PENDAHULUAN
spermatika kanan akan masuk ke da-lam vena cava inferior sedangkan vena
spermatika kiri akan masuk ke dalam vena renalis kiri.
Saluran limfe yang berasal dari testis kanan mengalir ke kelenjar getah
bening di daerah interaaortacaval, paracaval kanan dan iliaka komunis kanan,
sedangkan saluran limfe testis kiri mengalirkan isinya ke kelanjar getah bening
paraaorta kiri dan daerah hilus ginjal kiri, paracaval kiri dan iliaka kiri.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. DEFINISI
Kanker Testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah
zakar), yang bisa menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya
benjolan di dalam skrotum (kantung zakar).
Kanker testikuler, yang menempati peringkat pertama dalam kematian
akibat kanker diantara pria dalam kelompok umur 20 sampai 35 tahun, adalah
kanker yang paling umum pada pria yang berusia 15 tahun hingga 35 tahun dan
merupakan malignansi yang paling umum kedua pada kelompok usia 35 tahun
hingga 39 tahun.
Kanker
yang
demikian
diklasifikasikan
sebagai
germinal
atau
keseluruhan 5-years survival rate mengalami peningkatan dari 78% pada 19741976 menjadi 91% pada 1980 1985. Puncak insiden kasus tumor testis terjadi
pada usia-usia akhir remaja sampai usia awal dewasa ( 20-40 tahun ), pada akhir
usia dewasa ( Lebih dari 60 tahun ) dan pada anak ( 0-10 tahun ). Secara
keseluruhan insiden tertinggi kasus tumor testis terjadi pada pria dewasa muda,
hal ini membuat tumor ini menjadi noeplasma tersering mengenai pria usia 20-34
tahun dan tumor tersring kedua pada pria usia 35-40 tahun di Amerika Serikat dan
Inggris Raya.
Kanker testis sedikt lebih sering terjadi pada testis kanan dibanding testis
kiri, ini berhu-bungan dengan lebih tingginya insidensi kriptoidosme pada testis
kanan dibanding testis kiri. Pa-da tumor primer testis 2-3 % adalah tumor testis
bilateral dan kira-kira 50% terjadi pada pria de-ngan riwayat kriptokidsme
unilateral ataupun bilateral. Jika tumor testis sekunder dising-kirkan maka insiden
tumor testis primer bilateral 1 2,8 % dari seluruh kasus tumor sel germinal testis.
Tumor primer testis bilateral dapat terjadi secara berbarengan ataupun tidak, tetapi
cende-rung memiliki kesamaan jenis histilogisnya. Dari penelitian oleh Bach dkk
( 1983 ) di dapatkan semi-noma merupakan tumor primer testis bilateral tersering
( 48 % ) sedangkan limfoma malig-nan adalah tumor testis sekunder bilateral
tersering.
(zul adharianyah, http://zul-adhariansyah.blogspot.com/2009/04/5-cm-mmetastase-jauh-mx-adanya.html)
2.3. ETIOLOGI
Kebanyakan kanker testis terjadi pada usia di bawah 40 tahun.
Penyebabnya yang pasti tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang
menunjang terjadinya kanker testis:
1. Testis undesensus (testis yang tidak turun ke dalam skrotum)
2.
3.
1. USG skrotum
2. Pemeriksaan darah untuk petanda tumor AFP (alfa fetoprotein), HCG
(human chorionic gonadotrophin) dan LDH (lactic dehydrogenase).
Hampir 85% kanker non-seminoma menunjukkan peningkatan kadar AFP
atau beta HCG.
3. Rontgen dada (untuk mengetahui penyebaran kanker ke paru-paru)
4. CT scan perut (untuk mengetahui penyebaran kanker ke organ perut)
5. Biopsi jaringan
Human chorionic gonadotropin dan -fetoprotein adalah penanda tumor
yang mungkin meningkat pada pasien kanker testis. (Penanda tumor adalah
substansi yang disintesis oleh sel-sel tumor dan dilepaskan ke dalam sirkulasi
dalam jumlah yang abnormal).
Tehnik imunositokimia yang terbaru dapat membantu mengidentifikasi
sel-sel yang tampaknya menghasilkan penanda ini. Kadar penanda tumor dalam
darah digunakan untuk mendiagnosis, menggolongkan, dan memantau respon
terhadap pengobatan. Uji diagnostic lainnya mencakup urografi intravena untuk
mendeteksi segala bentuk penyimpangan uretral yang disebabkan oleh massa
tumor; limfangiografi untuk mengkaji keluasan penyebaran tumor ke sistem
limfatik; dan pemindai CT dada dan abdomen untuk menentukan keluasan
penyakit dalam paru-paru dan retroperineum.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. PENATALAKSANAAN
II
diobati
dengan
orkiektomi
dan
limfadenektomi
perut,
kanker
melalui
jalur
limfatik
mungkin
dilakukan
setelah
tidak
harus
menurunkan
virilitas.
Pasien dengan riwayat satu tumor testikuler mempunyai peluang yang lebih besar
untuk mengalami tumor berikutnya. Pemeriksaan tindak lanjut mencakup rontgen,
urografi ekskretori, radioimmunoassay untuk human chorionic gonadotropins dan
kadar -fetoprotein, serta pemeriksaan nodus limfe untuk mendeteksi malignansi
kambuhan.
