Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PKRS SOSIAL MEDIA

“KANKER TESTIS”

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi


Salah Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
di Bagian Ilmu Bedah RS Islam Jemursari Surabaya

Oleh :

Aanisah Ikbaar Sayyidah

6120018016

Pembimbing :

dr. Dwimantoro Iman Prilistyo, Sp.U

DEPARTEMEN / SMF ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................................................2

LATAR BELAKANG.............................................................................................3

MATERI EDUKASI................................................................................................4

A........................................................................................ Definisi Kanker Tesis


..............................................................................................................................4

B............................................................................... Faktor Risiko Kanker Tesis


..............................................................................................................................4

C........................................................................................... Gejala Kanker Tesis


..............................................................................................................................5

D..................................................................................... Diagnosis Kanker Tesis


..............................................................................................................................6

E............................................................................ Sistem Staging Kanker Tesis


..............................................................................................................................9

F.............................................................................Penatalaksanaan Kanker Tesis


............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

LAMPIRAN….....................................................................................................

2
LATAR BELAKANG

Kanker testis adalah kanker yang paling sering pada pria antara umur 20 dan
35 tahun. Terdapat kira-kira 9000 kasus baru dan hanya sekitar 350 sampai 400
kematian terkait kanker testis setiap tahun.1 Dari semua tumor maligna pada laki-
laki 1-2% terlokalisasi di dalam testis dan lebih dari 90% pasien, kanker testis
dapat ditangani. Beberapa pasien dengan massa testis solid, yang ditemukan
dengan ultrasound, dianggap mengalami kanker testis, sampai terbukti sebaliknya,
dan dapat menjalani orchiecctomy radikal untuk menegakkan diagnosis definitif.
Sebelum operasi, penanda serum untuk kaker testis dapat diambil. 2
Neoplasma yang paling sering terjadi berasal dari sel germinal, sedangkan
untuk sel non germinal itu berasal dari sel Leydig atau sel Sertoli. Tumor sel non
germinal itu sangat jarang terjadi dan biasanya menrupakan bentukan tumor jinak.
Tumor sel germinal dibagi menjadi seminoma dan nonseminoma dan memiliki
perbedadaan dalam penanganannya. Karena sebagian besar massa testis padat
adalah kanker, setiap massa yang diamati pada pemeriksaan fisik dan / atau
didokumentasikan pada USG adalah ganas sampai terbukti sebaliknya. Studi awal
harus mencakup tumor markers, termasuk α-fetoprotein, β-human chorionic
gonadotropin, dan lactate dehydrogenase.3
Inguinal orchiectomy, dilakukan dengan pendekatan inguinal daripada
skrotal. Diagnosis kanker testis dibuat berdasarkan patologi spesimen
orchiectomy. Kira-kira 95% dari kanker testis adalah germ cell tumors, sedangkan
kira-kira 4% adalah nongerm cell tumors seperti tumor Leydig cell da sel Sertoli.
Penanganan metastatic germ cell tumor secara umum adalah kemoterapi.
Kebanyakan protokol kemoterapi menerapkan kombinasi bleomycin, etoposide
dan cis-platinum.1,2

3
MATERI EDUKASI

A. Definisi Kanker Testis


Kanker testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis, yang
bisa menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di
dalam skrotum. Kanker testis menempati peringkat pertama dalam kematian
akibat kanker pada pria yang berusia 15 tahun hingga 35 tahun.2
Sebagian besar neoplasma adalah germinal, dengan sekitar 40%
adalah seminoma. Seminoma cenderung untuk tetap setempat, sementara
tumor non seminomas tumbuh cepat.1
Risiko kanker testikuler adalah 35 kali lebih tinggi pada pria dengan
riwayat kriptokismus dibanding dengan populasi umum. Tumor testis
biasanya malignan dan cenderung untuk bermetastasis lebih dini, menyebar
dari testis ke dalam nodus limfe dalam retroperineum dan ke paru-paru.1

B. Faktor Risiko Kanker Testis

Pemicu utama kanker testis tidak diketahui secara pasti sampai saat
ini. Namun yang jelas, kanker testis terjadi ketika sel-sel di dalam
testis tumbuh secara abnormal dan tidak terkendali.3

Meski pemicunya belum diketahui secara pasti, ada beberapa faktor


yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk menderita kanker
testis, di antaranya : 3

