PENDAHULUAN
Kanker thyroid menempati sekitar 1% dari seluruh keganasan dan merupakan
keganasan endokrin yang terbanyak. Insiden pertahun kanker thyroid bervariasi di seluruh
dunia mulai dari 0,5 sampai 10 per 100.000 populasi (Cobin, 2001 ; Owen, 2003 ; Jameson,
2005 ; Sandeep, 2006). The American Cancer Society memperkirakan sekitar 17.000 kasus
baru kanker thyroid didiagnosa setiap tahunnya di Amerika Serikat (AS) dan 13.000 kasus
kematian oleh karenanya. Walaupun begitu, dengan terapi yang tepat, harapan hidup penderita
kanker thyroid sangat tinggi. Di AS, diperkirakan sekitar 190.000 penderita kanker thyroid
bertahan hidup dan bahkan lebih 40 tahun setelah didiagnosa (Cobin, 2001)
Kanker thyroid tiga kali lebih banyak pada wanita dibandingkan pria, tetapi prognosis
lebih buruk pada pria.Usia merupakan faktor prognostic penting dimana prognosisnya buruk
bila timbul pada usia < 20 tahun atau lebih dari 65 tahun. Faktor resiko penting lainnya
adalah riwayat radiasi kepala atau leher saat masih anak-anak, ukuran nodul yang besar
(>4cm), tumor yang melekat dasar atau invasi ke kelenjar limfe dan adanya metastases
(Sharma, 2004 ; Jameson, 2005).
Saat ini tata laksana penderita kanker thyroid memerlukan pendekatan multidisiplin
antara lain endocrinologist, ahli bedah thyroid, radiologist, dan kadang-kadang ahli onkologi
medik dan radiasi (Cobin, 2001 ; Sharma, 2004)
KLASIFIKASI
Kanker thyroid dibagi menjadi papillary carcinoma, follicular carcinoma, medullary
thyroid carcinoma, anaplastic carcinoma dan primary thyroid lymphoma. Papillary
carcinoma merupakan 80% dari semua keganasan thyroid disusul , follicular carcinoma
(10%), medullary thyroid carcinoma(5-10%, anaplastic carcinoma 1-2%.dan jarang sekali
Lymphoma primer(Jameson, 2005 ; Sharma, 2004 ). The Americant Joint Committee on
Cancer (AJCC) telah menyusun sistem staging dengan menggunakan klasifikasi TNM.
Tinjauan Pustaka Bagian-SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unair-RSU Dr. Soetomo
Surabaya, 3 Agustus 2007
2
Beberapa klasifikasi dan sistem staging lainnya juga digunakan secara luas, beberapa
menekankan pada gambaran histologi atau faktor resiko seperti usia atau gender (Jameson,
2005).
AJCC Staging System for Thyroid Cancers Using the TNM Classification
Papillary or follicular thyroid cancer
Stage I
Stage II
Stage III
< 45 years
> 45 years
Any T, any N, M0
Any T, any N, M1
-
Stage IV
T1, N0, M0
T2 or T3, N0, M0
T4, N0, M0
AnyT, N1, M0
Any T, any N, M1
T1, N0, M0
T2-T4, N0,M0
Any T, N1, M0
Any T, Any N, M1
Kriteria include : T, the size and extend of the primary tumor (T1 1 cm ; T2 4 cm ; T3 > 4 cm ; T4
direct invasion through the thyroid capsule) ; N, the absence (N0) or presence (N1) of regional node
involvement ; M, the absence (M0) or presence (M1) of metastases
ETIOLOGI
Karsinoma thyroid berasal dari 2 tipe sel yang terdapat pada kelenjar thyroid.
Endodermal yang berasal dari sel folikular berkembang menjadi papillar, folikular dan
kemungkinan karsinoma anaplastik. Neuroendokrin yang berasal dari sel C yang
memproduksi kalsitonin berkembang menjadi karsinoma thyroid medullar. Dan Lymphoma
thyroid berasal dari jaringan lymphoid intrathyroid (Cobin, 2001 ; Sharma, 2004)
Eksposure radiasi secara nyata meningkatkan resiko timbulnya keganasan thyroid,
utamanya karsinoma thyroid papilar. Hal ini dibuktikan dengan observasi pada anak-anak
yang terekspose radiasi selama perang dunia kedua, bencana Chernobyl dan penderita yang
mendapat terapi dosis rendah untuk terapi tumor jinak.
