Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
Keganasan pada tiroid, atau yang lazim disebut karsinoma atau kanker
tiroid, merupakan penyakit keganasan yang tidak jarang ditemukan. Sebagian
besar pertumbuhan dan perjalanan penyakit lambat sehingga morbiditas dan
mortalitasnya rendah, namun ada yang pertumbuhannya sangat cepat dengan
prognosa yang fatal. Kanker tiroid merupakan penyakit keganasan yang paling
sering ditemukan pada sistim endokrin, sekitar 90 % dari seluruh keganasan
endokrin. Proporsi kanker tiroid terhadap seluruh penyakit keganasan pada
manusia adalah sekitar 1,1 %, dan biasanya terjadi sekitar 0,85% dari keganasan
pada laki-laki dan 2,5% pada perempuan.1
Prevalensi kanker tiroid di seluruh dunia cenderung mengalami
peningkatan dari dekade ke dekade kecuali di Benua Afrika yang masih sedikit
terdapat data. Di Amerika Serikat, prevalensi kanker tiroid pada tahun 2012
sekitar 601.789 kasus serta temuan kasus baru setiap tahunnya sekitar 13,5 kasus
per 100.000 orang dengan angka kematian sebesar 0,5 per 100.000 orang per
tahun. Di Indonesia, data prevalensi karsinoma tiroid belum banyak disajikan,
akan tetapi berdasarkan Pathological Based Registration kanker tiroid
merupakan kanker dengan insidensi tertinggi urutan ke sembilan.2,3,4
Secara klinis, antara nodul tiroid yang ganas dengan yang jinak sering sulit
dibedakan, bahkan baru dapat dibedakan setelah didapatkan hasil evaluasi sitologi
preparat biopsi jarum halus atau histopatologi dari jaringan kelenjar tiroid yang
diambil saat operasi. Secara histopatologi, karsinoma tiroid yang bersifat primer
dapat berasal dari sel-sel parenkim maupun stroma kelenjar tiroid. Sebagian besar
karsinoma tiroid berasal dari sel epitel folikel, sedangkan lainnya berasal dari sel
parafolikel, jaringan limfoid maupun unsur jaringan lainnya. Terdapat empat jenis
karsinoma tiroid yang paling sering ditemukan (meliputi 90% seluruh keganasan
tiroid), yaitu karsinoma folikuler tiroid, karsinoma papilar tiroid, karsinoma
medular tiroid, karsinoma berdiferensiasi buruk atau anaplastik. Karsinoma
papiler merupakan kasus tersering (75%-85% kasus), urutan berikutnya

karsinoma folikular (10%-29% kasus), karsinoma meduler (5% kasus), dan


karsinoma anaplastik (<5% kasus).1
Dari berbagai penelitian, terdapat bebrapa petunjuk yang dapat digunakan
untuk menduga kecenderungan nodul tiroid ganas atau jinak, antara lain riwayat
terekspos radiasi, usia saat nodul timbul, dan konsistensi nodul. Dengan berbagai
kemajuan teknologi kedokteran, seperti aplikasi biopsi aspirasi jarum halus
(BAJAH) ultrasonografi (USG), thyroid stimulating hormone (TSH) sensitif, dan
terapi supresi L-tiroksin, telah memungkinkan para peneliti melakukan evaluasi
nodul tiroid secara lebih cermat hingga sampai pada diagnosis nodul jinak atau
ganas. Modalitas terapi karsinoma tiroid, khususnya yang berdeferensiasi, adalah
operasi, ablasi Iodium radioaktif, dan terapi supresi L-tiroksin. Agresivitas terapi
didasarkan atas faktor resiko prognostik pada masing-masing pasien. Untuk
ecaluasi hasil pengobatan, parameter yang digunakan adalah pencitraan dan
petanda keganasan.1
Dalam referat ini, akan dibahas mengenai keganasan tiroid dari seluruh
aspeknya mulai dari epidemiologi, etiologi, relevansi anatomi, patofisiologi,
diagnosis, sampai penatalaksanaannya secara umum.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Karsinoma tiroid merupakan keganasan pada kelenjar tiroid.
Keganasan tiroid dikelompokkan menjadi karsinoma tiroid berdeferensiasi
baik, yaitu bentuk papiler, folikuler, atau campuran keduanya, karsinoma
meduler yang berasal dari sel parafolikuler yang mengeluarkan kalsitonin
(APUD-oma), dan karsinoma berdeferensiasi buruk/anaplastik. Karsinoma
sekunder pada kelenjar tiroid sangat jarang dijumpai. Perubahan dari struma
endemik menjadi karsinoma anaplastik .dapat terjadi terutama pada usia
lanjut.5
B. Epidemiologi
Karsinoma tiroid agak jarang ditemukan, yaitu sekitar 3-5% dari
semua tumor maligna. Insiden karsinoma tiroid diperkirakan berkisar antara
36-60 kasus per 1.000.000 populasi per tahun. Di Amerika Serikat, prevalensi
karsinoma tiroid pada tahun 2012 sekitar 601.789 kasus dengan insidensi
temuan kasus baru setiap tahunnya sekitar 13,5 kasus per 100.000 orang dan
angka kematian sebesar 0,5 per 100.000 orang per tahun. Di Indonesia
karsinoma tiroid merupakan kanker dengan insidensi tertinggi urutan ke
sembilan. Insidensi karsinoma tiroid lebih tinggi di negara dengan struma
endemik, terutama jenis folikuler dan jenis berdiferensiasi buruk/anaplastik
(25% ditemukan pada struma nodusa). Karsinoma tiroid ditemukan pada
semua usia dengan puncaknya pada usia muda (7-20 tahun) dan usia setengah
baya (40-60 tahun). Karsinoma jarang ditemukan pada anak-anak dan insiden
meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Rasio perbandingan insiden
antara wanita dan pria dilaporkan 2,5 : 1.3-5
Keganasan pada tiroid menempati urutan ke-9 dari sepuluh keganasan
tersering di Indonesia. Angka insidensi bervariasi di seluruh dunia, yaitu
dari 0,5-10 jiwa per 100.000 populasi. Pada tahun 2004 American Cancer
Society memperkirakan terdapat lebih kurang 22.500 kasus baru karsinoma