1. Testis tidak turun (kriptorkismus)


Testis dibentuk di abdomen dan biasanya turun ke dalam skrotum
setelah bayi laki-laki dilahirkan atau pada setahun pertama hidupnya.
Pada kasus anomali, testis tidak turun. Istilah medis untuk kondisi ini
adalah undescended testicle atau kriptorkismus.
2. Pernah menderita kanker testis
Pria yang sudah pernah mengalami kanker testis disarankan untuk
melakukan pemeriksaan lanjutan setelah pengobatan. Mereka

4
memiliki risiko terkena kanker testis dengan kemungkinan 12 kali
lipat lebih besar dibanding orang normal, pada bagian testis yang lain.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Jika terdapat anggota keluarga, seperti ayah dan saudara kandung laki-
laki yang menderita kanker testis, maka peluang seseorang mengalami
kondisi ini juga akan meningkat.
4. Usia
Kanker testis lebih sering terjadi pada usia antara 15-49 tahun. Kasus
terbanyak terjadi pada pria usia 30-34 tahun. Meski begitu, tidak
menutup kemungkinan kanker ini terjadi di usia-usia yang lain.
5. Pertumbuhan testis yang abnormal
Kondisi tertentu, seperti sindrom Klinefelter, bisa menyebabkan testis
tidak berkembang secara normal. Hal ini akan meningkatkan risiko
kanker testis.
6. Merokok
Orang yang merokok secara aktif dalam jangka waktu yang lama
berisiko terkena kanker testis.
7. Ras
Kanker testis lebih sering terjadi pada pria kulit putih daripada kulit
hitam.

C. Gejala Kanker Testis

Kemunculan kanker testis bisa dikenali dari gejala-gejala berikut ini : 1

1. Benjolan atau pembengkakan di salah satu testis. Ini merupakan gejala


yang paling umum terjadi. Benjolan dan pembengkakan kerap disertai
rasa nyeri.
2. Rasa sakit yang tajam dan rasa pegal pada bagian testis dan skrotum.
Skrotum juga terasa berat. Rasa ini bisa datang dan pergi.
3. Terjadi penimbunan cairan di dalam skrotum dan pasien akan merasa
mudah lelah ketika sel kanker tumbuh di dalam testis.

5
Meski kebanyakan benjolan dan pembengkakan pada bagian testis
belum tentu menjadi pertanda kanker, kemunculan gejala tersebut tetap
harus diwaspadai. Pada banyak kasus, benjolan pada testis terjadi karena
pembengkakan pembuluh darah atau varikokel.1

Jika tidak segera ditangani, kanker testis bisa menyebar ke bagian


tubuh yang lain (metastatis). Apabila kondisi ini terjadi, maka gejala-gejala
lainnya juga akan muncul. Biasanya, kanker testis akan menyebar ke
kelenjar getah bening, lalu bisa menyebar ke abdomen atau perut, dan paru-
paru. Kanker ini juga bisa menyebar ke organ hati, tulang, dan otak, meski
jarang sekali terjadi.1

D. Diagnosis Kanker Testis


Pemeriksaan Fisik
Kanker testis biasanya muncul sebagai massa skrotum testis unilateral
yang tidak nyeri, dapat ditemukan pada pemeriksaan USG, atau disebabkan
oleh trauma skrotum. Nyeri skrotum mungkin merupakan gejala pertama
dalam 20% kasus dan muncul hingga 27% pasien dengan kanker testis.
Gynaecomastia muncul pada 7% kasus (lebih umum pada tumor
nonseminomatosa). Nyeri punggung dan panggul karena metastasis hadir
pada sekitar 11% kasus. Diagnosis ditunda pada sekitar 10% dari kasus
kanker testis yang menyerupai orchioepididymitis, pemeriksaan fisik
ditemukan adanya massa dan harus selalu dilakukan bersama dengan
pemeriksaan umum untuk menemukan kemungkinan metastasis jauh
(supraklavikular), massa abdomen yang teraba, atau ginekomastia.
Ultrasonografi harus dilakukan dalam kasus yang meragukan. Diagnosis
yang benar harus ditegakkan pada semua pasien dengan massa intraskotal.1
Kanker testis paling sering muncul sebagai massa testis yang tidak
nyeri, pembesaran, atau indurasi (pengerasan). Seringkali, pasien akan
datang dengan rasa tidak nyaman pada testis atau pembengkakan yang
menunjukkan gejala epididimitis atau orkitis. Pemberian antibiotik dapat
diberikan dalam keadaan ini, tetapi tenderness yang persisten,

