Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH IMUNOLOGI

KANKER PAYUDARA

Disusun oleh: Anti Pebrianti Mentari Adiba Hasna Ramadhani Rey Hagai Yheri Anggy Luthfi Tazkia Farhany Melani 260110110056 260110110057 260110110058 260110110059 260110110060 260110110061

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN 2013

I.

Definisi Kanker adalah penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan sel yang tidak memiliki tujuan bersifat parasit dan tumbuh merugikan manusia sebagai pejamu. Istilah tumor, daging tumbuh, lesi, neoplasma, dan pertumbuhan yang baru dapat digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan kanker. Pembentukan tumor terjadi di dalam proses multi-tahap terorganisir(Brooker,2008): Sel yang berubah secara genetik; Hyperplasia; Dysplasia; Kanker in situ(pertumbuhan pramaligna)-jaringan sekitar tidak mengalami gangguan dan tumor dapat terletak secara local dalam periode waktu yang tidak pasti; Kanker invasif-sel menginvasi darah atau system limfa dan/atau jaringan sekitar, tumor dianggap ganas dan metastasis (sekunder) cenderung terjadi di seluruh tubuh. Sel(abnormalitas pertumbuhan sel), Risiko individu untuk mengalami kanker dipengaruhi oleh faktor genetic dan pemajanan terhadap karsinoma lingkungan(agen yang mempredisposisi kanker). Faktor-faktor yang diketahui mempredisposisi kanker terdiri dari tembakau, diet rendah serat atau tinggi lemak jenuh, peningkatan indeks massa tubuh dan kurangnya aktivitas fisik, beberapa obat (mis. kemoterapi), alcohol, pemajanan pekerjaan dan lingkungan terhadap karsinogen (mis. asbes), radiasi, dan infeksi. Usia, jenis kelamin, dan etnisitas seseorang juga penting (mis. Kanker merupakan penyakit dominan pada dewasa lanjut). Berbagai program penapisan tersedia untuk deteksi dini kanker (mis. Mamografi atau darah okulta pada feses)(Brooker,2008). Kanker Payudara Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringa payudara, merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh kaum wanita, meskipun berdasarkan penemuan terakhir kaum pria pun bisa terkena kanker payudara ini, walaupun masih sangat jarang terjadi. Prognosis kanker payudara tergantung pda tingkat pertumbuhannya. Dari hasil pengamatan, umumnya penderita kanker payudara sudah tidak dapat ditolong karena terlambat diketahui dan diobati(Purwoastuti,2008).

II.

Klasifikasi
Berdasarkan gambaran histopatologi kanker payudara dapat diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi WHO 1981 sebagai berikut(Harry,2012): 1. Non invasif Intraductal carcinoma Lobular carcinoma 2. Karsinoma Invasif Invasive ductal carcinoma Invasive ductal carcinoma with predominant intraductal component Invasive lobular carcinoma Mucinous carcinoma Medullary carcinoma Papillary carcinoma Tubular carcinoma Adenocystic carcinoma Juvenile carcinoma Apocrine carcinoma Carcinoma with metaplasia Carcinoma with squamous type Carcinoma with spindle cell type Carcinoma with cartilagues and osseous type Carcinoma mixed type 3. Pagets disease of breast Diantara jenis-jenis histopatologis ini, jenis karsinoma duktal invasif yang paling sering ditemukan ( 80%).

III.

Etiologi Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu : a. Tinggi melebihi 170 cm Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.

b. Masa reproduksi yang relatif panjang. c. Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun. d. Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun) e. Wanita yang belum mempunyai anak Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan wanita yang sudah punya anak. f. Kehamilan dan menyusui Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui. g. Wanita gemuk Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula. h. Preparat hormon estrogen Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun. i. Faktor genetik Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 3 x lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara. (Erik T, 2005). Belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui, para peneliti telah mengidentifikasi sekelompok faktor resiko. Riset lebih lanjut tentang faktor-faktor resiko akan membantu dalam mengembangkan strategi yang efektif untuk mencegah kanker payudara. Faktor-faktor resiko

mencakup(Brunner dan Suddarth,2002): Anak perempuan dari ibu dengan kanker payudara (herediter) Menarke dini. Resiko Ca payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun Nulipara dan usia maternal. Lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang melahirkan setelah usia 30 tahun lebih berisiko mengalami knker payudara Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun Riwayat penyakit payudara jinak Kontrasepsi oral

