Anda di halaman 1dari 22

PEMERIKSAAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)

BAKTERI TRICHOMONAS DI PUSKESMAS


CANGKRINGAN SLEMAN

LAPORAN STUDI KASUS

Disusun oleh :
Cindy Fauziah Rahman
Andi Fitira Pramesti Regita Cahyani
Agung Tri Cahyo Saputro

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

PEMERIKSAAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)


BAKTERI TRICHOMONAS DI PUSKESMAS
CANGKRINGAN SLEMAN

LAPORAN STUDI KASUS

Disusun oleh:
Cindy Fauziah Rahman
Andi Fitira Pramesti Regita Cahyani
Agung Tri Cahyo Saputro

Telah Disusun Sebagai Syarat Penyelesaian Pelaksanaan Praktik Kerja Puskesmas


pada Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Yogyakarta, 27 Desember 2020

Disetujui,

Koordinator Praktik Klinik Puskesmas Pembimbing Institusi

(Nazula Rahma Shafriani, S.Si., M.Biomed.) (Farida Noor I., S.Si., M.Biomed.)
NIP. 9108281810474 NIP. 9210161904511

Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis

(Isnin Aulia Ulfah Mu’awanah, S.Si.,


M.Sc.) NIP. 8009151504291

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya yang telah memberikan bayak kesempatan, sehingga kami dapat
menyelesaikan Laporan Studi Kasus dengan baik.
Laporan ini disusun guna melengkapi salah satu persyarat dalam
menyelesaikan Praktik Kerja Puskesmas bagi mahasiswa Fakultas Kesehatan,
Program Studi Teknologi Laboratorium Medis Angkatan Tahun 2017. Dalam
penyusunan laporan ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa selesainya laporan ini
tidak terlepas dari dukungan, semangat, serta bimbingan dari berbagai pihak, baik
bersifat moril maupun materil, oleh karena-Nya, kami ingin menyampaikan
ucapan terima kasih antara lain kepada :
1. Warsiti, S.Kep., M.Kep., Sp.Mat., selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta
2. Moh. Ali Imron, M.Fis., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UNISA
3. Isnin Aulia Ulfah Mu’awanah, S.Si., M.Sc., selaku Ketua Prodi Sarjana
Terapan Teknologi Laboratorium Medis UNISA
4. Nazula Rahma Shafriani, S.Si., M.Biomed., selaku koordinator Praktik Klinik
Puskesmas
5. Farida Noor Irfani, S.Si., M.Biomed., selaku Dosen Pembimbing Institusi
6. Hanik Fauziah, A.Md., A.K selaku Clinical Instructor Praktik Kerja
Puskesmas Penyusunan Laporan Studi Kasus ini disusun dengan sebaik-
baiknya, namun
tentu masih terdapat kekurangan didalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat diharapkan,
tidak lupa harapan kami semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta
dapat menambah ilmu pengetahuan bagi kami.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Yogyakarta, 27 Desember 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................2
KATA PENGANTAR.............................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................4
BAB I.......................................................................................................................5
PENDAHULUAN....................................................................................................5
A. Latar Belakang..............................................................................................5
B. Tujuan...........................................................................................................7
BAB II......................................................................................................................8
TINJAUAN TEORI.................................................................................................8
A. Definisi Trikomoniasis..................................................................................8
B. Morfologi dan Daur Hidup Trichomonas vaginalis......................................8
C. Cara Penularan..............................................................................................9
D. Gejala Klinis...............................................................................................10
E. Diagnosa Trikomoniasis.............................................................................10
BAB III...................................................................................................................12
PEMERIKSAAN LABORATORIUM PENDUKUNG........................................12
A. Pemeriksaan Laboratorium untuk Menegakkan Diagnosis Trikomoniasis 12
BAB IV...................................................................................................................14
ANALISIS DAN PEMBAHASAN.......................................................................14
A. Hasil...........................................................................................................14
B. Pembahasan.................................................................................................15
BAB V....................................................................................................................18
PENUTUP..............................................................................................................18
A. Kesimpulan.................................................................................................18
B. Saran............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
LAMPIRAN...........................................................................................................20

