Makalah
Disusun Oleh:
Kelompok 24
Melani
260112150048
Deden Kurniadi
260112150070
Andini Faramitha
260112150076
260112150113
Devia Ardhya N. P.
260112150139
260112150156
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Swamedikasi untuk Obat Konjungtivitis.
Makalah ini disusun berdasarkan hasil diskusi yang telah dilaksanakan dan
merupakan salah satu tugas pada mata kuliah Pelayanan Kefarmasian. Makalah ini
disusun dengan maksud memberikan pengetahuan dan pedoman mengenai
pengembangan produk yang meliputi kriteria, kategori, persyaratan untuk produk
obat, obat tradisional, kosmetik dan pangan olahan yang diregistrasikan.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan sumbangan yang berarti
dalam proses kegiatan belajar mengajar pada mata kuliah Pelayanan Kefarmasian.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan dan perbaikan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
(0)
ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
10
13
15
15
16
18
19
20
21
21
22
23
24
26
26
26
27
29
32
32
32
34
35
36
37
39
39
39
40
42
43
43
45
46
48
49
50
51
53
57
BAB VI PENUTUP......................................................................................
60
6.1 Simpulan..................................................................................................
60
61
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
REGISTRASI OBAT
Obat merupakan produk biologi, bahan, atau paduan bahan yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan peningkatan
kesehatan, dan kontrasepsi untuk manusia (BPOM, 2011). Obat dan makanan yang
dapat dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia untuk diedarkan adalah obat dan
makanan yang telah memiliki izin edar. Selain harus memiliki izin edar, obat juga
harus memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan dan mendapat persetujuan
dari Kepala Badan POM (BPOM, 2013). Obat yang diedarkan di wilayah Indonesia,
sebelumnya harus dilakukan registrasi untuk memperoleh izin edar. Izin edar
diberikan oleh Menteri yang dilimpahkan kepada Kepala Badan (Menkes, 2008).
Peraturan yang mengatur tentang registrasi obat yaitu:
1. PERMENKES NO. 1010/MENKES/PER/XI/2008
2. Keputusan Kepala BPOM No HK.03.1.23.10.11.08481 Tahun 2011
2.1 Kriteria Obat yang Diregistrasikan
Registrasi adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi obat untuk mendapatkan
izin edar. Izin edar adalah bentuk persetujuan registrasi obat untuk dapat diedarkan di
wilayah lndonesia. Obat yang memiliki izin edar harus memenuhi kriteria berikut:
1. Khasiat yang meyakinkan dan keamanan yang memadai dibuktikan melalui
percobaan hewan dan uji klinis atau bukti-bukti lain sesuai dengan status
perkembangan ilmu pengetahuan yang bersangkutan;
2. Mutu yang memenuhi syarat yang dinilai dari proses produksi sesuai Cara
Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB), spesifikasi dan metoda pengujian terhadap
semua bahan yang digunakan serta produk jadi dengan bukti yang sahih;
3. Penandaan berisi informasi yang lengkap dan obyektif yang dapat menjamin
penggunaan obat secara tepat, rasional dan aman;
4. Sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat;
khasiat, kemanan, dan/atau mutu obat, serta tidak merubah informasi pada
sertifikat izin edar.
3. Registrasi Ulang
Kategori 7: Registrasi ulang adalah registrasi perpanjangan masa berlaku
izin edar.
2.3 Persyaratan Registrasi Obat
Untuk persyaratan registrasi, dapat digunakan nama generik datau nama
dagang. Nama Generik sesuai Farmakope Indonesia atau sesuai International Nonproprietary Names (INN) yang sesuai ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Registrasi dilakukan oleh pendaftar dengan menyerahkan dokumen registrasi.
Persyaratannya untuk masing-masing macam obat menurut PERMENKES No.
1010/MENKES/PER/XI/2008
dan
Keputusan
Kepala
BPOM
No
e. Pemberi lisensi dapat berupa industri farmasi di luar negeri atau badan riset
yang memiliki bukti status sebagai industri farmasi atau badan riset;
f. Pemilik izin edar untuk obat produksi dalam negeri berdasarkan lisensi adalah
industri farmasi pendaftar.
3. Registrasi Obat Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan dapat menimbulkan ketergantungan. Syarat untuk registrasi obat narkotika,
yakni :
a. Khusus untuk registrasi obat narkotika hanya dapat dilakukan oleh industri
farmasi yang memiliki izin khusus untuk memproduksi narkotika dari Menteri;
b. Memenuhi persyaratan CPOB yang dibuktikan dengan sertifikat CPOB yang
dikeluarkan oleh Kepala Badan.
