunakan untuk
kelas III kasus dengan ringan sampai sedang mandibula prognati.
2. Vertikal pull chin cup berasal anchorage
Pada regio parietal. Hal ini ditunjukkan dalam kasus sudut mandibula yang tajam dan
anterior facial yang terlalu tinggi.9
3. Aktivator
a. Reverse Twin block
Koreksi fungsional maloklusi klas III dapat dilakukan dengan menggunakan Twin
Block dengan membalikkan angulasi dari inclined planes dan memanfaatkan tekanan
oklusal sebagai mekanisme fungsional untuk mengoreksi hubungan rahang dengan
memajukan maksillanya. Posisi pada bite block nya terbalik jika dibandingkan dengan
perawatan klas II dengan Twin Block. Occlusal Block ditempatkan pada gigi molar
decidui rahang atas dan gigi molar pertama pada rahang bawah. Penggunaan dari
TwAktivatorin Block ini biasanya pada gigi decidui atau pada tahap awal gigi
bercampur.
Reverse Twin Block didesain untuk mendorong perkembangan maksilla dengan
reverse ocllusal bite plane yang bersudut 70 untuk menuntun gigi geligi pada rahang
atas ke depan dengan tekanan dari oklusi dan pada saat yang bersamaan, membatasi
perkembangan mandibula ke depan.
Sebelum inisiasi dari perawatan maloklusi klas III dengan Twin Block, penting
untuk memastikan bahwa condile dari pasien tidak berada lebih ke atas atau lebih ke
belakang pada fossa glenoid saat oklusi. Perawatan dengan Reverse Twin Block,
tekanan oklusal yang diberikan pada mandibula diarahkan ke bawah dan kebelakang
oleh reversed inclined planes. Tidak ada tekanan yang bersifat merusak yang
diberikan pada condile karena gigitannya terbuka dengan condile dibawah dan
didepan pada fossa dan inclined planes diarahkan ke bawah dan ke belakang untuk
gigi pada mandibula.

10

b. Frankle

Frankle merupakan alat myofungsional yang dibuat untuk mendapatkan oklusi


tertentu dengan menggunakan tekanan dari otot-otot pengunyahan. Ada dua tipe alat
dasar dari frankle yaitu:
1. Untuk mengoreksi oklusi klas 2 divisi 1
Terdiri atas rangka kawat yang bagian-bagiannya adalah bar palatal, labial bow
bawah dan atas. Adapun yang melekat pada kawat adalah akrilik yang melekat di
bukal pada masing-masing sisi. Akrilik tersebut pas dengan vestibulum yang
berfungsi menahan pipi dan bibir bawah agar Frmenjauhi gigi geligi. Adapun
koreksi klas 2, seluruh komponen dibuat pas dengan rahang dan mandibula pada
posisi postural ke depan.
2. Untuk mengoreksi oklusi klas 3
Dibuat hampir sama untuk mengoreksi maloklusi klas 3. Akan tetapi, busur lingual
terletak dibelakang gigi insisivus atas an busur labial di depan insisivus bawah.
Bantalan labial terletak pada sulkus labial atas dan menahan bibir atas menjauhi

11

gigi-geligi. Pesawat ini dibuat agar pas dengan mandibula yang berada pada posisi
mundur.10
Efek utama pada gigi yaitu :
Untuk melawan efek fungsi kraniofasial. Desain alat ini dibuat sedemikian

1.

rupa untuk menimbulkan keseimbangan buatan pada proses pertumbuhan


2.

sehingga merupakan petunjuk atau pula normal pada aktivator otot.


