DISUSUN OLEH :
Saya yang bertanda tangan di bawah ini telah menyelesaikan laporan pendahuluan
Tumor Lisis Sindrom di ruang Kemoterapi Anak RSUD Ulin Banjarmasin.
Mahasiswa
11409717022
Mengetahui,
……………………….. ………………………..
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Sindrom lisis tumor adalah suatu kelainan metabolik yang mengacam jiwa akibat
pelepasan sejumlah zat intraseluler kedalam aliran darah akibat tingkat
penghancuran sel tumor yang tinggi karena pemberian kemoterapi.
Zat interseluler tersebut adalah hasil degradasi asam nukleat akibat destruksi
sejumlah besar sel tumor yang mengakibatkan meningkatnya metabolisme purin,
diikuti oleh meningkatnya pembentukan asam urat.
Sindrom lisis tumor merupakan salah satu kegawadaruratan dibidang onkologi
sehingga penanganan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan.
B. Etiologi
Sindrom lisis tumor terjadi paling sering pada pasien dengan leukemia akut
dengan sel darah putih (WBC) tinggi jumlahnya dan pada mereka dengan limfoma
grade tinggi dalam respon untuk pengobatan agresif. Sindrom lisis tumor juga bisa
terjadi pada keganasan hematologi lain dan dalam berbagai tumor padat seperti
hepatoblastoma dan neuroblastoma stadium IV. Hal ini kadang-kadang terjadi
secara spontan, sebelum mendapat berbagai bentuk terapi.
Dari laporan yang ada, tumor lisis sindrom berhubungan dengan pemberian
terapi radiasi, kortikosteroid, agen hormonal, pengubah respons biologis, dan
antibodi monoklonal.
Paclitaxel
Fludarabine
Etoposid
Thalidomide
Bortezomib
Asam zoledronic
Kadang-kadang sindrom lisis tumor juga dapat terjadi setelah penggunaan obat
kemoterapi dibawah ini
Interferon alfa
Tamoxifen
Cladribine
Metotreksat intratekal
Rituximab
Pada situasi-situasi tertentu, tumor lisis sindrom terjadi pada kehamilan dan
demam. Pasien di bawah anestesi umum juga mengalami tumor lisis sindrom.
C. Tanda gejala
Diagnosis ditegakan dengan ditemukanyan tanda-tanda sindrom yang disebutkan
diatas yaitu: hiperuriksema, hiperfosfatemia, hiperkalemia dan hipokalsemia serta
tanda gangguan ginjal berupa peningkatan kadar ureum, kreatinin penurunan volume
urine, asidosis metabolik dengan pernafasan kussmaul, atau gejala sesak nafas
karena over load cairan tubuh, tetani, kejang otot, gangguan irama jantung sampai
penurunan kesadaran.
Pada tumor lysis syndrome, kumpulan gejala klinis dapat berkembang sebelum
memulai kemoterapi atau, lebih sering, dalam waktu 72 jam setelah pemberian terapi
sitotoksik.
Hal-hal yang perlu diperhatikant:
Kelelahan
Kelemahan
Malaise
Mual
Muntah
Anorexia
Cegukan
Iritabilitas neuromuskuler
Kesulitan berkonsentrasi
Pruritus
Ekimosis
Anoreksia
Muntah
Kram
Kejang
Tetani
Penurunan kesadaran
Aritmia
Tanda-tanda volume overload, seperti dyspnea, ronki kering paru, edema, dan
hipertensi, dapat berkembang.
Peningkatan kadar asam urat dapat ditemukan adanya lesu, mual, dan
muntah. Cepat meningkatkan kadar asam urat dapat menyebabkan arthralgia dan kolik
ginjal.
D. Patogenesis
Pemberian kemoterapi pada sel tumor yang sensitif akan berakibat terjadinya
penghancuran “medadak” sejumlah besar sel tumor sehingga terjadi degradasi asam
nukleat, mengakibatkan katalisis hipoksantin dan xantin oleh xantin oksidase yang
meningkatkan pembentukan asam urat yang relatif tidak larut dalam air. Ekskresi asam
urat yang meningkat mengakibatkan konsentrasi intratubular yang meningkat pula
sampai melebihi tingkat/batas kelarutan (limites of solubility) sehingga terjadi keadaan
supersaturasi dan kristal asam urat pada tubulus renal dan distal collecting system yang
mengakibatkan gangguan fungsi ginjal. Keadaan terakhir ini mengakibatkan terjadinya
hiperfosfatemia yang makin memperburuk fungsi ginjal sehingga terjadi penurunan
ekskresi kalium sampai terjadi hiperkalemia, disamping hiperfosfatemia sendiri
mengakibatkan terjadinya hipokalemia.