4. Registrasi Obat Kontrak
Obat kontrak adalah obat yang pembuatannya dilimpahkan kepada industri
farmasi lain. Syarat registrasi obat kontrak, yaitu:
a. Registrasi obat kontrak hanya dapat dilakukan oleh pemberi kontrak (industri
farmasi) dengan melampirkan dokumen kontrak;
b. Industri farmasi pemberi kontrak wajib memiliki izin industri farmasi dan
sekurang-kurangnya memiliki 1 (satu) fasilitas produksi sediaan lain yang telah
memenuhi persyaratan CPOB dan bertanggung jawab atas mutu obat jadi yang
diproduksi berdasarkan kontrak;
c. Penerima kontrak adalah industri farmasi dalam negeri yang wajib memiliki izin
industri farmasi dan telah menerapkan CPOB untuk sediaan yang dikontrakkan;
d. Industri pemberi dan penerima kntrak wajib memenuhi persyaratan aspek
mutu, khasiat dan kemanan, dengan pemegang tanggung jawab utama yaitu
industri pemberi kontrak sebagai pemilik izin edar.
5. Registrasi Obat lmpor
Obat impor adalah obat hasil produksi industri farmasi luar negeri. Obat
impor diutamakan untuk obat program kesehatan masyarakat, obat penemuan baru
dan obat yang dibutuhkan tapi tidak dapat diproduksi di dalam negeri. Syarat
registrasi obat impor, antara lain:
a. Registrasi obat impor dilakukan oleh industri farmasi dalam negeri yang
mendapat persetujuan tertulis dari industri farmasi di luar negeri yang
mencakup alih teknologi dengan ketentuan paling lambat dalam jangka waktu 5
(lima) tahun harus sudah dapat diproduksi di dalam negeri, kecuali obat yang
b.
c. Bagian III
: Dokumen Nonklinik yang terdiri dari:
1) Tinjauan Studi Nonklinik;
2) Ringkasan dan Matriks Studi Nonklinik;
3) Laporan Studi Nonklinik (jika perlu).
d. Bagian IV
: Dokumen Klinik yang terdiri dari:
1) Tinjauan Studi Klinik;
2) Ringkasan Studi Klinik;
3) Matriks Studi Klinik;
4) Laporan Studi Klinik.
2.5 Tata Laksana Registrasi Obat
Tata cara registrasi obat dijelaskan pada PERMENKES REPUBLIK
INDONESIA No. 1010/MENKES/PER/XI/2008 dan Keputusan Kepala BPOM No
HK.03.1.23.10.11.08481 tahun 2011, tata laksananya adalah sebagai berikut:
1. Registrasi obat dilakukan setelah tahap praregistrasi. Praregistrasi adalah prosedur
registrasi yang dilakukan untuk penapisan registrasi obat, penentuan kategori
registrasi, penentuan jalur evaluasi, penentuan biaya evaluasi, dan penentuan
dokumen registrasi obat;
2. Permohonan praregistrasi dan registrasi diajukan oleh pendaftar secara tertulis
kepada Kepala Badan dilampiri dengan dokumen praregistrasi atau dokumen
registrasi yang disusun seusai dengan format ASEAN Common Technical Dossier
(ACTD);
3. Dokumen untuk praregistrasi atau registrasi harus menggunakan Bahasa
Indonesia atau Bahasa Inggris yang merupakan dokumen rahasia yang
dipergunakan hanya untuk keperluan evaluasi oleh yang berwenang;
4. Permohonan praregistrasi atau registrasi dikenakan biaya sebagai penerimaan
negara bukan pajak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;
5. Permohonan praregistrasi atau registrasi dapat dilakukan secara elektronik.
Berdasarkan Keputusan Kepala BPOM RI No 39 tahun 2013 tentang Standar
Pelayanan Publik di Lingkungan BPOM, Prosedur Pelayanan terhadap Permohonan
Registrasi Obat Tradisional (Jamu, OHT, Fitofarmaka), Suplemen Kesehatan dan
Obat Kuasi secara umum adalah sebagai berikut:
10
11
12
d. Registrasi baru obat baru dan produk biologi yang telah melalui proses obat
pengembangan baru yang dikembangkan oleh Industri Farmasi atau institusi
riset di Indonesia dan seluruh tahapam uji kliniknya dilakukan di Indonesia;
e. Registrasi baru obat copy esensial generik yang dilengkapi dengan dokumen
penunjang kebutuhan program atau data pendukung sebagai obat esensial;
f. Registrasi baru obat copy dengan standar informasi elektronik (Stinel); atau
g. Registrasi variasi major indikasi baru/posologi baru untuk obat yang ditujukan
sebagaimana maksud pada huruf a, b, c, dan d;
h. Registrasi variasi major yang tidak termasuk pada huruf g.