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit infeksi yang penularannya
terutama melalui hubungan seksual. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai
saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia,
baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang. Menurut World
Health Organization (WHO) pada tahun 2008 terdapat lebih dari 340 juta
kasus baru dari IMS yang dapat diobati seperti sifilis, gonorrhea, klamidia
trakomatis dan Trichomonas vaginalis yang terjadi setiap tahun di dunia,
terutama pada pria dan wanita berusia 15- 49 tahun.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2012),
pengetahuan remaja (pria dan wanita umur 15-24 tahun) tentang IMS masih
rendah dimana 35% wanita dan 19% pria mengetahui gonorrhea, 14% wanita
dan 4% pria mengetahui genital herpes, sedangkan pengetahuan mengenai
condylomata, chancroid, chlamydia, candida, dan jenis IMS lain tergolong
sangat rendah (dibawah 1%). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Reproduksi
Remaja Indonesia (SKRRI), tujuh dari sepuluh pria dan wanita (masing-
masing 72%) tidak memiliki pengetahuan tentang gejala IMS. Pengetahuan
tentang gejala IMS lebih rendah pada wanita dan pria yang lebih muda
(Munson, 2013).
Trichomonas vaginalis biasanya ditularkan melalui hubungan seksual. Dan
ternyata organisme ini dapat bertahan hidup selama 45 menit di tempat
dudukan toilet, baju mandi, pakaian dan air hangat. Penularan perinatal
ditemukan sekitar 5% dari ibu yang terinfeksi Trikomoniasis, tetapi biasanya
‘self-limited’ oleh karena metabolisme dari hormon ibu, tetapi pernah
dilaporkan suatu kasus respiratory distress bayi laki-laki cukup bulan, dimana
pada sediaan basah sputum kentalnya dijumpai sedikit leukosit dan organisme
Trichomonas vaginalis (Kusmiran, 2011).

5
6

Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual (PMS) yang jarang


sekali dilaporkan kejadiannya. Trikomoniasis disebabkan oleh protozoa
patogenik yaitu Trichomonas vaginalis (T. vaginalis). Organisme tersebut
dapat menyebabkan keputihan, dalam kondisi yang parah akan menimbulkan
radang vagina atau vaginitis. Penderita Trikomoniasis dapat menularkan pada
pasangan seksualnya melalui hubungan kelamin dan akan menyebabkan
terjadinya prostatitis atau uretritis non gonore pada pria. Rata-rata angka
kejadian trikomonasis masih rendah apabila dibandingkan dengan PMS akibat
sipilis. Apabila pasien yang menderita Trikomoniasis tidak segera diobati atau
disembuhkan, maka keadaan pasien tersebut dapat menjadi lebih buruk dan
lebih mudah terpapar terhadap infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
(Lestari, 2006).
Mengenai hubungannya dengan kanker serviks, Trichomonas vaginalis
diketahui dapat mengubah gambaran sitologi dan histologi dari serviks, dan
gambaran ini mungkin cukup membingungkan dengan gambaran sitologi dan
histologi yang disebabkan oleh virus Human papilloma, tetapi masih belum
jelas hubungan sebab akibat langsung antara kanker servix dan trichomonal
vaginitis. Hubungannya mungkin dapat dikaitkan oleh karena organisme ini
dapat menimbulkan kerusakan atau erosi jaringan serviks yang nantinya dapat
memudahkan virus seperti Human papilloma atau pun HIV menginfiltrasi ke
dalam jaringan serviks (Andriyani, 2006).
Data kejadian Trikomoniasis di Puskesmas Cangkringan jarang dilaporkan,
hal tersebut kemungkinan disebabkan karena masyarakat masih merasakan
stigma negatif tentang penyakit menular seksual. Oleh karena itu, kesadaran
masyarakat untuk memeriksakan diri melalui instansi kesehatan masihrendah.
Melihat kondisi tersebut seharusnya ada perhatian khusus dari instansi terkait
guna membantu dalam mengendalikan penyebaran PMS pada masyarakat.
Penanganan Trikomoniasis di Puskesmas Cangkringan dilakukan dengan cara
memeriksa HIV, Sifilis dan pemeriksaan mikroskopis dari sediaan vagina,
dari skrining yang sudah dilakukan pernah di dapatkan hasil positif bakteri
Trichomonas vaginalis. Oleh karena itu, kejadian Trikomoniasis yang jarnag
terjadi di puskesmas penting untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
7

