Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN

DENGAN KANKER TESTIS

I. DEFINISI
Kanker Testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah zakar), yang
bisa menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam
skrotum (kantung zakar).
Kanker testikuler, yang menempati peringkat pertama dalam kematian akibat kanker
diantara pria dalam kelompok umur 20 sampai 35 tahun, adalah kanker yang paling
umum pada pria yang berusia 15 tahun hingga 35 tahun dan merupakan malignansi
yang paling umum kedua pada kelompok usia 35 tahun hingga 39 tahun.
Kanker yang demikian diklasifikasikan sebagai germinal atau nongerminal. Tumor
germinal timbul dari sel-sel germinal testis (seminoma, terakokarsinoma, dan
karsinoma embrional); tumor germinal timbul dari epithelium.
Klasifikasi patologik tumor testis menurut WHO:
1. Tumor sel bening:
a. Tumor dengan satu pola histologik:
1) Seminoma
 Seminoma spermatositik
 Karsinoma embrional
 Yolk sac tumor (Karsinoma embrional tipe infantile)
2) Teratoma:
 Matur
 Imatur
 Dengan transformasi maligna
b. Tumor dengan lebih dari satu pola histoligik:
1) Karsinoma embrional plus teratoma (teratokarsinoma)
2) Kariokarsinoma dan tipe lain apapun (perinci tipe-tipenya)
3) Kombinasi lain (perinci)
2. Tumor stromal-Tali kelamin:
a. Bentuk berdiferensiasi baik:
1) Tumor sel leydig
2) Tumor sel sertoli
3) Tumor sel granulosa
b. Bentuk campuran (perinci)
c. Bentuk berdiferensiasi tidak lengkap
Sebagian besar neoplasma adalah germinal, dengan sekitar 40% adalah seminoma.
Seminoma cenderung untuk tetap setempat, sementara tumor nonseminomas tumbuh
cepat. Penyebab tumor testikuler tidak diketahui, tetapi kriptokhidisme, infeksi, dan
faktor-faktor genetic dan endokrin tampak berperan dalam terjadinya tumor tersebut.
Risiko kanker testikuler adalah 35 kali lebih tinggi pada pria dengan segala tipe testis
yang tidak turun ke dalam skrotum dibanding dengan populasi umum. Tumor testis
biasanya malignan dan cenderung untuk bermetastasis lebih dini, menyebar dari testis
ke dalam nodus limfe dalam retroperineum dan ke paru-paru.

II. ETIOLOGI
Kebanyakan kanker testis terjadi pada usia di bawah 40 tahun. Penyebabnya yang
pasti tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang menunjang terjadinya kanker
testis:
1. Testis undesensus (testis yang tidak turun ke dalam skrotum)
2. Perkembangan testis yang abnormal
3. Sindroma Klinefelter (suatu kelainan kromosom seksual yang ditandai dengan
rendahnya kadar hormon pria, kemandulan, pembesaran payudara (ginekomastia)
dan testis yang kecil).
Faktor lainnya yang kemungkinan menjadi penyebab dari kanker testis tetapi masih
dalam taraf penelitian adalah pemaparan bahan kimia tertentu dan infeksi oleh HIV.
Jika di dalam keluarga ada riwayat kanker testis, maka resikonya akan meningkat. 1%
dari semua kanker pada pria merupakan kanker testis. Kanker testis merupakan kanker
yang paling sering ditemukan pada pria berusia 15-40 tahun. Kanker testis
dikelompokkan menjadi:
1. Seminoma : 30-40% dari semua jenis tumor testis.
Biasanya ditemukan pada pria berusia 30-40 tahun dan terbatas pada testis.
2. Non-seminoma: merupakan 60% dari semua jenis tumor testis. Dibagi menjadi
subkategori:
a. Karsinoma embrional: sekitar 20% dari kanker testis, terjadi pada usia 20-30
tahun dan sangat ganas. Pertumbuhannya sangat cepat dan menyebar ke paru-
paru dan hati.
b. Tumor yolk sac: sekitar 60% dari semua jenis kanker testis pada anak laki-laki.
c. Teratoma: sekitar 7% dari kanker testis pada pria dewasa dan 40% pada anak
laki-laki. - Koriokarsinoma.
d. Tumor sel stroma: tumor yang terdiri dari sel-sel Leydig, sel sertoli dan sel
granulosa. Tumor ini merupakan 3-4% dari seluruh jenis tumor testis. Tumor
bisa menghasilkan hormon estradiol, yang bisa menyebabkan salah satu gejala
kanker testis, yaitu ginekomastia.

