Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kanker tiroid adalah tumor ganas endokrin yang paling umum, terhitung sekitar 95%
dari semua keganasan endokrin. Insiden kanker tiroid meningkat sekitar 7% setiap tahun
dan kejadiannya lebih cepat dari pada jenis kanker pada lainnya. Insiden kanker tiroid
bervariasi diseluruh dunia, sekitar 0,5-10 per 100.000 orang. (Putri,et al., 2017).Menurut
karakteristik histopatologi, kanker tiroid dibagi menjadi kanker papiler, folikel, meduler,
dan anaplastik. Kejadiannya berbeda, masing-masing: tipe papiler 60-80%, tipe folikuler
10-27,5%, tipe myeloid 3-10% dan tipe anaplastik 3,8%. Dari segi agresivitas, jenis
kanker anaplastik memiliki prognosis paling buruk, dengan angka kematian mendekati
100%. disusul jenis myeloid, dengan angka harapan hidup 65%. Prognosis tipe folikuler
dan tipe putting lebih baik. angka kematian 30 tahun pertama tipe folikuler adalah 15%
dan tipe nipple 6%.(Putri et al., 2017).
Kanker tiroid adalah pertumbuhan sel abnormal yang terjadi di dalam kelenjar tiroid.
Kanker tiroid secara histopatologis dapat dikelompokan menjadi 4 jenis sel kanker tiroid,
yaitu papiler, folikuler, medulare dan anaplastik. Kanker tiroid dengan gambaran
histopatologis papiler merupakan jenis yang paling banyak ditemukan yaitu 70-80%
yang bersama dengan jenis folikuler dikelompokan sebagai jenis kanker tiroid
berdiferensiasi baik. Kanker tiroid medular termasuk jenis kanker tiroid berdiferensiasi
buruk dan anaplastik termasuk kanker tidak berdeferensiasi. Kanker tiroid biasanya
menyerang orang paruh baya atau lebih tua namun kanker papiler dapat terjadi pada
orang muda sehingga menimbulkan kecemasan pada penderitanya (Kartamihardja,
2016).
Menurut American Cancer Society (2010), kejadian kanker tiroid diperkirakan 44.670
kasus baru. Diperkirakan pada tahun 2014, data terakhir pasien kanker tiroid di Amerika
Serikat berjumlah 62.980 kasus. Menurut (Parura et al., 2016): ada kasus kanker tiroid
baru yang mengakibatkan kematian 1890 orang oleh kanker tiroid tersebut. Di Indonesia,
menurut regristasi Ikatan Ahli Patologi Indonesia (2016), kanker tiroid menyumbang 9
dari 10 kanker sering terjadi sekitar 4,43%. Penyebab banyak kasus kanker tiroid yang
terjadi yang menyebabkan banyak kematian dan banyaknya jenis kanker membuat kasus
semakin meningkat, bahkan beberapa kasus terjadi di America Serikat dan ada banyak
kasus terjadi di Indonesia.
Kanker tiroid di Indonesia menempati urutan ke-9 berdasarkan insiden kanker pada
tahun 2000. Kasus ini mengalami peningkatan setiap tahun. Menurut Riskesdas pada
tahun 2010 kanker tiroid telah menduduki tempat ke-5 terbanyak setelah kanker
payudara, serviks, kulit dan rectum. Kanker tiroid merupakan kanker kelenjar endokrin
yang paling sering ditemukan, penelitian yang dilakukan di RSUP Dr Kariadi Semarang
didapatkan 318 pasien dirawat dengan 221 pasien perempuan (76,5%) usia tersering 20-
50 tahun sisanya pasien laki laki rentang usia 20-50 tahun, pada periode tahun 2006-
2010. Kemudian data yang ada di bagian rekam medis RSUP Dr Kariadi semarang,
periode antara tahun september 2016-2018, mencapai 1408 pasien kanker tiroid yang
mendapatkan terapi ablasi iodium 131 dosis antara 35 mCi-100 mCi, yang terbagi dalam
jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 76% (1070 orang) dan sisanya 338 adalah
pasien laki-laki (24%). Usia produktif perempuan rentang antara 20-40 tahun sebayak
28% atau 300 orang, sedangkan usia laki laki produktif dengan rentang usia yang sama
berjumlah 160 orang (47%), dan menunjukan kecenderungan terus meningkat (Rekam
Medis, 2006-2010).
Kejadian kanker tiroid berhubungan dengan berbagai faktor resiko yaitu usia, jenis
kelamin, tinggi, berat badan, ras, mengalami pajanan terhadap radiasi dan kurang
konsumsi yodium. Didapatkan perbandingan perempuan dan laki-laki adalah 3:1, dengan
estimasi 16.875 kasus pada perempuan dan 5.625 kasus pada laki-laki. Pada anak-anak,
distribusinya sama rata antara perempuan dan laki-laki. Kondisi ini secara umum lebih
banyak pada perempuan, tetapi mempunyai prognosis yang lebih baik daripada laki-laki.
Kanker tiroid paling sering muncul pada usia 20-50 tahun. Pada anak-anak usia dibawah
20 tahun dengan nodul tiroid dingin mempunyai risiko keganasan lebih tinggi dibanding
kelompok dewasa. Pada kelompok lansia yaitu usia lebih dari 60 tahun, mempunyai
prevalensi keganasan lebih tinggi, terutamanya karsinoma tiroid tipe anaplastik.