tiroid di Amerika Serikat. Dimana perbandingan perempuan dan laki-laki


adalah 3:1, dengan estimasi 16.875 kasus pada perempuan dan 5.625 kasus
pada laki-laki. Secara primer karsinoma tiroid dijumpai pada dewasa muda
dan usia pertengahan serta jarang ditemukan pada anak-anak.6
C. Etiologi
Etiologi dari penyakit ini belum pasti, akan tetapi faktor yang berperan
khususnya untuk jenis berdeferensiasi baik (papiler dan folikuler) adalah
radiasi dan goiter endemis, dan untuk jenis meduler adalah faktor genetik.
Belum diketahui suatu karsinoma yang berperan untuk kanker anaplastik dan
meduler. Diperkirakan kanker jenis anaplastik berasal dari perubahan kanker
tiroid berdiferensiasi baik (papiler dan folikuler), dengan kemungkinan jenis
folikuler dua kali lebih besar.5
Radiasi daerah leher merupakan salah satu faktor resiko yang penting.
Lebih kurang 25% dari mereka yang menjalani radiasi leher pada usia muda,
di kemudian hari memperlihatkan nodul kelenjar tiroid yang berupa
adenokarsinoma tiroid, terutama tipe papiler. Risiko mendapatkan karsinoma
tiroid akibat radiasi biasanya juga tergantung pada usia penderita. Bila radiasi
tersebut terjadi pada usia lebih dari 20 tahun korelasi risikonya kurang
bermakna. Biasanya efek radiasi timbul setelah 5-25 tahun, tetapi rata-rata 910 tahun. Stimulasi TSH yang lama juga merupakan salah satu faktor etiologi
kanker tiroid. Pemberian diet tanpa garam Iodium, pemberian zat radioaktif
atau sub total tiroidektomi berakibat stimulasi STH meningkat dan dalam
jangka waktu yang lama dapat terjadi karsinoma tiroid. Faktor resiko lainnya
adalah jenis kelamin dan adanya riwayat keluarga yang menderita kanker
tiroid dan gondok menahun.5
D. FAKTOR RISIKO7
Faktor resiko keganasan pada tiroid antara lain :
1

Usia
Kanker tiroid dapat terjadi pada orang dengan usia berapapun, tetapi
banyak kasus dari karsinoma papiliferum dan folikular ditemukan antara

usia 20 dan 60 tahun. Faktor resiko ini terkait dengan jenis histopatologis
karsinoma tiroid. Anak-anak usia dibawah 20 tahun dengan nodul tiroid
dingin mempunyai resiko keganasan dua kali lebih besar dibanding
kelompok dewasa.
2

Jenis kelamin, perempuan : laki-laki adalah 2-3 : 1

Ras
Di Amerika, orang kulit hitam memiliki resiko 1,8 kali lebih tinggi
dibandingkan orang kulit putih. Tetapi secara umum, di dunia tidak ada
perbedaan ras untuk resiko karsinoma tiroid.

Faktor genetic
Riwayat penyakit serupa dalam keluarga

Diet
Daerah endemik goiter mempunyai resiko karsinoma lebih tinggi,
terutama untuk yang tipe folikuler dan papiliferum. Umumnya orang
dewasa memerlukan yodium hanya 100mcg/hari dan dengan pemberian
suplementasi yodium dapat menurunkan resiko terkena goiter.

Riwayat pernah menderita kelainan tiroid sebelumnya

Pengaruh radiasi di daerah leher dan kepala pada masa lampau

Kecepatan tumbuh tumor

Riwayat gangguan mekanik di daerah leher

E. Relevansi Anatomi-Fisiologi
1. Anatomi tiroid
Kelenjar tiroid terletak dibagian bawah leher, antara fascia koli
media dan fascia prevertebralis (Gambar 1). Di dalam ruang yang sama
terletak trakea, esofagus, pembuluh darah besar, dan saraf. kelenjar yang
kecil, berbentuk seperti kupu-kupu dan terletak di leher tepat di bawah
jakun ( adams apple ), yaitu antara fasia koli media dan fasia
prevertebralis dengan banyak pembuluh darah. terdiri atas dua lobus,
terletak setinggi tulang vertebra servikal kelima sampai vertebra torakalis
pertama. Kelenjar tiroid dihubungkan oleh istmus yang menutupi cincin
trakea 2 dan 3. Setiap lobus tiroid yang berbentuk lonjong berukuran

panjang 2,5 - 4 cm, lebar 1,5 2 cm dan tebal 1 1,5 cm. Berat kelenjar
tiroid dipengaruhi oleh berat badan dan masukan yodium. Pada orang
dewasa beratnya bervariasi sekitar 25 30 gram (lebih berat pada wanita).
Kelenjar tiroid membesar saat menstruasi dan hamil. Keempat kelenjar
paratiroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tiroid.8

Gambar 1. Letak Kelenjar Tiroid


Kelenjar tiroid terdiri atas dua lobus (Gambar 2), yang
dihubungkan oleh istmus dan menutup cincin trakhea 2 dan 3. Kapsul
fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada fasia pretrakhea sehingga pada
setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan terangkatnya kelenjar ke arah
kranial. Sifat ini digunakan dalam klinik untuk menentukan apakah suatu
bentukan di leher berhubungan dengan kelenjar tiroid atau tidak.8
Vaskularisasi kelenjar tiroid berasal dari 4 arteri yang utama,yaitu:
2 dari atas yaitu dari a. Tiroidea superior kanan dan kiri, (cabang a. Karotis
eksterna). 2 dari bawah yaitu a. tiroidea inferior kanan dan kiri (cabang
a.subclavia). Sistem vena berasal dari plexus perifolikular terdiri atas: v.
Tiroidea superior, v.tiroidea media, dan v. Tiroidea inferior
Setiap folikel lymfoid diselubungi oleh jala-jala kapiler, dan jalajala limfatik, sedangkan sistem venanya berasal dari pleksus perifolikular.
Nodus limfatikus tyroid berhubungan secara bebas dengan pleksus
trakhealis, selanjutnya dari pleksus ini ke arah nodus prelaring yang tepat

di atas istmus, dan ke kelenjar getah bening pretrakhealis dan


paratrakhealis, sebagian lagi bermuara ke kelenjar getah bening
brakhiosefalika dan sebagian ada yang langsung ke duktus thoraksikus.
Hubungan ini penting untuk menduga penyebaran keganasan.8

Gambar 2. Anatomi Kelenjar Tiroid


2. Histologi kelenjar tiroid
Tiap lobus kelenjar tiroid mengandung banyak folikel. Folikel
tiroid atau asinus adalah unit struktural dan fungsional kelenjar.
Mengandung single layer sel-sel epitelial kuboid yakni epitelium folikular,
mengelilingi lumen sentral yang berisi substansi koloid yang kaya akan
thyroglobulin, yang menghasilkan reaksi positif Periodic Acid-Schiff
(PAS). Epitelium folikular juga mengandung sekitar 10% sel-sel
parafolikular yang tersebar, yang disebut sel C. Sel C berasal dari neural
crest, mengandung granul- granul sitoplasmik kecil yang menunjukkan
penyimpanan hormon calcitonin. Ketika kelenjar tiroid hipoaktif, seperti
pada dietary iodine deficiency, folikel membesar seiring dengan
pertambahan koloid.9

Gambar 3. Histologi Kelenjar Tiroid


Epitelium folikular berbentuk kolumnar sewaktu kelenjar ini aktif
dan droplet koloid terlihat di dalam sel sebagai pseudopodia apikal besar
dan mikrovilli. Epitelium tiroid dikelilingi oleh lamina basal dan serabutserabut retikular. Jaringan vasomotor, serabut syaraf simpatetik dan
pembuluh darah, termasuk kapiler fenestrasi, dapat terlihat pada jaringan
connective diantara folikel-folikel tiroid.9
3. Fisiologi kelenjar tiroid
Yodium yang ditangkap oleh sel tiroid akan diubah menjadi hormon
melalui 7 tahap yaitu: (1) tahap trapping, (2) tahap oksidasi, (3) tahap
coupling, (4) tahap penimbunan storage, (5) tahap deidonasi, (6) tahap
proteolisis, (7) tahap pengeluaran hormon dari kelenjar tiroid.10
1

