Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA BRONCHIALE

II. Konsep Dasar Penyakit


A. Pengertian
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten ,reversible
dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap
stimuli tertentu.(Brunner&Suddarth, 2016)
Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh
hipersensitivitas cabang-cabang trakeobronkial terhadap pelbagai jenis
rangsangan .Keadaan ini bermanifestasi sebagai penyempitan saluran
nafas secara periodik dan reversible akibat bronkospasme. Penyempitan
jalan nafas ini disebabkan oleh bronkospasme, edema mukosa dan
hipersekresi mukus yang kental.(Silvia.A,2015).

B. Epidemiologi
Asma dapat terjadi pada sembarang golongan usia ,sekitar
setengah dari kasus terjadi pada anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi
sebelum usia 40 tahun .Asma dapat berakibat fatal ,lebih sering lagi asma
sangat mengganggu ,mempengaruhi kehadiran disekolah ,pilihan
pekerjaan ,aktivitas fisik,dan banyak aspek kehidupan lainnya.

C. Etiologi
Penyebab dari asma bronchiale dapat meliputi infeksi virus/bakteri,
imunologik/alergik, dan imunologik. Sedangkan faktor pencetus dari asma
bonchiale meliputi :
a. Alergen utama : debu rumah, spora jamur dan tepung sari rerumputan
b. Iritan seperti asap, bau-bauan, dan polutan
c. Infeksi saluran nafas terutama yang disebabkan oleh virus
d. Perubahan cuaca yang ekstrim
e. Kegiatan jasmani yang berlebihan
f. Lingkungan kerja
g. Obat-obatan
h. Emosi
i. Lain-lain seperti refluks gastro esophagus

1
D. Patofisiologi
1. Asma bronchiale tipe atopik (ekstrinsik)
Asma timbul karena seseorang yang atopik (alergik) akibat
pemaparan allergen. Alergen yang masuk tubih melalui saluran
pernafasan, kulit, saluran pencernaan dan lain-lain akan ditangkap
oleh makrofag dan selanjutnya akan merangsang pembentukan IgE.
IgE yang terbentuk akan segera diikat oleh mastosit yang ada
dalam jaringan dan basifil yang ada dalam sirkulasi. Hal ini
dimungkinkan oleh karena kedua sel tersebut pada permukaannya
memiliki reseptor untuk IgE. Sel eosinofil ,makrofag dan trombosit juga
memiliki resepotor untuk IgE tetapi dengan afinitas yang lemah.
Orangyang sudah memiliki sel-sel mastosit dan basofil dengan IgE
pada permukaan tersebut belumlah menunjukkan gejala.Orang
tersebut sudah dianggap desentisasi atau baru menjadi rentan.
Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih
dengan allergen yang sama ,allergen yang masuk tubuh akan diikat
oleh IgE yang sudah ada pada permukaan mastofit dan basofil.Ikatan
tersebut akan menimbulkan influk Ca++ ke dalam sel dan terjadi
perubahan dalam sel yang menurunkan kadar cAMP.
Kadar cAMP yang menurun itu akan menimbulkan degranulasi sel
.Dalam proses degranulasi sel ini yang pertama kali dikeluarkan
adalah mediator yang sudah terkandung dalam granul-
granul(preformed ) di dalam sitoplasma yang mempunyai sifat
biologic,yaitu histamin, Eosinofil Chemotactic Factor A(ECF-A),
Neutrophil Chemotactic Factor (NCF), trypase dan kinin. Efek yang
segera terlihat oleh mediator tersebut ialah obstruksi oleh histamin.
Hiperaktifitas bronkus yaitu brokus yang mudah sekali mengkerut (
konstriksi) bila terpapar dengan bahan/ faktor dengan kadar yang
rendah yang pada kebanyakan orang tidak menimbulkan reaksi apa-
apa, misalnya polusi, asap rokok/ dapur, bau-bauan yang tajam dan
lainnya baik yang berupa iritan maupun bukan iritan. Dewasa ini telah
diketahui bahwa hiperaktifitas bronkus disebabakan oleh inflamasi
brponkus yang kronik. Sel-sel inflamasi terutama eosinofil ditemukan
dalam jumlah besar dalam cairan bilaas bronkus pasien asma