Konsumsi alkohol setiap hari

Sampai saat ini, penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti. Penyebab kanker payudara termasuk multifaktorial, yaitu banyak faktor yang terkait satu dengan yang lain. Beberapa faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh besar dalam terjadinya kanker payudara adalah riwayat keluarga, hormonal, dan faktor lain yang bersifat eksogen. Bahan-bahan yang termasuk dalam kelompok karsinogen, yaitu : 1. Senyawa kimia, seperti aflatoxin B1, ethionine, saccharin, asbestos, nikel, chrom, arsen, arang, tarr, asap rokok, dan oral kontrasepsi. 2. Faktor fisik, seperti radiasi matahari, sinar-x, nuklir, dan radionukleide. 3. Virus, seperti RNA virus (fam. retrovirus), DNA virus (papiloma virus, adeno virus, herpes virus), EB virus. 4. Iritasi kronis dan inflamasi kronis dapat berkembang menjadi kanker. 5. Kelemahan genetic sel-sel pada tubuh,sehingga memudahkan munculnya kanker.

IV.

Faktor Risiko Penyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara antara lain: 1. Faktor reproduksi. Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara terjadinya haid

pertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.

2. Penggunaan hormon. Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para pengguna terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause.

3. Penyakit fibrokistik. Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.

4. Obesitas Obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara masih diperdebatkan. Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita obes.

5. Konsumsi lemak Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8 tahun

tentang konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun.

6. Radiasi Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas

meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur.

7. Riwayat keluarga dan faktor genetik Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. V. Gambaran Klinis

Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu. Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk (peau d'orange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada

payudara. Borok itu semakin lama akan semakin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah. Ciri-ciri lainnya antara lain: Pendarahan pada puting susu.

Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah timbul borok, atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang.

Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh.

Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas Heagensen sebagai berikut:

Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara) Adanya nodul satelit pada kulit payudara Kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa Terdapat model parasternal Terdapat nodul supraklavikula Adanya edema lengan Adanya metastase jauh Serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain. Patofisiologi Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.

VI.

1.

Fase inisiasi. Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahun pun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.

2.

Fase promosi. Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).

STADIUM Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil

penilaian dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan bila memungkinkan dengan CT scan, scintigrafi, dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang

direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer dari World Health Organization)/AJCC (American Joint Committee On cancer yang disponsori oleh American Cancer Society dan American College of Surgeons). TNM merupakan singkatan dari "T" yaitu tumor size atau ukuran tumor, "N" yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan "M" yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, histopatologi (PA). juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan

Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut: T (tumor size), ukuran tumor: T 0: tidak ditemukan tumor primer

T 1: ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang T 2: ukuran tumor diameter antara 2-5 cm T 3: ukuran tumor diameter > 5 cm T 4: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama

N (node), kelenjar getah bening regional: N 0: tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak/aksilla N 1: ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan N 2: ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan N 3: ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau pada kgb di mammary interna di dekat tulang sternum

M (metastasis), penyebaran jauh: M x: metastasis jauh belum dapat dinilai M 0: tidak terdapat metastasis jauh M 1: terdapat metastasis jauh

Setelah masing-masing faktor T, N, dan M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian digabung dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut: Stadium 0: Tis N0 M0 Stadium 1: T1 N0 M0 Stadium II A: T0 N1 M0/T1 N1 M0/T2 N0 M0 Stadium II B: T2 N1 M0 / T3 N0 M0 Stadium III A: T0 N2 M0/T1 N2 M0/T2 N2 M0/T3 N1 M0/T2 N2 M0 Stadium III B: T4 N0 M0/T4 N1 M0/T4 N2 M0 Stadium III C: Tiap T N3 M0 Stadium IV: Tiap T-Tiap N-M1

STADIUM 0 Disebut Ductal Carsinoma In Situ atau Non-invasive Cancer, yaitu kanker tidak menyebar keluar dari pembuluh / saluran payudara dan kelenjar-kelenjar (lobules) susu pada payudara.4

STADIUM I Tumor masih sangat kecil, diameter tumor terbesar kurang dari atau sama dengan 2 cm dan tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional.4

STADIUM II A Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tetapi terdapat metastasis kelenjar limfe mobil di fosa aksilar ipsilateral. Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan metastasis kelenjar limfe mobil di fosa aksilar ipsilateral. Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm dan tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional.

STADIUM II B Diameter tumor lebih dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm dan terdapat metastasis kelenjar limfe mobil di fosa aksilar ipsilateral. Diameter tumor lebih dari 5 cm, tetapi tidak terdapat metastasis kelenjar limfe regional.

VII.

Respon Imun Tumor mungkin mencapai diameter 1-2 mm sebelum terbentuk vaskularisasi. Pertumbuhan vaskuler merupakan pertumbuhan sel pejamu sendiri sehingga endotel tumor dikenal sebagai self dan tidak ditolak sehingga pada beberapa keganasan terus berproliferasi degan antigen tersembunyi dibalik endotel vaskuler(Shodiq,2011).

Respon imun terhadap sel kanker VIII. Diagnosis Inspeksi Inspeksi bentuk, ukuran, dan simetris dari kedua payudara, apakah terdapat edema (peau dorange), retraksi kulit atau puting susu, dan eritema (Tjindarbumi, 2000). Palpasi Dilakukan palpasi pada payudara apakah terdapat massa, termasuk palpasi kelenjar limfe di aksila, supraklavikula, dan parasternal. Setiap massa yang teraba atau suatu limfadenopati, harus dinilai lokasinya, ukurannya,

konsistensinya, bentuk, mobilitas atau fiksasinya (Tjindarbumi, 2000). Pemeriksaan penunjang 1. Mammografi Mammografi merupakan pemeriksaan yang paling dapat diandalkan untuk mendeteksi kanker payudara sebelum benjolan atau massa dapat dipalpasi. Karsinoma yang tumbuh lambat dapat diidentifikasi dengan mammografi setidaknya 2 tahun sebelum mencapai ukuran yang dapat dideteksi melalui palpasi (Tjindarbumi, 2000).

Mammografi telah digunakan di Amerika Utara sejak tahun 1960 dan teknik ini terus dimodifikasi dan diimprovisasi untuk meningkatkan kualitas gambarnya. Mammografi konvensional menyalurkan dosis radiasi sebesar 0,1 sentigray (cGy) setiap penggunaannya. Sebagai perbandingan, Foto X-ray thoraks menyalurkan 25% dari dosis radiasi mammografi. Mammografi dapat digunakan baik sebagai skrining maupun diagnostik. Mammografi mempunyai 2 jenis gambaran, yaitu kraniokaudal (CC) dan oblik mediolateral (MLO). MLO memberikan gambaran jaringan mammae yang lebih luas, termasuk kuadran lateral atas dan axillary tail of Spence. Dibandingkan dengan MLO, CC memberikan visualisasi yang lebih baik pada aspek medial dan memungkinkan kompresi payudara yang lebih besar (Vaidya et al., 1983). Radiologis yang berpengalaman dapat mendeteksi karsinoma payudara dengan tingkat false-positive sebesar 10% dan false-negative sebesar 7%. Gambaran mammografi yang spesifik untuk karsinoma mammae antara lain massa padat dengan atau tanpa gambaran seperti bintang (stellate), penebalan asimetris jaringan mammae dan kumpulan mikrokalsifikasi. Gambaran mikrokalsifikasi ini merupakan tanda penting karsinoma pada wanita muda, yang mungkin merupakan satu-satunya kelainan mammografi yang ada. Mammografi lebih akurat daripada pemeriksaan klinis untuk deteksi karsinoma mammae stadium awal, dengan tingkat akurasi sebesar 90%. Protokol saat ini berdasarkan National Cancer Center Network (NCCN) menyarankan bahwa setiap wanita diatas 20 tahun harus dilakukan pemeriksaan payudara setiap 3 tahun. Pada usia di atas 40 tahun, pemeriksaan payudara dilakukan setiap tahun disertai dengan pemeriksaan mammografi. Pada suatu penelitian atas screening mammography, menunjukkan reduksi sebesar 40% terhadap karsinoma mammae stadium II, III dan IV pada populasi yang dilakukan skrining dengan mammografi (Vaidya et al., 1983 ). 2. Ultrasonografi (USG)

Penggunaan USG merupakan pemeriksaan penunjang yang penting untuk membantu hasil mammografi yang tidak jelas atau meragukan, baik digunakan untuk menentukan massa yang kistik atau massa yang padat. Pada pemeriksaan dengan USG, kista mammae mempunyai gambaran dengan batas yang tegas dengan batas yang halus dan daerah bebas echo di bagian tengahnya. Massa payudara jinak biasanya menunjukkan kontur yang halus, berbentuk oval atau bulat, echo yang lemah di bagian sentral dengan batas yang tegas. Karsinoma mammae disertai dengan dinding yang tidak beraturan, tetapi dapat juga berbatas tegas dengan peningkatan akustik. USG juga digunakan untuk mengarahkan fine-needle aspiration biopsy (FNAB), core-needle biopsy dan lokalisasi jarum pada lesi payudara. USG merupakan pemeriksaan yang praktis dan sangat dapat diterima oleh pasien tetapi tidak dapat mendeteksi lesi dengan diameter 1 cm (Tjindarbumi, 2000). 3. Ductogram (Galactogram) Ductogram merupakan sejenis X-ray khusus yang terkadang digunakan untuk menemukan penyebab dari keluarnya cairan yang berasal dari puting. Tes ini menggunakan sebuah tabung plastik yang sangat tipis yang ditaruh di

pembukaan duktus di puting. Setelah itu, bahan pewarna akan disuntikkan untuk melihat tampilan duktus pada gambar X-ray. Tes ini bisa membantu mendeteksi adanya tumor dalam saluran. Biasanya cairan juga akan diteliti untuk mengamati apakah ada kemungkinan adanya sel-sel kanker (Laseduw, 2012). 4. Diagnostic Mammography Diagnostic Mammography adalah pemeriksaan sinar-x dari payudara pada seorang wanita yang telah memiliki keluhan payudara (benjolan payudara, perubahan kulit, payudara asimetri, atau nipple discharge) atau menemukan abnormalitas pada mamografi skrining. Mamografi diagnostik lebih intens dan memakan waktu daripada mamografi skrining dan digunakan untuk menentukan ukuran dan lokasi kelainan payudara dan untuk mendapatkan gambaran jaringan dan kelenjar getah bening di sekitarnya (Laseduw, 2012). 5. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Sebagai alat diagnostik tambahan atas kelainan yang didapatkan pada mammografi, lesi payudara lain dapat dideteksi. Akan tetapi, jika pada pemeriksaan klinis dan mammografi tidak didapat kelainan, maka kemungkinan untuk mendiagnosis karsinoma mammae sangat kecil (Tjindarbumi, 2000). MRI sangat sensitif tetapi tidak spesifik dan tidak seharusnya digunakan untuk skrining. Sebagai contoh, MRI berguna dalam membedakan karsinoma mammae yang rekuren atau jaringan parut. MRI juga bermanfaat dalam memeriksa mammae kontralateral pada wanita dengan karsinoma payudara, menentukan penyebaran dari karsinoma terutama karsinoma lobuler atau menentukan respon terhadap kemoterapi neoadjuvan (Vaidya et al.,1983). 6. Biopsi Fine-needle aspiration biopsy (FNAB) dilanjutkan dengan pemeriksaan sitologi merupakan cara praktis dan lebih murah daripada biopsi eksisional dengan resiko yang rendah. Teknik ini memerlukan patologis yang ahli dalam diagnosis sitologi dari karsinoma mammae dan juga dalam masalah pengambilan sampel, karena lesi yang dalam mungkin terlewatkan. Insidensi false-positive dalam diagnosis adalah sangat rendah, sekitar 1-2% dan tingkat false-negative sebesar 10%. Kebanyakan klinisi yang berpengalaman tidak akan menghiraukan massa dominan yang mencurigakan jika hasil sitologi FNA adalah negatif, kecuali secara klinis, pencitraan dan pemeriksaan sitologi