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang sudah di uraikan diatas maka
tujuan dari laporan ini adalah:
1. Mengetahui kejadian Trikomoniasis pada pemeriksaan infeksi menular
seksual (IMS) di Puskesmas Cangkringan.
2. Mengetahui prosedur yang dilakukan untuk menegakkan penyakit
Trikomoniasis di Puskesmas Cangkringan.
BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Definisi Trikomoniasis
Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual (PMS) yang
disebabkan parasit uniselluler Trichomonas vaginalis (T. vaginalis).
Walaupun Trikomoniasis merupakan PMS yang tersering namun data
tentang prevalensi dan insiden sangat kurang dijumpai. Menurut data
Centre for Disease Control and Prevention (2008), diperkirakan bahwa
setiap tahun sebanyak 7.4 juta kasus infeksi menular seksual akibat
Trikomoniasis terjadi pada wanita dan laki-laki.
Trichomonas vaginalis mempunyai hubungan denganpeningkatan
serokonversi virus HIV pada wanita. Selain itu, ia juga mengakibatkan
kelainan pada bayi yang lahir prematur, ruptur membran dan denganberat
badan lahir rendah. T. vaginalis biasanya ditularkan melalui hubungan
kelamin dan sering menyerang traktus urogenitalis bagian bawah, baik
pada wanita maupun laki-laki. Parasit ini dapat ditemukan pada vagina,
urethra, kantong kemih atau saluran parauretral. (Handsfield, 2007).
B. Morfologi dan Daur Hidup Trichomonas vaginalis
Habitat T. vaginalis adalah pada vagina wanita, prostat dan
vesikel seminal laki-laki serta urethra wanita dan laki-laki. Ia hanya hidup
pada fase trofozoit yaitu bentuk infektifnya. Trofozoit T. vaginalis
berbentuk oval dengan panjang 7µm hingga 23µ dan memiliki 5 flagella
dan undulating membrane. Intinya berbentuk oval dan terletak di bagian
atas tubuhnya, dan di bagian belakang ada blepharoblast sebagai tempat
keluarnya empat buah flagella yang berjuntai bebas dan melengkung di
ujungnya sebagai alat geraknya yang ‘maju-mundur’. Flagella kelimanya
melekat ke undulating membrane dan menjuntai ke belakang. Bawah
membrannya terdapat costa yaitu suatu cord yang mantap, berfilamen
dan berfungsi untuk menjaga undulating membrane. Selain itu juga
mempunyai axostyle yang terdapat pada sitoplasmanya yang

8
9

berfungsi sebagai tulang (Adriyani, 2006).


T. vaginalis adalah organisme anaerobik maka energi diproduksi
melalui fermentasi gula dalam strukturnya yang dikenal sebagai
hydrogenosome. T. vaginalis memperoleh makanan melalui osmosis dan
fagositosis. Perkembangbiakannya adalah melalui pembelahan diri
(binary fision) dan intinya membelah secara mitosis yang dilakukan
dalam 8 hingga 12 jam pada kondisi yang optimum. Trichomanas ini
cepat mati pada suhu 500C dan jika pada 00C ia boleh bertahan sampai 5
hari. Masa inkubasi 4-28 hari serta pertumbuhannya baik pada pH 4,9-7,5
(Handsfield, 2007).
Siklus hidup T. vaginalis boleh dilengkapkan dengan single host
yaitu sama ada wanita atau laki-laki. Transmisi infeksi yang sering adalah
melalui hubungan seksual di mana wanita menjadi reservoir infeksi dari
laki-laki. Pada wanita, parasit tersebut akan mendapat nutrisinya dari
permukaan mukosa vagina, serta dari bakteri dan eritrosit yang diingesti.
Setelah itu ia berkembang biak melalui longitudinal binary fission di
mana dimulai dengan pembahagian nukleus diikuti apparatus neuromotor
dan terakhir adalah pemisahan sitoplasma kepada dua anak trofozoit.
Trofozoit merupakan fase infektif parasit ini. Dan semasa kontak seksual,
trofozoit ini akan ditransmisikan kepada laki-laki dan terlokasir pada
urethra atau kelenjar prostat dan mengalami replikasi yang sama seperti
di vagina (Handsfield, 2007).
C. Cara Penularan
Parasit ini bersifat obligat maka sukar untuk hidup di luar kondisi
yang optimalnya dan perlu jaringan vagina, urethra atau prostat untuk
berkembangbiak. Trikomoniasis mempunyai beberapa faktor virulensi
yaitu (1) cairan protein dan protease yang membantu trofozoi adherepada
sel epital traktus genitourinaria; (2) asam laktat dan asetat di mana akan
menurunkan pH vagina lebih rendah dan sekresi vagina dengan pH
rendah adalah sitotoksik terhadap sel epital serta )enzim cysteine
proteases yang menyebabkan aktivitas haemolitik parasit (Aridawarni,
2011).
10