3. Jalur 150 hari, meliputi :
a. Registrasi baru obat baru, produk biologi, dan registrasi variasi major indikasi
baru/posologi baru yang telah disetujui di negara yang telah menerapkan
sistem evaluasi terharmonisasi dan di negara dengan sistem evaluasi yang
telah dikenal baik;
b. Registrasi baru obat baru, produk biologi, dan registrasi variasi major indikasi
baru/posologi baru yang telah disetujui paling sedikit di 3 negara dengan
sistem evaluasi yang telah dikenal baik;
c. Registrasi baru obat copy tanpa stinel.
4. Jalur 300 hari meliputi registrasi baru obat baru, produk biologi, produk biologi
sejenis, atau registrasi variasi major indikasi baru/posologi baru yang tidak
termasuk dalam jalur evaluasi sebagaimana dimaksud pada butir 2 dan 3.
Untuk melakukan evaluasi tersebut maka dibentuk tim, antara lain:
a. Komite Nasional Penilai Obat;
b. Panitia Penilai Khasiat-Keamanan;
c. Panitia Penilai Mutu, Teknologi, Penandaan dan Kerasionalan Obat.
Pembentukan, tugas dan fungsi komite nasional penilai obat dan panitia
ditetapkan oleh Kepala Badan yang memberikan persetujuan atau penolakan izin edar
berdasarkan rekomendasi yang diberikan oleh Komite Nasional Penilai Obat, Panitia
Penilai Khasiat-Keamanan dan Panitia Penilai Mutu, Teknologi, Penandaan dan
Kerasionalan Obat. Kepala Badan melaporkan izin edar kepada menteri satu tahun
sekali.
2.7 Masa Berlaku dan Pelaksanaan Izin Edar
13
1. Masa berlaku izin edar berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama
memenuhi ketentuan yang berlaku;
2. Pendaftar yang telah mendapat izin edar wajib memproduksi atau mengimpor dan
mengedarkan selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah tanggal persetujuan
dikeluarkan;
3. Pelaksanaan wajib dilaporkan kepada Kepala Badan.
2.8 Aplikasi e-Registrasi Obat (AeRO)
Aplikasi eregistrasi obat dan produk biologi (AeRO) ini ditujukan dalam
rangka memenuhi kebutuhan industri farmasi akan prosedur pengajuan registrasi obat
dan produk biologi yang lebih efektif, efisien, cepat, mudah dan transparan. Untuk
dapat login ke dalam aplikasi eRegistrasi, user harus mendaftarkan akun industri
farmasi terlebih dahulu melalui Registrasi Akun AeRO. Lebih lanjut tentang
Registrasi Akun AeRo akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Registrasi akun AeRO dilakukan secara online dan hanya dilakukan sebanyak 1
(satu) kali;
2. Pendaftar adalah industri farmasi yang telah mendapat izin industri farmasi
sesuai ketentuan perundangundangan;
3. Untuk melakukan registrasi akun, industri farmasi harus menunjuk seorang
penanggung jawab akun dengan melampirkan Surat Penunjukan atau Surat
Keterangan. Penanggung jawab akun adalah orang yang diberi akses untuk
mengelola seluruh informasi akun serta memiliki kewenangan untuk mengedit
profil, mengganti password, membuat akun untuk masingmasing petugas
registrasi, membuat grup perusahaan dan melihat status registrasi. Penanggung
jawab akun disarankan seseorang yang mempunyai tanggung jawab besar dan
dapat menjaga kerahasiaan perusahan, seperti pemilik perusahaan, pimpinan
perusahaan, atau personel lain yang dapat dipercaya;
4. Untuk dapat mengakses AeRO ini diperlukan beberapa hal, yaitu :
a. Koneksi internet;
b. Internet Browser (Microsoft Internet Explorer versi 8 atau lebih, Mozilla
Firefox versi 10 atau lebih).
14
5. Ketik
website
registrasi
obat
dan
produk
biologi
online
berikut: aero.pom.go.id;
