1. Seorang klien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RS Sayang Pasien dengan keluhan
benjolan pada testis, rasa sesak pada skrotum. Di RS dilakukan pemeriksaan hormon Human
Korionik Gonadotropin dan α-fetoprotein dan didapatkan peningkatan kadar hormon tersebut .
• Gangguan/penyakit apa yang mungkin muncul berdasarkan tanda dan gejala klien?
1. Definisi Ca Testis
Ca Testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah zakar), yang bisa
menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam
skrotum(kantung zakar).Kanker testikuler, yang menempati peringkat pertama dalam
kematian akibat kanker diantara pria dalam kelompok umur 20 sampai 35 tahun, adalah
kanker yang paling umum pada pria yang berusia 15 tahun hingga 35 tahun dan merupakan
malignansi yang paling umum kedua pada kelompok usia 35 tahun hingga 39 tahun.
2. Patofisiologi Ca Testis
Penyebabnya yang pasti tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang menunjang
terjadinya kanker testis. Testis undesensus (testis yang tidak turun ke dalam skrotum)
walaupun telah dikoreksi dengan operasi. Sindroma Klinefelter (suatu kelainan kromosom
seksual yang ditandai dengan rendahnya kadar hormon pria, kemandulan, pembesaran
payudara (ginekomastia) dan testis yang kecil). Perkembangan testis yang abnormal. Testis
desensus dan sindroma klinefelter ini dapat menyebabkan diferensiasi dan proliferasi dari
testis yang terganggu sehingga sel leydig yang ada didalam testis tersebut tidak mampu
untuk menghasilkan hormone testosterone dalam jumlah yang cukup, dimana hormone
testosterone ini berfungsi dalam proses diferensiasi dari vas deferen dan vesika seminalis.
FSH dan ICSH akan dilepaskan oleh kelenjar hipofisis berfungsi dalam spermatogenesis.
Karena ketidakseimbangan hormon ini kelenjar hipofisis mengalami suatu mekanisme
kompensasi untuk dapat memenuhi ketidakseimbangan hormone FSH dan ICSH tersebut.
Mekanisme kompensasi tersebut menyebabkan ICSH tersebut meningkat dalam jumlah yang
banyak untuk merangsang sel leydig untuk terus mengahasilkan hormone testosterone.
Akibat sel leydig tersebut terus dipacu, sel leydig tersebut bertambah banyak dan
tidak terkontrol yang dapat menjadi kaganasan sehingga testis terus membesar.
Tumor testis pada mulanya berupa lesi intratestikuler yang akhinya mengenai seluruh
parenkim testis. Sel-sel tumor kemudian menyebar ke rete testis, epididimis, funikulus
spermatikus, atau bahkan ke kulit scrotum. Tunika albugenia merupakan barrier yang sangat
kuat bagi penjalaran tumor testis ke organ sekitarnya, sehingga kerusakan tunika albugenia
oleh invasi tumor membuka peluang sel-sel tumor untuk menyebar keluar testis.
Kanker testis ini menyebabkan kerusakan jaringan saraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, ini
terjadi karena adanya penekanan pada saraf di daerah testis sehingga menyebabkan nyeri.
Dalam proses pertumbuhan sel kanker memerlukan energi yang lebih banyak sehingga tubuh
berkompensasi dengan Hipermetabolik. Faktor lainnya yang kemungkinan menjadi
penyebab dari kanker testis tetapi masih dalam taraf penelitian adalah pemaparan bahan
kimia tertentu dan infeksi oleh HIV, infeksi genetik dan endokrin. Jika di dalam keluarga
ada riwayat kanker testis, maka resikonya akan meningkat. Kanker testis jarang
dijumpai pada pria
berkulit berwarna dan angka kematian tidak lebih dari 1%. Kanker ini akan menyebar ke
limfonodus dan kemungkinan ke paru-paru, hati, visera, dan tulang. Sebanyak 1% dari
semua kanker pada pria merupakan kanker testis. Kanker testis merupakan kanker yang
paling sering ditemukan pada pria berusia 15 sampai 40 tahun.
