Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PKK I DI BIDAN MISNI HERAWATI S.ST.,M.

KES
ASUHAN KEBIDANAN IMUNISASI TETANUS TOXOID PADA NY.A
UMUR 23 TAHUN DI KLINIK BERSALIN MITRA ANANDA PALEMBANG

Dosen Pembimbing :

Ade Marlisa, M.Biomed

Disusun Oleh :

Wenty evriani

30220022

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDURAHMAN PALEMBANG

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN

TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.wr.wb

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat kesehatan kepada kami semua untuk menyelesaikan laporan ini yang berjudul
“PEMBERIAN IMUNISASI TETANUS TOXSOID PADA NY.A USIA 23
TAHUN” tepat pada waktunya. Shalawat beserta salam tak lupa kami sanjungkan
pada nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa dunia dari jaman kebodohan
ke jaman yang penuh dengan ilmu seperti saat ini.

Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk melengkapi salah
satu syarat dalam menyelesaikan Praktik Klinik Kebidanan Stikes Abdurahman
Palembang. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami sebagai
penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Suaidy A Rahman, SE., S.Sos, MM, Selaku ketua dan Direktur
Yayasan Stikes Abdurahman Palembang.
2. Aryanti, S.ST., M.Keb selaku pembimbing akademik.
3. Ade Marlisa, M.Biomed Selaku Pembimbing Praktik.
4. Bd. HJ. Misna Herawati, SST. Selaku Pembimbing Lahan Praktik BPM
Sagita Palembang.
5. Ny”B” Yang Menjadi Pasien Untuk Membantu Menyelesaikan Laporan
Kami.
6. Seluruh Staf Dan Karyawan RB Mitra Ananda.
7. Seluruh Dosen Dan Staf Program Studi S1 Dan D-III Stikes Abdurahman
Palembang.

ii
Dalam penyususunan laporan kegiatan ini, kami menyadari bahwa masih
banyak kesalahan, kekurangan dan kekeliruan baik isi mauoun cara penulisan yang
dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan, pengalaman serta kekhilafan yang
dimiliki. Oleh karena itu, dengan hati yang ikhlas kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat edukatif dan membangun dari semua pihak demi sempurnanya
penyusunan laporan kegiatan ini dan sebagai perbaikan untuk menyusun laporan
kegiatan yang akan datang.

Akhir kata kami mengucapkan terimakasih dan semoga laporan ini berguna
sebagai tambahan informasi dan semoga dapat bermanfaat untuk kitta semua aamiin.

Wassalamualaikum.wr.wb

Palembang, 05 februari 2023

Penulis

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN IMUNISASI TETANUS TOXOID PADA NY.A UMUR


23 TAHUN DI KLINIK BERSALIN MITRA ANANDA PALEMBANG

Disusun Oleh:

WENTY EVRIANI
30220022

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDURAHMAN PALEMBANG

telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dan


diperkenankan untuk diujikan

Palembang,
Pembimbing Akademik

(Ade Marlisa,S,ST.,M.Biomed)

NIDN : 0206039202

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................v
PENDAHULUAN........................................................................................................2
1.1 Latar belakang.......................................................................................................2
1.2 Rumusan masalah................................................................................................4
1.3 Tujuan penelitian.................................................................................................4
1.4 Manfaat penelitian..........................................................................................4
1.4.1 Manfaat teoritis.................................................................................................4
1.4.2 Manfaat prakstis...............................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI.....................................................................................................6
2.1 Pelaksanaan Suntik TT (tetanus toksoid) Bagi Pasangan Calon Pengantin........6
2.1.1 Pengertian mengenai suntik tetanus toksoid.................................................6
2.1.2 Suntik Tetanus Toksoid................................................................................7
2.1.3 Bahan-Bahan Vaksin Tetanus Toksoid........................................................8
2.1.4 Syarat administrasi prankah........................................................................12
2.1.5 Dampak Negatif Jika Tidak Melakukan Suntik Tetanus Toxsoid..............14
2.1.6 Tujuan Diberlakukannya Suntik Tetanus Toxsoid.....................................16
BAB III.......................................................................................................................17
TINJAUAN KASUS..................................................................................................17
BAB IV........................................................................................................................21
PEMBAHASAN.........................................................................................................21
BAB V.........................................................................................................................23
PENUTUP..................................................................................................................23
5.1 kesimpulan....................................................................................................23

v
5.2 Saran.............................................................................................................23
1. Bagi mahasiswa................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................24