2
bronchiale sebagai bronchitis kronik eosinofilik. Hiperreaktifitas
berhubungan dengan derajat berat penyakit.
Berdasarkan hal tersebut diatas penyakit asma dianggap secara
klinik sebagai penyakit bronkospasme yang reversible, secara
patofisiologik sebagai suatu hiperreaksi bronkus dan secara patologik
sebagai suatu peradangan saluran nafas.
Bronkus pada pasien asma oedema di mukosa dan dindingnya
,infiltrasi sel radang terutama eosinofil serta terlepasnya sel silia yang
menyebabkan getaran silia dan mukus diatasnya sehingga salah satu
daya pertahanan saluran nafas menjadi tidak berfungsi lagi .
Ditemukan pula pada pasien asma bronchiale adanya penyumbatan
saluran nafas oleh mukus terutama pada cabang-cabang bronkus.
Akibat dari bronkospasme, oedema mukosa dan dinding bronkus
serta hipersekresi mukus maka terjadi penyempitan bronkus dan
percabangannya sehingga akan menimbulkan rasa sesak ,nafas
berbunyi (wheezing) dan batuk yang produktif.
Adanya stressor baik fisik maupun psikologis akan menyebabkan
suatu keadaan stress yang akan merangsang HPA axis.HPA axis yang
terangsang akan meningkatkan adeno corticotropik hormone (ACTH)
dan kadar kortisol dalam darah akan mensupresi immunoglobin A (IgA)
. Penurunan IgA menyebabkan kemampuan untuk melisis sel radang
menurun yang direspon tubuh sebagai suatu bentuk inflamasi pada
bronkus sehingga menimbulkan asma bronkiale.

b. Asma bronchiale tipe non atopik (intrisik)


Asma non alergik (asma intrinsik ) terjadi bukan karena
pemaparan allergen tetapi terjadi akibat beberapa faktor pencetus
seperti infeksi saluran nafas atas ,olah raga atau kegiatan jasmani
yang berat ,serta tekanan jiwa atau stress psikologik. Serangan asma
terjadi akibat ganguan saraf otonom terutama gangguan saraf simpatis
yaitu blockade adrenergic beta dan hiperreaktifitas adrenergik alfa.
Pada sebagian penderita asma aktifitas adrenergic alfa diduga
meningkat yang mengakibatkan bronkokonstriksi sehingga
menimbulkan sesak nafas.

3
E. Klasifikasi
a. Klasifikasi derajat asma
DERAJAT ASMA GEJALA GEJALA FUNGSI PARU
MALAM
INTERMITEN -Gejala <1x /minggu < 2 kali sebulan APE > 80%
Mingguan -Tanpa gejala diluar
serangan
-Serangan singkat
-Fungsi paru
asimtomatik dan
normal luar serangan
PERSISTEN -Gejala >1x minggu > 2 kali APE > 80 %
RINGAN tapi <1x / hari seminggu Normal
Mingguan -Serangan dapat
mengganggu
aktivitas dan tidur

PERSISTEN -Gejala harian > sekali APE >60 % tetapi


SEDANG -Menggunakan obat seminggu < 80 %
Harian setiap hari Normal
-Serangan
mengganggu aktivitas
dan tidur
-Serangan 2x / minggu,
bisa berhari-hari
PERSISTEN -Gejala terus menerus Sering APE < 80%
BERAT -Aktivitas fisik terbatas Normal
Kontinu -Sering serangan

b. Klasifikasi berdasarkan penyebab / pencetus


1. Asma bronchiale tipe atopik (ekstrinsik)
2. Asma bronchiale tipe non atopik (intrinsik)
3 .Asma bronchiale campuran

F. Gejala klinis
 Batuk berdahak .

4
 Dispnea – pernafasan labored
 Mengi , dengan makin besarnya obstruksi mengi dapat hilang yang sering
menjadi pertanda bahaya gagal nafas.
 Pernafasan lambat : lebih susah dan panjang dibandingkan inspirasi.
 Retraksi otot-otot bantu pernafasan.
 Berkeringat
 Takikardia.
 Pelebaran tekanan nadi
 Pembesaran vena leher.
 Auskultasi suara nafas : wheezing (+)