6
pembengkakan, atau kelainan massa memerlukan evaluasi lebih lanjut.
Pasien lain mungkin mengalami pembesaran kelenjar getah bening di leher
bagian bawah atau supraklavikula, massa retroperitoneal, ginekomastia,
trombosis vena, atau emboli paru. Jika dicuriga kanker testis, maka USG
transkrotal harus dilakukan. Jika temuan USG menunjukkan massa yang
mengarah ke keganasan, maka orchiectomy inguinal umumnya dilakukan
untuk membuat diagnosis. Biopsi transkrotal dari testis tidak boleh
dilakukan karena merusak lapisan skrotum dapat menperluas penyebaran
kanker dan mempersulit manajemen.2

Pemeriksaan Penunjang
1. Pencitraan Testis
Saat ini, USG digunakan untuk mengkonfirmasi keberadaan
massa testis dan mengeksplorasi testis kontralateral. Sensitivitas USG
hampir 100%, dan USG memiliki peran penting dalam menentukan
apakah suatu massa adalah intra atau ekstra-testis. 1
KGB retroperitoneal dan mediastinum dapat dievaluasi dengan
baik melalui CT-Scan. Nodul supraklavikular paling baik dievaluasi
dengan pemeriksaan fisik diikuti oleh CT-Scan dalam kasus
kecurigaan. CT-Scan dada adalah cara yang paling sensitif untuk
mengevaluasi kelenjar thorax dan mediastinal. CT-Scan
Abdominopelvic menawarkan sensitivitas 70-80% dalam menentukan
keadaan kelenjar retroperitoneal.1
Magnetic Resonance Imaging (MRI) menghasilkan hasil yang
mirip dengan CT-Scan dalam mendeteksi pembesaran nodul
retroperitoneal. Sekali lagi, masalah utama untuk penggunaan rutinnya
adalah biaya yang tinggi dan ketersediaan terbatas. Namun demikian,
MRI dapat membantu ketika CT-Scan atau USG tidak dapat
disimpulkan, ketika CT-Scan dikontraindikasikan karena alergi
terhadap media kontras yang mengandung iodine, atau ketika dokter
atau pasien prihatin dengan dosis radiasi.1
Pemeriksaan lain, seperti CT-Scan otak atau tulang belakang,
tulang atau hati, harus dilakukan jika ada kecurigaan. CT-Scan atau

7
MRI otak disarankan pada pasien dengan NSGCT, metastasis paru
multipel dan kelompok risiko IGCCG prognosis buruk (mis. Nilai ß-
hCG tinggi).1
2. Serum Tumor Marker
Serum tumour markers adalah faktor prognostik dan
berkontribusi terhadap diagnosis dan staging. markers berikut harus
ditentukan sebelum, dan lima sampai tujuh hari setelahnya,
orchiectomy:1

a. Alpha-fetoprotein (AFP) : diproduksi oleh yolk sac cells


b. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) : ekspresi trofoblas
c. Lactate Dehydrogenitate (LDH)
Beta-hCG adalah Serum tumour markers yang paling sering
meningkat pada kanker testis. Pasien dengan kadar beta-hCG di atas
1000 IU / L umumnya dianggap memiliki tumor nonseminoma. Pasien
dengan beta-hCG post-orchiectomy >5000 IU/L berisiko lebih tinggi
mengalami metastase otak dan MRI otak harus dilakukan pada pasien
ini.2
Serum AFP yang meningkat dikaitkan dengan NSGCT. Ketika
pasien dengan SGCT secara histologis memiliki peningkatan kadar
AFP, secara umum diasumsikan bahwa nonseminoma yang tidak
terdeteksi hadir. Jika peningkatan serum AFP disebabkan oleh GCT
metastasis, maka AFP biasanya akan terus meningkat.2
Lactase dehydrogenase / LDH adalah penanda yang kurang
spesifik untuk kanker testis dibandingkan dengan AFP dan beta-hCG.1
konsentrasi LDH sebanding dengan volume tumor.1
NSGCT adalah jenis tumor yang lebih agresif secara klinis.
Ketika seminoma dan elemen nonseminoma hadir, manajemen
mengikuti nonseminoma. Oleh karena itu, diagnosis seminoma
terbatas pada histologi seminoma murni dan konsentrasi serum AFP
normal.2