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Wanita usia subur (WUS) berdasarkan konsep Departemen Kesehatan (2003)
adalah wanita dalam usia reproduksi yaitu usia 15- 49 tahun baik yang berstatus
kawin, janda maupun yang belum menikah. Dalam pengertian WUS yang belum
menikah yaitu wanita yang berusia 20-29 tahun yang belum pernah menikah.
Kesehatan pranikah merupakan suatu proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya yang ditujukan pada
masyarakat reproduktif pranikah. Pelayanan kesehatan diawali dengan pemeliharaan
kesehatan para calon ibu.
Sebelum menikah Wanita usia subur atau WUS melakukan pemeriksaan
kesehatan untuk menjaga kesehatan pranikahnya. Selain itu juga melakukan
imunisasi Tetanus Toksoid yang merupakan sebagai salah satu syarat ingin
dilangsungkannya pernikahan. Imunisasi Tetanus Toksoid pada WUS (Wanita Usia
Subur) dilaksanakan 1 kali sebelum menikah. Pemberiannya 2x vaksin secara SC
(subcutan) dan waktu pemberiannya minimal 4 minggu atau 1 bulan sebelum
dilangsungkan pernikahan (Ranuh, 2008). Data organisasi kesehatan dunia WHO
menyatakan kematian bayi akibat Tetanus di Negara berkembang 135 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan Negara maju(Syari et al., 2021).
Pemeriksaan kesehatan pranikah penting bagi kedua pasangan. Tujuannya,
agar terhindar dan mendeteksi penyakit secara dini. Namun, persiapan ini sering kali
terabaikan dan bahkan disepelekan. Pemeriksaan imunisasi TT pranikah atau yang
lebih spesifik yaitu pemberian imunisasi Tetanus Toksoid pada calon pasangan
pengantin masih dianggap belum begitu perlu dan penting bagi calon pasangan
pengantin. Beragam alasan menyeruak ketika calon pengantin ditawari melakukan
pemeriksaan kesehatan pranikah terutama imunisasi Tetanus Toksoid seperti mulai
dari menyita banyak waktu, menambah daftar kesibukan atau pemborosan karena
menyedot biaya lebih banyak dan justru ditakutkan akan mengancam kelangsungan
1
hubungan itu sendiri apabila hasil cek kesehatan menunjukkan adanya kelainan yang
cukup serius pada kondisi medis keduanya.
Bahkan ada yang menganggap bahwa imunisasi Tetanus Toksoid pranikah ini
sama dengan pemberian KB suntik yang dengan sangat jelas sekali berbeda,
sedangkan dampak dari tidak melakukan imunisasi Tetanus Toksoid pranikah
menyebabkan Tetanus Neonatorum , tetapi sebagian banyak CPW hanya mengikuti
sebagai syarat menikah saja, bukan dari kesadaran dirinya sendiri. Imunisasi Tetanus
Toksoid yang pada dasarnya memang sangat bermanfaat bagi kehamilan calon
pengantin yaitu melindungi bayi dari penyakit Tetanus serta melindungi ibu dari
Tetanus apabila terluka. (Putriazka dalam Primanita, 2005). Penyakit Tetanus
merupakan penyakit yang menular namun penularanya tidak dengan secara langsung.
Penyebabnya sejenis kuman yang dinamakan Clostridium Tetani, kuman ini semacam
spora atau bijinya berada di banyak lingkungan. Basilus clostridius tetani tersebar
luas dalam tanah berbentuk spora.
Binatang seperti kuda dan kerbau bertidak sebagai persinggahan sementara.
Kuman Tetanus dalam kehidupannya tidak memerlukan banyak oksigen (anaerob).
Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya
pencegahan terhadap infeksi Tetanus. Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus
yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan (Putriazka dalam sukmara, 2005).
Wanita usia subur (WUS) yang akan memasuki jenjang perkawinan perlu dijaga
kondisi kesehatannya. Kepada para WUS diberi pengertian tentang apa saja yang
perlu di siapkan sebelum menikah, misalnya pemeliharaan kesehatan dalam masa
pranikah dan pasca kehamilan, hubungan seksual yang bebas, kesiapan mental dalam
menghadapi kehamilan dan persalinan. Kesehatan pada masa pranikah disampaikan
kepada kelompok wanita usia subur (WUS) yang akan melangsungkan pernikahan.
Penyampaian tentang kesehatan pada masa pranikah ini disesuaikan dengan tingkat
intelektual WUS sebagai para calon ibu. Informasi yang diberikan menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti karena bersifat pribadi dan sensitif. Fenomena ini
menggambarkan bahwa pemanfaatan imunisasi Tetanus Toksoid belum sepenuhnya

2
dimanfaatkan oleh WUS khususnya bagi calon pengantin wanita, atas pentingnya
imunisasi Tetanus Toksoid untuk mencegah angka kematian bayi akibat Tetanus
Neonatorum maka berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis merasa tertarik
untuk meneliti lebih dalam mengenai “Tingkat Pengetahuan WUS tentang Imunisasi
Tetanus Toksoid sebelum menikah”.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah : Bagaimanakah tingkat pengetahuan wanita usia subur terhadap
imunisasi Tetanus Toksoid pranikah ?
1.3 Tujuan penelitian
a) Untuk mengetahui Pengetahuan wanita usia subur tentang imunisasi Tetanus
Toksoid sebelum menikah
b) menurunkan angka terjadinya tetanus toxsoid pada pasangan pranikah
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat berguna untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan IPTEK bagi pembacanya dan dapat mengembangkannya.
1.4.2 Manfaat prakstis

 Mahasiswa
Memberikan informasi dan pengetahuan kepada mahasiswa
Stikes Abdurahman Palembang.
 Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran atau informasi
dasar untuk penelitian lanjutan yang berhubungan dengan pengetahuan
manfaat imunisasi TT sebelum menikah.

BAB II

3
TINJAUAN TEORI

2.1 Pelaksanaan Suntik TT (tetanus toksoid) Bagi Pasangan Calon Pengantin.

2.1.1 Pengertian mengenai suntik tetanus toksoid

Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap


suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang
sudah dilemahkan atau dimatikan kedalam tubuh.Dengan melakukan
imunisasi kuman atau produk kuman yang sudah dimasukkan diharapkan bisa
menjadi hal yang bisa melemahkan dan melawan kuman maupun bibit
penyakit yang masuk kedalam tubuh.

