“KANKER TESTIS”
Oleh :
6120018016
Pembimbing :
COVER ...................................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
LATAR BELAKANG.............................................................................................3
MATERI EDUKASI................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
LAMPIRAN….....................................................................................................
2
LATAR BELAKANG
Kanker testis adalah kanker yang paling sering pada pria antara umur 20 dan
35 tahun. Terdapat kira-kira 9000 kasus baru dan hanya sekitar 350 sampai 400
kematian terkait kanker testis setiap tahun.1 Dari semua tumor maligna pada laki-
laki 1-2% terlokalisasi di dalam testis dan lebih dari 90% pasien, kanker testis
dapat ditangani. Beberapa pasien dengan massa testis solid, yang ditemukan
dengan ultrasound, dianggap mengalami kanker testis, sampai terbukti sebaliknya,
dan dapat menjalani orchiecctomy radikal untuk menegakkan diagnosis definitif.
Sebelum operasi, penanda serum untuk kaker testis dapat diambil. 2
Neoplasma yang paling sering terjadi berasal dari sel germinal, sedangkan
untuk sel non germinal itu berasal dari sel Leydig atau sel Sertoli. Tumor sel non
germinal itu sangat jarang terjadi dan biasanya menrupakan bentukan tumor jinak.
Tumor sel germinal dibagi menjadi seminoma dan nonseminoma dan memiliki
perbedadaan dalam penanganannya. Karena sebagian besar massa testis padat
adalah kanker, setiap massa yang diamati pada pemeriksaan fisik dan / atau
didokumentasikan pada USG adalah ganas sampai terbukti sebaliknya. Studi awal
harus mencakup tumor markers, termasuk α-fetoprotein, β-human chorionic
gonadotropin, dan lactate dehydrogenase.3
Inguinal orchiectomy, dilakukan dengan pendekatan inguinal daripada
skrotal. Diagnosis kanker testis dibuat berdasarkan patologi spesimen
orchiectomy. Kira-kira 95% dari kanker testis adalah germ cell tumors, sedangkan
kira-kira 4% adalah nongerm cell tumors seperti tumor Leydig cell da sel Sertoli.
Penanganan metastatic germ cell tumor secara umum adalah kemoterapi.
Kebanyakan protokol kemoterapi menerapkan kombinasi bleomycin, etoposide
dan cis-platinum.1,2
3
MATERI EDUKASI
Pemicu utama kanker testis tidak diketahui secara pasti sampai saat
ini. Namun yang jelas, kanker testis terjadi ketika sel-sel di dalam
testis tumbuh secara abnormal dan tidak terkendali.3
4
memiliki risiko terkena kanker testis dengan kemungkinan 12 kali
lipat lebih besar dibanding orang normal, pada bagian testis yang lain.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Jika terdapat anggota keluarga, seperti ayah dan saudara kandung laki-
laki yang menderita kanker testis, maka peluang seseorang mengalami
kondisi ini juga akan meningkat.
4. Usia
Kanker testis lebih sering terjadi pada usia antara 15-49 tahun. Kasus
terbanyak terjadi pada pria usia 30-34 tahun. Meski begitu, tidak
menutup kemungkinan kanker ini terjadi di usia-usia yang lain.
5. Pertumbuhan testis yang abnormal
Kondisi tertentu, seperti sindrom Klinefelter, bisa menyebabkan testis
tidak berkembang secara normal. Hal ini akan meningkatkan risiko
kanker testis.
6. Merokok
Orang yang merokok secara aktif dalam jangka waktu yang lama
berisiko terkena kanker testis.
7. Ras
Kanker testis lebih sering terjadi pada pria kulit putih daripada kulit
hitam.
5
Meski kebanyakan benjolan dan pembengkakan pada bagian testis
belum tentu menjadi pertanda kanker, kemunculan gejala tersebut tetap
harus diwaspadai. Pada banyak kasus, benjolan pada testis terjadi karena
pembengkakan pembuluh darah atau varikokel.1
6
pembengkakan, atau kelainan massa memerlukan evaluasi lebih lanjut.