G. Pemeriksaan diagnostik / penunjang


1. Pemeriksaan laboratorium
- Gambaran darah tepi: Menunjukkan leukositosis (15.000 – 40.000/mm3)
- Analisa gas darah : Menunjukkan asidosis metabolik dengan atau tanpa
retensi CO2.
- darah (terutama eosinofil, Ig E total, Ig E spesifik)
- sputum(eosinofil,spiral Curshman, kristal Charcot –Leyden).
2. Pemeriksaan Radiologi
Foto Thoraks : Menunjukkan terdapat bercak- bercak infiltrat pada satu
atau beberapa lobus.
3. Lain –Lain
- Tes fungsi paru : Untuk mengetahui fungsi paru , menetapkan luas
beratnya penyakit , mendiagnosis keadaan .
- Spirometri statik : Mengkaji jumlah udara yang diinspirasi.

H. Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip penatalaksanaan asma bronkial:
1. Diagnosis status asmatikus. Faktor penting yang harus diperhatikan :
 Saatnya serangan
 Obat-obatan yang telah diberikan (macam obatnya dan dosisnya)
2. Pemberian obat bronchodilator
3. Penilaian terhadap perbaikan serangan
4. Pertimbangan terhadap pemberian kortikosteroid
5. Setelah serangan mereda :

5
 Cari faktor penyebab
 Modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya
6. Obat-obatan
Bronchodilator
Tidak digunakan alat-alat bronchodilator secara oral, tetapi dipakai
secara inhalasi atau parenteral. Jika sebelumnya telah digunakan obat
golongan simpatomimetik, maka sebaiknya diberikan aminofilin secara
parenteral sebab mekanisme yang berlainan, demikian sebaliknya, bila
sebelumnya telah digunakan obat golongan Teofilin oral maka
sebaiknya diberikan obat golongan simpatomimetik secara aerosol atau
parenteral.
Obat-obat bronchodilator golongan simpatomimetik bentuk selektif
terhadap adreno reseptor (Orsiprendlin, Salbutamol, Terbutalin,
Ispenturin, Fenoterol ) mempunyai sifat lebih efektif dan masa kerja
lebih lama serta efek samping kecil dibandingkan dengan bentuk non
selektif (Adrenalin, Efedrin, Isoprendlin)
 Obat-obat Bronkhodilatator serta aerosol bekerja lebih cepat dan
efek samping sistemik lebih kecil. Baik digunakan untuk sesak nafas
berat pada anak-anak dan dewasa. Mula-mua diberikan 2 sedotan
dari suatu metered aerosol defire ( Afulpen metered aerosol ). Jika
menunjukkan perbaikan dapat diulang tiap 4 jam, jika tidak ada
perbaikan sampai 10 - 15 menit berikan aminofilin intravena.
 Obat-obat Bronkhodilatator Simpatomimetik memberi efek samping
takhikardi, penggunaan perentral pada orang tua harus hati-hati,
berbahaya pada penyakit hipertensi, kardiovaskuler dan
serebrovaskuler. Pada dewasa dicoba dengan 0,3 ml larutan
epineprin 1 : 1000 secara subkutan. Anak-anak 0.01mg / kg BB
subkutan (1mg per mil ) dapat diulang tiap 30 menit untuk 2 - 3 x
tergantung kebutuhan.
 Pemberian Aminophilin secara intrvena dosis awal 5 - 6 mg/kg BB
dewasa/anak-anak, disuntikan perlahan-lahan dalam 5 - 10 menit.
untuk dosis penunjang 0,9 mg/kg BB/jam secara infus. Efek
samping TD menurun bila tidak perlahan-lahan.
7. Kortikosteroid