Negara Indonesia sendiri termasuk Negara Berkembang. Di negara


berkembang sendiri terdapat masalah yang selalu menjadi momok yaitu
tentang kesehatan. Karena masyarakat negara berkembang belum terlalu
mementingkan tentang pola hidup mereka yang bersih dan sehat. Akibat para
penduduk kurang peduli kepada kesehatannya sehingga tingkat infeksi yang
terjadi dalam masyarakat cukup tiggi. Oleh sebab itu ada banyak upaya
pemerintahan terhadap pengobatan untuk masyarakat yang terkena infeksi.
Misalnya dengan melakukan Imunisasi Sebenarnya dalam tubuh telah
dilengkapi system pertahanan (imun) tubuh dari serangan penyakit, yang
tegantung pada vitalitas tubuh itu sendiri. Jika vitalitas tubuh dalam keadaan
baik, maka tubuh akan bertahan terhadap penyakit begitu juga sebaliknya, jika
vitalitas tubuh kurang baik maka pertahanan tubuh akan lemah. Sesungguhnya
manusia tidak perlu mengubah vitalitas tubuh agar menjadi lebih baik dengan
menggunakan berbagai jenis vaksin, ketika keadaan imun didalam tubuh tetap
dalam keadaan baik(Harahap & Hasibuan, 2022).

4
Sebagian masyarakat memilih ikhtiar-ikhtiar selain vaksinasi untuk
mengantisipasi serangan penyakit fisik, dengan menjaga kesehatan,
mengkonsumsi makanan halal dan thoyyib (baik), makan teratur, istirahat
cukup, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, banyak berdo’a dan
bertawakal sepenuhnya kepada Sang Maha Pencipta, seperti prinsip
pencegahan lebih baik dari pengobatan.

Adapun berikut jadwal pemberian imunisasi tetanus toxoid dan lama


perlindunganya:

Imunisasi Selang waktu Lama perlindungan


TT minimal
TT 1 Langkah awal pembentukan
Kekebalan tubuh terhadap
Penyakit tetanus
TT 2 1 bulan setelah TT 1 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun
TT 4 12 bulan setelah TT 3 10 tahun
TT 5 12 bulan setelah TT 4 >25 tahun

2.1.2 Suntik Tetanus Toksoid

Kata tetanus diambil dari Bahasa Yunani, yaitu tetanus dari teinenin
yang berarti memegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi yang terjadi
ketika spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockja),
spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus), spasme glottal,
kejang, dan paralisis pernapasan.Tetanus yang juga dikenal dengan lokjaw
merupakan penyakit yang disebabkan tetanospasmin (sejenis neurooksin yang
diproduksi oleh Clostridium tetani) yang menginfeksi system urat saraf dan
otot sehingga saraf dan otot mejadi kaku. Tetanus adalah penyakit system
saraf yang disebabkan oleh tetanospasin (neurotoksin yang dihasilkan oleh
Clostridium tetani).

5
Tetanus adalah penyakit yang dapat terjadi pada bayi baru lahir
(tetanus neonatorum) maupun pada anak atau orang dewasa. Kuman tetanus
banyak terdapat dalam usus kuda. Pada bayi baru lahir infeksi tetanus terjadi
melalui tali pusar yang dipotong dengan alat yang tidak bersih (tidak steril)
atau pusar yang dibubuhi obat tradisional atau bahan ramuan yang tercemar
kuman tetanus. Pada anak dan orang dewasa infeksi tetanus terjadi melalui
luka tusuk yang dalam atau yang kotor.Oleh karena itu untuk menurunkan
angka kematian ibu dan bayi pemerintah mengharuskan bagi calon pengantin
wanita melakukan suntik Tetanus Toksoid (TT) pada saat sebelum menikah
dan menempatkan bidan di tengah-tengah masyarakat khususnya di daerah
pedesaan. Peran bidan dalam sistem kesehatan nasional diharapkan bidan
mampu meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat terutama pasangan
pranikah.

2.1.3 Bahan-Bahan Vaksin Tetanus Toksoid

Vaksin toksoid, dibuat dari bahan toksin bakteri tindakan vaksin dapat
merangsang pembuatan antibody, contok penyakit tetanus dan difteri. Vaksin
tetanus jika digunakan secara benar dapat meminimalkan tubuh untuk
terjangkit penyakit tetanus.

Dalam imunisasi tetanus ini dikenal dengan dua jenis imunisasi


sebagai pencegahannya, yaitu imunisasai aktif dan imunisasi pasif. Vaksin
yang digunakan dalam imunisasi aktif ialah toksoid tetanus, yaitu toksin
kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan.

Ada 3 macam kemasan vaksin tetanus, yaitu bentuk kemasan tunggal,


kombinasi dengan vaksin Difteria (Vaksin DT), dan pertusis (DPT). Vaksin
untuk imunisasi pasif dikenal dengan nama ATS (Anti Tetanus Serum).
Serum anti tetanus ini diperoleh dengan pengolahan serum yang berasal dari
kuda yang telah mendapat imunisasi aktif tetanus. Serum kuda yang telah

6
diolah itu mengandung banyak zat anti(Oktaemilianti et al., n.d.) tetanus. Jenis
vaksin ini dapat dipakai untuk pencegahan (imunisasi pasif), maupun
pengobatan. Kematian masih tinggi terutama pada golongan neonates, karena
imunisasi belum merata disamping perawatan luka yang jauh dari
memuaskan. Penyebab tetanus yaitu bakteri Clostridium-tetani yang hidup di
taman,kotoran sapi, dan saluran pencernaan hewan dan manusia(Oktaemilianti
et al., n.d.).