3. Epidemiologi Ca testis
Ca testis adalah salah satu dari sedikit neoplasma yang dapat didiagnosis secara
akurat melalui pemeriksaan penanda tumor ( tumor marker ) pada serum
penderita yaitu pemeriksaan human chorionic gonadotropin (bhCG) dan α-fetoprotein
(AFP).Insiden kanker testis memperlihatkan angka yang berbeda-beda di tiap
negara, begitu pula pada setiap ras dan tingkat sosio ekonomi. Kemungkinan seorang
laki- l a k i k u l i t p u t i h u n t u k t e r k en a k an k e r testi. P u n c a k i n s i d en k a s u s Ca
testis terjadi pada usia-usia akhir remaja sampai usia awal dewasa ( 20-40
t a h u n ) , p a d a ak h i r u s i a d ew a s a ( L eb i h d a r i 60 t a h u n ) d an p ad a a n a k ( 0 -
10 tah un ). Sec ara kes elu ruh an insiden tertinggi kasus tumor testis terjadi
pada
pria dewasa muda, hal ini membuat Ca ini menjadi noeplasma tersering mengenai pria
usia 20-34 tahun dan tumor tersring kedua pada priausia 35-40 tahun di Amerika Serikat
dan Inggris Raya.Kanker testis sedikt lebih sering terjadi pada testis kanan dibanding testis
kiri, ini berhubungan dengan lebih tingginya insidensi kriptoidosme pada testis kanan
dibanding testis kiri. Pada tumor primer testis 2-3 % adalah tumor testis bilateral dan kira-
kira 50% terjadi pada pria de-ngan riwayat kriptokidsme unilateral ataupun bilateral. Jika
tumor testis sekunder dising-kirkanmaka insiden tumor testis primer bilateral 1 – 2,8 %
dari seluruh kasus tumor sel germinal testis.
4. Etiologi Ca Testis
Kebanyakan Ca Testis terjadi pada usia di bawah 40 tahun. Penyebabnya yang pasti
tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang menunjang terjadinya kanker testis:
4. Faktor lainnya yang kemungkinan menjadi penyebab dari kanker testis tetapi masih
dalam taraf penelitian adalah pemaparan bahan kimia tertentu dan infeksi oleh HIV. Jika
di dalam keluarga ada riwayat kanker testis, maka resikonya akan meningkat. 1% dari
semua kanker pada pria merupakan kanker testis. Kanker testis merupakan kanker yang
paling sering ditemukan pada pria berusia 15-40 tahun. Kanker testis dikelompokkan
menjadi:
1. Seminoma : 30-40% dari semua jenis tumor testis. Biasanya ditemukan pada pria
2. Non-seminoma: merupakan 60% dari semua jenis tumor testis. Dibagi menjadi
subkategori:
a. Karsinoma embrional: sekitar 20% dari kanker testis, terjadi pada usia 20-30
tahun dan sangat ganas. Pertumbuhannya sangat cepat dan menyebar ke paru-paru
dan hati.Tumor yolk sac: sekitar 60% dari semua jenis kanker testis pada
anak laki-laki.
b. Teratoma: sekitar 7% dari kanker testis pada pria dewasa dan 40% pada anak
laki- laki. - Koriokarsinoma.
Tumor sel stroma: tumor yang terdiri dari sel-sel Leydig, sel sertoli dan sel granu-
losa. Tumor ini merupakan 3-4% dari seluruh jenis tumor testis. Tumor bisa me-
nghasilkan hormon estradiol, yang bisa menyebabkan salah satu gejala kanker tes-tis,
yaitu ginekomastia.
5. Klasifikasi Ca Testis
Terdapat dua kelompok besar tumor testicular yaitu: tumor sel germinal (GCT) yang berasal
dari sel-sel yang memproduksi sperma dan dibatasi oleh tubulus seminifurus dengan jumlah
95% dan dua sex cord tumors yang berasal dari sel-sel penunjang testis spesialis maupun
yang nonspesialis dengan jumlah kurang dari 5%. GCT secara luas dibagi dalam subtipe
seminoma dan nonseinoma untuk rencana pengobatan karena seminoma lebih sensitif terhadap
terpi radiasi. Seminoma adalah tipe GCT yang paling sering 50%, cenderung untuk tumbuh
lebih lambat dan timbul pada decade keempat kehidupan. Secara umum
nonseminoma lebih agresif dari pada seminoma dan timbul lebih sering ketika pria berusia
tiga puluhan. Kira-kira 75% terbatas pada testis ketika pertama kali didiagnosis, sedangkan
sekitar 75% nonseminoma telah menyebar kekelenjar limfe ketika terdiagnosa. Terdapat
empat subtipe nonseminoma: tertatoma yolk sac, kariokarinoma, dan variasicampuran tipe-
tipe ini. Teratoma memiliki risiko metastasis yang paling rendah sedangkan koriokarsinoma
mempunyai resiko yang paling tinggi, tipe sel lain memiliki resiko diantaranya. Sel-sel ini
menghasilkan alfa fetoprotein (AFP) dan hCG yang ber fungsi sebagai penanda tumor.
