Anda di halaman 1dari 27

Case Based Discussion

ORCHITIS MUMPS
Diajukan sebagai salah satu syarat menjalani Kepaniteraan Klinik
di Bagian/ SMF Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Oleh:
Shinta Paramitha Putri Santoso
(6120018015)

Pembimbing:
dr. Dwimantoro Iman Prilistyo, Sp.U

DEPARTEMEN/SMF ILMU BEDAH


RSI JEMURSARI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama/NIM : Shinta Paramitha Putri Santoso / 6120018015


Judul Presentasi Kasus : Orchitis Mumps
Universitas : Nahdlatul Ulama Surabaya

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.

Surabaya, 17 Desember 2019

Mengetahui ,
Pembimbing

dr. Dwimantoro Iman Prilistyo, Sp.U

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME karena atas izinNya
penulis dapat menyusun tugas Case Based Discussion (CBD) Kepaniteraan Klinik
Ilmu Bedah dengan judul ORCHITIS MUMPS tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih dr.
Dwimantoro Iman Prilistyo, Sp.U yang telah memberikan bimbingan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan CBD ini.
Case Based Discussion ini dibuat sebagai salah satu syarat mengikuti
Kepaniteraan Klinik Bedah di RS Islam Jemursari Surabaya. Bila ada kesalahan
dalam penulisan tugas ini penulis mohon maaf. Kritik dan saran sangat penulis
harapkan.
Atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih. Semoga penulisan tugas
ini bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya, 12 Desember 2019

Penulis

3
BAB 1
PENDAHULUAN

Orchitis berhubungan dengan penyakit Gondongan ( Mumps, Parotitis ).


Disebutkan bahwa 30 % penderita Gondongan dapat mengalami Orchitis pada
hari ke 4 hingga hari ke 7. Ini terjadi karena penjalaran infeksi melalui aliran
getah bening. Virus-virus lain yang berbungan dengan Orchitis diantaranya
coxsackievirus, varicella, dan echovirus.
Orchitis oleh bakteri pada umumnya merupakan penyebaran epididymitis,
yakni infeksi epididimis ( saluran sperma yang menempel di bagian atas testis ).
Infeksi oleh bakteri dapat juga terjadi tanpa adanya infeksi epididimis. Kuman
penyebab Orchitis diantaranya Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus dan Streptococcus
Mark B Mycyk, MD menyebutkan bahwa sekitar 20 % insidens Orchitis
berhubungan dengan Penyakit Gondongan (Mumps, Parotitis), terutama pada usia
prepubertas. Sedangkan Orchitis yang disebabkan kuman pada umumnya
berhubungan dengan Epidedymitis.
Kebanyakan penyebab orchitis pada laki-laki yang sudah puber adalah
gondongan (mumps) dimana manifestasinya biasanya muncul mendadak dalam 3
sampai 4 hari setelah pembengkakan kelenjar parotis. Virus parotitis juga dapat
mengakibatkan orchitis sekitar 15 % – 20% pria menderita orchitis akut
bersamaan dengan parotitis. Anak laki-laki pra pubertas dengan orchitis paotitika
dapat diharapkan untuk sembuh tanpa disertai disfungsi testis. Pada pria dewasa
atau pubertas, biasanya terjadi kerusakan tubulus seminiferus dan pada beberapa
kasus merusak sel-sel leydig, sehingga terjadi hipogonadisme akibat defisiensi
testosteron. Ada resiko infertilitas yang bermakna pada pria dewasa dengan
orchitis parotitika. Tuberkukosis genitalia yang menyebar melalui darah biasanya
berawal unilateral pada kutub bawah epididimis. Dapat terbentuk nodula-nodula
yang kemudian mengalami ulserasi melalui kulit. Infeksi dapat menyebar melalui
fenikulus spermatikus menuju testis. Penyebaran lebih lanjut terjadi pada
epididimis dan testis kontralateral, kandung kemih, dan ginjal. (Price, 2005)

4
BAB 2
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. O
Umur : 34 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Sidoarjo
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : Sarjana
Status perkawinan : Menikah
No. RM : 119750
Tanggal masuk RS : 7 Desember 2019
Tanggal pemeriksaan : 9 Desember 2019

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri di buah zakar kanan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke UGD RSI Jemursari pada 7 Desember 2019 dengan
keluhan nyeri pada buah zakar kanan sejak ± 4 hari yang lalu. Nyeri dirasakan
seperti ditusuk-tusuk dan timbul saat buah zakar tersenggol atau disentuh, keluhan
nyeri membaik bila istirahat atau tidak melakukan aktivitas. Nyeri dirasakan
hingga menjalar ke paha kanan dan kiri bagian dalam dan diseluruh tubuh pasien
merasakan sangan nyeri seperti ditusuk-tusuk terutama di daerah tulang ekor.
Keluhan lain yaitu buah zakar kanan bengkak dan terasa panas sejak ± 4 hari yang
lalu bersamaan dengan nyeri, bengkak dirasakan pasien langsung besar sebesar
bola pimpong. Pasien juga mengeluh demam sejak ± 4 hari yang lalu, demam
timbul setelah timbul bengkak pada buah zakar. Demam dirasakan tinggi dan
sempat diukur di rumah yaitu 39.3°C hingga pasien tidak bisa tidur, lalu pasien
minum obat paracetamol 500mg 3 kali sehari dan keluhan demam menurun.
Keluhan lain yaitu pasien lemas dan pusing semenjak demam timbul, sehingga
pasien tidak bisa melakukan aktivitas.