Penyakit ini juga dikenal rahang terkunci, karena gejala utamanya adalah otot-
otot, terutama otot rahang menjadi kaku dan terkunci

Secara ringkas tetanus dibagi menjadi 3 tingkat:

1. Tetanus berat, tubuh kaku dan sering kejang spontan, tanpa


rangsangan.
2. Tetanus sedang, tubuh kaku, tanpa kejang spontan dan hanya kejang
bila dirangsang.
3. Tetanus ringan, kekakuan yang tampak jelas hanya trismus, tanpa
kejang rangsang.

Vaksin Tetanus Toksoid merupakan vaksin yang terbuat dari toksin


(racun) yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium Tetani yang kemudian telah
dilemahkan sehingga tidak berbahaya bagi manusia. Clostridium tetani adalah
bakteri gram positif berbentuk batang, bersifat anaerob dan dapat
menghasilkan spora dengan bentuk drumstick. Bakteri ini sensitif terhadap
suhu panas dan tidak bisa hidup dalam lingkungan beroksigen. Sebaliknya,
spora tetanus sangat tahan panas dan kebal terhadap beberapa antiseptik.
Banyak terdapat pada kotoran dan debu jalan, usus dan tinja kuda, domba,
anjing dan kucing.

7
Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka dan dalam
suasana anaerob, kemudian menghasilkani toksin (tetanospasmin) yang akan
masuk ke dalam sirkulasi darah. Toksin tetanus kemudian menempel pada
reseptor di sistem saraf. Gejala utama penyakit ini timbul akibat toksin tetanus
mempengaruhi pelepasan neurotransmiter, yang berakibat penghambatan
sistem inhibisi. Akibatnya terjadi kontraksi dan spastisitas otot yang tidak
terkontrol, kejang dan gangguan saraf otonom. Perawatan luka merupakan
pencegahan utama terjadinya tetanus di samping imunisasi pasif dan aktif.

Vaksin Tetanus Toksoid mengandung antiagen sebagai bahan utama.


Antigen adalah organisme atau bagian dari organisme penyebab penyakit.
Ketika antigen tersebut dimasukkan ke dalam tubuh, maka tubuh membentuk
respon imun dengan menghasilkan protein-protein yang disebut antibodi yang
spesifik melawan antigen tersebut. Protein ini berikatan dengan antigen
sehingga merusak dan membunuh antigen tersebut.Di samping itu, tubuh juga
melakukan melakukan respon imun dengan menghasilkan sel memori. Sel-sel
ini berada di aliran darah, terkadang hingga seumur hidup manusia tersebut
siap melakukan respon imun protektif yang sangat cepat bilamana ada antigen
yang sama seperti sebelumnya yang masuk ke dalam tubuh. Respon kekebalan
tubuh yang sangat cepat ini menyebabkan infeksi yang sedianya muncul, tidak
terbentuk. Kondisi demikian dikatakan imun (kebal) terhadap infeksi tertentu.
Langkah awal pembuatan vaksin Tetanus Toksoid adalah mengisolasi atau
membuat organisme atau bagian dari organisme. Hal ini dapat dilakukan
dalam beberapa cara:

a) Membunuh organisme dengan menggunakan formalin. Disebut inactivated


atau killed vaccine. Formalin (CH2O) merupakan suatu campuran organik
yang dikenal dengan nama aldehid, membeku pada suhu 92 derajad
celcius dan mendidih pada suhu 300 derajad celcius. Formaldehied
dihasilkan dari reaksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan

8
hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formalin terdapat dalam bentuk
gas, larutan, dan padatan. Bentuk larutan formalin inilah yang kemudian
dimanfaatkan untuk membunuh antigen atau bagian dari organisme
penyebab penyakit pada tubuh.
b) Untuk menghindari efek yang tidak diinginkan, di dalam vaksin Tetanus
Toksoid ditambahkan alumunium phosphate dan aluminium hidroksida
dengan kadar 30 mg tiap mili liter yang berguna untuk penebal sistem
imun. Vaksin yang terbuat dari toksin ini sering menghasilkan respon
imun yang rendah levelnya. Oleh karena itu, didalamnya ditambahkan
bahan ajuvan yang dapat meningkatkan respon imun. Vaksin Tetanus
sering dikombinasikan dengan vaksin Pertusis.
c) Bahan lain yang diperlukan adalah Merthiolate. Bertujuan sebagai
preservasi dengan kadar 0.1 mili gram di setiap mili liter vaksin Tetanus
Toksidan. Merthiolate adalah bahan yang berisi merkuri yang sering
digunaakn untuk membunuh kuman dan jamur, juga sebagai preservasi di
beberapa produk, termasuk vaksin.
d) Selain Merthiolate terdapat pula zat Thimerosal yang ada pada vaksin
Tetanus Toksidan. Thimerosal adalah suatu bahan merkuri yang
digunakan sebagai pengawet dalam berbagai macam vaksin seperti
diphteri, tetanus, dan hepatitis untuk mencegah kontaminasi dari bakteri
ataupun organisme lainnya, terutama untuk vaksin yang digunakan secara
berulang atau split dose/multidose. Merkuri yang terdapat dalam
Thimerosal (ethyl merkuri) berbeda dengan metil merkuri yang
diasosiasikan sebagai material yang bereaksi toxic pada manusia.
Dikarenakan sangat terbatasnya informasi mengenai toksisitas dari ethyl
merkuri ini tidak berbeda dengan metil merkuri(Sasnitiari & Yanti, 2020).