observasi (>95%)
Gejala yang timbul dengan sangat bertahap dengan masa atau benjolan pada testis yang
secara umum pembesaran testis yang tidak nyeri. Pasien dapat mengeluh rasa sesak pada
bagian sekrotum ini mungkin di sebabkan karena ruang skrotum yang terdesak karenan
pertumbuhan masa tumor ini, selain itu juga dapat di temukan sakit pinggang akibat
peluasan nodus retroperineal, nyeri abdomen, penurunan berat badan akibat nutrisi bagi sel
di ambil oleh sel tumor yang berkembang, dan kelemahan, apa bila terjadi metastasis
gejalanya yang timbul akan menyesuaikan dengan organ yang terkena tumor, misalnya
bermetastasis ke paru mingkin akan menyebabkan penurunan fungsi paru.
Pemeriksaan testis mandiri (PTM) harus dilakukan 1 kali setiap bulan. Pemeriksaan ini
tidak sulit juga tidak memerlukan waktu yang lama. Paling sesuai dilakukan adalah setelah
mandi hangat atau mandi pancur ketika skrotum dalam keadaan lebih rileks.
1. Gunakan kedua tangan untuk meraba testis. Testis yang normal adalah berkonsistensi
lembut dan kerasnya merata.
2. Dengan jari telunjuk dan jari tengah di bawah testis dan ibu jari di atas, putar testis
dengan perlahan dalam bidang horizontal antara ibu jari dan jari – jari.
3. Rasakan terhadap adanya setiap bentuk benjolan kecil atau abnormalitas.
4. Ikuti prosedur yang sama dan palpasi ke arah atas sepanjang testis.
5. Temukan epididymis, struktur seperti tali pada bagian atas dan belakang testis yang
menyimpan dan mentranspor sperma.
6. Ulangi pemeriksaan untuk testis lainnya adalah normal untuk menemukan bahwa testis
yang satu lebih besar dari testis lainnya.
7. Jika anda menemukan adanya benjolan kecil, sebesar kacang, konsulkan dokter anda.
Kemungkinan hal tersebut adalah suatu infeksi atau pertumbuhan tumor. (smeltzer ;
2001)
Pemeriksaan diagnostik
- USG Skrotum
- Pemeriksaan darah untuk petanda tumor AFP (Alfa Fetoprotein), HCG (Human Choioric
Gonadotropin) yang mungkin meningkat pada pasien dengan kanker testis.
- Teknik imunositokimia yang terbaru dapat membantu mengidentifikasi sel – sel yang
tampaknya mneghasilkan penanda kanker.
- Urografi intravena untuk mendeteksi segala bentuk penyimpangan uretral yang
disebabkan oleh massa tumor.
- Limfangiographi untuk mengkaji keluasan penyebaran tumor ke system limfatik
- Pemindai CT dada dan abdomen untuk menentukan keluasan penyakit dalam paru – paru
dan retroperineum.
- Biopsy jaringan.
8. Penatalaksanaan Ca Testis
Diseksi nodus limfe retroperineal (RPLND) untuk mencegah penyebaran kanker melalui
jalur limfatik mungkin dilakukan setelah orkhioektomi.
Iradiasi nodus limfe pascaoperatif dari diafragma sampai region iliaka digunakan
untuk mengatasi seminoma dan hanya diberikan pada tempat tumor saja. Radiasi juga
digunakan untuk pasien yang tidak menunjukkan respon terhadap kemoterapi atau bagi
mereka yang tidak direkomendasikan untuk dilakukan pembedahan nodus limfe
Karsinoma testis sangat responsive terhadap terapi medikasi. Kemoterapi multiple dengan
sisplantin dan preparat lainnya seperti vinblastin, bleomisin, daktinomisin dan siklofosfamid
memberikan persentase remisi yang tinggi.