Pasien lain mungkin mengalami pembesaran kelenjar getah bening di leher
bagian bawah atau supraklavikula, massa retroperitoneal, ginekomastia,
trombosis vena, atau emboli paru. Jika dicuriga kanker testis, maka USG
transkrotal harus dilakukan. Jika temuan USG menunjukkan massa yang
mengarah ke keganasan, maka orchiectomy inguinal umumnya dilakukan
untuk membuat diagnosis. Biopsi transkrotal dari testis tidak boleh
dilakukan karena merusak lapisan skrotum dapat menperluas penyebaran
kanker dan mempersulit manajemen.2
Pemeriksaan Penunjang
1. Pencitraan Testis
Saat ini, USG digunakan untuk mengkonfirmasi keberadaan
massa testis dan mengeksplorasi testis kontralateral. Sensitivitas USG
hampir 100%, dan USG memiliki peran penting dalam menentukan
apakah suatu massa adalah intra atau ekstra-testis. 1
KGB retroperitoneal dan mediastinum dapat dievaluasi dengan
baik melalui CT-Scan. Nodul supraklavikular paling baik dievaluasi
dengan pemeriksaan fisik diikuti oleh CT-Scan dalam kasus
kecurigaan. CT-Scan dada adalah cara yang paling sensitif untuk
mengevaluasi kelenjar thorax dan mediastinal. CT-Scan
Abdominopelvic menawarkan sensitivitas 70-80% dalam menentukan
keadaan kelenjar retroperitoneal.1
Magnetic Resonance Imaging (MRI) menghasilkan hasil yang
mirip dengan CT-Scan dalam mendeteksi pembesaran nodul
retroperitoneal. Sekali lagi, masalah utama untuk penggunaan rutinnya
adalah biaya yang tinggi dan ketersediaan terbatas. Namun demikian,
MRI dapat membantu ketika CT-Scan atau USG tidak dapat
disimpulkan, ketika CT-Scan dikontraindikasikan karena alergi
terhadap media kontras yang mengandung iodine, atau ketika dokter
atau pasien prihatin dengan dosis radiasi.1
Pemeriksaan lain, seperti CT-Scan otak atau tulang belakang,
tulang atau hati, harus dilakukan jika ada kecurigaan. CT-Scan atau
7
MRI otak disarankan pada pasien dengan NSGCT, metastasis paru
multipel dan kelompok risiko IGCCG prognosis buruk (mis. Nilai ß-
hCG tinggi).1
2. Serum Tumor Marker
Serum tumour markers adalah faktor prognostik dan
berkontribusi terhadap diagnosis dan staging. markers berikut harus
ditentukan sebelum, dan lima sampai tujuh hari setelahnya,
orchiectomy:1
8
E. Sistem Staging Kanker Testis
Sistem staging yang direkomendasikan dalam pedoman ini adalah
Tumor, Nodul, Metastasis (TNM) 2016 dari International Union Against
Cancer (UICC) 2016 (Tabel 3). Ini termasuk :
1. Penentuan tingkat anatomi penyakit
2. Penilaian serum tumour marker, termasuk nilai nadir hCG, AFP dan
lactate dehydrogenase (LDH) setelah orchiectomy (kategori S)
3. Definisi node regional
4. Modifikasi N-kategori terkait dengan ukuran nodul.
Table 3. Sistem staging TNM International Union Against Cancer (UICC) 2016.1
9
pN - Regional Lymph Nodes – Pathological
pNX Regional lymph nodes cannot be assessed
pN0 No regional lymph node metastasis
Metastasis with a lymph node mass 2 cm or less in greatest dimension or
pN1
multiple lymph nodes, none more than 2 cm in greatest dimension
Metastasis with a lymph node mass more than 2 cm but not more than 5 cm
in greatest dimension; or more than 5 nodes positive, none more than 5 cm;
pN2
or greatest dimension; or more than 5 nodes positive, none more than 5 cm;
or extension of tumour evidence or extranodal extension of tumour
pN3 Metastasis with a lymph node mass more than 5 cm in greatest dimension
M-Distant metastasis
MX Distant metastasis cannot be assessed
M0 No distant metastasis
Distant metastasis **
M1 M1a Non-regional lymph node(s) or lung metastasis
M1b Distant metastasis other than non-regional lymph nodes and lung
S-Serum tumor markers
SX Serum marker studies not available or not performed
10
Klasifikasi Stadium1
1. Orkidektomi Radikal
2. Terapi pengganti hormon testosterone
Pengangkatan kedua testis bisa menghentikan produksi hormon
testosteron. Akibatnya, gairah seksual atau libido menurun dan
menyebabkan seseorang kesulitan mempertahankan atau mencapai
ereksi. Untuk mengatasi hal ini, pasien akan diberikan terapi
pengganti hormon (hormone replacement therapy) berupa hormon
testosteron sintetis. Terapi hormon ini bisa menyebabkan efek
11
samping seperti kulit berminyak, jerawat, pembengkakan pada bagian
dada (payudara), atau gangguan pola buang air kecil. 2
3. Operasi kelenjar getah bening
Kanker testis yang sudah memasuki stadium lanjut dan sudah
menyebar hingga kelenjar getah bening di sekitarnya harus ditangani
melalui prosedur ini. 2
4. Radioterapi
Prosedur ini digunakan untuk menghancurkan sel-sel kanker dengan
menggunakan sinar radiasi berenergi tinggi. Teknik ini juga efektif
untuk mengobati kanker testis seminoma dan mencegahnya muncul
kembali. Efek samping penanganan ini berupa mual, diare, kelelahan,
kulit memerah, dan nyeri seperti akibat sengatan matahari. 2
5. Kemoterapi
Prosedur ini menggunakan obat-obatan antikanker untuk membunuh
sel-sel yang bersifat ganas di dalam tubuh agar tidak berkembang atau
muncul kembali. Meski demikian, teknik pengobatan ini juga bisa
menyerang sel-sel sehat dan normal tubuh manusia. Pria yang sedang
menjalani kemoterapi tidak disarankan untuk menghamili istrinya,
sebab obat-obatan kemoterapi bisa merusak sperma dan meningkatkan
risiko memiliki anak yang cacat sejak lahir. 2
6. Pemeriksaan berkala
Orang yang sembuh dari kanker harus tetap waspada karena kanker
tersebut berpotensi datang lagi. Biasanya, kanker muncul kembali
dalam kurun waktu dua tahun pertama setelah pengobatan selesai.
Pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan dan tes secara teratur
untuk mengawasi agar kanker tidak muncul kembali. Tes dan
pemeriksaan yang dimaksud adalah pemeriksaan fisik, tes darah, foto
Rontgen, dan CT scan. 2
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunicardi FC, Andersen DK, Biliar TR, Dunn DL, Hunter JG, Pollock RE.
2010. Testis and epiddimis. Anatomy. In: Schwartz’s. Principles of surgery :
8.
13
LAMPIRAN
14
15