Diet iodium rendah tidak meningkatkan insiden kanker thyroid secara keseluruhan, walaupun
begitu, pada populasi dengan diet rendah Iodium proporsi karsinoma folikular dan anaplastik
lebih tinggi( Schlumberger,1998 ; Pamela, 2001).
3
GAMBARAN KLINIK
ANAMNESA
Gambaran terbanyak kanker thyroid adalah teraba nodul di kelenjar thyroid yang tidak
terasa nyeri . Sebagian besar nodul tersebut ditemukan oleh penderita atau dokter saat
pemeriksaan rutin dari leher. Lebih kurang 4-7% populasi umum kedapatan dengan nodul
thyroid dan sebagian besar merupakan tumor jinak. Diperkirakan 5% nodul thyroid tunggal
adalah ganas. Anamnesa yang menyeluruh akan membantu mendefinisikan karakteristik dari
nodul (Sharma, 2004 ; Dankle,2006)
Faktor usia saat timbulnya nodul merupakan hal yang sangat penting oleh karena
kemungkinan ganas saat muncul diatas usia 60 tahun dan dibawah 20 tahun. Nodul thyroid
pada laki-laki dikaitkan juga dengan lebih tingginya angka keganasan. Nodul yang bertambah
besar diyakini ganas. Pertumbuhan yang sangat cepat merupakan tanda yang lebih jelek lagi
(Sharma, 2004 ; Jameson, 2005; Dankle, 2006)
Suara parau dikaitkan dengan lumpuhnya pita suara atau syaraf laryngeal recurrent.
Disfagia kemungkinan suatu tanda terkenanya saluran pencernaan makanan atas. Tidak tahan
panas dan palpitasi diyakini sebagai gangguan fungsi syaraf autonom (Sharma, 2004 ;
Dankle,2006)
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan menyeluruh kepala dan leher dengan
perhatian pada kelenjar thyroid dan jaringan lunak sekitar leher.Nodul thyroid soliter dapat
bervariasi dari lunak sampai keras. Nodul yang keras dan fixed lebih diduga ganas
dibandingkan yang lunak dan mudah digerakkan. Kanker thyroid biasanya tidak nyeri bila
diraba. Massa yang tegas di leher kuat dugaan suatu metastase kelenjar regional. Lumpuhnya
pita suara adalah implikasi dari terkenanya syaraf laryngeal recurrent (Ross, 2005 ; Sharma,
2004)
BIOPSI-ASPIRASI JARUM HALUS
Biopsi-aspirasi jarum halus/Fine needle aspiraton biopsy (FNAB) merupakan jalur
diagnostik penting dalam evaluasi nodul thyroid dan sebaiknya merupakan intervensi pertama
kali dalam evaluasi nodul thyroid. Tehniknya mudah dikerjakan, murah dan sedikit
komplikasi (Jones, 2001)
Diagnosis yang akurat oleh cytologist ada kaitannya dengan ketepatan contoh dari
nodul dan selularitas spesimen. Jadi, beberapa penulis menyarankan untuk melakukan tidak
4
kurang dari 3 aspirasi untuk meyakinkan keadekuatan spesimen dan untuk meminimalkan
hasil negatif palsu (Sharma, 2004 ; Ross, 2005)
Hasil dari FNAB akan menentukan tahap selanjutnya dari tata laksana nodul thyroid.