6
Jika pemberian obat-obat bronkhodilatator tidak menunjukkan
perbaikan, dilanjutkan dengan pengobatan kortikosteroid . 200 mg
hidrokortison atau dengan dosis 3 - 4 mg/kg BB intravena sebagai dosis
permulaan dapat diulang 2 - 4 jam secara parenteral sampai serangan
akut terkontrol, dengan diikuti pemberian 30 - 60 mg prednison atau
dengan dosis 1 - 2 mg/kg BB/hari secara oral dalam dosis terbagi,
kemudian dosis dikurangi secara bertahap.

8. Pemberian Oksigen
Melalui kanul hidung dengan kecepatan aliran O2 2-4 liter/menit
dan dialirkan melalui air untuk memberi kelembaban. Obat Ekspektoran
seperti Gliserolguayakolat dapat juga digunakan untuk memperbaiki
dehidrasi, maka intik cairan peroral dan infus harus cukup, sesuai
dengan prinsip rehidrasi, antibiotik diberikan bila ada infeksi.

7
8
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian (data Subyektif dan Obyektif)
Objektif :
 Sesak napas yang berat dengan ekspirasi disertai wheezing
 Dapat disertai batuk dengan sputum kental, sukar dikeluarkan
 Bernapas dengan menggunakan otot-otot tambahan
 Sianosis, takikardi, gelisah, pulse paradoksus
 Fase ekspirasi memanjang disertai wheezing (di apeks dan hilus)
 Klien tampak kepayahan

Subyektif :
 Klien merasa sukar bernapas, sesak, dan anoreksia
 Klien mengatakan tidak bisa tidur
 Klien mengatakan tidak tahu penyebab penyakit dan kekambuhan

Psikososial :
 Klien cemas, takut, dan mudah tersinggung

B. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tak efektif b/d peningkatan produksi mukus
yang ditandai dengan os mengatakan batuk dan dahak sulit
keluar,sputum warna putih kental, os gelisah
2. Kerusakan pertukaran gas b/d ketidaksamaan ventilasi dan perfusi
yang ditandai dengan os mengatakan nafas sesak , tampak
retraksi otot bantu pernafasan,RR > 20 kali /menit,PaO2 < 60
mmHg, Pa CO2 > 40 mmHg, os tampak sianosis
3. Pola nafas tak efektif b/d bronkospasme yang ditandai os
mengatakan sesak nafas, os gelisah, terdengar suara wheezing
(+), tampak pembesaran vena leher, takikardi, berkeringat.
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik yang ditandai dengan os
mengatakan badan lemah, os mengatakan nafas sesak,berkeringat
5. Cemas b/d takut ancaman kematian yang ditandai os gelisah, os
mengatakan tidak bisa bernafas,suara wheezing (+)
6. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
susah makan

9
7. Gangguan istirahat dan tidur b/d sesak nafas yang ditandai dengan
os tampak payah, os mengatakan sesak nafas, os mengatakan
tidak bisa tidur ,retraksi otot dada (+)
8. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi yang ditandai dengan os
mengatakan tidak tahu faktor penyebab penyakit dan kekambuhan
9. Resiko tinggi infeksi b/d peningkatan produksi mukus

C. Rencana Tindakan

Diagnosa Tujuan Rencana tindakan Rasionalisasi


keperawatan
Bersihan jalan Setelah diberi - Auskultasi bunyi -Mengetahui
nafas tak efektif tindakan nafas ,catat adanya luasnya obstruksi
b/d peningkatan perawatan bunyi mengi, ronkhi oleh mukus
produksi mukus selama 3x 24
yang ditandai os jam jalan nafas -Pantau frekuensi -Mengetahui
batuk dan dahak pasien efektif pernafasan.catat rasio tanda stress
sulit keluar, ,dengan KE: inspirasi/ expirasi pernafasan
sputum warna -Bunyi jalan
putih kental,os nafas -Beri posisi nyaman,
gelisah bersih/jelas misal:peninggian -Sekresi
-Pasien bisa kepala tempat bergerak sesuai
batuk efektif tidur,duduk pada gaya gravitasi
dan sandaran tempat tidur akibat perubahan
mengeluarkan posisi dan
sekret meningkatkan
kepala tempat
tidur akan
memindahkan isi
perut menjauhi
diafragma
sehingga
memungkinkan
diafragma untuk
berkontraksi