5
Pasien mengatakan awalnya 5 hari sebelum nyeri pada buah zakar, pasien
mengalami gondongan pada pipi kanan (bengkak) sebesar setengah kepalan
tangan, bengkak tersebut tidak nyeri, tidak merah, dan tidak menimbulkan
keluhan sulit menelan atau makan. Keluhan ini dirasakan selama 2 hari, lalu
bengkak di pipi tersebut sembuh sendiri tanpa diobati, 3 hari kemudian timbul
bengkak pada buah zakar kanan pasien.
Keluhan lain yaitu pasien mengalami batuk berdahak sejak ± 1 bulan ini.
Batuk dirasakan terus menerus namun sempat berhenti beberapa hari dan timbul
lagi saat pasien demam saat ini. Batuk berdahak tidak ada darah maupun nanah.
Pasien mengatakan sempat beberapa kali keringat dingin terutama saat malam
hari. Pasien juga mengatakan mengalami penurunan berat badan sejak ± 2kg
selama 1 bulan ini. Pasien mengatakan memiliki riwayat imunisasi lengkap.

Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat keluhan seperti ini sebelumnya disangkal
- Riwayat Tuberkulosis disangkal
- Riwayat trauma daerah genitalia disangkal
- Riwayat testis tidak turun di skrotum disangkal
- Riwayat hipertensi disangkal, riwayat DM disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


- Pasien menyangkal memiliki keluarga menderita penyakit yang sama.
- Riwayat penyakit hipertensi, dan DM disangkal

Riwayat Kebiasaan
- Riwayat perokok aktif disangkal
- Sering mengedan saat buang air besar disangkal.
- Kebiasaan mengangkat beban berat disangkal

Riwayat Pengobatan
- Pengobatan antibiotik dan paracetamol sebelumnya untuk keluhan saat ini

6
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Tanda Vital
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 70 x /menit
Suhu : 36,2°C
Pernafasan : 20x/menit
GCS : 456 (Compos mentis)

Status generalis
Kepala : Normocephalic, Rambut bewarna hitam, tidak mudah
rontok, A/I/C/D -/-/-/-, Pupil bulat isokor 3mm/3mm,
Refleks cahaya D/I (+/+), hidung dan telinga dbn
Leher : Trakea berada di tengah dan tidak terdapat deviasi.
Tak tampak adanya pembesaran KGB, tak tampak
adanya pembesaran tyroid.
Thorax
Jantung Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat, buah dada simetris,
gynecomastia (-), spider navy (-) efloresensi yang
bermakna (-).
Palpasi : ictus cordis teraba di midclavicular ICS V
Perkusi : batas jantung kanan di parasternal ICS III-IV dextra,
batas jantung kiri ICS III sternalis dan di midclavicular
ICS V sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I &II reguler, murmur (-), gallop (-).
Paru Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan dada simetris, retraksi (-)
Palpasi : Pergerakan dada saat bernafas baik, vokal fremitus
simetris kanan dan kiri
Perkusi : Suara sonor di kedua lapang paru,
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-.
Abdomen Inspeksi : Tampak datar, venektasi (-), caput medusae (-).
Auskultasi : Bising usus 12x/menit
Perkusi : Timpani +
Palpasi : Perut teraba soepel, nyeri tekan (-), Hepar, lien, ginjal
tidak diraba.
Ekstremitas Inspeksi : simetris, palmar eritem (-)
Palpasi : akral teraba hangat kering merah +/+/+/+, oedem

7
-/-/-/-, CRT <2dtk

Status Urologis

Regio Inspeksi : datar, bekas luka (-), benjolan (-), perubahan warna (-),
Flank memar (-), bulging(-/-)
Palpasi : massa -/-,ballotement -/-, nyeri tekan -/-
Perkusi : nyeri ketok CVA -/-
Auskultasi : bruit -/-
Regio Inspeksi : Datar, bekas luka (-), benjolan/ massa (-), perubahan
Suprapubik warna (-), memar (-)
Palpasi : Buli tidak teraba penuh, nyeri tekan (-), benjolan/
massa (-)
Genitalia Regio penis : dalam batas normal
ekterna
Regio : testis (+/+), scrotum dextra hiperemis (+), testis
scrotal dextra bentuk lonjong 7x3 cm, konsistensi lunak +/+ ,
permukaan rata +/+, nyeri tekan (+/-), edema (+/-),
perabaan hangat +, Phren sign - , funikulus teraba
dbn , pembesaran KGB inguinal dextra -. Scrotum
sinistra dbn.
Anus dan : Tidak dilakukan
rectum

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Karbohidrat (06-12-2019)

8
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Glukosa Darah Acak 165 mg/dL < 145

07/12/19
Urin Lengkap
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

Makroskopis urin
Warna urin Kuning Kuning
Kejernihan urin Agak keruh Jernih
Kimia Urin
pH urin 7.0 5-8
Specific Gravity 1.010 1.005-1.030
Nitrit urine Negatif Negatif
Protein urine 1+ Negatif
Glukosa urine Negatif Negatif
Keton urine 3+ Negatif
Urobilinogen urine 3.2 mg/dL 3.2-16
Leukosit urine 3+ Negatif
Bilirubin urine Negatif Negatif
Blood Negatif Negatif
Mikroskop urin
Eritrosit 0-1 plp 0-1
Leukosit 0-1 plp 0-1
Sel Epitel 0-1 plp 0-1
Kristal Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Jamur Negatif Negatif
Parasit Negatif Negatif
Cast Negatif Negatif
Lain-lain Negatif