9
2.1.4 Syarat administrasi prankah

Di masa kini, pasangan yang hendak menikah sudah mulai akrab


dengan premarital test atau tes kesehatan pranikah. Salah satu yang harus
dipenuhi dan merupakan aturan wajib dari pemerintah adalah Vaksin Tetanus
Toksoid (TT). “Menikah perlu banyak persiapan, yang terutama kondisi
kesehatan. Salah satu persiapan fisik bagi kaum perempuan yang berkaitan
dengan administrasi adalah surat keterangan bebas Tetanus Toksoid (TT)”.

Surat tersebut diperlukan untuk melengkapi berkas di Kantor Urusan


Agama(KUA). Surat yang di keluarkan oleh pihak berwenang dalam medis ini
sudah menjadi aturan resmi pemerintah sejak tahun 1986. Meskipun suntikan
TT pernah di dapat masa kecil, perempuan yang hendak menikah wajib
mendapat vaksinasi TT lagi. Vaksin TT dianggap penting karena tetanus
pernah menjadi momok yang berakibat kematian bayi Indonesia. Vaksinasi
tetanus pada perempuan yang hendak menikah akan meningkatkan kekebalan
tubuh dari infeksi tetanus.

Di negara berkembang seperti Indonesia, kasus tetanus pada bayi baru


lahir masih sering ditemui. “Menurut WHO, angka kematian akibat tetanus di
negara berkembang 135 kali lebih besar dari pada di negara maju. Kondisi ini
dikarenakan tetanus terkait erat dengan masalah sanitasi dan kebersihan
selama proses kelahiran”.24 Bisa jadi karena alat penggunaan kebidanan yang
tidak steril, misal guntingnya kotor. Masih banyak proses kelahiran di
Indonesia dilakukan oleh tenaga tidak terlatih dengan baik secara medis.
Berdasarkan Instruksi Bersama Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam
dan Urusan Haji Departemen Agama dan Direktur Jendral Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen
Kesehatan No. 02 tahun 1989 tentang Imunisasi Tetanus Toksoid Calon

10
Pengantin menginstruksikan kepada: Semua kepala kantor wilayah
Departemen Agama dan kepala kantor wilayah Departemen Kesehatan di
seluruh Indonesia untuk:

a) Memerintahkan kepada seluruh jajaran di bawahnya melaksanakan


bimbingan dan pelayanan Imunisasi TT calon pengantin sesuai dengan
pedoman pelaksaan.
b) Memantau pelaksanaan bimbingan dan pelayanan Imunisasi TT calon
pengantindi daerah masing-masing.
c) Melaporkan secara berkala hasil pelaksanaan intruksi ini kepada
Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji dan Dirjen PPM & PLP sesuai
tugas masing-masing.

Dalam pelaksanaan, peraturan tersebut dapat dianggap sebagai dasar atau


landasan salah satu syarat administrasi pernikahan yang dibutuhkan oleh KUA
terhadap pasangan yang akan menikah, yaitu adanya surat atau kartu bukti
imunisasi TT dari rumah sakit atau puskesmas terdekat.

Dalam garis besarnya usaha-usaha kesehatan dapat dibagi dalam tiga


golongan yaitu :

a) Usaha Pencegahan (usaha preventif), yaitu untuk pencegahan penyakit


atau pemeriksaan kesehatan pada saat gejala penyakit belum dirasakan
(perilaku sehat).
b) Usaha Pengobatan (usaha kuratif), yaitu untuk mendapatkan diagnosis
penyakit dan tindakan yang diperlukan jika ada gejala penyakit yang
dirasakan (perilaku sakit).
c) Usaha Rehabilitasi, untuk mengobati penyakit, jika penyakit tertentu
telah dipastikan, agar sembh dan sehat seperti sedia kala, atau penyakit
tidak bertambah parah (peran sakit).

11
2.1.5 Dampak Negatif Jika Tidak Melakukan Suntik Tetanus Toxsoid

Suntik tetanus juga tidak untuk calon pengantin saja untuk WUS
(wanita usia subur) atau sebelum menikah juga boleh seperti usia subur di
umur 16 tahun, 17 tahun. Meskipun sudah lama menikahnya juga boleh tidak
apa-apa sebetulnya, tetapi bagi calon pengantin harus di lakukan karena
resikonya lebih besar akan melakukan hubungan seksualkan itu resikiko yah
terus nanti dalam persalinan paska melahirkan itu lebih resiko lagi
melahirkan bukan Cuma mules,keluar aja tidak seperti itu justru lebig
beresiko seperti dalam penggunaan alat-alat yang kurang steril atau tempat
yang kuarang steril ada bacteri tetanusnya.