Diagnosis definitif biasanya didapatkan lebih dari 50% biopsi ulang. Penderita dengan nodul
yang masih belum terdiagnosa meskipun dengan biopsi ulang dapat dilakukan pembedahan
lobektomi untuk diagnosis jaringan atau dimonitor secara klinis. Scan radioiodine sangat
berguna untuk menentukan status fungsional dari nodul dimana sebagian besar nodul yang
hiperfungsi adalah jinak (Sharma, 2004 ; Ross, 2005)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Serum thyroid-stimulating hormone (TSH) sensitifitasnya sangat tinggi guna
mengukur hiperthyroid atau hypothyroid. Hasil serum TSH sangat berguna dalam
mengevaluasi nodul thyroid soliter. Serum TSH yang rendah diyakini suatu tipikal tumor
jinak. Walaupun begitu, serum TSH yang rendah atau tinggi tidak dapat menyingkirkan suatu
keganasan. (Sharma, 2004 ; Ross, 2005 ; Dankle, 2006)
Pengukuran serum thyroglobulin secara diagnostik tidak banyak membantu oleh
karena kadarnya juga meningkat pada sebagian besar tumor jinak thyroid. Walaupun begitu,
pengukuran thyroglobulin baseline dapat berguna sebagai petanda tumor untuk observasi
penderita dengan kanker thyroid diferensiasi baik (Sharma, 2004 ;
Serum kalsitonin yang meningkat diyakini suatu kanker thyroid medullary.
Pengukurannya merupakan salah satu cara diagnosis Folicullary Medullar thyroid Carcinoma
(FMTC) (Sharma, 2004 ; Ross, 2005)
PROSEDUR IMAGING
Oleh karena ultrasonogaphy tidak dapat membedakan antara nodul jinak dengan
ganas, kegunaan dari tes ini terbatas dalam evaluasi nodul thyroid. Ultrasound sangat sensitif
untuk mendeteksi nodul thyroid
milimeter. Kegunaan ultrasound-guided FNAB sangat berguna untuk biopsi nodul thyroid
yang kecil atau sulit diraba juga untuk anak-anak (Sharma, 2004 ; Dankle, 2006)
Imaging radioiodine dapat menentukan status fungsional suatu nodul. Nonfungsional
jika tidak menyerap radioiodine yang dilabel (iodine 123) dan nampak sebagai bintik dingin
di thyroid (cold nodules). Hiperfungsi bila banyak menyerap radioiodine dan nampak sebagai
titik panas (hot nodules) (Sharma, 2004). CT scan dan MRI dapat digunakan untuk evaluasi
pembesaran jaringan lunak atau dugaan massa thyroid di leher, trakea atau esofagus dan untuk
menilai metastase kelenjar leher (Sharma, 2004 ; Dankle, 2006)
5
KARSINOMA THYROID DIFERENSIASI BAIK
KARSINOMA PAPILLAR (PAPILLARY CARCINOMA)
Karsinoma papillar merupakan keganasan thyroid terbanyak dan menempati lebih
kurang 80% kasus. Wanita 3 kali lebih sering terkena daripada laki-laki dan rata-rata umur
saat terkena adalah 30-40 tahun (Noone, 2003)
Karsinoma papillar adalah tumor dengan pertumbuhan lambat yang berasal dari sel
folikular thyroid yang memproduksi thyroxine dan thyroglobulin. Sel ini sensitif terhadap
TSH, mengambil iodine dan memproduksi tyroglobulin dalam merespon stimulasi TSH
(Sharma, 2004)
Pada pemeriksaan gross patologi, karsinoma papillar adalah neoplasma invasive
dengan gambaran ground-glass dengan karakteristik inti yang berlekuk-lekuk dan
pseudoinklusion. Mitosis : jarang (Sharma, 204).Gambaran histologi lainnya adalah adanya
badan psammomma, terdapat 50% dari kasus. Karsinoma papillar bisa multisentris dengan
foci yang terdapat pada lobus ipsilateral dan kontralateral(Sherman, 2006, Noone, 203)
Tumor dapat tumbuh langsung melalui kapsul thyroid untuk menginvasi struktur
sekitarnya. Pertumbuhan ke dalam trakea bisa terjadi dapat menyebabkan batuk darah.