semuanya menunjukkan hasil negatif (Vaidya, et al., 1983). Large-needle (core-needle) biopsy mengambil bagian sentral atau inti jaringan dengan jarum yang besar. Alat biopsi genggam menbuat large-core needle biopsy dari massa yang dapat dipalpasi menjadi mudah dilakukan di klinik dan cost-effective dengan anestesi lokal (Vaidya, et al., 1983). Open biopsy dengan lokal anestesi sebagai prosedur awal sebelum memutuskan tindakan defintif merupakan cara diagnosis yang paling dapat dipercaya. FNAB atau core-needle biopsy, ketika hasilnya positif, memberikan hasil yang cepat dengan biaya dan resiko yang rendah, tetapi ketika hasilnya

negatif maka harus dilanjutkan dengan open biopsy. Open biopsy dapat berupa biopsy insisional atau biopsi eksisional. Pada biopsi insisional mengambil sebagian massa payudara yang dicurigai, dilakukan bila tidak tersedianya coreneedle biopsy atau massa tersebut hanya menunjukkan gambaran DCIS saja atau klinis curiga suatu inflammatory carcinoma tetapi tidak tersedia core-needle biopsy. Pada biopsi eksisional, seluruh massa payudara diambil (Vaidya, et al., 1983).

IX.

Pengobatan Masektomi Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara yang terkena kanker. Mastektomi hanya dapat dilakukan pada stadium II dan III.Mastektomi dapat menghambat proses perkembangan sel kanker dan umumnya mempunyai taraf kesembuhannya 85% sampai dengan 87%. Namun penderita akan kehilangan sebagian atau seluruh payudara, mati rasa pada kulit, kelumpuhan (jika tidak ditangani secara seksama). Tindakan operasi untuk kanker dapat berupa : a. Operasi kuratif yang pada umumnya berupa operasi radikal yaitu dengan mengangkat seluruh tumor beserta ekstensi lokalnya. b. Operasi paliatif diantaranya seperti eksisi sederhana, operasi debulking, by-pass operation, dan sebagainya. Reaksi psikis positif yang dapat muncul adalah, meningkatnya penyesuaian diri penderita karena kehilangan payudara. Sedangkan, reaksipsikisnegatif yang dapat muncul adalah menurunnya self esteem (hargadiri) sebagai perempuan karena kehilangan payudara, stress, atau depresi Radioterapi Radioterapi adalah terapi dengan cara radiasi pada daerah payudara yang terserang kanker dengan sinar pengion berenergi tinggi untuk menghancurkan sel-sel kanker. Radioterapi biasa digunakan pada penderita kanker stadium IV, karena pada stadium ini sel kanker sudah membesar dan tidak dapat untuk diangkat.Radioterapi dapat dijadikan alternative pengobatan tanpa dilakukan pengangkatan payudara. Namun penderita akan mengalami kulit kering, merah,