10
- Beri pasien 6-8
gelas /hari kecuali -Mengencerkan
ada indikasi lain sekret.

-Ajarkan dan berikan


dorongan -Mengeluarkan
penggunaan teknik sekret dan
pernafasan diafragma meningkatkan
dan batuk patensi jalan
nafas
-Lakukan drainage
postural dengan -Merontokkan
perkusi dan fibrasi sekret agar
pada pagi dan malam mudah
sesuai yang dikeluarkan
diharuskan

-Instruksikan pasien
menghindari iritan - Tidak
seperti asap , asap merangsang
rokok, aerosol, cuaca pembentukan
dingin mukus lagi

-Beri bronkodilator
sesuai therapi -Memfasilitasi
pergerakan
sekret.

Kerusakan Setelah diberi -Observasi frekuensi, -Mengetahui


pertukaran gas tindakan kedalaman adekuatnya jalan
b/d perawatan pernafasan,catat nafas dan
ketidaksamaan selama 3x24 penggunaan otot meningkatnya
ventilasi dan jam terjadi bantu nafas,nafas kerja pernafasan
perfusi yang perbaikan bibir,ketidakmampuan
ditandai dengan dalam bicara/ berbincang
os mengatakan pertukaran gas

11
nafas sesak , dengan KE: -Observasi tingkat -Mengetahui
tampak retraksi -GDA dalam kesadaran indikasi hipoksia
otot bantu rentang normal
pernafasan,RR > -Gejala disstres -Monitor AGD -Menentukan
20 kali pernafasan keseimbangan
/menit,PaO2 < 60 tidak ada asam basa ,dan
mmHg, Pa CO2 > -Tanda –tanda kebutuhan
40 mmHg, os vital dalam oksigen
tampak sianosis batas normal
-Gelisah tidak -Atur pemberian -Menambah
ada oksigen suplai O2
sehingga
meningkatkan
pertukaran gas

-Beri posisi -Mengoptimalkan


duduk(fowler) kontraksi
diafragma

-Dorong nafas dalam -Memfasilitasi


perlahan atau nafas pernafasan yang
bibir sesuai dalam sehingga
kemampuan O2 yang masuk
lebih banyak

-Beri bronkodilator -Meningkatkan


sesuai therapy diameter jalan
nafas sehingga
mengurangi kerja
pernafasan

-Observasi tanda -Mengetahui


vital, dan warna adekuatnya
membrane mukosa suplai O2 ke
kulit paru-paru dan

12
jaringan

-Kolaboratif tindakan Mempertahanka


intubasi dan ventilasi n suplai O2 saat
mekanik bila perlu terjadi gagal
nafas

Pola nafas tidak Setelah diberi -Observasi perubahan -Menentukan


efektif b/d tindakan pada RR dan adekuatnya pola
bronkospasme perawatan dalamnya pernafasan nafas yang
yangditandai os selama 3x24 berefek pada
mengatakan jam pola nafas suplai O2 yang
sesak nafas, os pasien efektif, masuk
gelisah, terdengar dengan KE: -Atur pemberian
suara wheezing -Tanda-tanda oksigen -Suplai O2 yang
(+), tampak vital dalam cukup akan
pembesaran vena batas normal mengurangi kerja
leher, takikardi, -Tidak terjadi pernafasan
berkeringat. sianosis dan -Dorong nafas dalam
tanda hipoksia perlahan atau nafas -Memfasilitasi
-Bunyi nafas bibir sesuai pernafasan yang
bersih kemampuan dalam sehingga
O2 yang masuk
lebih banyak
-Beri bronkodilator
sesuai therapy -Meningkatkan
diameter jalan
nafas sehingga
mengurangi kerja
pernafasan
-Observasi tanda
vital, dan warna -Mengetahui
membrane mukosa adekuatnya
kulit suplai O2 ke
paru-paru dan