Pertumbuhan ekstensif dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas. Syaraf laryngeal recurrent
dapat terkena.Penyebaran jauh karsinoma papillar tipikal pada tulang dan paru. Lebih kurang
5-10% penderita timbul metastase jauh (Schlumberger, 2006)
KARSINOMA FOLLIKULAR (FOLLICULAR CARCINOMA)
Karsinoma follikular merupakan keganasan thyroid terbanyak kedua dan jumlahnya
sekitar 10% dari kasus kanker thyroid.. Frekuensinya 3 kali lebih banyak pada wanita
daripada laki-laki. Sering terdapat pada usia lanjut dibandingkan dengan karsinoma
papillar.Seperti karsinoma papillar, karsinoma follikular berasal dari sel folikular thyroid.
Sensitif terhadap TSH juga, mengambil iodium dan memproduksi thyroglobulin (Sharma,
2004 )
Pada gross patologi, tumor nampak sebagai neoplasma yang diliputi kapsul
disekitarnya dengan warna coklat cerah. Mikroskopik, tumor mengandung sel folikular
neoplastik (Sharma, 2004)
Invasi lokal dapat terjadi sama seperti karsinoma papillar dengan gambaran klinis
yang sama. Metastase cervikal jarang, walaupun begitu metastase jauh lebih tinggi (lebih
kurang 20%) dan tulang serta paru adalah tempat terbanyak (Schlumberger, 2006)
6
TATA LAKSANA
TERAPI BEDAH
Terapi utama untuk karsinoma papillary dan follicular adalah pemedahan total
thyroidektomi. Pada prosedur ini, dilakukan pengambilan dari semua jaringan thyroid yang
ada. Komplikasi utama prosedur ini yaitu kerusakan syaraf laryngeal recurrent dan
hypoparathyroidism akibat kekuranghatian sehingga kelenjar parathyroid ikut terangkat.
Subtotal thyroidektomi dilakukan sebagai alternatif terhadap total tyroidektomi. Pada subtotal
thyroidektomi, sebagian kecil dari jaringan thyroid yang berseberangan dengan keganasan
dibiarkan untuk meminimalkan kerusakan syaraf laryngeal recurrent dan kekuranghatian saat
pengambilan kelenjar parathyroid. Biasanya penderita mendapatkan terapi radioiodine
postoperasi untuk menghilangkan sisa jaringan thyroid (Schlumberger, 2006 ; Cobin, 2001)
SCANNING RADIOIODINE POST OPERASI DAN ABLASI
Oleh karena karsinoma thyroid differensiasi baik sensitif TSH dan mengambil iodine,
radioiodine diberikan sebagai diagnosa untuk mendeteksi sisa jaringan normal atau jaringan
neoplastik dalam tubuh dan sebagai
7
TSH sampai 0,1 mU/L. Hal ini memberikan supresi yang adekuat untuk menghindari efek
jantung dan tulang yang sering ditemukan pada terapi supresi thyroid (Sharma, 2004 ;
Jameson, 2005)
FOLLOW UP
Setelah terapi bedah dan radioiodine, penderita di monitor setiap 6 bulan sampai 1
tahun dengan scanning radioiodine serial dan pengukuran serum thyroglobulin. Thyroglobulin
adalah tumor marker yang berguna untuk menilai kambuhnya tumor oleh karena kanker
thyroid diferensiasi baik memproduksi thyroglobulin. Walaupun begitu, tumor marker ini
hanya berguna setelah ablasi thyroid total. Serum thyroglobulin diukur saat follow-up thyroid
scanning, penghentian hormon thyroid atau pemberian TSH rekombinan. Serum antibodi
antithyroglobulin diukur sebagai tambahan sebab adanya antibodi ini menunjukkan penilaian
yang invalid. Peningkatan level thyroglobulin setelah ablasi thyroid diyakini adanya
kekambuhan. (Cobin, 2001; Jameson, 2005)
KARSINOMA MEDULLAR (MEDULLARY THYROID CARCINOMA)
Karsinoma thyroid medullar (MTC) jumlahnya lebih kurang 5% dari semua keganasan
thyroid. Tumor berasal dari sel C parafollicular dari kelenjar thyroid. Sel C adalah turunan
tonjolan syaraf dan memproduksi kalsitonin. Dari keseluruhan kasus MTC, 75 % terjadi
sporadis, dan 25% sisanya familiar. Kasus familiar umumnya multifokal melalui kelenjar
thyroid, sedangkan kasus sporadis biasanya tidak multifokal (Giuffrida, 1998; Sherman, 2005;
Jameson, 2005; Orlandi, 2001)
Syndroma Familial MTC terdiri dari Medullary Endocrine Neoplasia (MEN) 2A,
MEN 2B dan FMTC. Syndroma ini diturunkan sebagai autosomal dominan. Anak-anak yang
dilahirkan dengan keluarga syndroma FMTC maka akan 100% menderita MTC (Giuffrida,
1998; Sherman, 2005; Jameson, 2005). MEN tipe IIA, menempati sekitar duapertiga dari
kasus herediter. Sindrome ini meliputi MTC (umumnya bilateral), dan hiperparatiroidism
(mengenai
seluruh
empat
kelenjar
paratiroid).