(Nining
Bai,
testis.html)
http://as-kep.blogspot.com/2009/04/asuhan-keperawatan-tumor-
BABA IV
PEMBAHASAN
Tumor merupakan sel neoplastik yang otonom dalam arti tumbuh dengan
kecepatan yang tidak terkoordinasi dengan kebutuhan hospes dan fungsi yang
sangat tidak bergantung pada pengawasan homeostasis sebagian besar sel tubuh
lainnya. Pertumbuhan sel neoplastik biasanya progresif, yaitu tidak mencapai
keseimbangan, tetapi lebih banyak mengakibatkan penambahan massa sel yang
mempunyai sifat-sifat yang sama. Neoplasma tidak melakukan tujuan adaptif
yang menguntungkan hospes, tetapi lebih sering membahayakan.1
Tumor dapat bersifat ganas atau jinak, tumor ganas atau kanker terjadi
karena timbul dan berkembang biaknya sel jaringan sekitarnya (infiltratif) sambil
merusaknya (destruktif), dapat menyebar ke bagian lain tubuh dan umumnya fatal
jika dibiarkan. Tumor jinak tumbuh dengan batas tegas dan tidak menyusup, tidak
merusak tetapi membesar dan menekan jaringan sekitarnya (ekspansif).4
Frekuensi relatif kanker pada beberapa daerah di Indonesia tidak sama,
yang banyak ditemukan ialah karsinoma servik uteri, karsinoma hepatoseluler,
karsinoma payudara, karsinoma paru dan leukemia. Pada dasawarsa terakhir telah
terbukti bahwa 80-90% kasus kanker pada manusia dipromosi oleh faktor
lingkungan. Dalam hal ini, lingkungan dalam arti luas yang meliputi gaya hidup,
bahan kimia, fisika, maupun virus.4
Tumor testis merupakan keganasan terbanyak pada pria berusia diantara
15-35 tahun dan merupakan 1-2% dari semua neoplasma pada pria. Akhir-akhir
ini terdapat perbaikan usia harapan hidup pasien yang mendapatkan terapi jika
dibandingkan dengan 30 tahun yang lalu, karena sarana diagnosis lebih baik,
hematogen
luas
pada
tahap
dini
merupakan
tanda
koriokarsinoma.4
Rute penyebaran hematogen primer adalah melalui sirkulasi darah
dari testis ke paru, rute kedua adalah dari metastasis kelenjar retroperitoneal
melalui ductus thoracicus dan v.subclavia ke paru. Kecepatan terjadinya
metastasis sering tampak ada hubungan dengan subtipe histologiknya.
Seminoma bermetastasis lambat dan terutama ke kelenjar paralumbal,
koriokarsinoma bermetastasis cepat dan kebanyakan hematogen.7
Untuk klasifikasi tingkat penyebaran, digunakan sistem TNM Karsinoma
Testis.
T.
Tumor primer
Tis
T1
T2
T3
Funikulus spermatikus
T4
Skrotum
N.
Kelenjar limfe
N0
N1
Tunggal < 2 cm
N2
N3
M.
Metastasis jauh
M0
M1
B. Gambaran Klinis
Pasien biasanya mengeluh adanya pembesaran testis yang seringkali
tidak nyeri, namun 30% mengeluh nyeri dan terasa berat pada kantung
skrotum, sedang 10% mengeluh nyeri akut pada skrotum. Tidak jarang pasien
mengeluh karena merasa ada massa di perut sebelah atas (10%) karena
pembesaran kelenjar para aorta, benjolan pada kelenjar leher dan 5% pasien
mengeluh adanya ginekomastia. Ginekomastia adalah manifestasi dari
beredarnya kadar HCG didalam sirkulasi sistemik yang banyak terdapat
pada koriokarsinoma.5
Pada pemeriksaan fisis testis terdapat benjolan padat keras, tidak
nyeri pada palpasi dan tidak menunjukkan tanda transiluminasi. Diperhatikan
adanya infiltrasi tumor pada funikulus atau epididimis. Perlu dicari
kemungkinan adanya massa di abdomen, benjolan kelenjar supraklavikuler,
ataupun ginekomasti.5
Malaise umum dengan anemia dan laju enap darah yang tinggi.7
BAB V
PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Tumor testis merupakan keganasan terbanyak pada pria berusia diantara
15-35 tahun dan merupakan 1-2% dari semua neoplasma pada pria.
c. Tumor testis berasal dari sel germinal atau jaringan stroma testis. Lebih
dari 90% berasal dari sel germinal. Tumor ini mempunyai derajat
keganasan tinggi, tetapi dapat sembuh bila diberi penanganan adekuat.
d. Penyebab tumor testis belum diketahui dengan pasti, tetapi terdapat
beberapa faktor yang erat kaitannya dengan peningkatan kejadian tumor
testis, antara lain maldesensus testis, trauma testis, atrofi atau infeksi testis
dan pengaruh hormon.
e. Seminoma merupakan tumor maligna testis yang tersering, diikuti dengan
Karsinoma embrional, teratoma dan khoriokarsinoma.
f. Seminoma bermetastasis lambat dan terutama ke kelenjar paralumbal,
koriokarsinoma bermetastasis cepat dan kebanyakan hematogen.
g. Penanda tumor yang paling sering diperiksa pada tumor testis adalah FP
dan HCG, penanda tumor pada karsinoma testis germinal bermanfaat
untuk membantu diagnosis, penentuan stadium tumor, monitoring respons
pengobatan dan sebagai indikator prognosis tumor testis.
h. Seminoma atau non-seminoma sangat sensitif terhadap kemoterapi.
Seminoma juga sangat radiosensitif, non-seminoma jauh kurang sensitif.
i. Prognosis umumnya memuaskan, kecuali pada penderita dengan
metastasis banyak di paru atau bila terdapat kekambuhan dengan kadar
petanda tumor yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
(Nining
Bai,
testis.html)
http://as-kep.blogspot.com/2009/04/asuhan-keperawatan-tumor-
(zul
adharianyah,
http://zul-adhariansyah.blogspot.com/2009/04/5-cm-m-
metastase-jauh-mx-adanya.html)
http://medlinux.blogspot.com