6. Setelah terkoneksi, akan muncul halaman depan website AeRo.
sebagai
Langkah
Keterangan
D : menunjukkan nama dagang
4,5
program)
Membedakan periode pendaftaran obat jadi
6,7,8
9,10,11
dari
pabrik (jumlah obat jadi untuk masing- masing pabrik ada yang lebih
12,13
14
15
BAB III
REGISTRASI OBAT TRADISIONAL
Obat tradisional atau obat herbal yang diproduksi dan dijual ke masyarakat
umum harus memenuhi aturan yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM), antara lain mengenai persyaratan obat tradisional, aturan
kemasan, dan pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). Obat
tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut
yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan
sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Registrasi obat tradisional adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi obat
tradisional untuk mendapatkan izin edar. Izin edar obat tradisional merupakan bentuk
persetujuan registrasi obat tradisional untuk dapat diedarkan di suatu wilayah
(negara) tertentu. Di Indonesia telah ditetapkan pengaturan mengenai Kriteria dan
Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar, dan Fitofarmaka,
yaitu dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK. 00.05.41.1384. Secara spesifik pengaturan registrasi obat
tradisional telah disusun dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 007 Tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional. Tujuan dari disusunnya
16
peraturan ini adalah untuk melindungi masyarakat dari peredaran obat tradisional
yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, khasiat atau manfaat, dan mutu.
Obat tradisional yang beredar di Indonesia wajib memiliki izin edar, kecuali:
1. Obat tradisional yang dibuat oleh usaha jamu racikan dan usaha jamu gendong;
2. Simplisia dan sediaan galenik untuk keperluan industri dan keperluan layanan
pengobatan tradisional;
3. Obat tradisional yang digunakan untuk penelitian, sampel untuk registrasi dan
pameran dalam jumlah terbatas dan tidak diperjualbelikan. Obat dalam kategori
ini dapat masuk ke wilayah Indonesia dengan jalur khusus yang diatur oleh
Peraturan Menteri (Permenkes No. 007 tahun 2012).
3.1 Persyaratan Obat Tradisional
Pembuatan obat tradisional berupa serbuk (butiran homogen dengan derajat
halus yang cocok, bahan bakunya berupa simplisia atau bahan kering), harus
memenuhi beberapa persyaratan, yaitu :
1. Kadar air tidak lebih dari 10%;
2. Angka kapang (semacam jamur yang biasanya tumbuh pada permukaan makanan
yang sudah basi atau terlalu lama tidak diolah), dan khamir (ragi) tidak lebih dari
3.
4.
5.
6.
10;
Mikroba patogennya negatif atau nol;
Aflatoksin tidak lebih dari 30 bpj (bagian per juta);
Serbuk dengan bahan baku simplisia dilarang ditambahkan bahan pengawet;
Wadah tertutup baik, disimpan pada suhu kamar, ditempat kering dan terlindung
dari sinar matahari.
Sedangkan, obat tradisional berbentuk kapsul (obat tradisional yang
terbungkus cangkang keras atau lunak), harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:
1. Waktu lunak tidak lebih dari 15 menit;
2. Isi kapsul harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Kadar air isi kapsul tidak lebih dari 10%;
b. Angka kapang dan khamir tidak lebih dari 10;
c. Aflatoksis tidak lebih dari 30 bpj;
d. Dalam wadah tertutup baik, disimpan pada suhu kamar, ditempat kering dan
terlindung dari sinar matahari.
17
2.
3.
yang Baik dan Cara Pembuatan Obat yang Baik yang berlaku;
Penandaan berisi informasi yang lengkap dan obyektif yang dapat menjamin
penggunaan obat tradisional, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka secara tepat,
rasional, dan aman sesuai dengan hasil evaluasi dalam rangka pendaftaran.
18
19
5. Registrasi obat tradisional khusus ekspor dilakukan oleh IOT, UKOT, dan
UMOT yang memiliki izin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
3.3.2
20
3.3.3
1. Lokal
a. Fotokopi izin usaha Industri Obat Tradisional/Industri Kecil Obat Tradisional;
b. Fotokopi ijazah, Surat Ijin Kerja Apoteker Penanggung Jawab Teknis yang telah
divisum atau Surat Penugasan dari Kantor Wilayah Departemen Kesehatan RI
setempat dimana industri tersebut berada;
c. Surat Pernyataan Apoteker sebagai Penanggung Jawab Teknis.
2. Lisensi
Persyaratan sama dengan produk lokal, disertai dengan:
a. Surat Penunjukan Lisensi;
b. Free Sale Certificate (asli) dari negara asal yang disahkan oleh Pejabat
Perwakilan Pemerintah RI di negara tersebut.
3. Impor
a. Persyaratan sama dengan produk lokal;
b. Pemohon selain industri obat tradisional juga boleh didaftarkan oleh suatu
badan usaha, dan disertai dengan surat penunjukan dari produsen negara asal,
Free Sale Certificate (asli) dari negara asal yang disahkan oleh pejabat
perwakilan pemerintah RI di negara tersebut, sertifikat uji laboratorium yang
ditunjuk oleh Badan POM, data uji toksisitas untuk obat tradisional yang
keamanannya belum diketahui.