FUNGSI GINJAL (07-12-2019)

9
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
BUN 10.8 mg/dL 10 – 20
Kreatinin 1.29 mg/dL 0.62 – 1.10

Rontgen thorax (09-12-2019)

• Cor besar dan bentuk normal


• Pulmo : tak tampak infiltrate
• Kedua sinus phrenicocostalis
tajam
• Tulang-tulang dan soft tissue
normal

Kesimpulan : foto thorax dalam batas

11/10/19
Darah Lengkap
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

Lekosit 7,31 3.8 – 10.6

Basofil 0.623 0–1


Neutrofil 73,91 39,3 – 73,7
Limfosit 16,680 25 – 40
Eosinofil 0,052 2–4
Monosit 8,739 2–8
Eritrosit 5,64 4,40 – 5,90

Hemoglobin 14,78 13,2 – 17,3

Hematokrit 45,3 40 – 52

Indeks Eritrosit

10
MCV 80.3 80 – 100
MCH 26,2 26,0 – 34,0
MCHC 32,6 32 – 36
RDW-CV 11,2 11,5 – 14,5
Trombosit 249 150 – 440

MPV 6,576 7,2 – 11,1

V. DIAGNOSIS BANDING
1. Orchitis et causa Tuberculosis 5. Hidrokel
2. Tumor testis 6. Torsio testis
3. Hernia skrotalis
4. Epididimitis

VI. PEMERIKSAAN ANJURAN


1. Darah Lengkap
2. Urine Lengkap
3. USG scrotum dengan Doppler
4. Tumor marker : AFP, β-HCG, dan LDH

VII. DIAGNOSIS KERJA


 Acute Scrotum et causa Orchitis Mumps Dextra

VIII. RENCANA TINDAKAN


- Infus PZ 14tpm / 24 jam
- Inj. Omeprazole 2 x 40 mg
- Inj. Ondansentron 1x4 mg k/p
- Inj. Metamizole sodium 3x 500 mg k/p
- Methisoprinosine tab 3 x 500 mg
- Cefixim tab 3x100 mg
- Diet TKTP 3x150
- Terapi suportif ( bed rest, elevasi skrotum, analgetik)

11
IX. FOLLOW UP HARIAN
Tanggal S Nyeri pada buah zakar kanan masih ada namun sedikit
08-12-2019 berkurang
Buah zakar kanan masih bengkak
Masih pusing dan lemas
Mual (-), muntah (-)
BAK dalam batas normal
Pasien masih mengeluh batuk berdahak

O KU : Tampak sakit sedang


TD : 100/67 mmHg
ND: 70 x /menit
Suhu: 36,2°C
RR: 24x/menit
GCS: 456 (Compos mentis)
Pemeriksaan Fisik regio scrotal :
Scrotum testis (+/+), scrotum dextra hiperemis (+), testis
dextra bentuk lonjong 7x3 cm, konsistensi lunak +/+ ,
permukaan rata +/+, nyeri tekan (+/-), edema (+/-), perabaan
hangat +, Phren sign - , funikulus teraba dbn , pembesaran
KGB inguinal dextra -. Scrotum sinistra dbn.

A Acute scrotum e.c. Orchitis mumps dextra

P - Infus PZ 14tpm / 24 jam


- Inj. Metamizole sodium 3x 500 mg k/p
- Methisoprinosine tab 3 x 500 mg
- OBH syrup 3x1 C k/p
- Cefixim tab 3x100 mg (selama 3 hari)
- Diet TKTP 3x150
Tanggal S Nyeri pada buah zakar kanan sudah menurun
09-12-2019 Buah zakar kanan masih bengkak
Masih pusing dan lemas
Mual (-), muntah (-)
BAK dalam batas normal
Pasien masih mengeluh batuk berdahak

O KU : Tampak sakit sedang


TD : 100/60 mmHg
ND: 70 x /menit
Suhu: 36,2°C
RR: 24x/menit
GCS: 456 (Compos mentis)
Pemeriksaan Fisik regio scrotal :
Scrotum testis (+/+), scrotum dextra hiperemis (+), testis
dextra bentuk lonjong 7x3 cm, konsistensi lunak +/+ ,
permukaan rata +/+, nyeri tekan (+/-), edema (+/-), perabaan

12
hangat +, Phren sign - , funikulus teraba dbn , pembesaran
KGB inguinal dextra -. Scrotum sinistra dbn.

A Acute scrotum e.c. Orchitis mumps dextra

P - Infus PZ 14tpm / 24 jam


- Inj. Metamizole sodium 3x 500 mg k/p
- Methisoprinosine tab 3 x 500 mg
- Cefixim tab 3x100 mg
- OBH syrup 3x1 C k/p
- Diet TKTP 3x150
Tanggal S Buah zakar sudah tidak nyeri
10-12-2019 Bengkak buah zakar kanan sedikit menurun
Pusing dan lemas berkurang
Mual (-), muntah (-)
BAK dalam batas normal
- Pasien masih mengeluh batuk berdahak
O KU : Tampak Baik
GCS 456 (compos mentis)
TD 110/70 mmHg
RR 20 x/menit
N 86 x/menit
S 36◦C
Pemeriksaan Fisik regio scrotal :
Scrotum testis (+/+), scrotum dextra hiperemis (+), testis
dextra bentuk lonjong 5x2 cm, konsistensi lunak +/+ ,
permukaan rata +/+, nyeri tekan (+/-), edema (+/-), perabaan
hangat +, Phren sign - , funikulus teraba dbn , pembesaran
KGB inguinal dextra -. Scrotum sinistra dbn.