13
jaringan
-Beri posisi
duduk(fowler) -Mengoptimalkan
kontraksi
diafragma

Intoleransi Setelah diberi -Evaluasi respon -Menentukan


aktivitas b/d tindakan pasien terhadap kemampuan
kelemahan fisik perawatan aktivitas pasien dalam
yang ditandai selama 3x24 melakukan
dengan os jam pasien aktivitas
mengatakan menunjukkan
badan lemah, os peningkatan -Catat adanya -Menentukan
mengatakan nafas toleransi dispnea, peningkatan periode istirahat
sesak,berkeringat terhadap kelelahan dan pasien dan
aktivitas, perubahan tanda vital aktivitas yang
dengan KE: selama dan setelah menimbulkan
-Pasien dapat aktivitas. kelelahan
dan mau pasien.
melakukan -Berikan kepada
aktivitas sesuai pasien aktivitas -Memenuhi
kemampuannya sesuai kebutuhan
-Tanda tanda kemampuannya pasien tanpa
vital dalam menimbulkan
batas normal kelelahan
-Pertahankan obyek
yang digunakan -Memudahkan
pasien agar mudah pasien dalam
terjangkau penggunaan
sehingga
mengurangi
penggunaan O2
-Bantu pasien
melakukan aktivitas -Semua
dengan melibatkan kebutuhan
keluarga pasien dapat

14
terpenuhi
-Observasi vital sign
-Tanda vital yang
normal
mendukung
pasien untuk
beraktivitas
Cemas b/d takut Setelah diberi -Kaji tingkat cemas
ancaman tindakan pasien(ringan -Petunjuk
kematian yang perawatan 2x ,sedang, berat,panik) intervensi yang
ditandai os 30 menit rasa terapeutik
gelisah, os cemas pasien -Bantu pasien
mengatakan tidak berkurang menggunakan koping -Bisa
bisa dengan, KE : yang efektif menghilangkan
bernafas,suara -Pasien cemas
wheezing (+) mengatakan ,membantu
sudah bisa pasien
bernafas menggunakan
-Pasien pikiran yang
mengatakan sehat kedepan.
merasa nyaman -Berikan informasi
-Pasien tidak tentang tindakan dan -Pengetahuan
gelisah dan prosedur therapy meningkat akan
merasa aman yang dilakukan mengurangi
cemas
-Tetap disamping
pasien selama fase -Pasien merasa
akut aman dan
mengurangi
ketakutan
-Batasi pengunjung
bila perlu -Membantu
mengurangi rasa
cemas

15
Resiko tinggi Setelah -Lakukan prosedur -Sesak dan
perubahan nutrisi diberikan terapi sesuai advis produksi mukus
kurang dari tindakan berkurang
kebutuhan tubuh perawatan 1x
b/d susah makan 24 jam pasien -Beri informasi -Pasien
tidak tentang pentingnya termotivasi untuk
mengalami nutrisi untuk mau makan
perubahan pemulihan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh dengan -Anjurkan keluarga -Kebutuhan
KE: untuk membantu pasien akan
-Pasien mau pasien makan nutrisi terpenuhi
makan
-Sesak nafas -Beri diet lunak TKTP -Makanan
dan batuk mudah dicerna
berkurang dan kebutuhan
-Pasien tahu kalori terpenuhi
pentingnya
nutrisi untuk
pemulihan
Gangguan Setelah -Ciptakan lingkungan -Suasana tenang
istirahat dan tidur diberikan yang nyaman dan dan pemakaian
b/d sesak nafas tindakan batasi pengunjung O2 ruangan tidak
yang ditandai perawatan 2x berbagi sehingga
dengan os tampak 24 jam os bisa istirahat
payah, os kebutuhan
mengatakan istirahat dan -Beri KIE pentingnya -Os mau untuk
sesak nafas, os tidur pasien tidur untuk pemulihan istirahat dan tidur
mengatakan tidak terpenuhi
bisa tidur ,retraksi dengan KE : -Delegatif pemberian -Melonggarkan
otot dada (+) -Os teraphy sesuai dosis jalan nafas dan
mengatakan sesak berkurang
sudah dapat
tidur -Delegatif pemberian -Suplai O2