Trapping
Proses ini terjadi melalui aktivitas pompa iodida yang terdapat pada
bagian basal sel folikel. Dimana dalam keadaan basal, sel tetap
berhubungan dengan pompa Na/K tetapi belum dalam keadaan aktif.
Pompa iodida ini bersifat energy dependent dan membutuhkan ATP. Daya
pemekatan konsentrasi iodida oleh pompa ini dapat mencapai 20-100 kali

kadar dalam serum darah. Pompa Na/K yang menjadi perantara dalam
transport aktif iodida ini dirangsang oleh TSH.
2

Oksidasi
Sebelum iodida dapat digunakan dalam sintesis hormon, iodida tersebut
harus dioksidasi terlebih dahulu menjadi bentuk aktif oleh suatu enzim
peroksidase. Bentuk aktif ini adalah iodium. Iodium ini kemudian akan
bergabung dengan residu tirosin membentuk monoiodotirosin yang telah
ada dan terikat pada molekul tiroglobulin (proses iodinasi). Iodinasi
tiroglobulin ini dipengaruhi oleh kadar iodium dalam plasma. Sehingga
makin tinggi kadar iodium intrasel maka akan makin banyak pula
iodium yang terikat sebaliknya makin sedikit iodium di intra sel, iodium
yang terikat akan berkurang sehingga pembentukan T3 akan lebih banyak
daripada T4.

Coupling
Dalam molekul tiroglobulin, monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin
(DIT) yang terbentuk dari proses iodinasi akan saling bergandengan
(coupling) sehingga akan membentuk triiodotironin (T3) dan tiroksin
(T4). Komponen tiroglobulin beserta tirosin dan iodium ini disintesis
dalam koloid melalui iodinasi dan kondensasi molekul tirosin yang
terikat pada ikatan di dalam tiroglobulin. Tiroglobulin dibentuk oleh selsel tiroid dan dikeluarkan ke dalam koloid melalui proses eksositosis
granula.

Penimbunan (storage)
Produk yang telah terbentuk melalui proses coupling tersebut kemudian
akan disimpan di dalam koloid. Tiroglobulin (dimana di dalamnya
mengandung T3 dan T4), baru akan dikeluarkan apabila ada stimulasi
TSH.

Deiodinasi
Proses coupling yang terjadi juga menyisakan ikatan iodotirosin. Residu
ini kemudian akan mengalami deiodinasi menjadi tiroglobulin dan residu
tirosin serta iodida. Deiodinasi ini dimaksudkan untuk lebih menghemat
pemakaian iodium.

Proteolisis
TSH yang diproduksi oleh hipofisis anterior akan merangsang
pembentukan vesikel yang di dalamnya mengandung tiroglobulin. Atas
pengaruh TSH, lisosom akan mendekati tetes koloid dan mengaktifkan
enzim protease yang menyebabkan pelepasan T3 dan T4 serta deiodinasi
MIT dan DIT.

Pengeluaran hormon dari kelenjar tiroid (releasing)


Proses ini dipengaruhi TSH. Hormon tiroid ini melewati membran basal
dan kemudian ditangkap oleh protein pembawa yang telah tersedia di
sirkulasi darah yaitu Thyroid Binding Protein (TBP) dan Thyroid Binding
Pre Albumin (TBPA). Hanya 0,35% dari T4 total dan 0,25% dari T3 total
yang berada dalam keadaan bebas. Ikatan T3 dengan TBP kurang kuat
daripada ikatan T4 dengan TBP. Pada keadaan normal kadar T3 dan T4
total menggambarkan kadar hormon bebas. Namun dalam keadaan
tertentu jumlah protein pengikat bisa berubah. Pada seorang lansia yang
mendapatkan kortikosteroid untuk terapi suatu penyakit kronik
cenderung mengalami penurunan kadar T3 dan T4 bebas karena jumlah
protein pembawa yang meningkat. Sebaliknya pada seorang lansia yang
menderita pemyakit ginjal dan hati yang kronik maka kadar protein
binding akan berkurang sehingga kadar T3 dan T4 bebas akan
meningkat.

F. PATOLOGI KEGANASAN TIROID


WHO secara histologis membagi keganasan kelenjar tiroid sebagai
berikut:
1 Epitelial tumor
1.1 Benign
1.1.1 Folicular adenoma
1.1.2 Others
1.2 Malignant
1.2.1 Follicular carcinoma minimally invasive (encapsulated)
Widely invasive
Oxyphilic cell type
Clear cell variant
1.2.2 Papillary carcinoma papillary microcarcinoma
Encapsulated variant
Follicular variant
10

2
3
4
5
6
Tipe
Papiler
Folikuler
Meduler
Anapastik

Diffuse sclerosing variant


Oxyphilic cell type
1.2.3 Medullary (C-cell) carcinoma mixed medullary-follicular
carcinoma
1.2.4 Undifferentiated (anaplastic) carcinoma
1.2.5 Others
Nonepitelial tumor
Malignant lymphoma
Miscellaneous tumor
Secondary tumor
Tumor-like lesions
(% dari total)
60
25
5
10

Asal sel
Epitel
Epitel
Parafolikuler
Epitel

Diferensiasi
Baik
Baik
Sedang
Buruk

Penyebaran
Limfatik
Hematogen
Limfatik dan hematogen
Langsung, limfatik dan hematogen

Gambar 4. Gambaran histologi keganasan tiroid

G. Klasifikasi dan Stadium


Karsinoma tiroid dapat diklasifikasikan berdasarkan karakteristik
histopatologinya seperti yang terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Histopatologi Karsinoma Tiroid
Jenis
Karsinoma tiroid

Klasifikasi
berdeferensiasi baik

epitelial

adenokarsinoma papilare.

adenokarsinoma folikuler.

adenokarsinoma folikuler dan papilare


(meduler).

berdiferensiasi buruk/anaplastik
karsinoma sel kecil.

karsinoma sel besar.

Karsinoma tiroid

karsinoma sel spindle.


limfoma

nonepitelial

sarcoma

metastatik tumor

teratoma maligna

11

Karsinoma tiroid selain dapat diklasifikasikan berdasarkan gambaran


histopatologinya juga dapat diklasifikasikan bersasarkan klinis, yakni yang
dikenal dengan klasifikasi TNM. T (tumor primer) menunjukkan dimensi
tumor, N (nodus limfatikus regional) menunjukkan metastase sel ganas ke
dalam kelenjar getah bening regional, dan M (metastase jauh) menunjukkan
ada/tidaknya metastase ke organ-organ lain. Klasifikasi TNM sangat berguna
dalam menentukan stadium dan prognosis pasien. Klasifikasi TNM pada
karsinoma tiroid adalah sebagai berikut (Mansjoer et al, 2001).
T (Tumor primer)
Tx

= Tumor primer tidak dapat dinilai

T0

= Tidak didapat tumor primer

T1

= Tumor dengan ukuran 2cm atau kurang, masih terbatas pada tiroid

T2

= Tumor dengan ukuran lebih dari 2cm namun tidak lebih dari 4cm,
masih terbatas pada tiroid

T3

= Tumor dengan ukuran lebih dari 4 cm masih terbatas pada tiroid,


atau tumor dengan ukuran berapa saja dengan perluasan
ekstratiroid minimal (misal perluasan ke sternohyoid muscle atau
perithyroid soft tissue)

T4a

= Tumor dengan ukuran berapa saja yang telah meluas keluar kapsul
tiroid hingga menginvasi subcutaneous soft tissue, larynx, trachea,
esophagus, atau recurrent laryngeal nerve

T4b

= Tumor menginvasi prevertebra fascia atau melapisi arteri karotid


atau pembululuh darah mediastinum

Seluruh tumor undifferentiated (anaplastic) dianggap T4


T4a

= Karsinoma anaplastik intratiroid surgically resectable

T4b

= Karsinoma anaplastik ekstratiroid surgically unresectable

N (Nodus limfatikus regional)


Nx

= Kelenjar getah bening tidak dapat dinilai

N0

= Tidak didapat metastasis ke kelenjar getah bening regional

N1

= Terdapat metastasis ke kelenjar getah bening regional

12

N1a = Metastasis ke level VI kelenjar getah bening (pretracheal,


paratracheal, dan relaryngeal/Delphian)
N1b = Metastasis pada kelenjar getah bening unilateral atau kontralateral
atau mediastinum posterior
M (Metastasis jauh)
Mx

= Metastasis jauh belum dapat dinilai

M0

= Tidak terdapat metastasis jauh

M1

= Terdapat metastasis jauh

Berdasarkan atas temuan klinis dan klasifikasi TMN di atas, karsinoma


tiroid dapat dibedakan atas beberapa stadium.
Stage grouping:
Separate stage groupings are recommended for papillary or follicular,
medullary, and anaplastic (undifferentiated) carcinoma.
Papillary or Follicular
Under 45 Years
Stage I
Any T Any N M0
Stage II
Any T Any N M1
Papillary or Follicular
45 Years and Older
Stage I
T1
Stage II
T2
Stage III
T3
T1
T2
T3
Stage IVA
T4a
T4a
T1
T2
T3
T4a
Stage IVB
T4b
Stage IVC
Any T

N0
M0
N0
M0
N0
M0
N1a M0
N1a M0
N1a M0
N0
M0
N1a M0
N1b M0
N1b M0
N1b M0
N1b M0
Any N M0
Any N M1

13

Medullary Carcinoma
Stage I
T1
Stage II
T2
Stage III
T3
T1
T2
T3
Stage IVA
T4a
T4a
T1
T2
T3
T4a
Stage IVB
T4b
Stage IVC
Any T

N0
M0
N0
M0
N0
M0
N1a M0
N1a M0
N1a M0
N0
M0
N1a M0
N1b M0
N1b M0
N1b M0
N1b M0
Any N M0
Any N M1

Anaplastic Carcinoma
All anaplastic carcinomas are considered Stage IV
Stage IVA
T4a Any N M0
Stage IVB
T4b Any N M0
Stage IVC
Any T Any N M1
CLINICAL STAGE
I : Intrathyroidal
II: Cervical adenopathy
III: Locally invasive disease
IV: Distant metastases

COMPERABLE TNM
CLASSIFICATION
T0, T1, T2, N0, M0
T0-T2, N0, N1a, N1b, M0
T3, T4a, T4b, M0
M1

1. Karsinoma tiroid berdiferensiasi baik


a. karsinoma tiroid tipe papilare4
Karsinoma tipe ini adalah jenis keganasan berdiferensiasi baik
yang paling sering ditemukan (> 50-60%). Karsinoma ini bisa
didapatkan pada semua umur, bersifat kronik, tumbuh lambat dan
mempunyai prognosis paling baik diantara karsinoma lainnya.
Sebagian besar disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening
regional di leher. Walaupun telah ada metastasis limfogen di leher,

14

dengan pengobatan yang baik dapat dicapai ketahanan hidup sampai


20 tahun atau lebih. Karena tumbuh lambat, jarang ada keluhan bila
tidak parah dan penyebaran diluar tiroid juga lambat maka evaluasi
untuk menilai keberhasilan berbagai cara teknik pembedahan dan
penanganan lainnya sukar ditentukan. Berikut adalah karakteristik dari
karsinoma tipe papilare :
1) Puncak onset usia 30-50 tahun.
2) Wanita lebih sering daripada pria (3:1).
3) Faktor resiko tersering adalah karena terpajan radiasi (85%).
4) Biasanya terdapat di tengah dari tiroid di lobus homolateral dan
kontralateral, multifokal/multisentrik, tidak berkapsul atau
memiliki pseudokapsul.
5) Penyebaran ke kelenjar getah bening leher terdapat pada 50%
kasus.
6) Penyebaran yang jauh secara hematogen (ke tulang dan paru)
jarang terjadi.
7) Persentase kesembuhan sangat besar.
8) Prognosis tergantung dari besarnya ukuran tumor, bila <1,5 cm
prognosisnya baik.
b. karsinoma tiroid tipe folikulare4
Karsinoma ini adalah tipe kedua yang paling sering ditemukan
(20-25%). Tipe ini lebih agresif daripada tipe papilare, lebih sering
didapat pada usia setengah baya dan sangat jarang ditemukan pada
anak-anak. Tumor ini bertumbuh lambat, sangat mirip tiroid normal
dan bisa juga menangkap iodium radioaktif. Tapi suatu saat bisa
berkembang secara progresif dan menyebar ke tempat-tempat yang
jauh letaknya. Berikut adalah karakteristik dari karsinoma tipe
folikulare :
1) Puncak onset pada usia 40-60 tahun.
2) Wanita lebih sering daripada pria dengan ratio 3:1.
3) Tumor soliter dan berkapsul.

15

4) Penyebaran melalui kelenjar getah bening jarang terjadi.


5) Penekanan Nervus rekurens, sering juga menyebabkan disfagi,
dispnoe. Biasanya menginvasi struktur vascular dan penyebaran
biasanya terjadi melalui hematogen ke paru, tulang, otak, hati,
bladder, kulit.
6) Persentase kesembuhan besar.
7) Prognosis tergantung dari besarnya ukuran tumor, bila tumor < 1
cm prognosisnya baik.
c. Karsinoma Tiroid Tipe Medulare
Karsinoma ini agak jarang ditemukan (5-10%) berasal dari sel
parafolikuler atau sel C yang memproduksi tirokalsitonin, biasanya
berada di lobus atas kelenjar tiroid. Tumor ini berbatas tegas dan keras
pada perabaan. Meskipun tumbuh lambat tapi tumor ini 70%
menyebar ke KGB leher dan 20% menyebar ke tempat yang jauh.
Tumor ini terutama didapat pada usia diatas 40 tahun, tetapi juga
ditemukan pada usia yang lebih muda bahkan pada anak.
Penanggulangan tumor ini adalah tiroidektomi total.
Pemberiaan radioterapi tidak memuaskan. Pemberiaan iodium
radioaktif juga tidak berhasil karena tumor ini bukan berasal dari sel
folikuler, tetapi dari sel parafolikuler (sel C) sehingga tidak menangkap
atau menyerap iodium radioaktif.4

2. Karsinoma tiroid berdiferensiasi buruk


a. karsinoma tiroid tipe anaplastik
Paling jarang terjadi (2-3 %) tetapi paling mematikan diantara
yang lainnya. Tipe ini paling susah disembuhkan dengan berbagai
macam cara. Karsinoma tipe ini tumbuh dengan cepat dan sering
menyebar dengan cepat, sering disertai nyeri dan nyeri alih ke daerah
telinga dan suara dapat menjadi serak karena adanya infiltrasi ke n.
rekurens, sering juga menyebabkan disfagi, dispnea (Peraboi. 2010).