Berpengaruh pada pertumbuhan gigi dan skeletal. Pada daerah pipi dan
bibir, alat ini bekerja pada permulaan otot sehingga membatasi
pertumbuhan skeletal. Dengan cara ini pertumbuhan skeletal akan maksimal
dan pergerakan gigi minimal.3

2.6.3

Perawatan Kuratif
Dilakukan untuk mengoreksi maloklusi atau malposisi yang ada dan

mengembalikan kepada posisi oklusi dan lengkung ideal. Sebelum melakukan


perawatan perlu dilakukan analisa, jika ada kekurangan ruang maka diindikasikan
untuk :
1. Pencarian ruang.
Dalam pencarian ruang dapat dilakukan :
-Grinding/Slicing (Pengasahan Interproksimal Gigi)
Yaitu pengurangan email gigi bagian mesial dan distal. Biasanya 1-1,5
mm,per kontak area (0,5-0,75 mm tiap permukaan). Dilakukan apabila
kebutuhan ruang ringan yaitu 2-5 mm.
-Ekspansi Maksila
Yaitu usaha pelebaran lengkung gigi atau rahang untuk mencari ruang.
Akibat ekspansi dapat terjadi :
a. Pelebaran lengkung gigi rahang atas, terjadi akibat gerakan ortodontik,
misalnya plat ekspansi.
b. Pelebaran lengkung basal, terjadi akibat pergeakan ortopedik, misalnya
rapid maxillari expansion.7
2. Bite Plane
Plat peninggi gigitan berupa penebalan akrilik baik pada bagian
lingual/palatal gigi anterior dan bagian oklusal gigi posterior. Bite plane
yang dapat mengoreksi kasus crossbite yaitu Mandibular Inclined Bite
Plane dan Jumping Bite Plane.9

12

3. Perawatan Bedah Kombinasi Ortodonti-Ortognati


Yaitu perawatan yang meliputi bedah wajah dan rahang untuk
mengatasi kelainan dentofasial yang parah serta cacat muka atau telah
meliputi kelainan tulang skeletal. Umumnya teridir dari tiga bagian besar
prosedur perawatan yaitu:
1. Perawatan ortodontik Pra-bedah, yaitu mempersiapkan gigi geligi
agar siap menerima pergeseran tulang oleh tindakan bedah
sehingga hubungan interdigitasi yang ideal dapat tercapai.
2. Perawatan Bedah, yaitu dilaksanakan oleh ahli bedah mulut atas
rujukan spesialis ortodonsia dan pembicaraan antar ahli untuk
merencanakan perawatan jenis osteotomi yang akan dilakukan.
3. Perawatan Pasca-Bedah , pada tahap ini detail dari oklusi dan
intergitasi gigi yang sebaik-baiknya diupayakan untuk dicapai.
Pemasangan alat retainer setelah perawatan paca-bedah selesai.11
2.7 Dampak yang ditimbulkan apabila tidak dilakukan perawatan pada penderita
maloklusi kelas III
- Pengucapan huruf
Dari segi fonetik, kasus maloklusi klas 3 Angle dapat mengakibatkan sulitnya dalam
-

pengucapan huruf s, z, t dan n.


Penampilan wajah yang kurang menarik
Bentuk wajah dari maloklusi klas 3 Angle ini dapat menyebabkan penampilan wajah
menjadi kurang menarik, dimana kita ketahui posisi mandibula yang lebih prognti
dibanding maksilla, sehingga kadang pasien merasa kurang percaya diri akan hal itu

yang dapat menimbulkan masalah psikososial.


Abnormalitas fungsi
Keadaan maloklusi klas 3 Angle dapat menyebabkan abnormalitas fungsional
terhadap sistem stomatognatik seperti gangguan penelanan, gangguan bicara,
gangguan pernafasan, dan kesulitan dalam menggerakkan rahang (gangguang otot dan

nyeri)
Masalah Temporo Mandibular Joint (TMJ)