III. MANIFESTASI KLINIS


Gejala kanker testis berupa :
1. Testis membesar atau teraba aneh (tidak seperti biasanya)
2. Benjolan atau pembengkakan pada salah satu atau kedua testis
3. Nyeri tumpul di punggung atau perut bagian bawah - Ginekomastia
4. Rasa tidak nyaman/rasa nyeri di testis atau skrotum terasa berat.
Tetapi mungkin juga tidak ditemukan gejala sama sekali. Gejala timbul dengan sangat
bertahap dengan massa atau benjolan pada testis yang tidak nyeri. Pasien dapat
mengeluh rasa sesak pada skrotum, area inguinal, atau abdomen dalam. Sakit
pinggang (akibat perluasan nodus retroperineal), nyeri pada abdomen, penurunan
berat badan, dan kelemahan umum dapat diakibatkan oleh metastasis. Pembesaran
testis tanpa nyeri adalah temuan diagnostik yang signifikan.
Satu-satunya metode deteksi dini yang efektif adalah pemeriksaan testis mandiri.
Suatu bagian penting dari promosi kesehatan untuk pria harus mencakup pameriksaan
mandiri. Pengajaran tentang pemeriksaan mandiri adalah intervensi penting untuk
deteksi dini penyakit ini.

IV. PATOFISIOLOGI
Tumor testis pada mulanya berupa lesi intratestikuler yang akhinya mengenai seluruh
parenkim testis. Sel-sel tumor kemudian menyebar ke rate testis, epididimis, funikulus
spermatikus, atau bahkan ke kulit scrotum. Tunika albugenia merupakan barrier yang
sangat kuat bagi penjalaran tumor testis ke organ sekitarnya, sehingga kerusakan
tunika albugenia oleh invasi tumor membuka peluang sel-sel tumor untuk menyebar
keluar testis.
Kecuali kariokarsinoma, tumor testis menyebar melalui pembuluh limfe menuju ke
kelenjar limfe retroperitoneal (para aorta) sebagai stasiun pertama, kemudian menuju
ke kelenjar mediastinal dan supraclavikula, sedangkan kariokarsinoma menyebar
secara hematogen ke paru, hepar, dan otak.

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan
lainnya yang biasa dilakukan:
1. USG skrotum
2. Pemeriksaan darah untuk petanda tumor AFP (alfa fetoprotein), HCG (human
chorionic gonadotrophin) dan LDH (lactic dehydrogenase).
Hampir 85% kanker non-seminoma menunjukkan peningkatan kadar AFP atau beta
HCG.
1. Rontgen dada (untuk mengetahui penyebaran kanker ke paru-paru)
2. CT scan perut (untuk mengetahui penyebaran kanker ke organ perut)
3. Biopsi jaringan.
Human chorionic gonadotropin dan a-fetoprotein adalah penanda tumor yang
mungkin meningkat pada pasien kanker testis. (Penanda tumor adalah substansi yang
disintesis oleh sel-sel tumor dan dilepaskan ke dalam sirkulasi dalam jumlah yang
abnormal).
Tehnik imunositokimia yang terbaru dapat membantu mengidentifikasi sel-sel yang
tampaknya menghasilkan penanda ini. Kadar penanda tumor dalam darah digunakan
untuk mendiagnosis, menggolongkan, dan memantau respon terhadap pengobatan. Uji
diagnostic lainnya mencakup urografi intravena untuk mendeteksi segala bentuk
penyimpangan uretral yang disebabkan oleh massa tumor; limfangiografi untuk
mengkaji keluasan penyebaran tumor ke sistem limfatik; dan pemindai CT dada dan
abdomen untuk menentukan keluasan penyakit dalam paru-paru dan retroperineum.

VI. PENATALAKSANAAN
Pengobatan tergantung kepada jenis, stadium dan beratnya penyakit. Setelah kanker
ditemukan, langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan jenis sel kankernya,
selanjutnya ditentukan stadiumnya:
1. Stadium I: kanker belum menyebar ke luar testis
2. Stadium II: kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di perut
3. Stadium III: kanker telah menyebar ke luar kelenjar getah bening, bisa sampai ke
hati atau paru-paru.

Ada 4 macam pengobatan yang bisa digunakan:


1. Pembedahan: pengangkatan testis (orkiektomi) dan pengangkatan kelenjar getah
bening (limfadenektomi).
2. Terapi penyinaran: menggunakan sinar X dosis tinggi atau sinar energi tinggi
lainnya, seringkali dilakukan setelah limfadenektomi pada tumor non-seminoma.
Juga digunakan sebagai pengobatan utama pada seminoma, terutama pada stadium
awal.
3. Kemoterapi: digunakan obat-obatan (misalnya cisplastin, bleomycin dan etoposid)
untuk membunuh sel-sel kanker. Kemoterapi telah meningkatkan angka harapan
hidup penderita tumor non-seminoma.
4. Pencangkokan sumsum tulang: dilakukan jika kemoterapi telah menyebabkan
kerusakan pada sumsum tulang penderita.
Tumor seminoma
1. Stadium I diobati dengan orkiektomi dan penyinaran kelenjar getah bening perut
2. Stadium II diobati dengan orkiektomi, penyinaran kelenjar getah bening dan
kemoterapi dengan sisplastin
3. Stadium III diobati dengan orkiektomi dan kemoterapi multi-obat.
Tumor non-seminoma:
1. Stadium I diobati dengan orkiektomi dan kemungkinan dilakukan limfadenektomi
perut
2. Stadium II diobati dengan orkiektomi dan limfadenektomi perut, kemungkinan
diikuti dengan kemoterapi
3. Stadium III diobati dengan kemoterapi dan orkiektomi.
Jika kankernya merupakan kekambuhan dari kanker testis sebelumnya, diberikan
kemoterapi beberapa obat (ifosfamide, cisplastin dan etoposid atau vinblastin).
Kanker testikuler adalah salah satu tumor padat yang dapat disembuhkan. Tujuan
penatalaksanaan adalah untuk menyingkirkan penyakit dan mencapai penyembuhan.
Pemilihan pengobatan tergantung pada tipe sel dan keluasan anatomi penyakit.
.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN KANKER TESTIS