A Acute scrotum e.c. Orchitis mumps dextra

P - Acc KRS
- Terapi pulang :
- Multivit tab 1×1
- Methisoprinosine tab 3x500 mg
- Paracetamol tab 3× 500 mg
- Imunos tab 1x1

XI. PROGNOSIS
1. Ad vitam : bonam
2. Ad Functionam : bonam
3. Ad sanactionam : bonam

13
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 ANATOMI TESTIS


Testis berjumlah 2 dengan bentuk ovoid, pipih dengan ketebalan ±
2,5 cm, berwarna putih, terletak di dalam cavum skroti. Testis terletak di
ekstra abdominal atau di luar perut testis berada pada kantung scrotum
kanan dan kiri pada umumnya testis sebelah kiri letaknya lebih rendah
dibandingkan sebelah kanan. Ukuran testis rata –rata 4 x 3 x 2,5 cm,
dengan berat ± 32gram. Morfologi testis terdapat 2 permukaan datar
disebut facies lateralis medialis dan 2 kutub atau polus yaitu polus superior

14
dan polus inferior. Testis dibungkus oleh tunika vaginalis pars parietalis,
tunika vaginalis pars visceralis, tunika albuginea dan tunikavaskulosa.
Testis memiliki lobulus yang dipisahkan oleh septum testis yang dibentuk
dari penebalan tunika albuginea. Setiap lobus pada testis terdiri dari
tubulus seminiferus dan interstitial testis.
Nutrisi testis utamanya dipasok oleh arteri testicularis yang
merupakan cabang dari aorta abdominalis. Cabang-cabang arteri
testikularis ber-anasotomose dengan arteri dari duktus deferens. Drainase
vena dari testis dan epididimis dimulai dari plexus pampiniformis yang
kemudian akan membentuk vena testikularis. Vena testikularis kanan
masuk ke vena cava inferior sedangkan yang kiri akan bergabung dengna
vena renalis kiri. Drainase limfe mengikuti pembuluh darah testikularis
berada didalam spermatic cord menuju ke nodula limfatik daerah lateral
aorta atau lumbal dan pre-aortic lumbal dua. Testis disarafi oleh plexus
testikularis yang berisi parasimpatis n. vagus, serabut afferent visceral dan
serabut simpatis yang berasal dari segment torakal 7.

3.2 DEFINISI AKUT SKROTUM


Akut skrotum merupakan suatu keadaan timbulnya gejala nyeri dan bengkak
pada skrotum beserta isinya yang bersifat mendadak dan disertai gejala lokal dan
sistemik. Gejala nyeri ini dapat semakin menghebat atau malah hilang perlahan-
lahan seiring dengan berjalannya waktu. Gejala nyeri pada skrotum yang menetap,
semakin menghebat, dan disertai dengan mual dan muntah merupakan keadaan
darurat yang memerlukan penanganan medis secepatnya (Yusuf, 2005).
Timbulnya nyeri pada salah satu ataupun kedua skrotum
merupakan hal yang memerlukan perhatian secara serius serta penanganan

15
medis karena skrotum dan testis merupakan glandula reproduksi dari
seorang pria yang menghasilkan sperma sehingga kesalahan penanganan
akan menimbulkan ketidaknyamanan sepanjang hidup seorang lelaki. Bila
keadaan ini tidak ditangani akan menimbulkan gangguan-gangguan seperti
infertilitas, disfungsi ereksi, bahkan kematian jaringan testis yang
mengakibatkan testis tersebut harus dibuang untuk selamanya.
Beberapa hal yang dapat menimbulkan akut skrotum seperti proses
infeksi, non infeksi, trauma, dan berbagai macam benjolan yang dapat
menimbulkan ketidaknyamanan. Proses infeksi yang sering menimbulkan
keluhan akut skrotum adalah epididimitis. Menurut laporan jurnal di
Amerika, epididimitis merupakan keluhan kelima terbanyak di bidang
urologi yang dikeluhkan oleh laki-laki berusia 18-50 tahun dan 70%
menjadi penyebab keluhan nyeri akut pada skrotum. Sekitar 40%
epididimitis terbanyak terjadi pada laki-laki usia 20-39 tahun dan sekitar
29% terjadi pada laki-laki usia 40-59 tahun. Epididimitis jarang terjadi
pada anak-anak prepubertas.
Proses non infeksi yang sering menimbulkan keluhan nyeri akut
pada skrotum adalah torsio testis. Torsio testis merupakan salah satu
kegawatdaruratan di bidang urologi karena torsio testis menyebabkan
strangulasi pada aliran darah testis sehingga dapat berakhir dengan
nekrosis dan atrofi testis. Angka kejadian torsio testis adalah 1 dari 160
orang remaja laki-laki dan 1 dari 4000 orang laki-laki berusia kurang dari
25 tahun. Dua pertiga kasus terjadi pada rentang usia 12 – 18
tahun. Keadaan ini harus dibedakan dengan keluhan nyeri akut pada
skrotum lainnya karena keterlambatan diagnosis dan penanganan akan
menyebabkan hilangnya testis dan skrotum.7 Berdasarkan penelitian, torsio
testis dapat diselamatkan 100% bila ditangani kurang dari 6 jam sejak
terjadinya nyeri, hanya 20% yang dapat diselamatkan bila penanganan
torsio dilakukan sesudah 12 jam, dan 0% testis yang dapat bertahan bila
ditangani sesudah 24 jam sejak timbulnya nyeri.
Faktor lain yang dapat menimbulkan keluhan nyeri akut pada
skrotum adalah trauma. Jumlah trauma pada skrotum yang murni berdiri

16
sendiri yang terjadi di Amerika hanya sekitar 1%. Rentang usia berkisar
antara 10-30 tahun. Testis kanan lebih sering terkena trauma dibandingkan
dengan testis kiri karena kemungkinan besar dapat terbentur saat mengenai
os pubis.
Hernia inguinalis inkarserata sebagai salah satu diagnosa banding
dari nyeri akut pada skrotum banyak dikeluhkan oleh laki-laki. Hernia
inguinalis yang sering mengalami inkarserta adalah hernia inguinalis
lateralis dan 75% lebih sering terjadi pada laki-laki (Corinne, 2007).

3.3 DEFINISI ORCHITIS


Orchitis adalah suatu inflamasi testis (kongesti testikular), biasanya
disebabkan oleh faktor-faktor piogenik, virus, spiroseta, parasit, traumatis,
kimia atau faktor yang tidak diketahui ( Smeltzer, 2002)
Orchitismerupakan peradangan satu atau kedua testis, ditandai
dengan pembengkakan dan nyeri. Keadaan ini sering disebabkan oleh
parotitis, sifilis, atau tuberculosis (Hartanto, 2008).

3.3.1 EPIDEMIOLOGI
 Kejadian diperkirakan 1 diantara 1.000 laki-laki
 Dalam orchitis gondong, 4 dari 5 kasus terjadi pada laki-laki prepubertal
(lebih muda dari 10 tahun).
 Dalam orchitis bakteri, sebagian besar kasus berhubungan dengan
epididimitis (epididymo-orchitis), dan mereka terjadi pada laki-laki yang
aktif secara seksual lebih tua dari 15 tahun atau pada pria lebih tua dari 50
tahun dengan hipertrofi prostat jinak (BPH).
 Di Amerika Serikat sekitar 20% dari pasien prepubertas dengan gondong
berkembang orchitis.  Kondisi ini jarang terjadi pada laki-laki postpubertas
dengan gondong ( Smeltzer, 2002)

3.3.2 ETIOLOGI
Penyebab orchitis bisa piogenik bakteria, gonokokokus, basil
tuberkal, atau virus RNA seperti paramiksovirus, penyebab dari

17
gondongan (parotitis). Sekitar 20% dari orchitis timbul sebagai komplikasi
dari gondongan (parotitis) setelah pubertas (Baradero, 2006).
Menurut Price, 2005 virus adalah penyebab orchitis yang paling
sering. Orchitis parotiditis adalah infeksi virus yang paling sering terlihat,
walaupun imunisasi untuk mencegah parotiditis pada masa anak-anak
telah menurunkan insiden. 20-30% kasus parotiditis pada orang dewasa
terjadi bersamaan dengan orchitis,terjadi bilateral pada sekitar 15% pria
dengan orkitis parotiditis. Pada laki-laki pubertas atau dewasa, biasanya
terdapat kerusakan tubulus seminiferus dengan resiko infertilitas, dan pada
beberapa kasus, terdapat kerusakan sel-sel leydig yang mengakibatkan
hipogonadisme difesiensi testosterone. Orchitis paroditisisjarang terjadi
pada laki-laki prapubertas, namun bila ada, dapat diharapkan kesembuhan
yang sempurna tanpa disfungsi testiskular sesudahnya. Virus lain yang
dapat menyababkan orchitis dan memberikan gambaran klinis yang sama
adalah : virus Coxsakie B, Varisela, dan mononukleosis.
Orchitis bakterial piogenik disebabkan oleh bakteri (Escherichia
coli, Klebsiella pneumonia, Pseudmonas aeruginosa) dan infeksi parasitik
(malaria, filariasis, skistosomiasis, amebiasis) atau kadang-kadang infeksi
riketsia yang ditularkan pada epididimitis. Seseorang dengan orchitis
parotiditisterlihat sakit akut dengan demam tinggi, edema, peradangan
hidrokel akut, dan terdapat nyeri skrotum yang menyebar ke kanalisis
inguinalis. Komplikasinya termasuk infark testis, abses, dan terdapatnya
pus dalam skrotum.
Orchitis granulomaktosa dapat disebabkan oleh sifilis, penyakit
mikrobakterial, aktinomikosis, penyakit jamur, mycobacterium
tuberculosis, dan mycobacterium leprae. Infeksi dapat menyebar melalui
funikulus spermatikus menuju testis. Penyebaran selanjutnya melibatkan
epididimis dan testis, kandung kemih, dan ginjal.

3.3.3 MANIFESTASI KLINIS


Menurut Price, 2005 tanda dan gejala orchitis berkisar dari
ketidaknyamanan ringan pada testikular dan edema hingga nyeri testicular

18
yang parah dan terbentuknya edema dalam waktu sekitar 4 hingga 6 hari
setelah awitan penyakit dengan demam tinggi, mual, dan muntah.
Gejala yang dirasakan meliputi nyeri pada testis hingga ke pangkal
paha, pembengkakan dan kemerahan pada testis, menggigil, dan demam
yang dapat bilateral atau unilateral, mual, muntah, nyeri saat buang air
kecil dan nyeri saat hubungan seksual, darah pada semen. Keadaan ini
dapat berakibat steril atau impotensi. Terapi terhadap inflamasi ini dengan
istirahat di tempat tidur, kompres panas atau hangat, dan antibiotik (bila
perlu)
 Orchitis ditandai dengan nyeri testis dan pembengkakan.
 Nyeri berkisar dari ketidaknyamanan ringan sampai nyeriyang hebat.
 Kelelahan / mialgia
 Kadang-kadang pasien sebelumnya mengeluh gondongan
 Demam dan menggigil
 Mual
 Sakit kepala
 Pembesaran testis dan skrotum
 Erythematous kulit skrotum dan lebih hangat.Pembengkakan KGB
inguinal
 Pembesaran epididimis yang terkait dengan epididymo-orchitis

3.3.4 PATOFISIOLOGI
Secara historis, wabah virus terjadi di sekolah, universitas,
pangkalan militer, club olahraga dan tempat ramai lainnya. Lingkungan ini
sangat ideal, karena virusnya sangat tinggi menular, dengan transmisi yang
terjadi melalui droplet, terkontaminasi fomites (yaitu melalui objek apa
pun yang mampu membawa organisme menular), kontak langsung dan
mungkin urin. Manusia adalah satu-satunya inang alami untuk Mumps
virus. Virus memiliki masa inkubasi antara 7 hingga 21 hari. Individu
paling menular 1 hingga 2 hari sebelum timbulnya gejala.
Partikel-partikel virus ini menyebar ke organ lain melalui
peredaran darah dan limfatik sistem. Dua pertahanan kekebalan mencoba

19
untuk mengendalikan penyebaran virus. Antibodi yang bersirkulasi adalah
dihasilkan untuk menetralkan virus, dan dimediasi sel respon imun terjadi
di kelenjar getah bening, limpa, dan darah untuk menghancurkan virus
yang menyerang seseorang.
Virus memasuki tubuh melalui saluran pernapasan bagian atas dan
replikasi dalam retikuloendotelial lokal dan sistem limfoid, replikasi
primer terjadi pada epitel mukosa saluran napas atas. Infeksi sel
mononuklear dalam kelenjar getah bening regional berkembang menjadi
viremia yang menyebabkan peradangan sistemik pada kelenjar ludah,
testis, ovarium, pankreas, kelenjar susu, dan sistem saraf pusat (Davison,
2019).
Dalam beberapa hari pertama infeksi, virus menyerang kelenjar
testis, menyebabkan peradangan parenkim, menyebar ke tubulus
seminiferus dan terjadi filtrasi limfosit interstitial perivaskular. Tunica
albugenia membentuk penghalang terhadap edema, dan kenaikan
selanjutnya pada tekanan intratestular mengarah pada atrofi testis yang
diinduksi oleh tekanan (Masarani, 2006).
Kebanyakan penyebab orchitis pada laki-laki yang sudah puber
adalah gondongan (mumps), dimana manifestasinya biasanya muncul
mendadak dalam 3 sampai 4 hari setelah pembengkakan kelenjar parotis.
Virus parotitis juga dapat mengakibatkan orchitis sekitar 15 % –20% pria
menderita orchitis akut bersamaan dengan parotitis. Anak laki-laki pra
pubertas dengan orchitis parotitika dapat diharapkan untuk sembuh tanpa
disertai disfungsi testis. Pada pria dewasa atau pubertas, biasanya terjadi
kerusakan tubulus seminiferus dan pada beberapa kasus merusak sel-sel
leydig, sehingga terjadi hipogonadisme akibat defisiensi testosteron. Ada
resiko infertilitas yang bermakna pada pria dewasa dengan orchitis
parotitika. Tuberkukosis genitalia yang menyebar melalui darah biasanya
berawal unilateral pada kutub bawah epididimis. Dapat terbentuk nodula-
nodula yang kemudian mengalami ulserasi melalui kulit. Infeksi dapat
menyebar melalui fenikulus spermatikus menuju testis. Penyebaran lebih

20
lanjut terjadi pada epididimis dan testis kontralateral, kandung kemih, dan
ginjal. (Price, 2005)

3.3.5 EVALUASI DIAGNOSTIK


Diagnosis virus terutama didasarkan pada riwayat pajanan, gejala
konstitusional dan pembengkakan parotis. Virus bisa diisolasi dari air liur, urin,
darah, nasofaring apusan dan cairan mani dalam waktu satu minggu onset gejala.
 Anamnesis
Sebagian besar pasien dengan orchitis datang dengan keluhan nyeri dan
bengkak pada testis. Keluhan biasanya disertai dengan demam. Keluhan
tambahan berupa nyeri dan panas saat berkemih. Kadang disertai
pembesaran getah bening.
 Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi ditemukan tanda-tanda radang pada testis yaitu: testis
berwarna kemerahan, suhu raba terasa hangat, bengkak dan nyeri saat
dipalpasi.
 Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan kultur urin
2. Urethral smear (tes penyaringan untuk klamidia dan gonorea)
3. Dopller ultrasound, untuk mengetahui kondisi testis, menentukan
diagnosis dan mendeteksi adanya abses pada skrotum
4. White blood cell count
5. Pemeriksaan kimia darah
Pada orchitis yang disebebabkan oleh bakteri dan virus terjadi
peningkatan leukosit.
6. Diagnosis mikrobiologis adalah dengan serologi atau kultur virus.
Enzim immunoassay untuk antibodi imunoglobulin mumps paling
sering digunakan untuk diagnosis. Antibodi IgM terdeteksi dalam
beberapa hari pertama penyakit dan dianggap diagnostik. Selain itu,
serokonversi atau peningkatan titer IgG empat kali lipat juga bersifat
diagnostic (Masarani, 2006).

21
3.3.6 DIAGNOSIS BANDING
 Epididimitis atau Epididimoorkitis
Nyeri akut pada bagian posterior-inferior testis. Onset pada
umumnya gradual dalam waktu beberapa hari. Dapat ditemukan massa
yang teraba pada bagian posterior dari testis. Edema dan indurasi testis
dapat ditemukan. Tanda dan gejala infeksi saluran kemih
(LUTS / lower urinary tract symptoms) serta hasil urinalisis abnormal
juga dapat ditemukan. Tanda Phren positif dan refleks kremaster intak.
Pada pemeriksaan doppler dapat ditemukan pembesaran dan hiperemi
epididimis. Tanda-tanda infeksi dan inflamasi seperti demam, nyeri,
dan eritema skrotum, serta tanda infeksi menular seksual juga dapat
ditemukan (Kaplan, 2018).
 Torsio Apendiks Testis
Nyeri umumnya ditemukan pada testis superior atau anterior
dengan intensitas sedang hingga berat. Onset secara gradual, dapat
disertai mual muntah ataupun tidak. Tanda blue-dot dapat ditemukan
pada skrotum. Tanda kremaster dan hasil urinalisis umumnya
ditemukan normal. Pada pemeriksaan doppler, aliran darah ditemukan
meningkat dan lesi hipoekoik (Kaplan, 2018).
 Hidrokel
Dapat ditemukan pembesaran skrotum, umumnya tidak nyeri
dan dapat meningkat dengan aktivitas. Pemeriksaan transiluminasi
positif (Kaplan, 2018).
 Varikokel
Terdapat massa skrotum dengan nyeri minimal ataupun tanpa
nyeri. Edema skrotum umumnya fluktuatif seiring aktivitas. Dapat
teraba pembesaran vena dengan manuver Valsalva (Kaplan, 2018).
 Trauma Skrotum
Dapat ditemukan ekimosis dengan riwayat trauma yang jelas.
Umumnya skrotum dan testis terletak normal. Refleks kremaster intak
(Kaplan, 2018).
 Hernia Inguinal atau Skrotalis

22
Ditemukan massa pada kanalis inguinalis serta pembesaran
skrotum yang menyebabkan tidak terabanya funikulus spermatikus
pada bagian superior. Umumnya terdapat riwayat angkat beban berat
ataupun operasi hernia sebelumnya. Skrotum dan testis terletak normal
dan refleks kremaster intak (Eyre, 2018).
 Tumor atau Keganasan
Umumnya ditemukan massa testis yang tidak disertai nyeri
dengan onset gradual. Dapat disertai tanda-tanda epididimoorkitis.
Pada pasien dengan leukemia ataupun limfoma juga dapat ditemukan
testis yang mengeras secara difus disertai dengan hasil pemeriksaan
hematologi abnormal (Eyre, 2018).

3.3.7 TATALAKSANA
Pengobatan suportif : tirah baring, antiinflamasi non steroid/analgetik,
scrotal support (merawat pembengkakan dan nyeri tekan testis dengan elevasi
skrotum dan kompres hangat atau dingin). Pemberian steroid membantu
mengurangi rasa sakit dan edema, tetapi tidak mengubah perjalanan klinis
penyakit atau mencegah komplikasi di masa depan. Tidak ada obat yang
diindikasikan untuk pengobatan orchitis karena virus (Davison, 2019 ;
Masarani, 2006).
Ada beberapa studi yang mendukung penggunaan antibiotik untuk
mencegah infeksi bakteri sekunder dan apabila pengobatan suportif gagal
dikarenakan terjadi infeksi sekunder oleh bakteri (Masarani, 2006).
Pengobatan dengan intramuskular imunoglobulin gondong mungkin
bermanfaat pada tahap awal. Intravena terapi imunoglobulin tampaknya telah
mengurangi komplikasi tertentu mumps, tetapi ini belum rekomendasi untuk
penggunaannya. (Masarani, 2006).
Pengobatan sistemik Interferon-α2B memiliki efektivitas yang tinggi
untuk mencegah sterilitas dan atrofi testis setelah orchitis bilateral. Agen
terapi yang mengklaim spektrum antivirus luas bernama isoprinosine
(methisoprinol) telah digunakan dalam pengobatan mumps. Dosis untuk anak
di bawah lima tahun adalah 50 hingga 100 mg / kg setiap hari dalam dosis

23
terbagi; untuk anak yang lebih besar dan orang dewasa 40 hingga 100 mg / kg
setiap hari. Immunomodulating terapi dengan Isoprinosine memiliki efek
menguntungkan, pengobatan sesegera mungkin setelah timbulnya gejala
pertama untuk menghindari viremia yang menetap dan mempengaruhi organ
lain. Karena perjalanan penyakit yang berkepanjangan, disarankan dosis
pengobatan diberikan kurang dari 7 hari dengan tindak lanjut dosis profilaksis
(2 tablet untuk orang dewasa atau setengah dari dosis terapi untuk anak-anak)
selama dua minggu. (Petrov, 2008).
Pada pasien dengan kecurigaan bakteri, dimana penderita aktif secara
seksual, dapat diberikan antibiotik untuk menular seksual (terutama gonore
dan klamidia) dengan ceftriaxone, doksisiklin, atau azitromisin. Antibiotik
golongan  Fluoroquinolon tidak lagi direkomendasikan oleh Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) untuk pengobatan gonorrhea
karena sudah resisten.   
Contoh antibiotik:
1. Ceftriaxone
Dewasa
 IM 125-250 mg sekali, anak : 25-50 mg / kg / hari IV; tidak melebihi 125
mg / d
2. Doxycycline
 Digunakan dalam kombinasi dengan ceftriaxone untuk pengobatan
gonore.
 Dewasa cap 100 mg selama 7 hari, Anak: 2-5 mg / kg / hari PO dalam 1-2
dosis terbagi, tidak melebihi 200 mg / hari
3. Azitromisin
Mengobati infeksi ringan sampai sedang yang disebabkan oleh strain
rentan mikroorganisme. Diindikasikan untuk klamidia dan infeksi
gonorrheal pada saluran kelamin. Dewasa 1 g sekali untuk infeksi
klamidia, 2 g sekali untuk infeksi klamidia dan gonokokus. Anak: 10 mg /
kg PO sekali, tidak melebihi 250 mg / hari
4. rimetoprim-sulfametoksazol
Menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis asam

24
dihydrofolic.  Umumnya digunakan pada pasien > 35 tahun dengan
orchitis.
Dewasa 960 mg q12h untuk 14 hari. Anak 15-20 mg / kg / hari,
berdasarkan TMP, PO tid / qid selama 14 hari
5. Ciprofloxacin
Fluorokuinolon dengan aktivitas terhadap pseudomonas, streptococci,
MRSA, S epidermidis, dan gram negatif sebagian besar organisme, namun
tidak ada aktivitas terhadap anaerob.  Menghambat sintesis DNA bakteri
dan akibatnya pertumbuhan bakteri terhambat. Dewasa tab 500 mg PO
selama 14 hari.

3.3.8 PENCEGAHAN
Kekebalan adalah cara paling efektif untuk mencegah penyakit
mumps. Sebelum vaksinasi rutin, 90% dari semuanya anak-anak telah
memperoleh mumps pada usia 15 bulan, menghasilkan kekebalan seumur
hidup.
Rekomendasi saat ini dari Komite Penasihat Praktik Imunisasi
termasuk vaksin MMR awal untuk anak-anak 12 usia bulan dengan vaksin
MMR kedua diberikan antara TK sampai kelas 12 (Shreve, 2017).

3.3.9 KOMPLIKASI
 Orkitis gondong jarang menyebabkan sterilitas atau subfertilitas. Hal
ini juga dapat menyebabkan oligospermia, azoospermia, dan
asthenospermia (cacat pada pergerakan sperma)
 30% -87% pasien dengan gondok gondok bilateral mengalami
infertilitas, jarang pada kasus orchitis unilateral
 Abscess scrotalis
 Dari testis yang terkena, 30% -50% menunjukkan tingkat atrofi testis
 Epididymitis kronis (Masarani, 2006).

25
3.3.10 PROGNOSIS
 Sebagian besar kasus orchitis karena mumps menghilang secara spontan
dalam 3-10 hari.
 Dengan pemberian antibiotik yang sesuai, sebagian besar kasus orchitis
bakteri dapat sembuh tanpa komplikasi
 Prognosis pasien ad vitam bonam apabila gejala ringan dan tidak
ditemukan keterlibatan infeksi susunan saraf pusat
 Parotitis bersifat self limiting dan hanya memerlukan pengobatan suportif.
Prognosis ad functionam bonam apabila orkitis terjadi unilateral meskipun
usia pubertas
 Infeksi virus parotitis epidemika memberikan imunitas jangka Panjang dan
tidak menyebabkan kekambuhan sehingga prognosis ad sanactionam baik
(Pudjiadi, 2009).

26
DAFTAR PUSTAKA

Afifatunnisa. 2013. Pengaruh Lama Waktu Kematian terhadap Kemampuan


Motilitas Spermatozoa testis Hewan Coba Post Mortem yang Diperiksa
pada Suhu Kamar dan Dingin. Thesis. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro.
Eyre R. Evaluation of acute scrotal pain in adults. UpToDate. 2018. Diakses dari:
https://www.uptodate.com/contents/evaluation-of-acute-scrotal-pain-in-
adults
Davison, Patrick, Jason Morris. 2019. Mumps. StatPearls Publishing LLC.
Diakses dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534785/
Hartanto, Huriawati. 2008. Kamus Saku Mosby: Kedokteran, Keperawatan &
Kesehatan. Edisi 4. Jakarta: EGC
Kaplan G, Minevich E, Kenny S. Testicular torsion. BMJ Best Pract. 2018.
Shreve , Marilou, Charleen McNeill, et all. Mumps: A Call for Vigilance. The
Journal for Nurse Practitioners – JNP. Elsevier Inc. All rights reserved
2017
Masarani, H Wazait M Dinneen. 2006. Mumps Orchitis. JOURNAL OF THE
ROYAL SO CIETY OF MEDICINE VOLUME 99 NOVEMBER 2006
Petrov, P. & Georgieva, Ts & Nikolova, A. & Rusinova, M. & Todorova, N. &
Panchev, L. & Badalanova, E.. (2008). Immunomodulating therapy in
epidemic parotitis (mumps). 48. 51-52+5.
Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6
Vol 2.Jakarta: EGC
Pudjiadi , Marissa, Sri Rezeki. 2009. Orkitis pada Infeksi Parotitis Epidemika.
Vol. 11, No. 1, Juni 2009: Sari Pediatri.

27

Anda mungkin juga menyukai