16

Berikut adalah karakteristik dari karsinoma tiroid anaplastik :


1) Onset terjadi pada usia < 65 thn dan bahkan lebih muda.
2) Sangat jarang pada anak.
3) Ratio wanita lebih besar daripada pria (2:1).
4) Keluhan berupa adanya kelenjar tiroid yang berkembang sangat
cepat dengan adanya riwayat struma jinak.
5) Bisa timbul pasca radiasi setelah bertahun-tahun lamanya.
6) Penyebaran ke KGB leher timbul pada 90% kasus.
7) Penyebaran jauh sangat sering terjadi.
8) Angka kesembuhan sangat rendah.
9) Kadang pasien butuh trakeostomi untuk membantu pernafasannya
karena tipe ini paling parah menginfitrasi trakea sampai ke lumen
sehingga terjadi dispnoe yang ditandai dengan stridor inspirasi.
H. Pendekatan Diagnosis
Pasien dengan karsinoma tiroid biasanya datang dengan nodul soliter.
Pengambilan keterangan riwayat penyakit (anamnesis) merupakan bagian
penting dalam rangka penegakan diagnosis.
1. Anamnesis
Sebagian keganasan tiroid tidak memberikan gejala yang berat
kecuali keganasan jenis anaplastik yang sangat cepat membesar bahkan
dalam hitungan minggu. Sebagian kecil pasien, khususnya pasien dengan
nodul tiroid yang bear, mengeluh adanya gejala penekanan pada esofagus
dan trakhea. Biasanya nodul tiroid disertai rasa nyeri, kecuali timbul
perdarahan ke dalam nodul atau bila kelainannya tiroiditis akut/subakut.
Keluhan lain pada keganasan yang mungkin ada ialah suara serak.1
Dalam hal riwayat kesehatan, banyak faktor yang perlu ditanyakan,
apakah ke arah ganas atau tidak. Misalnya, usia pasien saat pertama kali
nodul tiroid ditemukan dan riwayat radiasi pengion saat usia anak-anak.
Kecenderungan malignansi apabila nodul tiroid terdapat pada usia
dibawah 20 tahun dan diatas 50 tahun. Jenis kelamin pria, meskipun
prevalensi nodul tiroid lebih rendah , tetapi kecenderungannya untuk

17

menjadi ganas lebih tinddi dibandingkan pada wanita. Respon terhadap


pengobatan hormon tiroid juga dapat digunakan sebagai petunjuk dalam
evaluasi nodul tiroid.1
Kecepatan pertumuhan nodul tiroid juga penting dalam anamnesis.
Biasanya, nodul jinak membesar tidak terlalu cepat, kisata dan nodul ganas
membesar dengan cepat, sedangkan nodul anaplastik membesar sangat
cepat. Riwayat karsinoma tiroid medulare dalam keluarga penting untuk
evaluasi nodul tiroid ke arah ganas atau jinak. Sebagian pasien dengan
karsinoma tiroid medulare herediter juga memiliki penyakit lain yang
tergabung dalam multiple endocrin neoplasia.1
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik diarahkan pada kemungkinan adanya keganasan
tiroid. Pertumbuhan nodul yang cepat merupakan salah satu tanda
keganasan tiroid, terutama jenis karsinoma tiroid anaplastik. Tanda lainnya
ialah konsistensi nodul keras dan melekat ke jaringan seketar, serta
terdapat pembesaran kelenjar getah bening di daerah leher. Pada tiroiditis,
perubahan nodul nyeri dan kadang-kadang berfluktuasi karena ada
abses/pus. Sedangkan jenis nodul tiroid lainnya biasanya tidak
memberikan kelainan fisik kecuali benjolan leher.1
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH)
Pemeriksaan sitologi dari BAJAH nodul tiroid merupakan
langkah perama yang harus dilakukan dalam proses diagnosis. BAJAH
oleh operator yang terampil, saat ini dianggap sebagai metode yang
efektif untuk membedakan jinak atau ganas pada nodul soliter atau
nodul dominan dalam struma multinodular. Gharib et al (1998)
melaporkan bahwa BAJAH mempunyai sensivitas sebesar 83% dan
spesifitas 92%. Bila BAJAH dikerjakan dengan baik, akan
menghasilkan angka negatif palsu kurangdari 5%, dan angka positif
palsu hampir mendekat 1%. Hasil BAJAH dibagi menjadi 4 kategori,
yaitu: jinak, mencurigakan (termasuk adenoma folikulare, Hurthle dan

18

gambaran sugestif tapi tidak konklusif karsinoma papilare tiroid),


ganas, dan tidak adekuat.
Jenis karsinoma yang dapat segera ditentukan ialah karsinoma
papilare, medulare atau anaplastik. Sedangkan untuk jenis karsinoma
folikulare, untuk membedakannya dari adenoma folikulare, harus
dilakukan pemeriksaan histopatologi yang dapat memperlihatkan
adanya invasi kapsul tumor atau invasi vaskular. Menginat secara
sitologi tidak dapat membedakan adenoma folikulare dari karsinoma
folikulare, maka keduanya dikelompokkan menjadi neoplasma
folikulare intermediate atau suspicious. Pada kelompok suspicious,
angka kejadian karsinoma folikulare sebesar 20% dengan angka
tertinggi terjadi pada kelompok dengan ukuran nodul besar, usia
bertambah, dan kelamin laki-laki.1
Sekitar 15-20% pemeriksaan BAJAH memberikan hasil
inadekuat dalam hal material/sampel. Pada keadaan seperti ini
dianjurkan untuk mengulang BAJAH dengan bantuan USG (guied
USG) sehingga pengambilan sampel menjadi lebih akurat.1
b. Laboratorium
Keganasan tiroid bisa terjadi pada keadaan fungsi tiroid yang
normal, hiper maupun hipotiroid. Oleh karena itu perlu diingat bahwa
abnormalitas fungsi tiroid tidak dengan sendirinya menghilangkan
kemungkinan keganasan. Sering pada Hashimoto juga timbul nodul
baik uni/bilateral, sehingga pada tiroiditis kronis Hashimoto pun masih
mungkin terdapat keganasan.1
Pemeriksaan kadar tiroglobulin serum untuk keganasan tiroid
cukup sensitif tetapi tidak spesifik, karena peningkatan kadar
tiroglobulin juga ditemukan pada tiroiditis, penyakit Graves, dan
adenoma tiroid. Pemeriksaan kadar tiroglobulin sangat baik untuk
monitor kekambuhan karsinoma tiroid pasca terapi, kecuali pada
karsinoma tiroid medulare dan anaplastik, karena sel karsinoma
anaplastik tidak mensekresi tiroglobulin. Human Thyroglobulin (HTG)
Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker terutama pada