Penatalaksanaan lain :
• Untuk kanker testis dilakukan pembedahan untuk mengangkat testis yang terkena.
Diberikan radiasi dan kemoterapi.
• Pada pria dengan kanker testis dilakukan pemeriksaan sinar-X toraks dan biopsy
kelenjar limfe untuk menyingkirkan metastasis.
9. Komplikasi Ca testis
• Infertilitas
• Sesak nafas
• Nafas cepat
• Nyeri tulang
• Penurunan libido
• Impotensi
Prognosis bergantung pada luasnya penyakit pada waktu diagnosis serta bergantung pada
lokasi (gonad dan ekstragonad). Dengan terapi modern 70%-80% dari semua penderita yang
ganas akan hidup tanpa penyakit, 5 tahun setelah diagnosis. Untuk penderita dengan
penyakit
yang terlokalisasi dan prognosis amat baik, percobaan mutakhir difokuskan
untuk
meminimalkan toksisitas. Hasil terapi kurang baik (angka ketahanan hidup 5 tahun adalah 40%-
70%) untuk penderita dengan penyakit lanjut, dan penelitian difokuskan pada
pengintensifan terapi. Beberapa penderita dengan penyakit berulang dapat mencapai remisi
atau sembuh dengan terapi penyelamatan /salvae therapy. (Nelson, E. Waldo. 2000).
1. Pengkajian
2. Analisa data
DO :
Pengeluaran mediator
• Klien terlihat meringis kimiawi seperti histamine,
• Klien tampak serotonin,
melindungi area nyeri prostaglandin
(area pinggang bagian
belakang)
Respon nyeri pada pinggang
Nyeri kronis
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS Kanker testis Disfungsi seksual
:
- Klien mengatakan
Pembesaran
libido menurun
- Klien mengatakan testis
dirinya impoten
Gangguan pembentukan
DO: -
progesterone
DO : Kurang Pengetahuan
3. Diagnosa keperawatan
2. Disfungsi seksual b.d perubahan struktur tubuh t.d perubahan dalam mencapai kepuasan
sosial, Keletihan b.d malnutrisi t.d klien mengeluh kekurangan energi, letargi, kelelahan
3. Kurang pengetahuan b.d kurangnya pajanan informasi tentang penyakitnya t.d klien
bertanya-tanya tentang penyakitnya, klien tampak bingung
4. Pola napas tidak efektif b.d metastase kanker ke paru t.d klien mengeluh sesak,
peningkatan RR >20 x/menit, penggunaan NCH, penggunaan otot bantu
5. Gangguan rasa nyaman (terasa sesak pada daerah skrotum atau inguinal) ditandai dengan
ansietas, klien menagis, klien mengatakan tidak nyaman, terganggunya pola tidur,
iritabilitas
6. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d actor biologi t.d berat badanmenurun >20% dari
batas ideal, kehilangan masa otot, kurangnya keinginan untuk makan
7. Ansietas b.d perubahan status kesehatan ditandai dengan klien mengeluh cemas,
iritabilitas, kurang istirahat
8. Gangguan citra tubuh b.d penyakit t.d klien mengeluh malu terhadap sakit di testis, klien
menunjukkan respon non verbal perubahan perilaku
4. Intervensi
TUJUAN INTERVENSI
Tujuan : Setelah diberikan asuhan 1. NIC Label >> Pain Management
keperawatan selama …. Diharapkan nyeri 1. Observasi respon verbal dan nonverbal pasien
terkontrol dengan kriteria hasil: terhadap nyeri
NOC Label >> Depression Level 2. Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen
1. Tidak ada mood depresi nyeri
2. Ketertarikan terhadap aktivitas 3. Tingkatkan istirahat dan tidur yang adekuat
meningkat 4. Kelola analgetik
3. Tidak ada gangguan konsentrasi 5. Jelaskan pada pasien penyebab nyeri
4. Tidak ada keletihan 6. Ajarkan teknik nonfarmakologis (relaksasi,
5. Tidak ada gangguan tidur masase punggung)
NOC Label >> Pain Control
1. Pasien melaporkan nyeri terkontrol 2. NIC Label >> Analgetic Administration