13

Adanya kontak premature dapat menyebabkan traumatik oklusi, sehingga


menyebbkan masalah sendi TMJ dengan gejala rasa sakit dan disfungsi.12,13

BAB III
PENUTUP
2.6 Kesimpulan
Dari uraian diatas mengenai maloklusi kelas III dapat ditarik kesimpulan bahwa
malokluasi kelas III merupakan keadaan lengkung gigi dan korpus mandibula mempunyai
relasi yang bilateral mesial terhadap lengkung gigi maksila. Pada maloklusi kelas III letak
tonjol mesiobukal dari molar pertama permanen rahang atas berada pada ruang
interdental molar pertama dan molar kedua permanen rahang bawah atau gigi M1
permanen rahang atas terletak lebih distal dari gigi M1 permanen rahang bawah.
Waktu yang paling baik untuk perawatan maloklusi kelas III adalah pada usia muda,
karena pada usia ini kelainan pada mandibula belum menetap. Faktor keturunan
merupakan etiologi utama dari prognatism mandibular, sedangkan faktor lingkungan dan
lainnya dapat memperburuk keadaan mandibulanya. Berhasilnya perawatan pada kelainan
ini tergantung juga pada tipe alat yang digunakan pada masing-masing kasus.
2.7 Saran
1. Perlunya lebih banyak referensi dan literatur untuk lebih menambah pembahasan
pada makalah ini.
2. Diharapkan pembaca dapat menyadari akan pentingnya melakukan perawatan
ketika terjadi kelainan seperti yang dibahas pada makalah ini.
3. Kritik dan saran diharapkan dari pembaca untuk

penyempurnaan

bahasa,tulisan,dan pembahasan pada makalah selanjutnya.

14

DAFTAR PUSTAKA
1

Bhalaji,SI. 2004. Orthodontik Art and Science. New Dlehi : Arya (MEDI) Publishing House.

p : 74-77.
2

Srihdar P.2008. Orthodontics PrepManual Udergraduates. Elsevier : India. P: 123-31

Ahcmad,Harun.dkk. 2012. Buku Ajar Maloklusi pada Anak,Etiologi dan Penangannya.

Makassar : Bimer. P: 127-32,193-99.


4

AK Jena, R Duggal, VP Mathur, H Parkash. Class III Malocclusion : Genetics or

Envinroment ? A twin study. J Indian Soc Pedo Prev Dent March.


5

Suhartini. Identification Of Calcium Levels On Rat Serum With Occlusal Disharmony. IDJ,

Vol. 2 No. 2. 2013. P. 92


6

Perpustakaan Universitas Airlangga. http://adln.lib.unair.ac.id/files/ disk1/533/gdlhub-gdl-

s1-2013-marjukiach-26639-10.bab-2.pdf
7

Bakar,Abu.2014. Buku Kedokteran Gigi Klinis. Yogyakarta : Avadenta Distributing. P : 135-

40.
8

Krisnawati. (2003). Penggunaan Face-Mask & Ekspansi Palatal Pada Perawatan

Maloklusi Klas III. (Studi Pustaka). Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. p: 873878.
9

Singh,Gurkeerat. 2007. Textbook of Orthodontics. New Delhi : Jaypee. P : 505-6,443-46.

10

Foater TD. 199. Buku Ajar Ortodonsi Edisi 3 . Jakarta : EGC. p: 257

11

Nia Ayu lsmaniati.2000. PERAWATAN MALOKLUSI KELAS III SKf,LETAL DENGAN

15

KOMBINASI ORTODONTIK - BEDAH ORTOGNATIK. Jakarta : Jurnal Kedokteran Gigi UI.


P: 754-56.
12

Yohana RWP,dkk. Perawatan Maloklusi kelas dengan Reverse Overjet menggunakan Alat

Orthondontik Cekat Teknik Begg. Maj Kedokteran Gigi FKG-UM. Juni 2013. Vol 20 (1). P :
112.
13

Carlos B,etc. Phsycosocial Impact Of Malocclusion in Spanish Adolecents. The Korean

Journal of Orthodontics.2013. VOL 43(4). P : 194.

16

Anda mungkin juga menyukai