3.3.4
b. Khasiat atau kegunaan yang didukung oleh khasiat atau kegunaan bahan baku
yang ditunjang daftar pustaka;
c. Cara pemakaian dan takaran/dosis obat tradisional (terperinci), seperti
peringatan, perhatian, pantangan/anjuran, lama pemakaian;
d. Mutu dan teknologi;
e. Cara pembuatan. Jumlah produk yang direncanakan untuk satu kali pembuatan
lengkap dengan jumlah bahan baku yang digunakan, semua tahap
pembuatan/Prosedur Operasional Standar, dan alat atau mesin yang digunakan;
f. Sumber perolehan bahan baku;
g. Penilaian mutu bahan baku, yaitu pemerian/organoleptik, makroskopik,
mikroskopik dan uji fisika-kimia yang disesuaikan dengan jenis bahan baku
(simplisia atau ekstrak);
h. Penilaian mutu produk jadi, dengan adanya sertifikat analisa produk jadi
meliputi pemeriksaan fisika, kimia, cemaran mikroba dan cemaran logam;
i. Metode dan hasil pengujian stabilitas/keawetan.
2. Obat Tradisional Impor
Persyaratan sama dengan produk lokal, dengan melampirkan data-data dari
industri asal (asli atau fotokopi yang dilegalisasi). Penandaan/etiket sekurangkurangnya memuat beberapa hal, yakni :
a. Nama obat tradisional;
b. Ukuran kemasan (berat bersih/isi bersih);
c. Nomor pendaftaran, nama dan alamat industri (sekurang-kurangnya nama kota
d.
e.
f.
g.
h.
i.
dan negara);
Komposisi (nama latin bahan baku);
Khasiat/Kegunaan;
Cara pemakaian;
Peringatan dan kontraindikasi (bila ada);
Nomor kode produksi;
Kadaluwarsa.
Untuk produk lokal, tambahkan kata jamu dalam lingkaran (logo jamu).
Untuk produk lisensi, tambahkan lambang daun (logo produk OT Lisensi) dan nama
pemberi lisensi. Sedangkan untuk produk impor, tambahkan nama importir /
22
distributor di Indonesia, dan informasi harus ditulis dengan huruf latin dalam bahasa
Indonesia disamping bahasa aslinya.
Untuk tahap registrasi Obat tradisional, secara umum dijelaskan dalam Gambar
3. 1.
23
Persetujuan Pendaftaran
Persetujuan pendaftaran obat tradisional, obat herbal terstandar dan
fitofarmaka berlaku 5 (lima) tahun selama masih memenuhi ketentuan yang berlaku
dan dapat diperpanjang melalui pendaftaran ulang (Peraturan Kepala BPOM, Nomor
HK.00.05.41.1384 tahun 2005).
3.3.9
24
25
1 2
3
1. Digit ke-1
2. Digit ke-2
TR
TL
TI
BTR
BTL
0 0
0 0
7 7
0 0
0 0
2 2
4
5
6
7
8
9
10
11
: menunjukkan obat tradisional
: menunjukkan lokasi obat tradisional tersebut diproduksi.
: Obat tradisional produksi dalam negeri
: Obat tradisional produksi dalam negeri dengan lisensi
: Obat tradisional produksi luar negeri atau impor
: Obat tradisional yang berbatasan dengan obat produksi
dalam negeri
: Obat tradisional yang berbatasan dengan obat produk dalam
negeri dengan lisensi
26
BTI
3.
4.
5.
6.
7.
27
BAB IV
REGISTRASI KOSMETIK
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan
pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital
bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut terutama digunakan untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, memperbaiki bau badan, dan
melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
Menurut asal produksinya, kosmetika dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu
kosmetika dalam negeri, kosmetika impor, kosmetika kontrak, dan kosmetika lisensi.
4.1 Kriteria Kosmetika yang Diregistrasikan
1. Keamanan yang dinilai dari bahan kosmetika yang digunakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan kosmetika yang dihasilkan tidak
mengganggu atau membahayakan kesehatan manusia, baik digunakan secara
normal maupun pada kondisi penggunaan yang telah diperkirakan;
2. Kemanfaatan yang dinilai dari kesesuaian dengan tujuan penggunaan dan klaim
yang dicantumkan;
3. Mutu yang dinilai dari pemenuhan persyaratan sesuai CPKB dan bahan
kosmetika yang digunakan sesuai dengan Kodeks Kosmetika Indonesia, standar
lain yang diakui, dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
4. Penandaan yang berisi informasi lengkap, obyektif, dan tidak menyesatkan.
4.2 Registrasi dan Notifikasi Kosmetika
28
NOTIFIKASI
Dilakukan dengan cara mengisi template
elektronik
29
Data
Informasi
Produk/Kosmetika
pemohon
beredar
kosmetika beredar
berlokasi di ASEAN.
Kosmetika Kontrak
- NPWP;
- SIUP perusahaan pemberi kontrak;
- Fotokopi surat izin produksi kosmetika industri penerima kontrak;
- Sertifikat Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB);
- Surat perjanjian kerjasama kontrak.
Kosmetika Lisensi
- Fotokopi surat izin produksi kosmetika;
- Surat perjanjian kerjasama lisensi.
30
31
notifikasi sama dengan biaya untuk pembuatan izin edar, selama peraturan
perundang-undangan tentang biaya notifikasi kosmetika belum berlaku.
4.6 Nomor Registrasi Kosmetika
Nomor registrasi kosmetika di Indonesia terdiri dari 12 digit. Berikut adalah
contoh dari nomor registrasi kosmetika :
C
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
1. Digit ke-1 dan 2 : menunjukkan kode kosmetika dalam atau luar negeri
CD : kode kosmetika dalam negeri
CL : kode kosmetika luar negeri
2. Digit ke- 3 dan 4 : menunjukkan jenis sediaan
01 = Sediaan bayi
02 = Sediaan mandi
03 = Sediaan kebersihan badan
12
04 = Sediaan cukur
05 = Sedian wangi-wangian
06 = Sediaan rambut
07 = Sediaan pewarna rambut
08 = Sediaan rias mata
09 = Sediaan rias wajah
10 = Sediaan perawatan kulit
11 = Sediaan mandi surya dan tabir surya
12 = Sediaan kuku
13 Sediaan higiene mulut
3. Digit ke- 5 dan 6 : menunjukkan subbagian dari 2 angka sebelumnya
Contoh : 0905
(9 merupakan sediaan rias wajah, dan 05 merupakan lip-gloss).
4. Digit ke-7 dan 8 : merupakan tahun dibuat namun dengan terbalik
Contoh : tahun 2009, menjadi 90
5. Digit ke-9 sampai 12 : menunjukkan nomor urut produk yang diproduksi oleh
perusahaan.
33
BAB V
REGISTRASI MAKANAN
34
olahan yang diproduksi di dalam negeri atau Cara Distribusi Pangan yang Baik
untuk pangan olahan yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia;
3. Parameter gizi sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan;
4. Persyaratan label.
Pendaftaran diajukan untuk setiap Pangan Olahan termasuk yang memiliki
perbedaan dalam hal:
1. Desain label;
2. Jenis kemasan;
3. Komposisi; dan/atau
4. Nama dan/atau alamat pihak yang memproduksi.
5.1.2
1
Pangan Impor
a. Surat kuasa
b. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) atau Angka Pengenal Impor (API) atau
Importir Terdaftar
c. Surat penunjukan dari perusahaan asal di luar negeri
d. Sertifikat Kesehatan (Health Certificate) atau Sertifikat Bebas Jual (Certificate
of Free Sale)
Hasil audit sarana distribusi
Surat keterangan yang menyatakan hubungan antar perusahaan (jika perlu)
bahan yang mengalami perlakuan iradiasi, harus melampirkan surat keterangan dari
fasilitas iradiasi yang memuat :
a. Jenis dan jumlah pangan iradiasi;
b. Nomor batch pangan iradiasi;
c. Tujuan iradiasi;
d. Jenis kemasan yang digunakan;
e. Tanggal pelaksanaan iradiasi;
36
38
5.2.2
mendaftarkan
makanan,
pemohon
wajib
menyerahkan
atau
yang telah ditetapkan (susu dan hasil olahannya, buah dan sayur segar atau
terolah, ikan dan hasil laut segar atau terolah, daging dan produk daging, air
mineral, sereal termasuk tepung, jagung dan barley);
d. Surat penunjukkan dari pabrik asal asli atau copy yang dilegalisasi;
e. Rancangan/desain label dengan warna sesuai dengan rencana yang akan
digunakan pada produk yang bersangkutan;
2
41
42
peraturan perundang-undangan;
Permohonan pendaftaran yang telah dilengkapi dengan bukti pembayaran biaya
evaluasi dan pendaftaran dari bank, diserahkan kepada Kepala Badan cq.
43
2.
3.
4.
5.
Digit ke- 3
Digit ke-4 sampai 6
Digit ke- 7 dan 8
Digit ke- 9 sampai 11
pabrik
6. Digit ke- 12 sampai 14
produknya terdaftar
5.5 Suplemen Makanan
Suplemen makanan adalah produk yang digunakan untuk melengkapi
makanan, mengandung satu atau lebih bahan sebagai berikut, yaitu vitamin, mineral,
tumbuhan atau bahan yang berasal dari tumbuhan asam amino, bahan yang
digunakan untuk meningkatkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) atau konsentrat,
metabolit, konstituen, ekstrak atau kombinasi dari beberapa bahan di atas. Suplemen
makanan dapat berupa produk padat meliputi tablet, tablet hisap, tablet efervesen,
tablet kunyah, serbuk, kapsul, kapsul lunak, granula, pastilles, atau produk cair
berupa tetes, sirup, atau larutan.
