PENDAHULUAN
Keganasan pada tiroid, atau yang lazim disebut karsinoma atau kanker
tiroid, merupakan penyakit keganasan yang tidak jarang ditemukan. Sebagian
besar pertumbuhan dan perjalanan penyakit lambat sehingga morbiditas dan
mortalitasnya rendah, namun ada yang pertumbuhannya sangat cepat dengan
prognosa yang fatal. Kanker tiroid merupakan penyakit keganasan yang paling
sering ditemukan pada sistim endokrin, sekitar 90 % dari seluruh keganasan
endokrin. Proporsi kanker tiroid terhadap seluruh penyakit keganasan pada
manusia adalah sekitar 1,1 %, dan biasanya terjadi sekitar 0,85% dari keganasan
pada laki-laki dan 2,5% pada perempuan.1
Prevalensi kanker tiroid di seluruh dunia cenderung mengalami
peningkatan dari dekade ke dekade kecuali di Benua Afrika yang masih sedikit
terdapat data. Di Amerika Serikat, prevalensi kanker tiroid pada tahun 2012
sekitar 601.789 kasus serta temuan kasus baru setiap tahunnya sekitar 13,5 kasus
per 100.000 orang dengan angka kematian sebesar 0,5 per 100.000 orang per
tahun. Di Indonesia, data prevalensi karsinoma tiroid belum banyak disajikan,
akan tetapi berdasarkan Pathological Based Registration kanker tiroid
merupakan kanker dengan insidensi tertinggi urutan ke sembilan.2,3,4
Secara klinis, antara nodul tiroid yang ganas dengan yang jinak sering sulit
dibedakan, bahkan baru dapat dibedakan setelah didapatkan hasil evaluasi sitologi
preparat biopsi jarum halus atau histopatologi dari jaringan kelenjar tiroid yang
diambil saat operasi. Secara histopatologi, karsinoma tiroid yang bersifat primer
dapat berasal dari sel-sel parenkim maupun stroma kelenjar tiroid. Sebagian besar
karsinoma tiroid berasal dari sel epitel folikel, sedangkan lainnya berasal dari sel
parafolikel, jaringan limfoid maupun unsur jaringan lainnya. Terdapat empat jenis
karsinoma tiroid yang paling sering ditemukan (meliputi 90% seluruh keganasan
tiroid), yaitu karsinoma folikuler tiroid, karsinoma papilar tiroid, karsinoma
medular tiroid, karsinoma berdiferensiasi buruk atau anaplastik. Karsinoma
papiler merupakan kasus tersering (75%-85% kasus), urutan berikutnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Karsinoma tiroid merupakan keganasan pada kelenjar tiroid.
Keganasan tiroid dikelompokkan menjadi karsinoma tiroid berdeferensiasi
baik, yaitu bentuk papiler, folikuler, atau campuran keduanya, karsinoma
meduler yang berasal dari sel parafolikuler yang mengeluarkan kalsitonin
(APUD-oma), dan karsinoma berdeferensiasi buruk/anaplastik. Karsinoma
sekunder pada kelenjar tiroid sangat jarang dijumpai. Perubahan dari struma
endemik menjadi karsinoma anaplastik .dapat terjadi terutama pada usia
lanjut.5
B. Epidemiologi
Karsinoma tiroid agak jarang ditemukan, yaitu sekitar 3-5% dari
semua tumor maligna. Insiden karsinoma tiroid diperkirakan berkisar antara
36-60 kasus per 1.000.000 populasi per tahun. Di Amerika Serikat, prevalensi
karsinoma tiroid pada tahun 2012 sekitar 601.789 kasus dengan insidensi
temuan kasus baru setiap tahunnya sekitar 13,5 kasus per 100.000 orang dan
angka kematian sebesar 0,5 per 100.000 orang per tahun. Di Indonesia
karsinoma tiroid merupakan kanker dengan insidensi tertinggi urutan ke
sembilan. Insidensi karsinoma tiroid lebih tinggi di negara dengan struma
endemik, terutama jenis folikuler dan jenis berdiferensiasi buruk/anaplastik
(25% ditemukan pada struma nodusa). Karsinoma tiroid ditemukan pada
semua usia dengan puncaknya pada usia muda (7-20 tahun) dan usia setengah
baya (40-60 tahun). Karsinoma jarang ditemukan pada anak-anak dan insiden
meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Rasio perbandingan insiden
antara wanita dan pria dilaporkan 2,5 : 1.3-5
Keganasan pada tiroid menempati urutan ke-9 dari sepuluh keganasan
tersering di Indonesia. Angka insidensi bervariasi di seluruh dunia, yaitu
dari 0,5-10 jiwa per 100.000 populasi. Pada tahun 2004 American Cancer
Society memperkirakan terdapat lebih kurang 22.500 kasus baru karsinoma
Usia
Kanker tiroid dapat terjadi pada orang dengan usia berapapun, tetapi
banyak kasus dari karsinoma papiliferum dan folikular ditemukan antara
usia 20 dan 60 tahun. Faktor resiko ini terkait dengan jenis histopatologis
karsinoma tiroid. Anak-anak usia dibawah 20 tahun dengan nodul tiroid
dingin mempunyai resiko keganasan dua kali lebih besar dibanding
kelompok dewasa.