Trikomoniasis juga dapat ditularkan melalui penggunaan pakaian


atau handuk basah yang mempunyai trofozoit parasit yang masih viable.
Trichomonas akan lebih lekat pada mukosa epitel vagina atau urethra dan
menyebabkan lesi superficial dan sering menginfeksi epital skuamous.
Parasit ini akan menyebabkan degenerasi dan deskuamasi epitel vagina.
T. vaginalis merusakkan sel epitel dengan kontak langsung dan produksi
bahan sitotoksik. Parasit ini juga akan berkombinasi dengan protein
plasma hostnya maka ia akan terlepas dari reaksi lytik pathway
complemen dan proteinase host (Aridawarni, 2011).
D. Gejala Klinis
Trikomonas menyebabkan spektrum klinis yang berbeda pada
wanita dan laki-laki. Laki-laki lebih bersifat asimptomatik sering
terabaikan. Pada wanita yang simptomatik, Trikomoniasis dapat
menyebabkan vulvo-vaginits dan urethritis. Gejala yang timbul pada
wanita termasuklah pengeluaran sekret tubuh berwarna kuning kehijauan
dan berbau, menimbulkan iritasi atau rasa gatal, dispareunia dan disuria.
Selain itu, juga terjadi pendarahan abnormal setelah koitus atau nyeri
abdomen. Jika terjadi urethritis maka gejala yang timbul adalah disuria
dan frekuensi berkemih meningkat. Pada pemeriksaan epitel vulva dan
vaginal dengan spekulum, mukosa tampak hiperemis dengan bintik lesi
berwarna merah dan ini dikenal sebagai “strawberry vaginitis” atau
“colpitis macularis”. Trikomoniasis pada laki-laki yang simptomatik akan
mengalami irritasi penis, penegeluaran cairan atau perasaan terbakar
setelah berkemih atau ejekulasi. Masa inkubasi adalah selama 10 hari
namun boleh juga di antara 4-28 hari. Fase akut penyakit boleh dari
beberapa minggu ke bulan (Adriyani, 2006).
E. Diagnosa Trikomoniasis
Diagnosa Trikomoniasis boleh ditegakkan melalui gejala klinis
namun menjadi sulit apabila pasiennya asimptomatik. Maka boleh
dilakukan pemeriksaan mikroskopik yaitu secara langsung yang
dilakukan dengan membuat sediaan dari sekret vagina. Sediaan vagina
dengan pH
11

lebih dari 5,0 dicampurkan dengan saline normal maka akan terlihat
trokomonas yang motil dan predominan PMNs. Cara lain adalah melalui
kultur sekret vagina atau urethra pada pasien akut atau kronik. Hasil
kultur positif bila sel clue dan test bau amine positif, hapusan saline
mount atau Gram akan menunjukkan perubahan flora bakteri vagina.
Pemeriksaan serologi dan immnunologi juga boleh dijalankan namun
belum cukup sensitif untuk mendiagnosis T. vaginalis (Aridawarni,
2011).
BAB III

PEMERIKSAAN LABORATORIUM PENDUKUNG

A. Pemeriksaan Laboratorium untuk Menegakkan Diagnosis Trikomoniasis


Puskesmas Cangkringan menggunakaan Pemeriksaan Laboratorium
Sederhana untuk melakukan pemeriksaan IMS dengan menggunakan sampel
secret vagina. Adapun Alur pasien IMS dan Alur Pemeriksaan Laboratirum.
IMS di Puskesmas Cangkringan

Gambar 1. Alur pasien ims di puskesmas cangkringan

12
13

Gambar 2. Alur pemeriksaan di laboratorium untuk puskesmas cangkringan


BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Kegiatan praktik klinik ini dilaksanakan pada tanggal 16 November hingga


26 Desember 2020 di Puskesmas Cangkringan yang terletak di Desa Argomulyo,
Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Selama kegiatan praktik klinik berlangsung, ditemukan adanya kasus
Trikomoniasis dengan hasil sebagai berikut.