Kalu tidak ada kekebalan tersebut kitakan tidak tau yah kemungkinann
terkena tetanuskan bisa saja terjadi entah terkena pada ibu atau bayinya
tersebut. Kalau misalkan pada proses persalinan pada bayi memaki alat yang
tidak steril dan terdapat abcteri lalu alat itu menggunting ari-ari tersebut
maka maka akat akan terjadi inveksi kemudian tetanus solusi sala satunya
yaitu dengan imunisasi tetanus toksoid si ibu sebelum menikah itu meskipun
bisa pada siapa saja imunisasinya cuman karna ibu hamil atau calon
pengantin ini lebih beresiko kalau tidak dilakukan suntik terlebih dahulu.
Meskipun ada yang tidak melakukan suntik tetanus toksoid karna kekebalan
tubuhnya bagus, imunnya bagus bisa saja sebetulnya tetapi terlalu beresiko
kitakan ini untuk berjaga-jaga dengan mengikuti program kerja sama antara
Puskesmas dan KUA yaitu dengan mengikuti SUSCATIN (suntik calon
pengatin)(Kirana et al., 2016).

Menurut Ibu Eros Rostianah, ssi. Selaku Bidan Puskesmas sekaligus


juga penggerak program SUSCATIN mengatakan yang mendasari harus
imunisasi catin karna nanti calon pengantin itu ke depannya kalu sudah
menikah pasti akan hamil dan melahirkan imunisasi untuk ibu hamil itukan

12
penting karna pas melahirkan dia akan berhubungan dengan alat-alat
kesehatan, kalu misalkan alatalat kesehatan tersebut sudah disterilkan tetapi
kitakan tidak tau kalu di wilayah kita, masih banyak ytang lahir didukun
beranak pada saat lahiran pada dukun itu mungkin ada gunting yang blom
disterilkan dulu atau mungkin.

Masih ada beberapa tahun ini yang terkena tetanus itu kan guntingnya
tidak disterilkan terlebih dahulu mung bekas motongin layang-layang
kemudian dipotongkan ke tali pusar akhirnya anaknya terkena tetanus maka
dari itu diwajibkan banyak sekali resiko pada saat pesalinan. Jika tidak di
lakukan suntik tetanus toksoid sebelum menikah bisa beresiko pada bayinya
bahkan yang lebih parah akibat dari tetanus toksoid tersebut bisa
menyebabkan kematian pada bayinya, jika tidak cepat ditangani
kemungkinan bayi tersebut bisa meninggal dunia kemaren pada saat rapat
terakhir 5 dari kasus tetanus Cuma 1 yang kemungkinan bisa hidup. Jika
terjadi kejadian di suatu desa tetanus toksoid pada satu bayi saja maka dari
pihak kesehatan\Puskesmas akan ada KLB (kejadian luar biasa) maka satu
kampung di desa itu semua wanita usia subur semuanya harus diimunisasi
tetanus toksoid(Sinaga et al., 2021).

Dilihat dari resiko tetanus toksoid yang tinggi sampai menyebabkan


kematian setiap ibu hamil yang memeriksakan diri kepada bagian kesehatan
atau ketika pasyandu maka akan ditanya riwayat kesehatannya kalu belum
pernah melakukannya maka dia akan diberi suntik tetanus toksoid untuk
berjaga-jaga jika terjadi tetanus toksoid.

13
2.1.6 Tujuan Diberlakukannya Suntik Tetanus Toxsoid

Pabuaran menganjurkan berdasarkan dasar hukum dari bidang


kesehatan/ puskesmas menganjurkannya sebatas sehubungan demi
kesehatan, suntik tetanus toksoid dianjurkan sebelum kami memberikan
pembekalan untuk calon pengantin kemudian diarahkan ke puskesmas untuk
melakukan suntik tetanus tersebut jadi setelah calon pengantin tersebut
mendaftarkan diri kemudian kami mengarahkan calon pengantin tersebut
untuk melakukan suntik tetanus di puskesmas. sebelum kami memberikan
pembekalan untuk calon pengantin kemudian diarahkan ke puskesmas untuk
melakukan suntik tetanus tersebut jadi setelah calon pengantin tersebut
mendaftarkan diri kemudian kami mengarahkan calon pengantin tersebut
untuk melakukan suntik tetanus di puskesmas.

Yang mengharuskan calon pengantin dari pada yang lainnya yaitu


untuk persiapan kehamilan dan ketika melahirkan, tetanus juga bisa
membahayakan kepada anaknya begitupula ibunya juga bisa tetapi yang
lebih dominan akan terkena tetanus kepada anakanya karan sudah banyak
terjadi kasusnya menimpah pada anakanya yaitu melalui pemotongan tali
pusar tersebut maka dari itu kenapa suntik tetanus harus dilakukan calon
pengantin juga ibu hamil karna setelah menikah nanti diaakan hamil. Dengan
dia sudah dipersiapkan seperti itu ketika mau menikah itu bisa
melindunginya dari tetanus toksoid tersebut(Utami et al., 2020).

14
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA CATIN NY.A USIA 23 TAHUN DENGAN


PERSIAPAN PRANIKAH DI RUMAH BERSALIN MITRA ANANDA KOTA
PALEMBANG

25,Januari,2023 pukul:14:45 wib

SUBJEKTIF:

Seorang wanita berusia 23 tahun datang ke klinik RB. mitra ananda


diantar oleh calon suaminya mengatakan inggin konsultasi persiapan pra nikah
an ingin mengetahui mengenai imunisasi tetanus toxsoid (TT).