8
E. Sistem Staging Kanker Testis
Sistem staging yang direkomendasikan dalam pedoman ini adalah
Tumor, Nodul, Metastasis (TNM) 2016 dari International Union Against
Cancer (UICC) 2016 (Tabel 3). Ini termasuk :
1. Penentuan tingkat anatomi penyakit
2. Penilaian serum tumour marker, termasuk nilai nadir hCG, AFP dan
lactate dehydrogenase (LDH) setelah orchiectomy (kategori S)
3. Definisi node regional
4. Modifikasi N-kategori terkait dengan ukuran nodul.

Table 3. Sistem staging TNM International Union Against Cancer (UICC) 2016.1

pT- primary tumors


pTX Primary tumour cannot be assessed (see note 1)
pT0 No evidence of primary tumour (e.g. histological scar in testis)
pTis Intratubular germ cell neoplasia (carcinoma in situ)
pT1 Tumour limited to testis and epididymis without vascular/lymphatic
invasion; tumour may invade tunica albuginea but not tunica vaginalis*
pT2 Tumour limited to testis and epididymis with vascular/lymphatic invasion,
or tumour extending through tunica albuginea with involvement of tunica
vaginalis**
pT3 Tumour invades spermatic cord with or without vascular/lymphatic
invasion**
pT4 Tumour invades scrotum with or without vascular/lymphatic invasion
N-Regional lymph nodes
NX Regional lymph nodes cannot be assessed
N0 No regional lymph node metastasis
Metastasis with a lymph node mass 2 cm or less in greatest dimension or
N1
multiple lymph nodes, none more than 2 cm in greatest dimension
Metastasis with a lymph node mass more than 2 cm but not more than 5 cm
in greatest dimension; or more than 5 nodes positive, none more than 5 cm;
N2
or greatest dimension; or more than 5 nodes positive, none more than 5 cm;
or extension of tumour evidence or extranodal extension of tumour
N3 Metastasis with a lymph node mass more than 5 cm in greatest dimension

9
pN - Regional Lymph Nodes – Pathological
pNX Regional lymph nodes cannot be assessed
pN0 No regional lymph node metastasis
Metastasis with a lymph node mass 2 cm or less in greatest dimension or
pN1
multiple lymph nodes, none more than 2 cm in greatest dimension
Metastasis with a lymph node mass more than 2 cm but not more than 5 cm
in greatest dimension; or more than 5 nodes positive, none more than 5 cm;
pN2
or greatest dimension; or more than 5 nodes positive, none more than 5 cm;
or extension of tumour evidence or extranodal extension of tumour
pN3 Metastasis with a lymph node mass more than 5 cm in greatest dimension
M-Distant metastasis
MX Distant metastasis cannot be assessed
M0 No distant metastasis
Distant metastasis **
M1 M1a Non-regional lymph node(s) or lung metastasis
M1b Distant metastasis other than non-regional lymph nodes and lung
S-Serum tumor markers
SX Serum marker studies not available or not performed

S0 Marker levels within normalimits


LDH (U/l) HCG (mIU/mL) AFP (ng/mL)
S1 < 1.5 x N and < 5,000 and < 1,000
S2 1.5-10 x N or 5,000-50,000 or 1,000-10,000
S3 > 10 x N or > 50,000 or > 10,000

N menunjukkan batas atas normal untuk uji LDH.


LDH = laktat dehidrogenase; hCG = human chorionic gonadotrophin; AFP = alpha-fetoprotein.
* AJCC edisi kedelapan membagi T1 Pure Seminoma oleh T1a dan T1b tergantung pada ukuran
tidak lebih dari 3 cm atau lebih besar dari 3 cm dalam dimensi terbesar.
** Edisi kedelapan AJCC menganggap invasi jaringan lunak hilar sebagai pT2, sedangkan tumor
terputus-putus dalam korda spermatika sebagai pM1.
Kecuali untuk pTis dan pT4, di mana orkidektomi radikal tidak selalu diperlukan untuk tujuan
klasifikasi, luasnya tumor primer diklasifikasikan setelah orkidektomi radikal; lihat pT. Dalam
keadaan lain, TX digunakan jika tidak ada orkidektomi radikal yang dilakukan.