A. Hasil
Pemeriksaan yang dilakukan di Puskesmas Cangkringan untuk
Trikomoniasis hanya mikroskopis dan urin rutin saja sebagai penunjang, dari
hasil pemeriksaan yang kami lakukan dapat dilihat pada Gambar 1, Tabel 1
dan Tabel 2.

Gambar 1. Hasil pemeriksaan mikroskopis

Berdasarkan Gambar 1 ditemukan clue cell pada lapang pandang yang


ditandai dengan lingkaran kuning, clue cell menjadi salah satu parameter
penegakkan diagnosis pada penyakit Trikomoniasis.
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Mikroskopis
Pasien Pasien 1 Pasien 2
Sel Polmorfonuklear (PMN) Positif (+) Positif (+)
Bakteri Diplococcus Positif (+) Positif (+)
Bakteri Positif (+) Positif (+)
Trichomonas
vaginalis
Candidiasis Positif (+) Positif (+)
Servistis Positif (+) Positif (+)
Clue Cell Positif (+) Positif (+)

Berdasarkan Tabel 1, pasien 1 dan 2 didapatkan hasil positif pada semua

14
pemeriksaan yang meliputi sel polmorfonuklear, bakteri diplococcus, bakteri

15
16

Trichomonas vaginalis, Candidiasis, Servitis dan clue cell.


Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Urin Rutin
Pasien Pasien 1 Pasien 2
Warna Kuning Kuning
Kekeruhan Keruh Keruh
pH 8,5 8,0
Berat Jenis 1.020 1.010
Keton +4 +4
Leukosit 3-4 4-5
Eritrosit 3-5 3-5
Epitel 3-5 3-5
Bakteri Positif (+) Positif (+)

Berdasarkan Tabel 2, pasien 1 dan 2 menunjukkan hasil positif pada


pemeriksaan bakteri dan pH yang di dapatkan suasananya basa, pasien 1 nilai
pH nya 8,5 dan pasien 2 nilai pH nya 8,0.
Kasus pemeriksaan IMS yang mendapatkan hasil positif di Puskesmas
Cangkringan sangat jarang sekali dijumpai, namun selama kegiatan praktik
klinik Puskesmas berlangsung ditemukan sebanyak dua pasien dengan hasil
pemeriksaan Trichomonas vaginalis positif.

B. Pembahasan
Trichomonas vaginalis biasanya ditularkan melalui hubungan seksual yang
kemudian menyerang epitel squamosa vagina dan mulai bermultiplikasi secara
aktif. Hal ini menyebabkan suplai glikogen untuk Lactobacillus menjadi
berkurang bahkan menjadi tidak ada sama sekali dan ternyata organisme ini
dapat bertahan hidup selama 45 menit di tempat dudukan toilet.
Tabel 1 pada hasil menunjukkan kedua pasien positif bakteri Trichomonas
vaginalis. Pemeriksaan sediaan langsung dan pewarnaan gram adalah metode
standar untuk mendiagnosis adanya infeksi trikomonas dan kandida. Metode
standar adalah adanya tiga dari 4 gejala sebagai berikut:
a) Keputihan yang menutupi dinding vagina
b) Ditemukan clue cell
c) pH vagina > 4,5
d) Duh vagina berbau ikan amis ikan sebelum atau sesudah ditetesi KOH
10%. Pada kedua pasien di temukan clue cell, pH vagina diatas 4,5 dan
duh vagina berbau amis ikan sebelum di tetesi larutan KOH 10%.
17