19

karsinoma berdiferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas


untuk karsinoma tiroid, namun peninggian HTG setelah tiroidektomi
total merupakan indikator tumor residif .1
Pada pasien dengan riwayat keluarga karsinoma tiroid
medulare, tes genetik dan pemeriksaan kadar kalsitonin perlu
dikerjakan. Bila tidak ada kecurigaan ke arah karsinoma tiroid
medulare atau neoplasia endokrin multipel 2, pemeriksaan kadar
kalsitonin tidak dianjurkan pada pemeriksaan rutin. Pemeriksaan
imunohistokimia biasanya juga tidak dapat membedakan lesi jinak dari
lesi ganas.1
c. Pencitraan
Pencitraan pada noudl tiroid tidak dapat menentukan jinak atau
ganas, tetapi dapat membantu mengarahkan dugaan nodul tiroid
tersebut cenderung jinak atau ganas. Modalitas pencitraan yang sering
digunakan padanurul tiroid adalah sidik (sintigrafi) tiroid dan USG.
Sintigrafi tiroid pada keganasan hanya memberikan gambaran
hipofungsi atau nodul dingin, sehingga dikatakan tidak spesifik dan
tidak diagnostik. Sintigragi tiroid dapat dialkukan dengan enggunakan
2 macam isotop, yaitu iodium radioaktif (123-I) dan technetium
pertechnetate (99m-Tc). Iodium radioaktif lebih banhyak digunakan
dalam evaluasi fungsi tiroid, sedangkan technetium pertechnetate lebih
digunakan untuk evaluasi anatominya. Pada sintigrafi tiroid, kurang
lebih 80-85% memberikan hasil dingin (cold) dan 10-15% dari
kelompok ini kemungkinan ganas. Nodul panas (hot) ditemukan
sekitar 5% dengan resiko ganas paling rendah, sedang nodul hangat
(warm) terdapat 10-15% dari seluruh nodul dengan kemungkinan
ganas lebih rendah dari 10%.1
USG pada evaluasi awal nodul tiroid dilakukan untuk
menentukan ukuran dan jumlah nodul, meski sebenarnya USG tidak
dapat membedakan nodul jinak dari yang ganas. USG pada nodul
tiroid yang dingin sebagian besar akan menghasilkan gambaran solid,

20

campuran solid-kistik, dan sedikit kista simpel. USG juga dikerjakan


untuk menentukan multinodularis yang tidak teraba dengan palpasi.1
Modalitas pencitraan lain seperti CT scan dan MRI tidak
direkomendasikan untuk evaluasi keganasan tiroid, karena di samping
tidak memberikan keterangan berarti untuk diagnosis, juga sangat
mahal. CT scan atau MRI baru dilakukan jika ingin mengetahui adanya
perluasan struma substernal atau terdapat kompresi trakhea.
d. Terapi supresi tiroksin (untuk diagnosis)
Salah satu cara meminimalisasi hasil negatif palsu pada
BAJAH ialah dengan terapi supresi TSH dengan tiroksin. Yang
dimaksud terapi supresi TSH dengan L-tiroksin adalah menekan
sekresi TSH dari hipofisis sampai kadar TSH di bawah batas nilai
terendah angka normal. Rasionalitas supresi TSH berdasarkan bukti
bahwa TSH merupakan stimulator kuat untuk fungsi kelenjar tiroid dar
pertumbuhannya. Cara ini diharapkan dapat memisahkan nodul yang
memberikan respon dan tidak, dan kelompok terakhir ini lebih besar
kemungkinan ganasnya. Tetapi dengan adanya reseptor TSH di sel-sel
karsinoma tiroid, maka terapi tersebut juka akan memberikan
pengecilan tiroid. Ini terbukti dari 13-15% pasien karsinoma tiroid
mengecil dengan terapi supresi. Oleh karena itu tidak ada atau adanya
respon terhadap supresi TSH tidak dengan sendirinya secara pasti
menyingkirkan keganasan.1
Berdasarkan data-data pada evaluasi klinis dan pemeriksaan
penunjang, maka dapat diduga kecenderungan suatu nodul tiroid jinak atau
ganas pada tabel berikut.
Tabel 2. Kecenderungan Keganasan Suatu Nodul Tiroid
Faktor Resiko
Usia tua
Anak-anak
Pria
Wanita
Radiasi pengion masa

Resiko Rendah
1
2

Resiko Tinggi
4
5
x
x
x

x
x

21

anak-anak
Riwayat keluarga
Massa kistik
Massa solid
Nodul multipel
Nodul soliter
Berkembang cepat
Berkembang pelan
Nodul panas
Nodul dingin
Nodul hangat
BAJAH (-)
BAJAH (+)
KGB servikal
Respon komplit terhadap
terapi supresi
Respon parsial terhadap
terapi supresi
Respon neatif terhadap

x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x

terapi supresi
e. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi merupakan pemeriksaan diagnostik
utama jaringan diperiksa setelah dilakukan tindakan lobektomi atau
isthmolobektomi. Untuk kasus inoperabel, sediaan histopatologi diambil
dari tindakan biopsi insisi.
I. Diagnosa Banding
1. Struma difusa toksik (Basedow = Graves disease) merupakan
pembesaran kelenjar tiroid yang umumnya difus. Terdapat gejala
hipertiroid yang jelas berupa berdebar-debar, gelisah, palpitasi, banyak
keringat, kulit halus dan hangat, tremor, kadang-kadang dijumpai
exopthalmus, dll.
2. Struma nodosa non toksik, dapat multinodosa atau soliter dan uninodosa.
Disebabkan kekurangan masukan iodium dalam makanan (biasanya di
daerah pegunungan) atau dishormogenesis (= defek bawaan).

22

3. Tiroiditis subakut, biasanya sehabis infeksi saluran pernafasan.


Pembesaran yang terjadi simetris dan nyeri dengan gejala-gejala
penurunan berat badan, nervositas, disfagia, dan otalgia.
4. Tiroiditis Riedel, terutama terdapat pada wanita berupa < 20 tahun.
Gejalanya terdapat nyeri, disfagia, paralysis laring dan pembesaran tiroid
unilateral yang keras seperti batu atau papan yang melekat ke jaringan
sekitarnya.
5. Struma Hashimoto, sering pada wanita. Merupakan penyakit autoimun.
Biasanya ditandai oleh adanya benjolan struma difusa disertai keadaan
hipotiroid, tanpa rasa nyeri. Pada kasus yang jarang dapat terjadi
hipertiroid.
6. Karsinoma paratiroid, biasanya teraba, terdapat metastasis ke tulang,
kadar kalsium naik, dan batu ginjal bisa ditemukan.
7. Limfoma malignum

J. Penatalaksanaan
Perbedaan pendapat terjadi berkaitan dengan perlu tidaknya reseksi luas
untuk kasus kanker tiroid papiler dan folikuler, perlu tidaknya diseksi
kelenjar getah bening leher, supresi hormon pos reseksi dan penggunaan
Pasien with a thyroid nodule

yang tepat terapi radioaktif. Sampai saat ini belum ada satu penelitian uji
History,
physical
and
thyroid
function
tests Consider
klinis
prospektif
yang
bisa
menjawab
perbedaan
pendapatsurgery
ini.