2
Ras
Di Amerika, orang kulit hitam memiliki resiko 1,8 kali lebih tinggi
dibandingkan orang kulit putih. Tetapi secara umum, di dunia tidak ada
perbedaan ras untuk resiko karsinoma tiroid.
Faktor genetic
Riwayat penyakit serupa dalam keluarga
Diet
Daerah endemik goiter mempunyai resiko karsinoma lebih tinggi,
terutama untuk yang tipe folikuler dan papiliferum. Umumnya orang
dewasa memerlukan yodium hanya 100mcg/hari dan dengan pemberian
suplementasi yodium dapat menurunkan resiko terkena goiter.
E. Relevansi Anatomi-Fisiologi
1. Anatomi tiroid
Kelenjar tiroid terletak dibagian bawah leher, antara fascia koli
media dan fascia prevertebralis (Gambar 1). Di dalam ruang yang sama
terletak trakea, esofagus, pembuluh darah besar, dan saraf. kelenjar yang
kecil, berbentuk seperti kupu-kupu dan terletak di leher tepat di bawah
jakun ( adams apple ), yaitu antara fasia koli media dan fasia
prevertebralis dengan banyak pembuluh darah. terdiri atas dua lobus,
terletak setinggi tulang vertebra servikal kelima sampai vertebra torakalis
pertama. Kelenjar tiroid dihubungkan oleh istmus yang menutupi cincin
trakea 2 dan 3. Setiap lobus tiroid yang berbentuk lonjong berukuran
panjang 2,5 - 4 cm, lebar 1,5 2 cm dan tebal 1 1,5 cm. Berat kelenjar
tiroid dipengaruhi oleh berat badan dan masukan yodium. Pada orang
dewasa beratnya bervariasi sekitar 25 30 gram (lebih berat pada wanita).
Kelenjar tiroid membesar saat menstruasi dan hamil. Keempat kelenjar
paratiroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tiroid.8
Trapping
Proses ini terjadi melalui aktivitas pompa iodida yang terdapat pada
bagian basal sel folikel. Dimana dalam keadaan basal, sel tetap
berhubungan dengan pompa Na/K tetapi belum dalam keadaan aktif.
Pompa iodida ini bersifat energy dependent dan membutuhkan ATP. Daya
pemekatan konsentrasi iodida oleh pompa ini dapat mencapai 20-100 kali
kadar dalam serum darah. Pompa Na/K yang menjadi perantara dalam
transport aktif iodida ini dirangsang oleh TSH.
2
Oksidasi
Sebelum iodida dapat digunakan dalam sintesis hormon, iodida tersebut
harus dioksidasi terlebih dahulu menjadi bentuk aktif oleh suatu enzim
peroksidase. Bentuk aktif ini adalah iodium. Iodium ini kemudian akan
bergabung dengan residu tirosin membentuk monoiodotirosin yang telah
ada dan terikat pada molekul tiroglobulin (proses iodinasi). Iodinasi
tiroglobulin ini dipengaruhi oleh kadar iodium dalam plasma. Sehingga
makin tinggi kadar iodium intrasel maka akan makin banyak pula
iodium yang terikat sebaliknya makin sedikit iodium di intra sel, iodium
yang terikat akan berkurang sehingga pembentukan T3 akan lebih banyak
daripada T4.