Pemeriksaan diagnostik rutin yang sering dilakukan adalah pemeriksaan


konvensional menggunakan sediaan basah dengan mikroskopis langsung. Di
Puskesmas Cangkringan pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan
sediaan basah. Pemeriksaan dilakukan karena adanya program penanggulangan
IMS di daerah sekitar Cangkringan, namun metode ini dikatakan mempunyai
sensitivitas rendah (50-70%). Pengamatan mikroskopik pada sediaan basah
harus dilakukan sesegera mungkin dan apabila terjadi keterlambatan dalam
pengumpulan, transport dan pemeriksaan spesimen, maka akan mengurangi
kemampuan pergerakan dari parasit. Pemeriksaan yang dilakukan antara 10-30
menit, penyimpanan spesimen di bawah suhu 22°C akan mengurangi motilitas
atau pergerakan parasit. Dari pemeriksaan sekret secara mikroskopik pada
mereka yang terinfeksi Trikomoniasis, dapat dijumpai sel-sel PMN yang sangat
banyak, serta organisme Trichomonas vaginalis. Diagnosis Trikomoniasis
ditegakkan bila ditemukan Trichomonas vaginalis pada spesimen.
Pemeriksaan penunjang lain untuk diagnosis Trikomoniasis adalah
pemeriksaan urin rutin. Tabel 2 merupakan hasil pemeriksaan dari kedua
pasien, dapat dilihat pH dari kedua pasien sangat basa yaitu 8,0 dan 8,5. Pada
suasana basa selain Trichomonas vaginalis dapat berkembang semakin cepat,
akan memungkinkan untuk berkembangnya mikroorganisme patogen lainnya
seperti bakteri dan jamur. Oleh karena itu, pada infeksi Trikomoniasis sering
dijumpai bersamaan dengan infeksi mikroorganisme patogen lainnya pada
vagina. Pada kebanyakan wanita yang menderita Trikomoniasis sering
dijumpai bersamaan dengan infeksi oleh organisme yang juga patogen seperti
Ureaplasma urealyticum dan atau Mycoplasma hominis sekitar lebih dari 90%,
Gardnerella vaginalis sekitar 90%, Neisseria gonorrhoe sekitar 30%, jamur
sekitar 20%, dan Chlamydia trachomatis sekitar 15%.
Program yang dilakukan oleh Puskesmas Cangkringan adalah sebagai
skrining dan apabila di temukan hasil yang positif dapat dilakukan pengobatan
atau di rujuk ke rumah sakit dan tentunya program dilakukan karena
masyarakat kurangnya pemahaman tentang penyakit tersebut. Upaya
pencegahan infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh Trichomonas
vaginalis yang dilakukan oleh Puskesmas Cangkringan yaitu diadakannya
penyuluhan dan skrining pemeriksaan infeksi menular seksual (IMS) pada
wanita yang sudah menikah dan wanita berusia 25 sampai 40 tahun.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pada laporan studi kasus didapatkan sebanyak dua pasien yang terdiagnosa
Trikomoniasis dari mulai tanggal 16 November-26 Desember 2020.
Penegakkan diagnosis penyakit tersebut dilakukan dengan pemeriksaan urin
rutin yang menunjukkan pH urin dalam keadaan basa dan hasil pemeriksaan
mikroskopik yang ditunjukkan dengan banyak ditemukan sel PMN, bakteri
Trichomonas vaginalis dan sediaan berbau amis sebelum ditetesi KOH.

B. Saran
Berdasarkan adanya kasus Trikomoniasis di Puskesmas Cangkringan,
masyarakat sekitar diharapkan untuk lebih memahami tentang pencegahan
Trikomoniasis guna meminimalisir terjadinya penyakit tersebut.

18
DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, Y. (2006). Trichomonas vaginalis–Protozoa Patogen Saluran


Urogenital: Departemen Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas
Sumatera Utara, pp.1–17.

Aridawarni, Y. (2014). Analisis Determinan Wanita Pekerja Seksual dengan


Kejadian Infeksi Menular Seksual. Jurnal Obstretika Scientia, 2 (1): 123-
145.
CDC. (2008). Sexually Transmitted Disease Surveillance. Atlanta: Centers for
Disease Control and Prevention.
Hansfield, H.H. (2007). Color Atlas and Synopsis of Sexually Transmitted
Diseases. 3rd ed. USA: Mc Graw-Hill.
Kusmiran, E. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta:
Salemba Medika.
Lestari, D.A. (2006). Pengetahuan kesehatan reproduksi dan perilaku
pemeliharaan organ reproduksi remaja jalanan mitra PKBI Yogyakarta.
Yogyakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat UAD.
SDKI. (2012). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Kementerian Keseh

19
LAMPIRAN

20
21
22

Anda mungkin juga menyukai