Biasanya pada kelompok lansia agresivitas penyakitnya lebih berat.
Sifat kanker tiroid pada umumnya berupa nodul tunggal, keras, tidak rata, sedangkan
menurut fungsinya, kurang baik jika dibandingkan dengan fungsi jaringan tiroid
sekitarnya. Menurut European Journal of Clinical Investigation, 95% nodul tiroid yang
sering ditemukan pada pasien adalah jenis benigna dan hanya 5% yang bersifat maligna
atau ganas dan dapat menyebar secara sporadik ke seluruh tubuh.
Nodul jarang ditemukan pada usia muda, tetapi jika ditemukan biasanya bersifat ganas
terutama pada pria usia muda. Angka kekerapan keganasan nodul tiroid berkisar 5-10%.
Prevalensi keganasan pada multinodular tidak jauh beda yaitu 4,1% dan 4,7% masing-
masing prevalensi untuk nodul tunggal dan multipel.
Diagnosis pasti kanker tiroid adalah dengan pemeriksaan histopatologi jaringan yang
diperoleh dari hasil eksisi/operasi. Berdasarkan pemeriksaan didapatkan hasil berupa
gambaran histopatologi yang dibagi berdasarkan jenis kankernya yaitu tipe papiler,
folikuler, meduler, dan anaplastik. Insidens kanker tiroid berdasarkan tipe dapat
bervariasi, yakni untuk tipe papiler 60-80% pada tipe papiler, tipe folikuler 10- 27,5%,
tipe medular 3- 10%, dan tipe anaplastik 3-8%.
Kanker tiroid umumnya tergolong tumor dengan pertumbuhan dan perjalanan penyakit
yang lambat, serta morbiditas dan mortalitas yang rendah, terutama pada kanker tiroid
tipe papiler. Dari segi agresifitas, prognosis kanker tiroid tipe anaplastik paling buruk
dengan angka kematiannya hampir 100%, disusul oleh tipe meduler dengan angka
harapan hidup dalam 10 tahun sebesar 65%. Prognosis tipe folikuler dan papiler lebih
baik jika dibandingkan dengan tipe anaplastik dan meduler, yaitu dengan angka kematian
dalam 30 tahun pertama pada tipe folikuler adalah sebesar 15% dan papiler 6%. Pada
individu dengan usia dibawah 50 tahun, biasanya mortalitas rendah dan dapat meningkat
tajam pada usia di atasnya. Berdasarkan data yang didapat dari National Cancer Institute
angka ketahanan hidup kanker tiroid adalah lebih baik berbanding kanker payudara,
kanker kulit (Melanoma) dan rahim (Corpus uteri) yaitu 94% untuk kanker tiroid, 78%
untuk kanker payudara, 82% untuk kanker kulit dan 84% untuk kanker rahim.
Beberapa faktor prognostik telah diteliti dan ditemukan pada kanker tiroid. Khusus untuk
kanker tiroid berdifferensiasi baik, digunakan skor AMES (Age, Metastases, Extension,
Size), AGES (Age, Grades, Extension, Size), atau MACIS (Metastases, Age, Complete
excision, Invasion, Size). Pada penelitian yang dilakukan di Eropa didapatkan faktor yang
paling mempengaruhi ketahanan hidup kanker tiroid adalah usia, ukuran tumor, penyakit
multifokal, metastasis dan ekstensi tumor. Menurut PERABOI faktor-faktor yang
mempengaruhi kanker tiroid adalah usia, stadium kanker, ekstensi tumor dan ukuran
tumor.
Salah satu penatalaksanaan kanker tiroid adalah dengan terapi ablasi. Ablasi Onkologi
Indonesia tahun 2015 menyebutkan efek jangka panjang dari ablasi iodium 131 adalah
perubahan genetik kromosom pada pasien dengan kelainan endokrin. Gangguan ovarium
dan testis disebabkan oleh paparan radiasi beta dan gamma dalam proses usia produktif
menjadi sangat berpengaruh sehingga resiko infertilitas akan lebih tinggi. Hal tersebut
tentu akan menjadi stressor pasangan usia produktif, terlebih jika pasangan tersebut
belum memiliki keturunan atau ingin menambah anak (Desen, 2015).

B. RUMUSAN MASALAH
Pasien kanker tiroid yang menjalani ablasi iodium131 dapat mengalami komplikasi dan
efek samping. Efek samping yang terjadi pada pemberian Iodium Radioaktif dapat di
kelompokan ke dalam efek samping yang timbul segera (early effect) dan yang timbul
kemudian hari (late effect). Efek samping yang dapat muncul segera seperti, mual,
kadang-kadang muntah, nyeri pada kelenjar ludah, ludah berkurang dan kehilangan rasa
nyeri dan bengkak pada leher terutama jika sisa kelenjar tiroid masih banyak serta
penurunan jumlah lekosit. Efek yang dapat timbul dikemudian hari (late effect) adalah
perubahan genetik atau kromosom. Pasangan usia produktif akan sulit menerima terlebih
jika belum mempunyai keturunan atau menambah anak dengan adanya efek perubahan
genetik

Anda mungkin juga menyukai