Coupling
Dalam molekul tiroglobulin, monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin
(DIT) yang terbentuk dari proses iodinasi akan saling bergandengan
(coupling) sehingga akan membentuk triiodotironin (T3) dan tiroksin
(T4). Komponen tiroglobulin beserta tirosin dan iodium ini disintesis
dalam koloid melalui iodinasi dan kondensasi molekul tirosin yang
terikat pada ikatan di dalam tiroglobulin. Tiroglobulin dibentuk oleh selsel tiroid dan dikeluarkan ke dalam koloid melalui proses eksositosis
granula.
Penimbunan (storage)
Produk yang telah terbentuk melalui proses coupling tersebut kemudian
akan disimpan di dalam koloid. Tiroglobulin (dimana di dalamnya
mengandung T3 dan T4), baru akan dikeluarkan apabila ada stimulasi
TSH.
Deiodinasi
Proses coupling yang terjadi juga menyisakan ikatan iodotirosin. Residu
ini kemudian akan mengalami deiodinasi menjadi tiroglobulin dan residu
tirosin serta iodida. Deiodinasi ini dimaksudkan untuk lebih menghemat
pemakaian iodium.
Proteolisis
TSH yang diproduksi oleh hipofisis anterior akan merangsang
pembentukan vesikel yang di dalamnya mengandung tiroglobulin. Atas
pengaruh TSH, lisosom akan mendekati tetes koloid dan mengaktifkan
enzim protease yang menyebabkan pelepasan T3 dan T4 serta deiodinasi
MIT dan DIT.
2
3
4
5
6
Tipe
Papiler
Folikuler
Meduler
Anapastik
Asal sel
Epitel
Epitel
Parafolikuler
Epitel
Diferensiasi
Baik
Baik
Sedang
Buruk
Penyebaran
Limfatik
Hematogen
Limfatik dan hematogen
Langsung, limfatik dan hematogen
Klasifikasi
berdeferensiasi baik
epitelial
adenokarsinoma papilare.
adenokarsinoma folikuler.
berdiferensiasi buruk/anaplastik
karsinoma sel kecil.
Karsinoma tiroid
nonepitelial
sarcoma
metastatik tumor
teratoma maligna
11
T0
T1
= Tumor dengan ukuran 2cm atau kurang, masih terbatas pada tiroid
T2
= Tumor dengan ukuran lebih dari 2cm namun tidak lebih dari 4cm,
masih terbatas pada tiroid
T3
T4a
= Tumor dengan ukuran berapa saja yang telah meluas keluar kapsul
tiroid hingga menginvasi subcutaneous soft tissue, larynx, trachea,
esophagus, atau recurrent laryngeal nerve
T4b
T4b
N0
N1
12
M0
M1
N0
M0
N0
M0
N0
M0
N1a M0
N1a M0
N1a M0
N0
M0
N1a M0
N1b M0
N1b M0
N1b M0
N1b M0
Any N M0
Any N M1
13
Medullary Carcinoma
Stage I
T1
Stage II
T2
Stage III
T3
T1
T2
T3
Stage IVA
T4a
T4a
T1
T2
T3
T4a
Stage IVB
T4b
Stage IVC
Any T
N0
M0
N0
M0
N0
M0
N1a M0
N1a M0
N1a M0
N0
M0
N1a M0
N1b M0
N1b M0
N1b M0
N1b M0
Any N M0
Any N M1
Anaplastic Carcinoma
All anaplastic carcinomas are considered Stage IV
Stage IVA
T4a Any N M0
Stage IVB
T4b Any N M0
Stage IVC
Any T Any N M1
CLINICAL STAGE
I : Intrathyroidal
II: Cervical adenopathy
III: Locally invasive disease
IV: Distant metastases
COMPERABLE TNM
CLASSIFICATION
T0, T1, T2, N0, M0
T0-T2, N0, N1a, N1b, M0
T3, T4a, T4b, M0
M1
14
15
16
17
18
19
20
Resiko Rendah
1
2
Resiko Tinggi
4
5
x
x
x
x
x
21
anak-anak
Riwayat keluarga
Massa kistik
Massa solid
Nodul multipel
Nodul soliter
Berkembang cepat
Berkembang pelan
Nodul panas
Nodul dingin
Nodul hangat
BAJAH (-)
BAJAH (+)
KGB servikal
Respon komplit terhadap
terapi supresi
Respon parsial terhadap
terapi supresi
Respon neatif terhadap
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
terapi supresi
e. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi merupakan pemeriksaan diagnostik
utama jaringan diperiksa setelah dilakukan tindakan lobektomi atau
isthmolobektomi. Untuk kasus inoperabel, sediaan histopatologi diambil
dari tindakan biopsi insisi.