10
Klasifikasi Stadium1

 Stadium 1 : Kanker hanya terdapat di dalam testis


 Stadium 2 : Kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening bagian
perut dan panggul
 Stadium 3 : Kanker menyebar ke kelenjar getah bening bagian dada
bagian atas
 Stadium 4 : Kanker sudah menyebar ke organ lain, seperti paru-paru.

F. Penatalaksanaan Kanker Testis

Pengobatan pada kanker testis bergantung kepada jenisnya, serta


tingkat keparahan atau stadium kanker yang dialami oleh pasien. Metode
pengobatan pertama yang umumnya diterapkan adalah operasi
pengangkatan testis yang terserang kanker atau dikenal dengan istilah
orkidektomi.2

Setelah operasi pengangkatan testis, pasien mungkin akan disarankan


untuk melakukan kemoterapi untuk mematikan sel-sel kanker yang mungkin
masih tersisa. Pada kasus tertentu, dokter juga menyarankan pasien
melakukan radioterapi jika memang diperlukan. Operasi lanjutan akan
diperlukan jika kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening atau ke
organ tubuh lainnya. 2

Berikut ini adalah langkah-langkah pengobatan pada kanker testis : 2

1. Orkidektomi Radikal
2. Terapi pengganti hormon testosterone
Pengangkatan kedua testis bisa menghentikan produksi hormon
testosteron. Akibatnya, gairah seksual atau libido menurun dan
menyebabkan seseorang kesulitan mempertahankan atau mencapai
ereksi. Untuk mengatasi hal ini, pasien akan diberikan terapi
pengganti hormon (hormone replacement therapy) berupa hormon
testosteron sintetis. Terapi hormon ini bisa menyebabkan efek

11
samping seperti kulit berminyak, jerawat, pembengkakan pada bagian
dada (payudara), atau gangguan pola buang air kecil. 2
3. Operasi kelenjar getah bening
Kanker testis yang sudah memasuki stadium lanjut dan sudah
menyebar hingga kelenjar getah bening di sekitarnya harus ditangani
melalui prosedur ini. 2
4. Radioterapi
Prosedur ini digunakan untuk menghancurkan sel-sel kanker dengan
menggunakan sinar radiasi berenergi tinggi. Teknik ini juga efektif
untuk mengobati kanker testis seminoma dan mencegahnya muncul
kembali. Efek samping penanganan ini berupa mual, diare, kelelahan,
kulit memerah, dan nyeri seperti akibat sengatan matahari. 2
5. Kemoterapi
Prosedur ini menggunakan obat-obatan antikanker untuk membunuh
sel-sel yang bersifat ganas di dalam tubuh agar tidak berkembang atau
muncul kembali. Meski demikian, teknik pengobatan ini juga bisa
menyerang sel-sel sehat dan normal tubuh manusia. Pria yang sedang
menjalani kemoterapi tidak disarankan untuk menghamili istrinya,
sebab obat-obatan kemoterapi bisa merusak sperma dan meningkatkan
risiko memiliki anak yang cacat sejak lahir. 2
6. Pemeriksaan berkala
Orang yang sembuh dari kanker harus tetap waspada karena kanker
tersebut berpotensi datang lagi. Biasanya, kanker muncul kembali
dalam kurun waktu dua tahun pertama setelah pengobatan selesai.
Pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan dan tes secara teratur
untuk mengawasi agar kanker tidak muncul kembali. Tes dan
pemeriksaan yang dimaksud adalah pemeriksaan fisik, tes darah, foto
Rontgen, dan CT scan. 2

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunicardi FC, Andersen DK, Biliar TR, Dunn DL, Hunter JG, Pollock RE.
2010. Testis and epiddimis. Anatomy. In: Schwartz’s. Principles of surgery :
8.

2. Albers P, Albrecht W, Algaba F, Bokemeyer C, Cohn-Cedermark G, Fizazi


K, et all. 2019. Guidelines on testicular cancer. European Association of
Urology : p 6-20.

3. Lin K, Sharangpani R. 2010. Screening for testicular cancer: an evidence


review for the US preventive services task force. Ann intern med ;153:396-9.

13
LAMPIRAN

14
15

Anda mungkin juga menyukai