FNA
Benign

Malignant

Observation

Surgery

Intermediated

Nondiagnostic
U/S guided FNA

Hyperthyroid
Normal or hipothyroid
Surgery of thyroid scan
Surgery
Still nondiagnostic
Hot

Cold

I 131

Surgery

Very low risk

Others

Observation

Surgery

23

Gambar 4. Penatalaksanaan nodul tiroid


1

Operatif
TYPE

CLASS

Papillary, follicular

I , < 1 cm

Papillary, follicular
Papillary, follicular
Papillary, follicular

I , > 1 cm, or
multicentic, or
post radiation
II
III
IV

Medullary

Any

Anaplastic

Any

Papillary, follicular

OPERATION
Lobectomy +/- kontralateral
STT (if tumour is detected in a
resected spesimen, do not
reoperate)
NTT
NTT + MND
Resection with mutilation
Resection with mutilation
NTT, MND, see later discution
of extensive nod edissection
TT or tumor resection if
possible

*STT : Subtotal Thyroidectomy


**NTT : Near total Thyroidectomy
***MND : Modified Neck

Jenis-jenis operasi pada keganasan tiroid adalah: (Cooper, 2009;


Doherty, 2006)
o Tiroidektomi totalis
Pengangkatan semua lobus tiroid beserta KGB sekitarnya
o Tiroidektomi subtotal
Pengangkatan sebagian besar lobus kanan dan sebagian besar lobus
kiri ( multinoduler ) dari jaringan tiroid dengan masing-masing
disisakan kapsul posterior kurang lebih 3 gram yang berlokasi di
bagian posterior dari kedua lobus dimana dekat dengan nervus
rekurens dan glandula paratiroid.
o Near total tiroidektomi
Pengangkatan hampir seluruh jaringan kelenjar tiroid dengan
meninggalkan sebagian kecil jaringan. Near total tiroidektomi dapat

24

dilakukan untuk mengurangi resiko kerusakan nervus laringeal rekuren


atau glandula paratiroid.
o Lobektomi totalis
Pengangkatan satu lobus tiroid kiri atau kanan
o Subtotal lobektomi
Pengangkatan sebagian besar lobus kanan atau kiri dengan disisakan
kapsul posterior lalu disisakan 3 gram
o Ismolobektomi
Pengangkatan satu atau dua lobus tiroid dengan ismus

o Radical Neck Dissection (RND)


Pengangkatan seluruh tumor ganas dan KGB sekitar dari level 1 5
serta jaringan limfoid di daerah leher sisi yang bersangkutan dengan
batas-batas:

Batas atas : margo inferior mandibula

Batas belakang : M. Trapezius

Batas bawah : antara Clavicula dengan midline sternum

Batas Medial : garis tengah leher

Dasar : M. Scalenus

Batasan level :
o Level 1 : Submandibularis dan Submentalis
o Level 2: Upper Jugularis
o Level 3: Mid Jugularis
o Level 4: Lower Jugularis
o Level 5: Post triangle
Yang juga menyertakan N. Acessorius, V. Jugullaris Interna et Externa,
M. Sternocleidomastoideus, dam M. Omohyoideus, kelenjar ludah
submandibularis, dan parotis.
o Selective Neck Disection (SND) : sebanyak 3 level nodus yang
direseksi.

25

Supra-omohyoid type (SOHND)


Lateral type
Posterolateral type
Anterior compartment type
o Limited Neck Disection : level nodus yang direseksi tidak lebih dari 2
Tujuan penatalaksaan benjolan tiroid adalah melakukan eksisi pada
keganasan dan mencegah pembedahan yang tidak perlu dilakukan.
Beberapa indikasi untuk melakukan pembedahan pada benjolan tiroid
adalah:
a Hasil pemeriksaan sitologi (BAJAH) ganas, curga ganas ataupun
b

neoplasma folikuler
Nodul tiroid dengan tanda invasi lokal seperti serak, terfiksir,

pembesaran kgb servikal


Nodul tiroid pada pasien usia dibawah 20 tahun atau lebih 60 tahun

dengan hasil BAJAH atipia


Nodul tiroid dengan pasien riwayat mendapat terapi radiasi pada

daerah leher.
Strauma multinodular dengan gejala penekanan (disfagia, serak,
gangguan pernapasan terutama saat berbaring).
Prinsip terapi pada kanker tiroid adalah operasi (reseksi). Tindakan

reseksi bervariasi mulai dari ismolobektomi sampai total tiroidektomi


dan diseksi kelenjar getah bening berdasarkan level yang terkena.
Luasnya reseksi tiroid pada jenis kanker tiroid yang berdifernsiasi baik
masih dipertentangkan oleh para ahli. Konsensus yang sering dipakai
dalam menentukan luasnya reseksi adalah sistem AMES (Age,
Metastasis, Extent, Size) yang membagi pasien ke dalam faktor risiko
tinggi dan rendah. Sistem lain adalah AGES (Age, Grade, Extent, Size)
dan MACIS (Metastasis, Age, Completenes of Resection, Invasion,
Size).
Karsinoma tiroid bilateral terjadi sekitar 85%, dan 5-10% rekurensi
terjadi pada lobus kontralateral, adanya jaringan tiroid sisa, lebih jarang
terjadi pada total tiroidektomi sehingga mengurangi penggunaan
tyroglobulin sebagai marker pada penyakit yang persisen atau rekuren.
Iodium radioaktif biasa digunakan untuk mendeteksi dan mengobati
26

adanya jaringan tiroid sisa dan yang rekuren setelah total tiroidektomi.
Tiroidektomi merupakan operasi yang aman jika dikerjakan oleh ahli
bedah yang berpengalaman dalam bidang ini. komplikasi yang dapat
terjadi adalah perdarahan. Cedera n.laringeus, dan terangkatnya kelenjar
paratiroid.
FOLLOW UP PASCA OPERASI
Follow-up :
Tahun ke 1

: tiap 3 bulan

Tahun ke 2

: tiap 4 bulan

Tahun ke 3, 4

: tiap 6 bulan

Tahun ke 5

: setiap tahun

Yang dievaluasi setiap kali follow up:


Leher tonjolan tiroid
Klinis dan faal tiroid ( T3,T4,TSH) setiap kontrol
2

Non operatif
a

Radioterapi (Doherty, 2006; Cooper, 2009)


Radioterapi digunakan sebagai terapi kuratif maupun bersifat
adjuvan. Lapangan radiasi juga mencakup jaringan limfonodus dan
pembuluh darah yang menjadi risiko utama untuk metastase tumor.
Walaupun radiasi ini akan mengenai seluruh sel, tetapi umumnya sel
normal lebih tahan terhadap radiasi dibandingkan dengan sel kanker.
Bila tumor sudah inoperabel atau pasien menolak operasi lagi
untuk lobus kontralateral,dilakukan:
a. Radiasi interna dengan I131
Pada karsinoma yang berdiferensiasi baik dapat diberikan radiasi
interna dengan I131 pada keadaan :