I. PENGKAJIAN

Gejala:
Kelemahan dan/atau keletihan. Perubahan pada pola istirahat dan
jam kebiasaan tidur pada malam hari; adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur, misalnya nyeri, ansietas, berkeringat
Aktivitas/istirahat
malam.
Keterbatasan partisipasi dalam hobby, latihan.
Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan,
tingkat stress tinggi.

Gejala:
Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja.
Sirkulasi
Kebiasaan:
Perubahan pada tekanan darah.
Gejala:
Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara
mengatasi stress (misalnya merokok, minum alkohol, menunda
mencari pengobatan, keyakinan religious/spiritual).
Masalah tentang perubahan dalam penampilan, misalnya
Integritas ego
alopesia, lesi cacat, pembedahan. Menyangkal diagnosis,
perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna,
rasa bersalah, kehilangan control, depresi.
Tanda:
Menyangkal, menarik diri, marah.
Gejala:
Perubahan pada pola defekasi, misalnya darah pada feses, nyeri
pada defekasi.
Eliminasi
Perubahan eliminasi urinarius, misalnya nyeri atau rasa terbakar
pada saat berkemih, hematuri, sering berkemih.
Tanda:
Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
Gejala:
Kebiasaan diet buruk (misalnya rendah serat, tinggi lemak,
adiktif, bahan pengawet). Anoreksia, mual/muntah. Intoleransi
Makanan/cairan makanan. Perubahan pada berat badan; penurunan berat badan,
kakeksia, berkurangnya massa otot.
Tanda:
Perubahan pada kelembaban/turgor kulit; edema.
Gejala:
Neurosensori
Pusing; sinkope.
Gejala:
Nyeri/ Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi, misalnya
kenyamanan ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan
dengan proses penyakit).
Gejala:
Pernapasan Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang
merokok) Pemajanan asbes
Gajala:
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen.
Keamanan Pemajanan matahari lama/berlebihan.
Tanda:
Demam. Ruam kulit, ulserasi.
Gejala:
Masalah seksualitas, misalnya dampak pada hubungan,
perubahan pada tingkat kepuasan.
Seksualitas
Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun.
Multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini.
Herpes genital.
Interaksi sosial Gejala:
Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung.
Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah,
dukungan, atau bantuan).
Masalah rentang fungsi/tanggung jawab peran.
Gejala:
Riwayat kanker pada keluarga, misalnya ibu atau bibi dengan
kanker payudara. Sisi primer: penyakit primer dalam rumah
Penyuluhan/
tangga ditemukan/didiagnosis.
pembelajaran
Penyakit metastatik: sisi tambahan yang terlibat; bila tidak ada,
riwayat alamiah dari primer akan memberikan informasi penting
untuk mencari metastatik.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut
2. Ansietas
3. Disfungsi seksual

III. PERENCANAAN
1. Nyeri akut
2. Ansietas

3. Disfungsi seksual
DAFTAR PUSTAKA

1. Basuki B Purnomo, Dasar-dasar Urologi.Edisi kedua, cetakan ketiga, CV. Sagung


Seto: Jakarta 2007.
2. Carpenito Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta, 2001.
3. Danielle Gale & Jane Charette, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Penerbit
Buku Kedokteran EGC: Jakarta, 2000.
4. Doenges E. Marilynn, Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta, 1999.
5. Gallo & Hudak, Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Edisi VI, Volume II,
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta, 1996.
6. Long Barbara C. Perawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa: Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, Edisi 1, Yayasan IAPK Pajajaran,
Bandung, 1996
7. Price A. Sylvia & Wilson M. Lorraine, Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit,
Edisi 4, Buku II, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta, 1995.
8. Robbins Stanley L, Buku Saku Dasar Patologi Penyakit, Edisi 5, Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta, 1996.
9. SDKI, 2018. Survey Demograsi Dan Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta: Kementrian
Kesehatan.
10. Suzanne. C. Smeltzer & Brenda.G.Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Edisi 8, volume 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2001.
11. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

12. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :Defiance dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai