Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN

TUGAS INDIVIDU KELUARGA BINAAN

Disusun Oleh :
Sri Safariawati Maidina Asyahrul Afif
6120018039

Pembimbing :
DEWI MASITHAH, DR., M.KES

DEPARTEMEN / SMF IKM – KP


(ILMU KESEHATAN MASYARAKAT – KEDOKTERAN PENCEGAHAN)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020
PROPOSAL
TUGAS INDIVIDU KELUARGA BINAAN

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Kepaniteraan Klinik Dan Melengkapi Salah
Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Di Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat – Kedokteran Pencegahan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Disusun Oleh :
SRI SAFARIAWATI MAIDINA ASYAHRUL AFIF
6120018039

Pembimbing :
DEWI MASITHAH, DR., M.KES

DEPARTEMEN / SMF IKM – KP


(ILMU KESEHATAN MASYARAKAT – KEDOKTERAN PENCEGAHAN)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020

ii
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS INDIVIDU KELUARGA BINAAN

Oleh :

SRI SAFARIAWATI MAIDINA ASYAHRUL AFIF


6120018039

Laporan“TUGAS INDIVIDU KELUARGA BINAAN” ini telah diperiksa,


disetujui, dan diterima sebagai salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan Studi
Kepanitraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat – Kedokteran Pencegahan
Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.

Surabaya, November 2020

Mengesahkan,

Dokter Pembimbing

Dewi Masithah, dr., M.Kes

KATA PENGANTAR

iii
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat, rahmat, dan karunia – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
dengan baik dan tepat waktu.
Proposal ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Ilmu
Kesehatan Masyarakat – Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas
Nahdlatul Ulama Surabaya. Di samping itu, melalui kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada NAMAPEMBIMBING
selaku pembimbing dalam penyusunan proposal ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada rekan – rekan anggota Kepaniteraan SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat
serta berbagai pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput
dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya masukan, kritik maupun
saran yang membangun. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih yang sebesar –
besarnya, semoga propo ini dapat memberikan tambahan informasi bagi kita semua.

Surabaya, November 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI.........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................2
BAB III LAPORAN KASUS................................................................................7
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................14
BAB V SIMPULAN..............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
LAMPIRAN..........................................................................................................19

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dismenorea adalah nyeri selama menstruasi yang disebabkan oleh kejang


otot uterus. Pada saat menstruasi terjadi pengeluaran prostaglandin uterus yang
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah
ke uterus. Produksi prostaglandin yang berlebihan mengakibatkan kontraksi
uterus yang terlalu kuat sehingga menimbulkan rasa sakit atau dismenorea.
Dismenorea merupakan suatu permasalahan yang biasa dialami oleh wanita muda
(Aziato et al, 2014).
Menurut World Health Organization (WHO), prevalensi dismenorea
berkisar antara 1,7% sampai 97% pada 106 studi dengan jumlah responden
125.249 orang perempuan. Terjadinya peningkatan dismenorea sejalan dengan
penurunan kebiasaan olahraga dan peningkatan kebiasaan pola hidup tidak sehat
seperti makan makanan cepat saji, merokok dan mengkonsumsi kopi berlebihan,
selain itu IMT kurang atau lebih dari berat badan normal juga mempengaruhi
terjadinya dismenore (Charu et al, 2012).
Dismenorea memiliki dampak negatif pada kualitas hidup, status mental
dan peran sosial. Seseorang yang sedang mengalami dismenorea menjadi tertekan
dan murung sehingga dapat mengganggu interaksi sosial. Beberapa remaja dan
wanita dengan dismenorea mengalami kehilangan nafsu makan dan meliburkan
diri dari sekolah atau pekerjaan (Faramarzi dan Salmalian, 2014).

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Periode menstruasi yang menimbulkan nyeri dikenal sebagai dismenorea,
yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti aliran bulanan yang menyulitkan,
akan tetapi istilah ini diartikan sebagai menstruasi yang menyakitkan. Dismenorea
adalah nyeri panggul kronik yang terjadi sebelum atau selama menstruasi yang
disebabkan oleh kejang otot uterus yang bersifat siklik (Aziato et al, 2014). .
2.2 Etiologi
Kejadian dismenore berhubungan dengan status gizi seorang wanita. Salah
satu pengukuran status gizi yaitu berdasarkan indeks masa tubuh (IMT). Wanita
dengan indeks masa tubuh (IMT) kurang dari berat badan normal dan kelebihan
berat badan (overweight) lebih mungkin untuk menderita dismenore jika
dibandingkan dengan wanita dengan IMT normal. Menurut Singh et al. dalam
hasil penelitiannya, dari total wanita yang mengisi kuisioner didapatkan 79,43%
memiliki kebiasaan memakan makanan cepat saji (junk food) didapatkan 16,82%
di antaranya menderita dismenore. Makanan cepat saji memiliki kandungan gizi
yang tidak seimbang yaitu tinggi kalori, tinggi lemak, tinggi gula, dan rendah
serat. Kandungan asam lemak yang terdapat di dalam makanan cepat saji dapat
mengganggu metabolisme progesteron pada fase luteal dari siklus menstruasi.
Akibatnya terjadi peningkatan kadar prostaglandin yang akan menyebabkan rasa
nyeri pada saat dismenore. Pada studi epidemiologi menunjukan adanya hubungan
antara dismenore dengan beberapa faktor risiko lingkungan, termasuk merokok
dan konsumsi kopi. Pada penelitian Chen et al. pada 165 wanita yang terpapar
asap rokok dan mengkonsumsi kopi, 13,3% di antaranya menderita dismenore
(Gulzar et al, 2014).

2
2.3 Klasifikasi
2.3.1 Dismenorea Primer
Dismenorea primer adalah nyeri perut bagian bawah yang terjadi pada saat
menstruasi tanpa terdapat gangguan fisik atau penyakit lain. Nyeri tersebut terjadi
akibat adanya jumlah prostaglandin F2α yang berlebihan pada darah menstruasi,
yang merangsang hiperaktivitas uterus (Vidya dan Syamala, 2014).
2.3.2 Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder adalah nyeri perut yang terjadi akibat adanya
gangguan fisik atau kondisi yang mendasari dan umumnya terjadi di kalangan
wanita berusia 40 tahun sampai 50 tahun. Gangguan fisik yang terjadi seperti
endometriosis, kanker serviks, dan mioma uteri (Okoro et al, 2013).
 Endometriosis
Endometriosis adalah penyakit pada sistem reproduksi wanita. Kondisi
ini dapat menyebabkan jaringan dari lapisan dalam dinding rahim
tumbuh di luar rongga rahim. Endometriosis terjadi saat jaringan
endometrium tumbuh di luar rahim. Jika seorang wanita mengidap
endometriosis, jaringan tersebut juga mengalami proses penebalan dan
luruh, yang sama dengan siklus menstruasi. Namun, darah tersebut
akhirnya mengendap dan tidak bisa keluar karena terletak di luar rahim
sehingga dapat mengiritasi jaringan di sekitarnya. Gejala endometriosis
umumnya menimbulkan rasa sakit yang luar biasa pada sekitar pinggul
dan perut bagian bawah. Gejala akan terasa paling parah sebelum dan
selama siklus menstruasi (Shah et al, 2014).
 Mioma uteri
Mioma merupakan suatu pertumbuhan massa atau daging di dalam
rahim atau di luar rahim yang tidak bersifat ganas. Mioma berasal dari
sel otot polos yang terdapat di rahim dan pada beberapa kasus juga
berasal dari otot polos pembuluh darah rahim. Jumlah dan ukuran
mioma bervariasi, terkadang ditemukan satu atau lebih dari satu. mioma
dapat memunculkan gejala sebagai menstruasi dalam jumlah banyak
dan nyeri panggul berkepanjangan dan tak kunjung sembuh, yang

3
dapat dirasakan saat menstruasi, setelah berhubungan seksual, atau saat
terjadi penekanan pada panggul(Gulzar et al, 2014).
 Kanker serviks
Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh pada sel-sel di leher rahim.
Umumnya, kanker serviks tidak menunjukkan gejala pada tahap awal.
Gejala baru muncul saat kanker sudah mulai menyebar. Kanker serviks
umumnya tidak menimbulkan gejala pada stadium awal. Gejala baru
muncul saat kanker memasuki stadium lanjut. Pada kondisi tersebut,
gejala yang muncul bisa berupa perdarahan melalui vagina, keluar
cairan berbau tidak sedap dari vagina, yang kadang bercampur darah.
Timbul rasa sakit tiap berhubungan seksual dan nyeri panggul
kronis(Kaur et al, 2014).

2.4 Patofisiologi
Endometrium yang mengandung prostaglandin meningkat, mencapai
tingkat maksimum pada awitan menstruasi di bawah pengaruh progresteron
selama fase luteal siklus menstruasi. Pada saat menstruasi terjadi pembebasan
prostaglandin uterus yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh-pembuluh
endometrium sehingga menghambat aliran darah ke endometrium. Penurunan
penyaluran oksigen (O2) yang terjadi kemudian menyebabkan kematian
endometrium, termasuk pembuluh darahnya. Perdarahan yang terjadi melalui
kerusakan pembuluh darah ini membilas jaringan endometrium yang mati ke
dalam lumen uterus. Prostaglandin uterus juga merangsang kontraksi ritmik
ringan miometrium uterus. Kontraksi ini membantu mengeluarkan darah dan sisa
endometrium dari rongga uterus keluar melalui vagina sebagai darah haid.
Kontraksi uterus yang terlalu kuat menyebabkan kram haid atau dismenorea (Lai
et al, 2013).
2.5 Manifestasi Klinis
Gejala utama adalah nyeri, dimulai pada saat awitan menstruasi. Nyeri
bersifat tajam, tumpul, siklik, atau menetap, dapat berlangsung dalam beberapa
jam sampai 1 hari. Kadang-kadang, gejala-gejala tersebut dapat lebih lama dari 1

4
hari tapi jarang melebihi 72 jam. Dismenorea mungkin disertai oleh berbagai
gejala sistemik berupa mual, muntah, diare, kelelahan, perubahan emosional,
nyeri punggung, sakit kepala, bahkan pingsan (Kaur et al, 2014).

2.6 Diagnosis
Untuk menentukan diagnosis dismenore, diperlukan wawancara medis
mendetail. Umumnya, dokter akan menanyakan pertanyaan yang berkaitan
dengan usia haid pertama kali, riwayat haid, keluhan lainnya, riwayat nyeri haid,
faktor pemicu nyeri haid, progresi dari keluhan nyeri haid, riwayat seksual dan
persalinan, efek dari keluhan nyeri haid terhadap kehidupan sehari-hari, dan lain-
lain. Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dari luar dan
pemeriksaan dalam melalui vagina, untuk menemukan ada-tidaknya kelainan pada
organ reproduksi, termasuk tanda-tanda infeksi. Jika saat pemeriksaan dalam
dicurigai adanya kelainan pada organ reproduksi, dokter akan menyarankan
sejumlah pemeriksaan berikut (Shah et al, 2014):
1. Pemindaian. Dokter akan melakukan pemeriksaan USG panggul untuk
melihat kondisi rahim, mulut rahim, saluran telur, dan indung telur. Jika
dibutuhkan, dokter dapat meminta pemeriksaan CT scan atau MRI, guna
mendapatkan gambaran lebih jelas.
2. Histeroskopi. Histeroskopi dilakukan menggunakan alat khusus yang berupa
selang kecil berkamera, untuk melihat kondisi di dalam rahim. Alat tersebut
akan dimasukkan melalui vagina.

2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Terapi Non Farmakologi
1. Olahraga
Olahraga seperti berjalan atau berenang, latihan menggoyangkan panggul,
latihan dengan memposisikan lutut ditekukkan ke dada kemudian
berbaring telentang atau miring (Gulzar et al, 2014).

5
2. Relaksasi dengan air hangat
Botol berisi air hangat, letakkan pada punggung atau abdomen bawah, atau
mandi air hangat atau sauna. Untuk merelaksasikan otot yang berkontraksi
(Faramarzi dan Salmalian, 2014).
3. Hindari faktor resiko
Hindari faktor resiko seperti merokok, makan makanan cepat saji, dan
mengkonsumsi kopi berlebihan karena dapat meningkatkan pelepasan
prostaglandin (Lai et al, 2013).
4. Pola hidup sehat
Melakukan pola hidup sehat dengan diet makan makanan yang bergizi
dengan porsi yang tepat dan olah raga teratur sehingga IMT mencapai nilai
normal, dapat mengurangi kejadian dismenore (Vidya dan Syamala, 2014).
2.7.2 Terapi Farmakologi
Sebagian besar perempuan yang menderita nyeri menstruasi fisiologik
akan mengalami kesembuhan atau pengurangan gejala menggunakan
kontrasepsi oral kombinasi dosis rendah. Pasien dapat diberikan inhibitor
prostaglandin, seperti aspirin, ibuprofen, indometasin, atau naproksen untuk
meredakan kram dan gejala lain yang disebabkan oleh dismenorea primer atau
akibat pemasangan alat intrauterus. Obat-obatan nonsteroid anti inflamasi ini
menghambat sintesis prostaglandin pada awal reaksi keradangan, sehingga
akan menghambat kerja prostaglandin pada siklus reseptor (Charu et al, 2012).
2.8 Prognosis
Dismenore memiliki prognosis dubia ad bonam jika factor penyebabnya
dihindari dan gejala diobati (Manorek et al, 2014).

6
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


No. RM :
Nama : Ny. U
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Kewarganegaraan : WNI
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : surabaya
Tanggal Kunjungan : 04-11-2020

3.2 Identitas keluarga pasien


1. Nama : Tn R/45 th/Swasta/Suami

2. Nama: An. A/ 5 th / anak pasien

3. Nama: An K / 3 th / anak pasien

3.3 Anamnesis
Aspek personal
Keluhan utama Nyeri perut saat haid
Riwayat perjalanan penyakit Ny. U mengeluh nyeri perut sejak 2
tahun yang lalu, nyeri perut dirasakan
saat haid biasanya dapat berlangsung 2
sampai 3 hari diawal haid, nyeri perut
terasa seperti diremas-remas pada
bagian perut bawah dan memberat saat
beraktifitas sehingga aktifitas pasien
terganggu. Ny. U mengaku nyeri perut
membaik saat Ny. U beristirahat dan

7
meminum obat anti nyeri dari dokter

Aspek psikis Ny. U berharap agar nyeri dapat


dicegah atau diobati sehingga tidak
mengganggu aktifitas Ny. U

Riwayat Penyakit keluarga tidak ada keluarga yang menderita


penyakit serupa
Riwayat reproduksi Ny.U pertamakali haid usia 13 tahun,
memiliki 2 anak lahir spontan,
Menstruasi lancar dengan siklus 30
hari

Aspek risiko internal


Riwayat sosial dan perilaku Hubungan pasien dengan tetangga dan
anggota keluarga lainnya tidak ada
kendala.
Perilaku dan Gaya Hidup (CERDIK) :
- Cek kesehatan secara berkala :
hanya atang kepuskesmas ketika
sakit
- Enyahkan Asap Rokok : Ada yang
merokok disekitar
- Rajin Aktivitas Fisik : setiap
harinya hanya membersihkan rumah
seperti menyapu, mengepel. Untuk
olahraga jarang – jarang
- Diet Sehat dengan Kalori
Seimbang : Tidak diet, dan sering
memakan makanan cepat saji yang
tinggi kalori
- Istirahat Cukup : tidur malam hanya
sekitar 4 jam, tetapi kualitasnya

8
baik, tidak pernah terbangun di
tengah – tengah tidurnya
Kelola Stres : bermin dengan
anak,memasak, membuat kue
Aspek risiko eksternal
Keluarga - Dukungan Keluarga sangat
baik.

- Hubungan dengan Anggota


Keluarga sangat baik, tidak
pernah ada masalah.

- Pasien memiliki masalah


perilaku keluarga yang tidak
sehat seperti konsumsi
makanan fast food.

- Ekonomi pasien baik dan lancar

Tempat tinggal - Akses Pelayanan Kesehatan : ada


puskesmas dan rumah sakit dekat
rumah yang hanya berjarak 500
meter.
- Kondisi lingkungan pasien sangat
baik dimana bebas dari asap rokok
dan minimal debu.
- Kondisi rumah pasien ventilasi
sangat amat cukup, pencahayaan
sinar matahari bisa masuk, sumber
air minum untuk minum (Aqua) dan
untuk mandi / masak (PDAM).
Lingkungan kerja Sebagai ibu rumah tangga ny.U
menyatakan bahwa kondisi lingkungan
cukup rumah baik
3.3 Pemeriksaan Fisik

9
KU : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Vital Sign : 

TD: 120/70 mmHg

N: 85x/menit

RR: 18x/m

T: 36,5C

 Status Generalis :

 Kepala : Bentuk normocephal, rambut hitam tebal, distribusi merata.

 Mata : Palpebra superior dextra dan sinistra tidak edema, konjungtiva


tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek cahaya langsung dan tidak
langsung positif.

 Hidung : Bentuk normal, sekret tidak ada, napas cuping hidung tidak ada.

 Mulut : Mukosa tidak kering, tidak pecah, tidak sianosis, rongga mulut
bersih, lidah tidak kotor, tidak ada celah mulut, selaput lendir normal,
tidak ada celah langit- langit, uvula ditengah, faring tidak hiperemis, tonsil
T1 – T1 tenang.

 Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening.

 Thoraks : Bentuk normal, tidak ada retraksi, simetris kiri dan kanan, tidak
ada sikatriks, tidak ada pelebaran vena.

 Paru, Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, tidak ada retraksi. Perkusi
: Sonor pada kedua lapang paru. Auskultasi : Suara napas dasar vesikuler,
tidak ada ronki, tidak ada wheezing.

10
 Jantung, Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak. Palpasi : Iktus kordis teraba
di sela iga IV garis midklavikularis kiri, tidak kuat angkat, tidak ada thrill.
Perkusi : Batas jantung kanan atas sela iga II garis parasternal kanan, batas
jantung kanan bawah sela iga IV garis midklavikularis kanan, batas
jantung kiri sela iga IV garis midklavikularis kiri. Auskultasi : Bunyi
jantung I–II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop

 Abdomen. Inspeksi : datar, tidak ada benjolan, tidak ada pelebaran vena.
Auskultasi : bising usus normal. Palpasi : Datar, supel, tidak terdapat nyeri
tekan, tidak teraba hati dan limpa. Perkusi : timpani pada seluruh lapang
abdomen

 Ekstremitas: Akral hangat (+) Edema (-)

 Status lokalis :

Pada region fascialis, kelopak mata tidak tampak cekung.

Pada regio abdomen:

I : tampak datar

A : BU (+) 10x/menit

P : timpani

P : tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen, turgor kulit kembali


segeraTentukan status gizi (menggunakan IMT)

Status Gizi
BB : 69 kg

TB : 155 cm

IMT : 28,7

Status gizi : Obesitas level 1

11
3.4 Diagnosis & Aspek fungsional
Diagnosis kerja/diagnosis klinis: dysmenore, dalam fungsi sosialnya, masuk
dalam skala 1 yakni tidak ada keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik
apapun.

3.5 Penatalaksanaan
Penggunaan obat anti nyeri (asam mefenamat) dan istirahat

3.7 Prognosis
Prognosis penyakit pasien adalah dubia ad bonam (baik)

12
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Alur Kunjungan


 Kunjungan ke keluarga binaan pertamakali dilakukan tanggal 03-11-2020
pukul 08:38, kunjungan dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari
pasien.
 Kunjungan dilakukan secara offline agar dapat berkomunikasi secara
langsung dengan pasien dan menggunakan protokol alat pelindung diri
seperti masker untuk anamnesis dan pemeriksaan fisik
 Disana penulis bertemu dengan suami dan anak pasien,
 Pasien dan keluarga sangat antusias dengan apa yang telah dijelaskan
penulis mengenai program keluarga binaan,
 Tanggapan pasien dan keluarga sangat baik dan kooperatif.
4.2 Daftar Permasalahan
 Masalah yang ditemukan saat anamnesis yaitu, pasien mengeluh nyeri pada
perut bagian bawah saat haid
 Suami pasien masih merokok didalam lingkungan rumah, sekitar 13 batang
perhari.
 Pasien masih sering minum kopi
 Pasien masih sering makan makanan cepat saji
 Untuk pasien sendiri IMT nya 28,7dan termasuk obesitas grade I
4.3 Analisis Kebutuhan
Dari daftar permasalahahan di atas yaitu pasien menderita dismenore
bertahun-tahun, faktor resiko yang di temukan pada pasien ini adalah suami
pasien sering merokok di lingkungan rumah, Pasien masih sering minum kopi
dan makan makanan cepat saji, dan BMI pasien termasuk dalam obesitas
grade I. Sehinga dibutuhkan edukasi untuk menjelaskan bahwa pentingnya
menghindari faktor resiko seperti menjauhi asap rokok, mengurangi kopi juga
makanan cepat saji, dan memulai pola hidup sehat seperti makan-makanan

13
bergizi seimbang dengan porsi yang cukup disertai dengan olahraga untuk
menurunkan berat badan.
4.3.1 Kebutuhan Fisik-Biomedis
a. Kecukupan Gizi

Membatasi konsumsi makan makanan cepat saji, tinggi karbohidrat dan


lemak, serta mencukupi asupan buah dan sayur.

b. Kegiatan fisik
Untuk kegitan fisik sehari-hari pasien diharapkan untuk lebih sering
melakukan olahraga seperti berenang, senam aerobic, berjalan-jalan
minimal 30 menit sehari atau lebih, dan dianjurkan untuk beristirahat
yang cukup tidur sehari minimal 6 jam.
c. Akses Pelayanan Kesehatan
Sudah mencukupi karena terdapat rumah sakit dan puskesmas di dekat
rumah pasien yang berjarak sekitar 500 m dari rumah pasien.
4.3.2 Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial
a. Lingkungan Biologis
Menghinari polusi di lingkungan rumah pasien seperti asap rokok.
b. Faktor Psikologis dan Sosial
Menjelaskan kepada pasien bahwa faktor pendukung dalam penyelesaian
masalah pasien dan keluarga pasien adalah pasien dan anggota keluarga
itu sendiri, sehingga mereka semua harus saling mendukung dan juga
harus menerapkan pola hidup sehat.
4.4 Intervensi
4.4.1 Rencana intervensi
Memberikan interverensi berupa penyuluhan atau edukasi dalam bentuk
leaflet, untuk memberikan pengetahun tentang pengertian mengenai
dismenore, factor resiko yang menyebabkan dismenore, dan
penatalaksanaan untuk menghindari dan mengobati dismenore, Edukasi
yang perlu ditekankan pada pasien adalah bahwa pengobatan dengan obat
hanya akan mengobati gejala dismenore tetapi tidak dapat menyembuhkan
secara total, sehingga perlu diiringi dengan menghindari faktor resiko dan

14
menerapkan pola hidup sehat agar dismenore tidak terjadi berulang.
4.4.2 Implementasi intervensi
Melakukan anamnesis,pemeriksaan fisik, dan analisis keadaan lingkungan
sekitar rumah pada pertemuan pertama kemudian melakukan penyuluhan
mengenai hipertensi dengan media leaflet pada petemuan kedua
4.4.3 Media promosi kesehatan
Media promosi kesehatan yang digunakan adalah edukasi dengan pemaparan
materi menggunakan leaflet.

15
16
BAB V
SIMPULAN

Dismenorea adalah nyeri panggul kronik yang terjadi sebelum atau selama
menstruasi yang disebabkan oleh kejang otot uterus yang bersifat siklik.
Dismenorea primer adalah nyeri perut bagian bawah yang terjadi pada saat
menstruasi tanpa terdapat gangguan fisik atau penyakit lain. Sedangkan
dismenorea sekunder adalah nyeri perut yang terjadi akibat adanya gangguan fisik
atau kondisi yang mendasari seperti endometriosis, polip uteri, leiomioma,
stenosis serviks, atau penyakit radang panggul.Factor resiko yang dapat
menyebabkan timbulnya dismenorea adalah underweight atau overweight-
obesitas, kurangnya olahraga, dan kebiasaan pola hidup tidak sehat seperti makan
makanan cepat saji, merokok dan mengkonsumsi kopi berlebihan.
Keluhan yang dialami pasien adalah nyeri perut sejak 2 tahun yang lalu, nyeri
perut dirasakan saat haid biasanya dapat berlangsung 2 sampai 3 hari diawal haid,
nyeri perut terasa seperti diremas-remas pada bagian perut bawah dan memberat
saat beraktifitas sehingga aktifitas pasien terganggu. Interverensi dilakukan
dengan memberi edukasi dalam bentuk leaflet, mengenai pengertian dismenore,
faktor resiko yang menyebabkan dismenore, dan penatalaksanaan dapat
dilakukan dengan terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi
diberikan sebagai tujuan untuk meringankan gejala. Sedangkan terapi non
farmakologis selain bertujuan untuk meringnkan gejala juga bertujuan untuk
mencegah timbulnya dismenorea

17
Daftar Pustaka
Aziato L, Dedey F, Clegg-lamptey JNA. The Experience of Dysmenorrhoea
among Ghanaian Senior High and University Students: Pain Characteristics
and Effects. 2014;11(1):1–8.
Charu S, Amita R, Sujoy R, Thomas GA. Menstrual characteristics and
prevalence and effect of dysmenorrhea on quality of life of medical students.
International Journal of Collaborative Research on Internal Medicine & Public
Health. 2012; 4(4):276-94.
Faramarzi M, Salmalian H. Association of psychologic and nonpsychologic factor
with primary dysmenorrhea. Iran Red Crescent Med J. 2014; 16(8):16307.
Gulzar S, Khan S, Abbas K, Arif S, Husain SS, Sommer J. Prevalence,
Perceptions and Effects of Dysmenorrhea in School Going Female
Adolescents of Karachi, Pakistan. 2015;4(2):236–40.
Kaur S, Shanmugam S, Kang MK. To Compare the Effect of Stretching and Core
Strengthening Exercises on Primary Dysmenohrrea in Young Females.
2014;13(6):22–32.
Lai JHY, Cheung PK, Wong FCH. Dysmenorrhoea among Hong Kong University
Students: Prevalence, Impact and Management. 2013;19(3):222–8.
Manorek R, Purba RB, Malonda NSH. Hubungan antara status gizi dengan
kejadian dismenore pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Kawangkoan [Karya
Tulis Ilmiah]. Kawangkoan: FKM Universitas Sam Ratulangi; 2014.
Okoro RN, Malgwi H, Pharm B, Okoro GO. Evaluation of Factors that Increase
the Severity of Dysmenorrhoea among University Female Students in
Maiduguri, North Eastern Nigeria. 2013;11(4).
Shah S, Makwana K, Shah P. Menstrual Characteristic and Prevalence of
Dysmenorrhea among Female Physiotherapy Students. 2015;1(1):1–8.
Vidya G, Syamala B, K SN. Comparative study to Evaluate the Relationship of
Dysmenorrhoea and Body Mass Index in Medical Students. 2014;5(4):4531–
4.

18
Lampiran 1. Denah Rumah Pasien

19
20
Lampiran 2. Dokumentasi Kunjungan

21
22
Lampiran 3. Video saat melakukan kunjungan (tiap kunjungan maksimal 1
menit)

https://drive.google.com/file/d/1IvSESnu_OW9jWjgZtUduMXXdfXAfidqW/
view?usp=sharing
https://drive.google.com/file/d/1tbFSfEOjq4lcntTqIlK4C9JlVu1f0gGv/view?
usp=sharing
https://drive.google.com/file/d/1kRMT1XEk3Aa6Il2M3m_v175Z5d3JjlS6/vie
w?usp=sharing

23

Anda mungkin juga menyukai