Post total tiroidektomi dengan adanya metastase jauh

Pada operasi total tiroidektomi yang kurang bersih dan terbukti


pada pemeriksaan scanning setelah operasi

Pada post operasi yang secara makroskopik masih ada sisa-sisa


tumor (operasi debulking)

27

b. Radiasi externa, memberikan hasil yang cukup baik untuk tumortumor inoperabel atau anaplastik yang tidak berafinitas terhadap I131.
Radiasi eksterna diberikan pada karsinoma tiroid dengan residu cukup
besar dan tidak mungkin dilakukan operasi lagi. Radiasi eksterna
menggunakan Cobalt-60 sebagai terapi paliatif
Dosis yan digunakan adalah sebagai berikut:

Dosis kecil, yaitu sebesar 5-30 millicuries (mCi) pada penderita


hipertiroid

Dosis sedang yaitu 25-75 mCi digunakan untuk mengecilkan


ukuran tiroid yang membesar tetapi mempunyai fungsi yang
normal.

Dosis besar yaitu 30-200mCi digunakan untuk menghancurkan sel


kanker tiroid.

Kemoterapi
Tidak banyak berperan. Diberikan pada karsinoma anaplastik karena
radiasi internal dan hormonal tidak bermanfaat lagi. Obat yang
diberikan adalah adriamisin tunggal atau kombinasi dengan
cyspaltinum

Hormonal Terapi
Sifat pemberian terapi ini adalah untuk suplementasi setelah total
tiroidektomi, di samping untuk suplementasi kebutuhan, terapi
hormonal bertujuan menekan TSH yang diduga ikut berperan dalam
merangsang proliferasi pertumbuhan sel-sel maligna. Hormon yang
diberikan ialah preparat tiroksin atau triyodo tiroksin. Terapi supresi
L-tiroksin terhadap sekresi TSH dalam jangka panjang dapat
memberikan efek samping di berbagai organ target, seperti tulang
(meningkatnya bone turnover, bone loss), dan jantung.14

K. Prognosis
Prognosis karsinoma papiler baik, 10-year survival lebih dari 90% dan
untuk pasien muda lebih dari 98%. Perbandingan relatif area-area papiler dan
folikular tidak berhubungan dengan prognosis, tetapi invasi vaskular dan
28

nuklear atypia mungkin merupakan tanda-tanda prognostik yang berlawanan.


Sedangkan pada tall-cell variant dan columnar cell variant prognostiknya
sangat jelek oleh karena memiliki behavior yang sangat agresif. Karsinoma
folikular lebih agresif daripada karsinoma papiler. Prognosis bergantung pada
invasi jauh dan staging. Secara langsung berhubungan dengan ukuran tumor
(<1,0cm mempunyai prognosis yang baik). Lebih dari setengah penderita
meninggal dunia dalam 10 tahun tetapi hal ini bervariasi tergantung pada
derajat invasi tumor ke dalam pembuluh darah, kapsul tumor, atau jaringan
sekitarnya.
Gambaran klinis umum berhubungan dengan prognosis bergantung
pada usia, ukuran tumor, perluasan keluar dari tiroid, pembedahan yang
komplet dan metastasis jauh. Efek prognostik yang berlawanan pada usia tua
ditekankan terhadap ukuran tumor yang besar dan perluasan ekstraglandular
dari tumor.

29

BAB III
KESIMPULAN
1. Kanker tiroid merupakan penyakit keganasan yang paling sering ditemukan
pada sistim endokrin (sekitar 90% dari seluruh keganasan endokrin) dengan
perbandingan angka kejadian antara wanita dan pria antara 2:1 sampai 3:1.
2. Terdapat empat jenis kanker tiroid yang paling banyak ditemukan:
adenokarsinoma papilare, adenokarsinoma folikuler, adenokarsinoma meduler,
dan adenokarsinoma anaplastik.
3. Secara klinis, suatu nodul tiroid diperkirakan ganas jika: usia dibawah 20
tahun atau diatas 50 tahun; riwayat radiasi daerah leher sewaktu kanak-kanak;
terdapat disfagia, sesak nafas, perubahan suara; nodul soliter, pertumbuhan
cepat, konsistensi keras; terdapat pembesaran kelenjar getah bening leher;
terdapat tanda-tanda metastasis jauh.
4. Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk diagnostik keganasan
pada tiroid adalah BAJAH, USG, dan respon terapi supresif tiroksin; dengan
BAJAH yang paling unggul spesivitas dan sensitivitasnya.
5. Pengelolaan kanker tiroid adalah dengan tindakan operasi, terapi ablasi
menggunakan Iodium radioaktif, dan terapi supresi L-tiroksin, serta
kemoterapi.

30

DAFTAR PUSTAKA
1. Subekti I. 2009. Karsinoma Tiroid. Dalam: Sudoyo et al (Editor). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing. Halaman
2031-2037.
2. Pellegriti G, Frasca F, Regalbuto C, Squatrito S, Vigneri R. 2013.
Worldwide Increasing Incidence of Thyroid Cancer: Update on
Epidemiology and Risk Factors. Journal of Cancer Epidemiology, vol.
2013, Article ID 965212, 10 pages, 2013. doi:10.1155/2013/965212.
3. SEER (Surveillance, Epidemiology, and End Results Program) of National
Cancer Institute of United States of America. 2014. SEER Stat Fact Sheets:
Thyroid Cancer. Diperoleh dari http://seer.cancer.gov/
statfacts/html/thyro.html.
4. Peraboi. 2010. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid. Jakarta : Sagung
Seto.
5. Sjamsuhidajat R & de Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Kedua.
Jakarta: EGC.
6. McDougall, I.R. 2006. Thyroid Cancer: Epidemiology and Overview. In:
Management of Thyroid Cancer and Related Nodular Disease. London:
Springer.
7. Harahap, Wisma. 2008. Keganasan pada Kelenjar Tiroid dalam Supplement
Majalah Kedokteran Andalas. Padang: Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas. Hal: 34-49
8. Moor KL. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates.
9. Eroschenko VP. 2010. Atlas Histologi diFiore: Dengan Korelasi Fungsional
(Edisi 11). Jakarta: EGC.

31

10. Ganong, W.F. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
11. Keith, M. 2014. Papillary Thyroid Carcinoma. Available from :
http://www.emedicine.com. Diakses pada tanggal 25 April 2015
12. Luigi, S. 2015. Follicular Thyroid Carcinoma. Available from :
http://www.emedicine.com. Diakses pada tanggal 25 April 2015
13. Anastasios, K. 2014. Medullary Thyroid Carcinoma. Available from :
http://www.emedicine.com. Diakses pada tanggal 25 April 2015
14. Cooper DS, Doherty GM, Haugen BR, et al.. 2009. Revised American
Thyroid Association Management Guidelines for Patients with Thyroid
Nodules and Differentiated Thyroid Cancer. Thyroid Research Articles. 19 :
1.

32

Anda mungkin juga menyukai