2. Pasien menyadari onset nyeri • Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
3. Pasien mampu menentukan factor derajat nyeri sebelum pemberian obat
penyebab nyeri • Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis
NOC Label >> Pain Level dan frekuensi
1. Tidak ada ekspresi menahan nyeri • Cek riwayat alergi
dan ungkapan secara verbal
• Pilih analgetik yang diperlukan atau kombinasi
2. Tidak ada tegangan otot
dari analgetik ketika pemberian lebih dari satu
3. Pasien tidak mengerang dan
• Tentukan pilihan analgetik tergantung tipe dan
menangis
beratnya nyeri
2. Disfungsi seksual b.d perubahan struktur tubuh t.d perubahan dalam mencapai
kepuasan sosial, Keletihan b.d malnutrisi t.d klien mengeluh kekurangan energi, letargi,
kelelahan
TUJUAN INTERVENSI
Setelah dilakukan asuhan keperawatan <<NIC LABEL: Sexual Counseling>>
selama … x 24 jam, diharapkan disfungsi 1. Menentukan jumlah rasa bersalah seksual yang
seksual klien dapat diatasi, dengan
berhubungan dengan persepsi pasien tentang
criteria hasil :
<<NOC LABEL : Sexual Functioning>>
faktor-faktor penyebab penyakit
• Klien mampu mencapai gairah seksual
2. Merujuk pasien ke ahli terapi seks
(Skala 5).
• Klien mampu ereksi (Skala 5). 3. Membahas obat berpengaruh pada seksualitas
untuk orgasme(Skala 5).
secara umum
• Klien mampu mengekspresikan minat
seksual (skala 5) 5. Membahas modifikasi yang diperlukan dalam
kegiatan seksual
• Klien mampu mengungkapkan
kenyamanan seksual. (skala 5). 6. Menggunakan humor dan mendorong pasien
<<NOC LABEL : Body Image>> untuk menggunakan humor untuk meredakan
(Skala 5)
7. Menyertakan pasangan / partner seksual dalam
Klien mampu menyesuaikan diri
konseling sebisa mungkin.
•
TUJUAN INTERVENSI
Setelah diberikan asuhan keperawatan Label NIC : Health Education
selama ….x 24 jam diharapkan keluarga
• Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
pasien menunjukkan pengetahuan tentang
Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana
proses penyakit dan terapi dengan criteria
•
Promotion
DIAGNOSA EVALUASI
1.Nyeri kronis berhubungan dengan NOC Label >> Depression Level
ketidakmampuan fisik-psikososial 1. Tidak ada mood depresi
kronis (kanker) ditandai dengan px 2. Ketertarikan terhadap aktivitas meningkat
mengeluh nyeri tumpul pada area 3. Tidak ada gangguan konsentrasi
testis, depresi, kelelalahan, gangguan 4. Tidak ada keletihan
aktifitas, perubahan pola tidur 5. Tidak ada gangguan tidur
NOC Label >> Pain Control
1. Pasien melaporkan nyeri terkontrol
2. Pasien menyadari onset nyeri
3. Pasien mampu menentukan factor penyebab
nyeri
NOC Label >> Pain Level
1. Tidak ada ekspresi menahan nyeri dan
ungkapan secara verbal
2. Tidak ada tegangan otot
3. Pasien tidak mengerang dan menangis
struktur tubuh t.d perubahan dalam • Klien mampu mencapai gairah seksual (Skala 5).
mencapai kepuasan sosial, Keletihan • Klien mampu ereksi (Skala 5).
b.d malnutrisi t.d klien mengeluh
• Klien mampu mencapai gairah untuk
kekurangan energi, letargi, kelelahan
orgasme(Skala 5).
• Klien mampu mengekspresikan minat seksual
(skala 5)
• Klien mampu mengungkapkan kenyamanan
seksual. (skala 5).
<< NOC LABEL : Body Image>>
Moorhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fourth Edition. St. Louis,
Missouri: Mosby Elsevier
Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit vol 2; edisi 6.
Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta : EGC