danbasah, terkadang juga terjadi pembengkakan lengan akibat cairan limfa yang menumpuk. Pengaruh radiasi pada jaringan tubuh ditentukan oleh radiosensitivitas jaringan yang bersangkutan, yang pada umumnya kanker lebih sensitif terhadap radiasi dibandingkan jaringan normal. Radiasi pada payudara sering diberikan setelah tindakan pembedahan breast-conserving untuk membantu menurunkan kemungkinan residif. Radioterapi dapat diberikan dengan tujuan: a. Kuratif untuk tumor lokoregional yang radiosensitif dan radioresponsif yang sukar operasinya. b. Paliatif pada tumor lanjut yang radioresponsif yang inoperabel, ulkus yang berbau, metastase tulang untuk menghilangkan rasa nyeri dan mencegah terjadinya fraktur, serta mengatasi perdarahan. Sinar yang dipakai untuk radioterapi yaitu sinar Alfa yang merupakan partikel dari inti atom, sinar Beta atau sinar elektron, dan sinar Gamma yang merupakan sinar elektromagnetik (foton). Kemoterapi Berikut adalah beberapa macam obat anti-kanker : a. Kombinasi obat kemoterapi yang telah menjadi standar : - CMF :Cyclophosphamide Methotrexate 5 Fluoro Uracil - AC :Adriamycin (doxorubicin) Cyclophosphamide - CAF :Cyclophosphamide Adriamycin 5 Fluoro Uracil - CEF :Cyclophosphamide Epirubicin 5 Fluoro Uracil - T-A :Taxanes - Doxorubicin b. Obat kemoterapi second-line antara lain Gemcitabine danGapecitabine c. Obat kemoterapi third-line antara lain Vinoralbine, Carboplatin, Cisplatinum5 Terapi Hormon Terapi hormone adalah pengobatan hormon yang biasa diberikan pada perempuan yang sel kankernya belum menyebar ke bawah lengan.Terapi hormone mendukung pengobatan melalui mastektomi.Terapi hormone tetap memiliki efek racun walaupun lebih sedikit dari pada kemoterapi.Efek racun yang dapat muncul seperti rasa mual dan letih yang lebih ringan dari pada kemoterapi.

Terapi Target Obat-obat target ditujukan terutama jika ada indikasi yaitu adanya ekspresi protein tertentu pada jaringan kanker, seperti: - Ekspresi HER2/Neuprotein :Trastuzumab - Ekspresi VEGF/R : Bevacizumab5 Setiap terapi yang dipilih perlu dilakukan Follow-up untuk evaluasi tindakan: 1. Tahun pertama dan kedua :control tiap 2 bulan 2. Tahun ketiga sampai dengan kelima :control tiap 3 bulan 3. Setelah tahun kelima :control tiap 6 bulan

DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Chris.2008.Ensiklopedia Keperawatan.Jakarta:EGC Brunner dan Suddarth. 2002.Buku Ajar KMB Edisi 8.Jakarta:EGC Eric,Tapan.2005.Kanker, Antioksidan, dan Terapi Komplementer.Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Fransisca,dkk.2004.HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGAN DEPRESI PADA PEREMPUAN PASCA PENGANGKATAN PAYUDARA (MASTEKTOMI) Tersedia di http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Psi/article/download/21/21 [diakses pada tanggal 20 Mei 2013] Harry.2012.Klasifikasi dan Stadium Kanker Payudara Tersedia di http://http://www.klikharry.com/2012/10/26/klasifikasi-dan-stadium-kankerpayudara/ [diakses pada tanggal 27 Mei 2013]

Laseduw, Jeffry. 2012. Stadium dan Diagnosa Kanker Payudara. Tersedia di http://http://www.necturajuice.com/stadium-dan-diagnosa-kanker-payudara/ [diakses pada tanggal 20 Mei 2013]

Moningkey dan S. Ivonne . 2000. Epidemiologi Kanker Payudara.Jakarta: Medika

Purwoastuti,Endang Th.2008.Kanker Payudara.Yogyakarta:Kanisius Pusat Data Kesehatan. 1997.Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI Shodiq,MA.2011.Kanker Payudara Tersedia di http://eprints.undip.ac.id/29134/3/Bab_2.pdf [diakses pada tanggal 27
Mei 2013]

Tjindarbumi, 2000. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penanggulangannya. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Vaidya, M.P and Shukla, H.S. 1983. A textbook of Breast Cancer. India: Vikas Publishing House Wan desen, 2008. Onkologi klinis. Edisi 2. FK UI Wulandari,Regina.2013.PERAN RADIOTERAPI EKSTERNA ADJUVAN TERHADAP PENDERITA KANKER PAYUDARA STADIUM LOKAL-LANJUT Tersedia di http://eprints.undip.ac.id/37753/1/Regina_Wulandari-G2A008152LAP._KTI.pdf [diakses pada tanggal 20 Mei 2013]

Anda mungkin juga menyukai