Anda di halaman 1dari 6

Nama : Rangganu Suradi Prayana

Nim : 200612635214
Matkul : Kespro

 Penyakit apa saja sih yg terdapat di reproduksi pria ?


Jawab:
Sistem reproduksi pria berperan dalam memproduksi dan menyalurkan sel sperma. Selain
itu, organ reproduksi pria juga bertugas untuk memproduksi hormon seks pria. Sayangnya,
sistem reproduksi tidak lepas dari ancaman berbagai penyakit.Berikut adalah penyakit pada
sistem reproduksi pria yang harus Anda ketahui dan waspadai:

1. Kanker tertis : Semonima testis


Seminoma testis adalah salah satu jenis tumor sel germinal yang paling sering ditemukan.
Tumor sel germinal (germ cell tumor, GCT) merupakan kelompok neoplasma yang terjadi
pada gonad. Tumor tersebut dibagi menjadi tumor seminoma dan nonseminoma. Angka
kejadian seminoma meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Pasien dengan seminoma testis umumnya datang karena merasa ada massa pada testis yang
tidak nyeri ataupun meradang. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
penegakan diagnosis dan penentuan stadium tumor adalah ultrasonografi testis, rontgen, CT
scan, PET scan, MRI, dan pemeriksaan histopatologi.
Seminoma testis merupakan neoplasma yang dianggap sangat treatable. Jika ditemukan di
stadium awal, angka kesintasan pasien mencapai 99%. Orchidectomy merupakan tata laksana
pilihan yang bersifat kuratif. Selain pembedahan, dapat dilakukan kemoterapi maupun
radioterapi. Regimen penatalaksanaan dipilih berdasarkan stadium penyakit dan skenario
klinis masing-masing pasien.

 Patofisiologi

Patofisiologi seminoma testis berasal dari epitel germinal tubulus seminiferus. Penyakit ini
diduga muncul akibat proliferasi spermatogonia imatur. Perjalanan penyakit seminoma testis
diduga sudah dimulai sejak masa embriogenesis awal.

Pada seminoma testis, faktor lingkungan mikro dan defek epigenetik diperkirakan
menyebabkan gonosit mengalami gangguan proses diferensiasi, sehingga tetap
mempertahankan profil embrioniknya. Xeno-estrogen dan antitestosteron yang terdapat pada
seminoma testis diduga memiliki efek negatif terhadap sel sertoli dan sel leydig, yaitu
menimbulkan lingkungan suboptimal untuk sel germinal berdiferensiasi dan kemudian
berkembang menjadi carcinoma in situ (CIS).
Normalnya, protein penanda embrionik menghilang dalam waktu 6-12 bulan setelah
kelahiran. Namun, pada carcinoma in situ seminoma testis, penanda embrionik masih tetap
dapat ditemukan dan bersifat resisten terhadap apoptosis dan maturasi. Penyebab pasti
progresivitas CIS menjadi tumor sel germinal masih belum diketahui.

 Faktor resiko
Faktor risiko seminoma testis antara lain undesensus testis, kelainan genetik, infertilitas, dan
riwayat tumor testis.

1. Undesensus Testis : Pasien dengan riwayat undesensus testis (UDT) memiliki risiko


mengalami karsinoma 4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan testis yang normal. UDT
yang tidak diterapi dapat meningkatkan kemungkinan mengalami neoplasma testis
sebanyak delapan kali. Orkidopeksi prapubertas mengurangi risiko tersebut menjadi dua
kali lipat dari populasi umum.
2. Kelainan Genetik : Pasien dengan trisomi 21 memiliki risiko 50 kali lebih besar untuk
mengalami kanker testis. Selain itu, pada tumor sel germinal testis ditemukan mutasi
somatik dari gen KIT pada 5% kasus.
3. Paparan Lingkungan : Paparan lingkungan, termasuk organoklorin, poliklorinasi bifenil,
polivinil klorida, ochratoxin, ganja, dan tembakau telah terbukti meningkatkan kejadian
kanker testis. Terdapat peningkatan risiko kanker testis pada petani, petugas
penerbangan, dan pemadam kebakaran yang terpapar organoklorida.
4. Infertilitas : Pasien dengan infertilitas pria mengalami peningkatan tiga kali lipat
kejadian kanker testis.
5. Riwayat Tumor Testis : Pasien dengan riwayat tumor sel germinal memiliki peningkatan
12 kali lipat untuk mengalami keganasan pada testis kedua.
6. Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat keluarga, dikombinasikan dengan faktor
lingkungan, meningkatkan risiko pasien hingga 10 kali lipat. Selain itu, terdapat studi
yang menunjukkan bahwa individu dengan riwayat tumor sel germinal testis pada ayah
kandung mengalami peningkatan risiko sebesar 4 kali lipat. Riwayat pada kakak
kandung meningkatkan risiko sebesar 9 kali lipat.

 Diagnosis

Diagnosis seminoma testis perlu dicurigai pada pasien dengan massa testis asimptomatik.
Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu menegakkan diagnosis dan menentukan
stadium tumor adalah ultrasonografi testis, rontgen, CT scan, dan histopatologi.
Anamnesis
Pasien seminoma testis biasanya datang dengan keluhan massa testis yang tidak
menimbulkan nyeri. Pasien juga bisa mengeluhkan infertilitas.

Dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien, lalu melakukan pemeriksaan fisik
untuk melihat benjolan pada testis pasien. Setelah itu, guna memastikan apakah benjolan
tersebut kanker atau bukan, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang di bawah ini:

 USG skrotum, untuk melihat apakah jenis benjolan yang ada di testis


 Tes darah, untuk mengukur kadar tumor marker (penanda tumor) yang ada di dalam
darah, seperti hormon AFP (alpha feto-protein), HCG (human chorionic
gonadotrophin), dan LDH (lactate dehydrogenate)

Jika benjolan yang muncul diduga bersifat kanker, dokter akan melakukan biopsi testis, yaitu
pengambilan sampel jaringan testis untuk melihat jenis sel-sel yang tumbuh. Melalui
pemeriksaan ini, dokter dapat mengetahui jenis kanker testis yang dialami pasien dan
menentukan pengobatan yang tepat.
Berbeda dengan biopsi pada kanker lain, biopsi kanker testis biasanya dilakukan bersamaan
dengan operasi pengangkatan seluruh bagian testis yang terserang kanker. Tindakan ini
disebut orkiektomi. Tujuannya adalah untuk mencegah penyebaran sel kanker.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemindaian dengan Rontgen, CT scan, atau MRI untuk
menentukan stadium atau tingkat penyebaran kanker. Penentuan stadium ini penting agar
pasien mendapat pengobatan yang akurat.
Berikut adalah penjelasan mengenai stadium kanker testis:

 Stadium 1: kanker hanya terdapat di saluran testis (seminiferous tubules)


 Stadium 2: kanker sudah menyebar ke jaringan lain di sekitar testis
 Stadium 3: kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di perut
 Stadium 4: kanker sudah menyebar ke organ lain, seperti paru, hati, atau otak

 Pencegahan dan ppengobatan

Terdapat berbagai pilihan penatalaksanaan untuk seminoma testis. Orchidectomy radikal


hampir selalu menjadi intervensi utama. Selain pembedahan, dapat dilakukan kemoterapi
maupun radioterapi. Pilihan penatalaksanaan disesuaikan dengan masing-masing stadium
penyakit.

Pembedahan
Orchidectomy dilakukan menggunakan insisi di daerah inguinal dengan pengangkatan
seluruh testis dan sebagian besar korda spermatika. Tindakan ini disebut orchidectomy
inguinalis radikal dan merupakan terapi standar sekaligus bagian dari prosedur penentuan
stadium.

Pengobatan Kanker Testis


Pengobatan kanker testis tergantung pada jenis dan stadium kanker yang dialami pasien.
Metode pengobatannya meliputi:
1. Orkiektomi
Orkiektomi adalah operasi pengangkatan testis yang terkena kanker. Operasi ini adalah
pilihan pertama untuk mengatasi semua jenis dan stadium kanker testis.
2. Pengangkatan kelenjar getah bening
Pengangkatan kelenjar getah bening dilakukan pada kanker testis yang sudah menyebar ke
kelenjar getah bening di area perut.
3. Radioterapi
Terapi radiasi bertujuan untuk menghancurkan sel-sel kanker dengan menggunakan sinar
radiasi tinggi. Radioterapi biasanya dilakukan setelah orkiektomi pada kanker testis jenis
seminoma, terutama yang telah menyebar ke kelenjar getah bening.
4. Kemoterapi
Pada kemoterapi, dokter akan memberikan obat antikanker untuk membunuh sel-sel kanker.
Kemoterapi bisa dilakukan sebagai terapi untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker, juga
sebagai terapi sebelum dan setelah dilakukan operasi pengangkatan benjolan dan kelenjar
getah bening.
5. Terapi pengganti hormon testosteron
Pengangkatan testis dapat memengaruhi produksi hormon testosteron. Untuk mengatasinya,
pasien akan diberikan terapi pengganti hormon berupa hormon testosteron sintetis.

Komplikasi Kanker Testis


Jika tidak segera ditangani, kanker testis bisa menyebar (metastasis) ke bagian tubuh lainnya.
Pada sebagian besar kasus, kanker testis menyebar ke kelenjar getah bening, perut, atau paru-
paru. Meskipun jarang terjadi, kanker testis juga bisa menyebar ke organ hati, tulang, dan
otak.
Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah kemandulan setelah prosedur orkiektomi, tetapi hal
tersebut biasanya hanya terjadi bila kedua testis diangkat. Jika hanya satu testis yang
diangkat, fungsi seksual dan kemampuan pasien untuk memiliki anak tidak akan terganggu.
Pencegahan Kanker Testis
Kanker testis tidak dapat dicegah, tetapi Anda bisa mendeteksinya secara dini dengan
melakukan pemeriksaan mandiri pada testis. Bila kanker testis terdeteksi lebih awal,
penyebaran sel-sel kanker dapat dicegah. Selain itu, peluang untuk sembuh juga akan lebih
besar.
Pemeriksaan testis secara mandiri sebaiknya dilakukan setelah mandi saat kondisi testis
sedang rileks. Caranya adalah dengan menempatkan testis di antara ibu jari dan telunjuk
dalam posisi berdiri. Setelah itu, raba seluruh bagian testis secara perlahan. Pemeriksaan ini
sebaiknya dilakukan paling tidak sekali dalam sebulan.
Segera periksakan ke dokter jika terdapat gejala berupa:

 Testis terasa nyeri saat diraba


 Pembengkakan atau benjolan pada testis
 Adanya perbedaan tekstur, ukuran, bentuk, atau kekerasan antara satu testis dengan
testis yang lain

Anda mungkin juga menyukai