Suplemen makanan dalam negeri adalah suplemen makanan yang dibuat dan
dikemas oleh industri di dalam negeri, meliputi: suplemen makanan tanpa lisensi,
suplemen makanan lisensi dan suplemen makanan kontrak. Suplemen makanan
lisensi adalah suplemen makanan yang dibuat di Indonesia atas dasar lisensi.
Suplemen makanan kontrak adalah suplemen makanan yang pembuatannya
dilimpahkan kepada industri farmasi, industri di bidang obat tradisonal atau industri
pangan berdasarkan kontrak. Suplemen makanan impor adalah suplemen makan
yang dibuat oleh industri di luar negeri, yang dimasukkan dan diedarkan di wilayah
Indonesia.
Izin edar adalah bentuk persetujuan pendaftaran suplemen makanan yang
diberikan oleh Kepala Badan untuk dapat diedarkan di wilayah Indonesia.
44
45
b. Kategori 5
Pendaftaran suplemen makanan yang telah mendapat izin edar dengan:
Perubahan spesifikasi dan/atau metode analisis bahan baku;
Perubahan spesifikasi dan/atau metode analisis produk jadi;
Perubahan stabilitas;
Perubahan teknologi produksi;
Perubahan tempat produksi perubahan atau penambahan jenis kemasan;
c. Kategori 6
Pendaftaran suplemen makanan yang telah mendapat izin edar dengan:
Perubahan formula atau komposisi yang bahan utamanya tergolong dalam
satu kelompok;
Perubahan bahan tambahan yang tidak mengubah manfaat.
5.5.2
Produk Lisensi :
46
Izin industri di bidang obat tradisional, industri farmasi atau industri pangan
dan dilengkapi dengan bukti yang cukup berupa dokumen mutu dan teknologi
sebagai pemberi lisensi;
Izin industri farmasi atau industri di bidang obat tradisional atau industri
pangan sebagai penerima lisensi;
Sertifikat yang ditandatangani oleh Pejabat Pemerintah yang berwenang di
negara pengekspor yang menyatakan bahwa produk tersebut telah dibuat dan
diedarkan di negara pengekspor;
Sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (GMP) penerima lisensi untuk
bentuk sediaan yang didaftarkan;
Perjanjian lisensi;
Rancangan kemasan yang meliputi etiket, dus, pembungkus, strip, blister,
catch cover, dan kemasan lain sesuai ketentuan tentang pembungkus dan
penandaan yang berlaku, yang merupakan rancangan kemasan suplemen
makanan yang akan diedarkan dan harus dilengkapi dengan rancangan warna;
brosur yang mencantumkan informasi mengenai obat tradisional, obat herbal
terstandar dan fitofarmaka.
b. Produk Kontrak
Mempunyai izin industri farmasi atau industri di bidang obat tradisional atau
industri pangan atau badan usaha di bidang pemasaran suplemen makanan dan
dilengkapi bukti yang cukup berupa dokumen mutu dan teknologi berbagai
pemberi kontrak;
Izin industri farmasi di bidang obat tradisional atau industri pangan sebagai
penerima kontrak;
Sertifikat Cara Pembuatan yang Baik (GMP) penerima kontrak sesuai bentuk
sediaan yang dikontrakan;
Memberikan contoh produk SM;
47
atau Certificate of
1. Bahan Utama
a. Dicantumkan nama dan alamat produsen atau distributor bahan baku;
b. Uraian bahan utama, diperlukan untuk mengetahui spesifikasi bahan utama
(sifat, karakteristik, orgnoleptik, dan lain-lain);
48
(WHO). Untuk bahan utama berupa tumbuhan atau hewan dituliskan dengan nama
latin dengan menyebutkan nama marga (genus), atau nama jenis (spesies) atau
petunjuk jenis (Specific epithet), diikuti dengan bagian yang dipergunakan. Penulisan
bahan tambahan sesuai dengan nama yang tercantum dalam Farmakope Indonesia
atau Merck Index atau nama kimia sesuai dengan nomenklatur dari International
Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) atau International Union of
Biochemisty (RUD). Zat warna dituliskan dengan nama sederhana yang umum dan
harus dituliskan pula nomor indeks warnanya (CI number). Bahan tambahan yang
digunakan harus sesuai dengan ketentuan tentang persyaratan bahan tambahan yang
berlaku di bidang pangan. Cara pembuatan harus menguraikan tahap demi tahap
mulai dari penimbangan bahan baku sampai dengan pengemasan terakhir.
Kontrol selama proses produksi (in process control) :
49
a. Sebelum dicetak menjadi tablet perlu diterangkan berat granulat kering yang
diperoleh kadar air dalam granulat kering;
b. Selama dicetak menjadi tablet perlu diterangkan persyaratan mengenai bobot
rata-rata tiap tablet, waktu hancur tiap tablet, pengontrolan dilakukan secara
berkala;
c. Setelah dicetak atau disalut perlu diterangkan persyaratan mengenai
keseragamam bobot, waktu hancur, kualitatif dan kuantitatif bahan utama, isi
tiap wadah akhir, kebocoran wadah serta jumlah hasil yang diperoleh setiap
kali pembuatan.
6. Kapsul
Pada cara pembuatan diterangkan mengenai suhu dan kelembaban udara
dalam ruangan pengisi kapsul, bobot rata-rata tiap kapsul. Bahan utama berupa
ekstrak yang dibuat sendiri perlu dijelaskan cara penyarian yang dilakukan, cairan
penyari yang digunakan, lama penyarian, alasan pemilihan larutan penyari. Untuk
bahan utama berupa ekstrak impor harus disertakan nomor pendaftarannya.
Dilakukan pegontrolan selama proses produksi, meliputi:
a. Sebelum pengisian kapsul perlu diterangkan persyaratan mengenai bahan
utama, homogenitas, kadar air;
b. Selama pengisian kapsul perlu diterangkan persyaratan mengenai bobot ratarata isi tiap kapsul, waktu hancur, pengontrolan dilakukan secara berkala;
c. Setelah selesai pengisian kapsul perlu diterangkan persyaratan mengenai
kesergaman bobot rata-rata kasul, waktu hancur, kualitatif dan kuantitatif bahan
utama, kadar air, kebocoran wadah serta jumlah hasil yagn diperoleh setiap kali
pembuatan cairan, larutan, emulsi dan suspensi. Pada cara pembuatan
diterangkan mengenai cara-cara melarutkan bahan, cara mereaksikan bahanbahan, penyaringan larutan bobot atau volume tiap wadah. Kontrol selama
proses produksi sebelum pengisian ke dalam wadah dan setelah penyaringan
perlu diterangkan persyaratan mengenai PH, kekentalan, homogenitas, kadar
alkohol (bila digunakan pelarut alkohol), kebocoran wadah serta jumlah hasil
yang diperoleh setiap kali pembuatan.
51
5.5.4
ini :
53
BAB VI
PENUTUP
54
6.1 Simpulan
Registrasi adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi produk farmasi untuk
mendapatkan izin edar. Proses registrasi ini dilakukan oleh Industri Farmasi yang
akan memproduksi obat tersebut ke Badan POM, dengan tembusan kepada
Menteri Kesehatan. Badan POM kemudian akan melakukan penilaian dan
evaluasi apakah obat tersebut memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Jika
obat tersebut dianggap telah memenuhi syarat registrasi yang dinyatakan dengan
diberikannya nomor registrasi, maka Menteri Kesehatan akan mengeluarkan izin
edar, yang pada pelaksanannya dilimpahkan kepada Badan POM. Izin edar ini
berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang.
DAFTAR PUSTAKA
55
BPOM. 2005. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK..00.05.41.1381 Tahun 2005 tentang Tata Laksana
Pendaftaran Suplemen Makanan. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan
Makanan RI.
BPOM. 2010. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.
03.1.23.12.10.11983 tentang Kriteria dan Tata Cara Pengajuan
Notifikasi Kosmetik. Jakarta: Badan POM RI.
BPOM. 2010. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.
03.1.23.12.10.11983 tentang Kriteria dan Tata Cara Pengajuan Notifikasi
Kosmetik. Jakarta: Badan POM RI.
BPOM. 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.5.12.11.09956 tentang Tata Laksana Pendaftaran Pangan
Olahan. Jakarta: Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia.
BPOM. 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK. 03.123.10.11.08481 Tahun 2011 tentangKriteria
Tata Laksana Registrasi Obat. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan
Makanan RI.
BPOM. 2012. Konsep Dasar Penilaian. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia.
BPOM. 2012. Konsep Dasar Penilaian. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia.
BPOM. 2013. Petunjuk Teknis Registrasi Akun Aplikasi e-Registrasi Obat (AeRO).
Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan,.
Menkes. 2008. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1010/Menkes/Per/XI/2008 temtang Registrasi Obat. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
56
57