I. Diagnosa Banding
1. Struma difusa toksik (Basedow = Graves disease) merupakan
pembesaran kelenjar tiroid yang umumnya difus. Terdapat gejala
hipertiroid yang jelas berupa berdebar-debar, gelisah, palpitasi, banyak
keringat, kulit halus dan hangat, tremor, kadang-kadang dijumpai
exopthalmus, dll.
2. Struma nodosa non toksik, dapat multinodosa atau soliter dan uninodosa.
Disebabkan kekurangan masukan iodium dalam makanan (biasanya di
daerah pegunungan) atau dishormogenesis (= defek bawaan).
22
J. Penatalaksanaan
Perbedaan pendapat terjadi berkaitan dengan perlu tidaknya reseksi luas
untuk kasus kanker tiroid papiler dan folikuler, perlu tidaknya diseksi
kelenjar getah bening leher, supresi hormon pos reseksi dan penggunaan
Pasien with a thyroid nodule
yang tepat terapi radioaktif. Sampai saat ini belum ada satu penelitian uji
History,
physical
and
thyroid
function
tests Consider
klinis
prospektif
yang
bisa
menjawab
perbedaan
pendapatsurgery
ini.
FNA
Benign
Malignant
Observation
Surgery
Intermediated
Nondiagnostic
U/S guided FNA
Hyperthyroid
Normal or hipothyroid
Surgery of thyroid scan
Surgery
Still nondiagnostic
Hot
Cold
I 131
Surgery
Others
Observation
Surgery
23
Operatif
TYPE
CLASS
Papillary, follicular
I , < 1 cm
Papillary, follicular
Papillary, follicular
Papillary, follicular
I , > 1 cm, or
multicentic, or
post radiation
II
III
IV
Medullary
Any
Anaplastic
Any
Papillary, follicular
OPERATION
Lobectomy +/- kontralateral
STT (if tumour is detected in a
resected spesimen, do not
reoperate)
NTT
NTT + MND
Resection with mutilation
Resection with mutilation
NTT, MND, see later discution
of extensive nod edissection
TT or tumor resection if
possible
24
Dasar : M. Scalenus
Batasan level :
o Level 1 : Submandibularis dan Submentalis
o Level 2: Upper Jugularis
o Level 3: Mid Jugularis
o Level 4: Lower Jugularis
o Level 5: Post triangle
Yang juga menyertakan N. Acessorius, V. Jugullaris Interna et Externa,
M. Sternocleidomastoideus, dam M. Omohyoideus, kelenjar ludah
submandibularis, dan parotis.
o Selective Neck Disection (SND) : sebanyak 3 level nodus yang
direseksi.
25
neoplasma folikuler
Nodul tiroid dengan tanda invasi lokal seperti serak, terfiksir,
daerah leher.
Strauma multinodular dengan gejala penekanan (disfagia, serak,
gangguan pernapasan terutama saat berbaring).
Prinsip terapi pada kanker tiroid adalah operasi (reseksi). Tindakan
adanya jaringan tiroid sisa dan yang rekuren setelah total tiroidektomi.
Tiroidektomi merupakan operasi yang aman jika dikerjakan oleh ahli
bedah yang berpengalaman dalam bidang ini. komplikasi yang dapat
terjadi adalah perdarahan. Cedera n.laringeus, dan terangkatnya kelenjar
paratiroid.
FOLLOW UP PASCA OPERASI
Follow-up :
Tahun ke 1
: tiap 3 bulan
Tahun ke 2
: tiap 4 bulan
Tahun ke 3, 4
: tiap 6 bulan
Tahun ke 5
: setiap tahun
Non operatif
a
27
b. Radiasi externa, memberikan hasil yang cukup baik untuk tumortumor inoperabel atau anaplastik yang tidak berafinitas terhadap I131.
Radiasi eksterna diberikan pada karsinoma tiroid dengan residu cukup
besar dan tidak mungkin dilakukan operasi lagi. Radiasi eksterna
menggunakan Cobalt-60 sebagai terapi paliatif
Dosis yan digunakan adalah sebagai berikut:
Kemoterapi
Tidak banyak berperan. Diberikan pada karsinoma anaplastik karena
radiasi internal dan hormonal tidak bermanfaat lagi. Obat yang
diberikan adalah adriamisin tunggal atau kombinasi dengan
cyspaltinum
Hormonal Terapi
Sifat pemberian terapi ini adalah untuk suplementasi setelah total
tiroidektomi, di samping untuk suplementasi kebutuhan, terapi
hormonal bertujuan menekan TSH yang diduga ikut berperan dalam
merangsang proliferasi pertumbuhan sel-sel maligna. Hormon yang
diberikan ialah preparat tiroksin atau triyodo tiroksin. Terapi supresi
L-tiroksin terhadap sekresi TSH dalam jangka panjang dapat
memberikan efek samping di berbagai organ target, seperti tulang
(meningkatnya bone turnover, bone loss), dan jantung.14
K. Prognosis
Prognosis karsinoma papiler baik, 10-year survival lebih dari 90% dan
untuk pasien muda lebih dari 98%. Perbandingan relatif area-area papiler dan
folikular tidak berhubungan dengan prognosis, tetapi invasi vaskular dan
28
29
BAB III
KESIMPULAN
1. Kanker tiroid merupakan penyakit keganasan yang paling sering ditemukan
pada sistim endokrin (sekitar 90% dari seluruh keganasan endokrin) dengan
perbandingan angka kejadian antara wanita dan pria antara 2:1 sampai 3:1.
2. Terdapat empat jenis kanker tiroid yang paling banyak ditemukan:
adenokarsinoma papilare, adenokarsinoma folikuler, adenokarsinoma meduler,
dan adenokarsinoma anaplastik.
3. Secara klinis, suatu nodul tiroid diperkirakan ganas jika: usia dibawah 20
tahun atau diatas 50 tahun; riwayat radiasi daerah leher sewaktu kanak-kanak;
terdapat disfagia, sesak nafas, perubahan suara; nodul soliter, pertumbuhan
cepat, konsistensi keras; terdapat pembesaran kelenjar getah bening leher;
terdapat tanda-tanda metastasis jauh.
4. Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk diagnostik keganasan
pada tiroid adalah BAJAH, USG, dan respon terapi supresif tiroksin; dengan
BAJAH yang paling unggul spesivitas dan sensitivitasnya.
5. Pengelolaan kanker tiroid adalah dengan tindakan operasi, terapi ablasi
menggunakan Iodium radioaktif, dan terapi supresi L-tiroksin, serta
kemoterapi.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Subekti I. 2009. Karsinoma Tiroid. Dalam: Sudoyo et al (Editor). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing. Halaman
2031-2037.
2. Pellegriti G, Frasca F, Regalbuto C, Squatrito S, Vigneri R. 2013.
Worldwide Increasing Incidence of Thyroid Cancer: Update on
Epidemiology and Risk Factors. Journal of Cancer Epidemiology, vol.
2013, Article ID 965212, 10 pages, 2013. doi:10.1155/2013/965212.
3. SEER (Surveillance, Epidemiology, and End Results Program) of National
Cancer Institute of United States of America. 2014. SEER Stat Fact Sheets:
Thyroid Cancer. Diperoleh dari http://seer.cancer.gov/
statfacts/html/thyro.html.
4. Peraboi. 2010. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid. Jakarta : Sagung
Seto.
5. Sjamsuhidajat R & de Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Kedua.
Jakarta: EGC.
6. McDougall, I.R. 2006. Thyroid Cancer: Epidemiology and Overview. In:
Management of Thyroid Cancer and Related Nodular Disease. London:
Springer.
7. Harahap, Wisma. 2008. Keganasan pada Kelenjar Tiroid dalam Supplement
Majalah Kedokteran Andalas. Padang: Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas. Hal: 34-49
8. Moor KL. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates.
9. Eroschenko VP. 2010. Atlas Histologi diFiore: Dengan Korelasi Fungsional
(Edisi 11). Jakarta: EGC.
31
10. Ganong, W.F. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
11. Keith, M. 2014. Papillary Thyroid Carcinoma. Available from :
http://www.emedicine.com. Diakses pada tanggal 25 April 2015
12. Luigi, S. 2015. Follicular Thyroid Carcinoma. Available from :
http://www.emedicine.com. Diakses pada tanggal 25 April 2015
13. Anastasios, K. 2014. Medullary Thyroid Carcinoma. Available from :
http://www.emedicine.com. Diakses pada tanggal 25 April 2015
14. Cooper DS, Doherty GM, Haugen BR, et al.. 2009. Revised American
Thyroid Association Management Guidelines for Patients with Thyroid
Nodules and Differentiated Thyroid Cancer. Thyroid Research Articles. 19 :
1.
32