Pencegahan adalah langkah terbaik yang dilakaukan. Pengenalan jenis tumor dan
pasien resiko tinggi harus dilakukan sebelum kemoterapi dimulai, sehingga tindakan
pencegahan dapat di lakukan untuk melindungi fungsi ginjal. Sebuah unit onkologi atau
unit perawatan intensif (ICU), monitoring jantung dan hemodialisis terus menerus harus
tersedia.
Jika langkah-langkah perawatan dasar tidak efektif dalam mengendalikan
gangguan elektrolit atau fungsi ginjal, nefrologi dan konsultan perawatan kritis harus
dapat diakses untuk membantu dalam manajemen lebih lanjut.
Hidrasi
Idealnya, IV hidrasi pada pasien risiko tinggi harus dimulai 24-48 jam sebelum
memulai terapi kanker dan terus selama 48-72 jam setelah selesai kemoterapi.
Diuresis
Diuretik harus disediakan untuk pasien yang terhidrasi dengan cukup diuresis,
dan furosemide harus dipertimbangkan untuk pasien dengan hiperkalemia
normovolemic atau untuk pasien dengan bukti overload cairan.
Furosemide (lasix) 20-40 mg iv dengan menghasilkan volume urin >
100mL/m2/jam (maintain) dengan syarat tidak ada sumbatan saluran kemih dan
hipovolemia.
Alkalinisasi urin
F. Pengobatan Hiperurisemia
1. Allopurinol
Dosis pemberian :
Allopurinol 100 mg/m2 oral, tiap 8 jam (maximun dosis 800mg/hari) atau
Allopurinol 10 mg/kg/hari dibagi 3 dosis/ per 8 jam, oral, (maximun dosis
800mg/hari) atau
Allopurinol 200-400 mg/m2/hari iv dibagi -13 dosis (maximum 600mg/hari)
Efek samping termasuk ruam ringan sampai berat, batu xanthine urolithiasis
diinduksi, nefritis interstitial akut, pneumopathy, demam, dan eosinofilia. Selain itu,
penghambatan sintesis asam urat menybabkan peningkatan xanthine dalam
plasma dan sistem ginjal; meskipun dilaporkan jarang terjadi, xanthine memiliki
kapasitas untuk mengendapkan dalam tubulus ginjal. dapat juga menyebabkan
mula dan muntah
2. Rasburicase
Rasburicase (rekombinan urat oksidase) dapat digunakan saat kadar asam urat
tidak dapat diturunkan cukup dengan pendekatan standar. Rasburicase berguna
dalam kasus hyperuricemia dan telah terbukti aman dan efektif pada pasien anak,
serta pada orang dewasa. Ini juga memiliki onset tindakan lebih cepat dari pada
allopurinol.
Dosis pemberian:
Rasburicase suntikan intramuskular atau infus IV pada dosis 50- 100U/kg setiap
hari atau
3. Febuxostat
4. Pengobatan Hiperkalemia
Hiperkalemia adalah keadaan yang mengacam jiwa, sehingga keadaan ini
harus sgera ditangani. Heperkalemia dapat timbul 12-24 jam setealah
kemoterapi.
Dosis pemberian :
a. Kalsium infus
Calcium gluconate 10%, 5-30 mL iv atau
Calsium chloride 5%, 5-30 mL iv
b. Glukosa dan insulin
50% glucose 25g (1 ampule) iv, ditambah
Regulasi insulin 5-10 unit iv atau
20-30 U.I insulin reguler dalam 200-300 gram glukosa 20% intravena
selama 30 menit, bisa di tambahkan 15 gram kayesalate setiap 6 jam
peroral.
c. Sodium bikarbonat
Sodium bikarbonat 44-88 mEq, (1-2 amule) iv
d. Nebulizer terapi
Nebulized albuterol 10-20 mg di larutkan menjadi 4 mL, habis dalam
10-15 minute
e. Potassium biding resins
Sodium polystyrene sulfonate 15-50 g oral, dapat di ulang setiap 6
jam sekali.
f. Dialysis
Karena hiperkalemia dapat kambuh setelah dialisis dimulai dan karena beban
fosfat tinggi pada beberapa pasien dengan sindrom lisis tumor, kadar
elektrolit harus sering dipantau dan dialisis diulang sesuai kebutuhan.
1. Sudoyo AW, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata MK, Setiati Siti,. Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid 3. Edisi. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2011.
2. Medscape. Tumor Lysis Syndrome. 2014. Link :
http://emedicine.medscape.com/article/282171-overview
3. Boyiadzis M Michel, Frame James N, Fojo Tito, Lebowitz Peter F. Hematology-
Onkologi Therapy. Mc Graw Hill. 2012.
4. Johnston P G, Spence OBE. Oncologi Emergencies. Oxford University. 2010