16
-Os O2 meningkat
mengatakan sehingga sesak
sesak berkurang
berkurang
-Retraksi otot -Libatkan satu -Os merasa
dada berkurang anggota keluarga aman sehingga
-RR 16- 24 x/ untuk menemani bisa istirahat
menit dengan tenang

Kurang Setelah -Beri KIE tentang -Os tahu tentang


pengetahuan b/d diberikan pengertian dan sakitnya dan
kurang informasi tindakan penyebab / pencetus tahu faktor
yang ditandai perawatan 2 x dari penyakit penyebab /
dengan os 30 menit pencetus
mengatakan tidak pengetahuan penyakit
tahu faktor pasien
penyebab bertambah -Beri KIE cara - Os tahu dan
penyakit dan dengan KE : menghindari bisa menghindari
kekambuhan -Os tahu kekambuhan seperti: faktor pencetus
tentang menghindari cuaca kambuh
penyakitnya dingin dan debu,
-Os tahu memakai baju
penyebab/ penghangat dan
pencetus masker hidung,
penyakit mengurangi aktivitas /
-Os tahu cara latihan berlebih.
menghindari
kekambuhan -Beri KIE untuk -Os tahu
kontrol ulang perkembangan
penyakitnya penyakit
 sehingga resiko
kambuh
berkurang

Resiko tinggi Setelah diberi -Kaji batuk dan -Mengetahui


infeksi b/d tindakan pengeluaran dahak pengurangan

17
peningkatan perawatan 3 x selama 24 jam produksi mukus
produksi mukus 24 jam pasien
tidak -Observasi perubahan -Dahak purulen
mengalami warna dahak tanda infeksi
infeksi dengan
KE: -Cek vital sign
-Batuk dan -Mengetahui
dahak tanda- tanda
berkurang infeksi
-Tidak ada -Anjurkan minum air
dahak purulen putih 2-3 liter/ hari - Dahak encer
- Vital sign sehingga mudah
dalam batas keluar
normal -Delegatif pemberian
antibiotika -Kuman penyakit
tidak bisa
berkembang biak
sehingga tidak
terjadi infeksi.

D. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk menilai
keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Serelah
melaksanakan tindakan keperawatan maka hasil yang diharapkan sesuai
dengan rencana tujuan yaitu:
1. Bersihan jalan nafas pasien efektif
2. Pasien mengalami perbaikan dalam pertukaran gas
3. Pola nafas pasien efektif
4. Pasien menunjukkan toleransi terhadap aktivitas
5. Rasa cemas pasien berkurang.

18
6. Pasien tidak mengalamiperubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh.
7. Kebutuhan istirahat dan tidur pasien terpenuhi
8. Pengetahuan pasien tentang penyakitnya bertambah
9. Pasien tidak mengalami infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer Arif ,dkk (2015) . Kapita Selekta Kedokteran Ed.3 Jilid 1.Jakarta :
Media Aesculapius.

Lynda Juall Carpenito ,(2016). Diagnosa Keperawatan Ed. 6. Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth ,(2014) Keperawatan Medikal Bedah . Ed 8. Jakarta : EGC

19
Silvia A Price ,(2014) . Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit Jilid 2 .Ed 8.
Jakarta : EGC

Bidang Pelayanan Keperawatan RSUP Sanglah (2015) .Standar Asuhan


Keperawatan Penyakit Dalam .

20

Anda mungkin juga menyukai