OBJEKTIF :

 Keadaan umum : baik


 Kesadaran : komposmentis
 Tanda tanda vital : TD: 128/86 mmHg , N: 88x/m , S:36,8C, R;20x/m.
 BB sekarang : 88 kg
 TB : 160 cm
 IMT : 31,1 (obesitas lvl.1)
 Lila : 25cm
 Muka tidak terlihat pucat
 Conjungtiva tidak pucat
 Telapak tangan tidak terlihat pucat
 Pemeriksaan penunjang
1) HB: 12,2 gr
2) Golongan darah: A

15
3) Urine : protein : negative (-), reduksi : negative (-)

ASSAMENT :

 Diagnosa : Ny.A usia 23 tahun dengan persiapan pra menikah


 Masalah : Konseling persiapan pra nikah dan kegunaan imunisasi TT
 Kebutuhan : KIE persiapan pranikah, KIE imunisasi TT

PLANNING:

1) Melakukan komunikasi terapeutik kepada pasien


- Pasien merespon dengan baik
2) Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien bahwa keadaan umum
baik,kesadaran composmentis,tanda tanda vital TD: 128/86 mmHg, N:
88x/m, S: 36,8C, R:20x/m
- Pasien mengerti atas apa yang telah bidan jelaskan
3) Menjelaskan kepada pasien tentang pranikah sebelum memasuki pernikahan
maka persiapan harus di utamakan,menikah adalah ikatan lahir dan batin
antara peria dan wanita sebagai suami sitri,tetapi ada factor pendukung
kesehatan secara jasmani dan rohani mulai dari fisik,gizi,dan
imunisasi,pemeriksaan kesehatan yang nantinya akan bermanfaat saat
memulai perencanaan kehamilan yang akan datang.
- Pasien mengerti dengan penjelasan persiapan pra nikah
4) Memberitau ke catin untuk fisik sebelum masuk ke pernikahan di mana usia
saat menikah adalah untuk laki laki 25-30 dan untuk perempuan 20-25 tahun,
di mana itu merupakan usia sudah cukup dewasa menuju pernikahan, maka
perubahan fisik semakin kuat, fungsi reproduksi juga semakin berfungsi
dengan baik dan akan makin matang dalam pernikahan.
- Pasien mengerti atas penjelasan yang di sampaikan oleh bidan tentang
persiapan fisik.

16
5) Memberi tau catin bahwah akan dilakuan pemberian imunisasi TT sebelum
menikah jadi imunisasi TT adalah proses untuk membangun kekebalan tubuh
supaya pencegahan terhadap infeksi tetanus.
- Pasien mengerti dan au di suntikan imunisasi TT
6) Mempersiapkan alat untuk tindakan penyuntikan imunisasi tetanus toxsoid
kepada pasien
- Bidan telah menyiapkan alat
7) Menyuntikn imunisasi tetanus toxsoid kepada ibu di mana di suntikan di
lengan bagian kiri dengan teknik subcutan (sc).
- Bidan telah melakukanya
8) Menyiapkan alat dan melakukan injeksi TT, TT sudah diberikan
Memberikan konseling :
 Menganjurkan untuk CPW setelah menikah untuk intens berhubungan badan
saat masa subur.
 Mengajarkan cara menghitung masa subur jika:Siklus teratur : siklus –
14Siklus tidak teratur tentukan siklus terpendek dan terpanjang selama 3
bulan. Siklus pendek – 18, siklus terpanjang – 11.
 Menginformasikan tanda-tanda masa subur seperti dari vagina keluar lendir
lebih encer beningdan meregang lebih panjang, peningkatan suhu tubuh,
keram perut bagian bawah unilateral.
 Mengatur jarak anak demi terciptanya generasi platinum.(CPW mengerti dan
bisa menghitung masa subur, mengenali tanda-tanda masa subur dan
berencana ingin memiliki 2 orang anak dengan jarak 4-5 tahun ).
 Hak reproduksi dan seksual
 Persiapan pranikah
- Pasien mengerti dengan penjelasan bidan
9) Menganjurkan memeriksakan kesehatan apabila ada keluhan.
- Pasien mengerti dan bersedia untukmemeriksakan kesehatannya.

17
10) Memberikan Buku Pintar Kesehatan Ibu dan Anak bagi calon Pengantin
untuk dibaca dirumah.
- Pasien mengerti dan berjanji akanmembacanya kembali dirumah.
11) Memberikan surat keterangan sehat.

18
BAB IV

PEMBAHASAN

Imunisasi pada Ny.A usia 23 tahun merupakan salah satu upaya preventif
untuk menvegah penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh yang di laksanakan
secara terus menerus,menyeluruh dan di lakukan secara standar sehingga mampu
memberikan perlindungan kesehatandan memutus mata rantai penularan.imunisasi
tetanus toxsoid adalah proses untuk membangun kekebalansebagai upaya
penccegahan terhadap infeksi tetanus.

Factor yang mempengaruhi persepsi caten selain oleh tingkat pengetahuan


caten juga mempengaruhi juga dukungan keluarga terutama calon suami, keluarga
yang memberikan dukungan dan masukan akan pentingnya imuisasi bagi caten
sebelum menikah akan mnimbulkan persepsi ynag poditif bagi caten dan juga
pendidikan melalui pola pikir seseorang untuk melakukan hal hal yang dapat
meunjang kesehatan bagi dirinya sendiri.tingkat pendidikan sangat mempengaruhi
bagai mana seseorang bertindak dan mencari penyeybab,serta solusi dalam hiupnya
demikian caten yang berpendidikan tinggi akan melakukan imunisasi catendemi
menjga dan mengantisipasi kesehatan dirinya serta kehamilan yang akan di
rencanakan kelak.

