Nim : 200612635214
Matkul : Kespro
Patofisiologi
Patofisiologi seminoma testis berasal dari epitel germinal tubulus seminiferus. Penyakit ini
diduga muncul akibat proliferasi spermatogonia imatur. Perjalanan penyakit seminoma testis
diduga sudah dimulai sejak masa embriogenesis awal.
Pada seminoma testis, faktor lingkungan mikro dan defek epigenetik diperkirakan
menyebabkan gonosit mengalami gangguan proses diferensiasi, sehingga tetap
mempertahankan profil embrioniknya. Xeno-estrogen dan antitestosteron yang terdapat pada
seminoma testis diduga memiliki efek negatif terhadap sel sertoli dan sel leydig, yaitu
menimbulkan lingkungan suboptimal untuk sel germinal berdiferensiasi dan kemudian
berkembang menjadi carcinoma in situ (CIS).
Normalnya, protein penanda embrionik menghilang dalam waktu 6-12 bulan setelah
kelahiran. Namun, pada carcinoma in situ seminoma testis, penanda embrionik masih tetap
dapat ditemukan dan bersifat resisten terhadap apoptosis dan maturasi. Penyebab pasti
progresivitas CIS menjadi tumor sel germinal masih belum diketahui.
Faktor resiko
Faktor risiko seminoma testis antara lain undesensus testis, kelainan genetik, infertilitas, dan
riwayat tumor testis.
Diagnosis
Diagnosis seminoma testis perlu dicurigai pada pasien dengan massa testis asimptomatik.
Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu menegakkan diagnosis dan menentukan
stadium tumor adalah ultrasonografi testis, rontgen, CT scan, dan histopatologi.
Anamnesis
Pasien seminoma testis biasanya datang dengan keluhan massa testis yang tidak
menimbulkan nyeri. Pasien juga bisa mengeluhkan infertilitas.
Dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien, lalu melakukan pemeriksaan fisik
untuk melihat benjolan pada testis pasien. Setelah itu, guna memastikan apakah benjolan
tersebut kanker atau bukan, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang di bawah ini:
Jika benjolan yang muncul diduga bersifat kanker, dokter akan melakukan biopsi testis, yaitu
pengambilan sampel jaringan testis untuk melihat jenis sel-sel yang tumbuh. Melalui
pemeriksaan ini, dokter dapat mengetahui jenis kanker testis yang dialami pasien dan
menentukan pengobatan yang tepat.
Berbeda dengan biopsi pada kanker lain, biopsi kanker testis biasanya dilakukan bersamaan
dengan operasi pengangkatan seluruh bagian testis yang terserang kanker. Tindakan ini
disebut orkiektomi. Tujuannya adalah untuk mencegah penyebaran sel kanker.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemindaian dengan Rontgen, CT scan, atau MRI untuk
menentukan stadium atau tingkat penyebaran kanker. Penentuan stadium ini penting agar
pasien mendapat pengobatan yang akurat.
Berikut adalah penjelasan mengenai stadium kanker testis:
Pembedahan
Orchidectomy dilakukan menggunakan insisi di daerah inguinal dengan pengangkatan
seluruh testis dan sebagian besar korda spermatika. Tindakan ini disebut orchidectomy
inguinalis radikal dan merupakan terapi standar sekaligus bagian dari prosedur penentuan
stadium.