MEN
tipe
IIB
meliputi
MTC,
8
Tes biokimia untuk MTC
Oleh karena sel MTC memproduksi kalsitonin, peningkatan level serum kalsitonin
merupakan diagnostik untuk MTC. Stimulating calcitonin release menggunakan pentagastrin
intravena meningkatkan sensitivitas tes. Untuk evaluasi pentagastrin-stimulated calcitonin,
level plasma kalsitonin baseline diukur, diikuti dengan pemberian pentagastrin IV (0,5 mg/kg)
dan pengukuran serial kalsitonin 1,5 dan 5 menit setelah injeksi. Peningkatan basal atau level
stimulated calcitonin diatas batas normal maka kuat dugaan MTC (Giuffrida, 1998 ; Sherman,
2005)
Patologi
Pada pemeriksaan gross bentuknya sirkular, meskipun tidak diliputi kapsul.Sebagian
besar tumor berasal dari pertengahan dan atas lobus thyroid.Mikroskopis gambaran MTC
bervariasi. Umumnya tumor berbentuk lobular, trabekular, insular atau bentuk lembaran.
Gambaran unik dari kasus familial MTC adalah didapatkannya hiperplasia sel C dimana dapat
dibedakan dari kasus sporadis (Giuffrida, 1998)
TATA LAKSANA
FMTC dan sporadik MTC dilakukan total thyroidektomi dengan diseksi limphonodi
sentral. Metastase kelenjar limfe leher sering pada penderita MTC, utamanya bentuk familial
dengan tumor pimer multisentris dan bilateral. Metastase kelenjar limfe dapat terjadi lebih
dari 50% kasus. Sebelum dan saat pembedahan , kelenjar limfe jugular lateral sebaiknya
diraba dengan hati-hati untuk mencari adanya metastase. Diseksi selektif kelenjar limfe leher
dilakukan bila terbukti ada metastases (Giuffrida, 1998 ; Sherman, 2005)
FOLLOW UP
Setelah diterapi, penderita dimonitor dengan tes pentagastrin-stimulated calcitonin
setiap tahunnya untuk surveilance. CEA adalah petanda tumor lainnya yang berhubungan
dengan kekambuhan MTC dan juga digunakan untuk surveilance. CT scan atau MRI leher,
perut dan pinggang digunakan untuk mendeteksi penyakit jika diduga ada metastasis atau
kekambuhan. Ultrasonografi berguna untuk melokalisir penyakit. Sebagai tambahan, studi
radionuklir dan kateter vena selektif dengan contoh level kalsitonin dapat dilakukan untuk
melokalisir kekambuhan (Giuffrida, 1998 ; Sherman, 2005)
Terapi radiasi digunakan sebagai adjuvant pada beberapa center dan dapat digunakan
untuk terapi penderita yang kambuh dan metastases yang inoperabel. Oleh karena MTC tidak
menyerap iodine, terapi radioiodine tidak memiliki peran dalam follow up perawatan maupun
terapi. Beberapa macam rejimen kemoterapi telah digunakan untuk terapi metastase. MTC
9
relatif chemoinsensitif, meskipun didapatkan respon parsial. Kombinasi obat dacarbazine,
vincristine dan cyclophosphamide ditemukan lebih efektif. Beberapa peneliti lainnya
menambahkan rejimen doxorubicin untuk menambah laju respon parsial menjadi 35%
(Giuffrida, 1998 : Brierley, 2005)
PROGNOSIS
Secara keseluruhan, prognosis penderita dengan MTC lebih jelek dibandingkan
dengan karsinoma tyroid diferensiasi baik. Survival rate 10 tahun dilaporkan sebesar 65%
(Sharma, 2004)
KARSINOMA ANAPLASTIC (ANAPLASTIC THYROID CARCINOMA)
Anaplastic thyroid carcinoma adalah tumor undifferentiated dari epitel folikular
thyroid. Berbeda dengan karsinoma thyroid differentiated, karsinoma anaplastik sangat
agresif, dengan angka kematian mencapai 100%. Deteksi awal penyakit sangat penting agar
dapat segera dilakukan therapi. (Sherman, 2005)
Rata-rata insiden pertahun karsinoma anaplastik sekitar 2 per 1 juta penduduk dan
menempati 2 sampai 5 persen dari keseluruhan kanker thyroid. Penderita biasanya usianya
lebih tua dibanding karsinoma differentiated, rata-rata usia saat diagnosis adalah 65 tahun dan
kurang dari 10% dibawah 50 tahun. 60 sampai 70 % tumor terdapat pada wanita (Kebebew,
2005)
Gejala utama karsinoma anaplastik adalah massa di leher yang cepat membesar,
dimana pembesarannya menyebabkan nyeri leher dan penekanan atau invasi saluran cerna
bagian atas sehingga menyebabkan sesak napas, nyeri telan, suara parau, batuk (dan kadangkadang batuk darah). Gejala lainnya adalah nyeri dada, nyeri tulang, nyeri kepala, bingung
atau nyeri perut oleh karena metastase (Sherman, 2005)
Patologi
Pada pemeriksaan gross, tumornya besar dan invasif. Keseluruhan tumor, dipenuhi
area nekrosis fokal dan mudah berdarah, memberikan gambaran variabilitas yang tinggi
(Sharma, 2004). Mikroskopis, terdapat variasi skuamous, sel spindel, dan giant sel. Dari
ketiga variasi histologik menampakkan aktivitas mitosis yang tinggi, nekrosis fokal yang luas
dan infiltrasi yang bermakna (Sharma, 2004)
TATA LAKSANA
Pembedahan tidak diindikasikan oleh karena tumor sudah dalam keadaan lanjut saat
diagnosis. Walaupun begitu, jika tumor lokal pada thyroid, reseksi komplet dan ditambah
10
kemoterapi adjuvant sebaiknya dicoba oleh karena beberapa penderita harapan hidupnya
meningkat (Kebebew, 2005 ; Tan, 1995)
Terapi radiasi yang diberikan dalam dosis konvensional, tidak memperpanjang
harapan hidup jika diberikan pada penyakit yang sudah lanjut. Meskipun lebih dari 80%
penderita respon terhadap radiasi, sebagian besar akan kambuh lagi (Brierley, 2005)
Obat kemoterapi yang paling efektif untuk kanker thyroid anaplastik adalah paclitaxel.
Angka responnya dilaporkan lebih dari 50% pada kasus metastase jauh, meskipun lama
respon umumnya singkat dan harapan hidup jangka panjang tidak terpengaruh (Ain, 2005 ;
Sherman, 2005)
PROGNOSIS
Karsinoma thyroid anaplastik responnya sangat jelek terhadap terapi multimodalitas,
dan median survivalnya 8,1 bulan. Usia muda, tumor yang kecil (< 5 cm), tidak ada lokal
invasi terhadap jaringan sekitar dan tidak ada metastases relatif indikator prognosisnya cukup
baik (Sharma, 2004)
LIMFOMA THYROID PRIMER (PRIMARY THYROID LYMPHOMA)
Limfoma thyroid primer menempati lebih kurang 2-5% dari seluruh keganasan
thyroid. Sebagian besar adalah tumor non-Hodgkin B-cell tumor. Puncak insiden terjadi pada
dekade keenam dari keidupan dan sebagian besar diagnosa dibuat pada penderita 50-80 tahun.
Wanita lebih banyak terkena dibandingkan laki-laki, dengan rasio 4 : 1. Keterkaitan dengan
kronik limfositik thyroiditis (Hashimoto thyroiditis) sangat tinggi. Sebagian besar penderita
limfoma thyroid primer memiliki riwayat klinis atau histologi thyroiditis limfositik kronis
(Sherman, 2005 ; Cabanillas, 2005 ; Nikiforov, 2006)
Presentasi klinis terbanyak adalah pembesaran massa thyroid. Penderita mengalami
hyphothyroidism secara klinis atau serologi. Penyebaran lokal ke saluran cerna atas atau
jaringan sekitar menyebabkan disfagia, dispnea atau gejala-gejala penekanan pada leher
(Ansell, 1999 ; Sherman, 2005 ; Cabanillas, 2005)
Diagnosis berdasarkan pada presentasi klinik dan biopsi jaringan positip. Stadium
limfoma thyroid penting untuk terapi dan prognosis. Hal itu meliputi CT scan otak, leher,
dada, perut dan pinggang juga bipsi sumsum tulang. Sebagian besar limfoma thyroid lokal
pada kelenjar thyroid saja dan diklasifikasikan sebagai stadium I E
11
TATA LAKSANA DAN PROGNOSIS
Limfoma stadium IE diterapi dengan thyroidektomi total diikuti dengan terapi radiasi
post operasi. Eksisi bedah sebaiknya tidak dikerjakan bila infiltrasi lokal memasuki jaringan
sekitar. Limfoma stadium IIE diterapi dengan kombinasi kemoterapi dan radiasi. Rejimen
kemoterapi
yang
paling
sering
digunakan
adalah
Doxorubicin
atau
CHOP
Thyroid cancer is the most common endocrine-related cancer. In the United States
there are only about 17,000 new patients annually
Thyroid cancer is more common in people who have a history of exposure of the
thyroid gland to radiation, have a family history of thyroid cancer, and are older than
40 years of age
The key sign of thyroid cancer is a lump (nodule) in the thyroid, and most thyroid
cancers do not cause any symptoms
Thyroid cancers are divided into papillary carcinoma (80% of all thyroid neoplasm),
follicular carcinoma (10% of cases), medullary thyroid carcinoma (5-10%), anaplastic
carcinoma (1-2%) and primary lymphomas are rare
The primary therapy for all forms of thyroid cancer is surgery. After thyroidectomy
and radioiodine ablation, patients with well-differentiated thyroid carcinoma are
maintained on thyroid suppression therapy. Chemotherapy is added for palliation
Periodic follow-up examinations are essential for all patients because the thyroid
cancer can return sometimes many years after the apparently successful initial
treatment.
Overall, the prognosis of thyroid cancer is very good (Papillary and Follicullary
thyroid carcinoma)
12
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1.
2.
Ansell SM, Grant CS, Haberman TM (1999). Primary thyroid lymphoma. Semin
Oncol.26(3):316-323
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Jones (2001). Management of nodular thyroid disease. British Med Journal, 323 : 293294
10.
11.
12.
Noone
MC
(2003).
Thyroid,
Papillary
Carcinoma,
Early.
Available
at
www.emedicine.com
13.
14.
Owen PJ, Lazarus JH, Morse RE (2003). Unusual complications of thyroid carcinoma.
Postgrad Med J 79 : 55-56
15.
Pamela L (2001). Iodine and thyroid cancer risk among women in a multiethnic
population : The Bay Area Thyroid Cancer Study. Cancer Epidemiology, Biomarker and
prevention, 10 : 979-985
16.
13
17.
Sandeep TC, Strachan MW, Reynolds RM (2006). Second Primary Cancers in Thyroid
Cancer Patients: A multinational Record Linkage Study. The Journal of Clinical
Endocrinology & Metabolism 9 (15) : 1819-1825
18.
19.
20.
21.
22.
23.
-------o0o-------