Rendahnya pengrtahuan caten khususnya caten putri tentang pentingnya


imunisasi TT pernikahan dalam upaya pencegahan terjadinya penyebaran tetanus
toxoid akan mempengaruhu kesehatan dan kekebalan janin yang akan di
kandung,manfaat pemberian faksin tetanus toxoid pada Ny.A untuk mencegah
terjadinya penyakit tetanus vaksin tetanus sebenarnya bukan hanya untuk melindungi
Ny.A tetapi juga melindungki janin yang kelak akan di kandung,oleh Karena itu
pemerintah mewajibkan untujk melakukan imunisai TT1 pada pasangan sebelum
melangsungkan pernikahan dan jugadengan status imuisasi TT pada WUS dengan
nilai p=0,000 dengan derajat keeratan dari hubungan dapat dilihat dari nilai OR=

19
5,897(Cl 95% 3,258-10,673 ) artinya responden yang bersikap negative mempunyai
resiko lebih besar dari tidak melakukan imunisasi TTdi banding dengan
respondenyang bersikap positif.

Tetanus toxoid untuk melindungi bayi baru lahir dari tetanus neonatorun,
melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka, pencegahan penyakit
pada ibu hamil dan bayi kebal terhadap kuman tetanus,serta untuk mengeliminasi
penyakit tetanuspada bayi baru lahir, sehingga salah satu cara yang bisa mengubah
factor prespsi actin dengan imunisai TT dari segi pengetahuan dan pendidikan yaitu
dengan mengukur tingkat pengetahuan WUS tentang imunisasi TT dengan
menggunakan kuisoner guna mengukur pengetahuan WUS tentangpengertian
imunisasi, tujuan pemberian imunisasi, sasaran imunisasi, jadwal pemberian
imunisasi, cara pemberian dan efek samping dari imunisasi TT(Eka Vicky
Yulivantina et al., 2021).

20
BAB V

PENUTUP

5.1 kesimpulan

berdasrarkan telaah jurnal pada catin dengan persiapan pranikah


mengungkapkan bahwa ada pengaruh KIE terhadap persiapan pranikah
kepada catin,dimana persiapan pra nikah merupakan suatu hal yang paling
penting untuk di persiapkan menuju pernikahan, baik secara jasmani maupun
rohani, dimana persiapan pranikah itu meliputi: kesiapan gizi,imunisasi TT ,
persiapan meunuju kehamilan,persalinan, nifas,kontra sepsi sehingga catin
dapat hidup dengan keluarga yang sehat.

5.2 Saran

1. Bagi mahasiswa

Menjadi bahan masukan dalam melaksanakan tindakan kebidanan pada


kasus pranikah dengan persiapn pranikah,dan di harapkan bagi tenaga
kesehatan mampu melakukan KIE persiapan pranikah pada catin.

2. Bagi para catin hendaknya lebih memahami pengetahuan mengenai


persiapan pranikah yaitu dengan melakukan imunisasi TT sebanyak 5x
sesuia dengan jadwal yang telah di tetapkan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Eka Vicky Yulivantina, Gunarmi, & Mufdlilah. (2021). Interprofessional


Collaboration Dalam Pelayanan Pranikah Di Puskesmas Tegalrejo, Kota
Yogyakarta. Journal of Health (JoH), 8(1), 42–54.
https://doi.org/10.30590/joh.v8i1.238
Harahap, U. I., & Hasibuan, E. E. (2022). Pengabdian Deli Sumatera Jurnal
Pengabdian Masyarakat Pengabdian Deli Sumatera Jurnal Pengabdian
Masyarakat. 1(2), 2–4.
Kirana, R., Barkinah, T., & Darmayanti, D. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kehamilan Pranikah Calon Pengantin Di Wilayah Kerja Puskesmas Di
Kota Banjarmasin Tahun 2013. Jurnal Skala Kesehatan, 5(1).
Oktaemilianti, S., Yessy Maretta, M., & Apriani, A. (n.d.). Pengaruh Skrining
Pranikah Komprehensif Terhadap Perilaku. 000.
Sasnitiari, N. N., & Yanti, R. D. (2020). The Influence of the Pre - Marital Class -
Based Social Media on the Readiness of Reproductive Health In the Face of The
Wedding on the Bride and Groom. Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes
Bandung, 12(1 SE-), 38–45. https://juriskes.com/index.php/jrk/article/view/889
Sinaga, L. O., Yolandia, R. A., & ... (2021). Hubungan Aksesibilitas, Dukungan
Tenaga Kesehatan Dan Persepsi Terhadap Pelaksanaan Imunisasi Tetanus
Toksoid Pra Nikah. Jurnal Ilmiah Kebidanan …, 216–225.
https://journals.stikim.ac.id/index.php/jiki/article/view/1339
Syari, M., Arma, N., & Mardhiah, A. (2021). Maternity And Neonatal : Jurnal
Kebidanan. 09(1), 128–133.
Utami, K., Setyawati, I., & Ariendha, D. S. R. (2020). Pengetahuan Dan Sikap Calon
Pengantin Perempuan Tentang Persiapan Kesehatan Pranikah Di Kecamatan
Gunungsari Lombok Barat 2018. Hospital Majapahit, 12(2), 23–29.
https://ejournal.stikesmajapahit.ac.id/index.php/HM/article/view/648

22

Anda mungkin juga menyukai