Disusun Oleh :
ABD. AZIZ HAFID AMRULLAH
6120018030
Pembimbing :
Dr. dr. Wiwik Winarningsih, MARS
Disusun Oleh :
ABD. AZIZ HAFID AMRULLAH
6120018030
Pembimbing :
Dr. dr. Wiwik Winarningsih, MARS
Oleh :
6120018030
Dokter Pembimbing,
3
KATA PENGANTAR
4
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3
2.1 Definisi Obstruksi Saluran Kemih .......................................................... 3
2.2 Etiologi Obstruksi Saluran Kemih ........................................................... 8
2.3 Klasifikasi ............................................................................................... 9
2.4 Patofisiologi ............................................................................................. 10
2.5 Manifestasi Klinis .................................................................................... 11
2.6 Diagnosis ................................................................................................. 13
2.7 Penatalaksanaan Medis ........................................................................... 14
2.8 Prognosis ................................................................................................. 15
BAB III LAPORAN KASUS................................................................................ 16
3.1 Identitas Pasien ....................................................................................... 16
3.2 Identitas Keluarga Pasien ........................................................................ 16
3.3 Anamnesis ................................................................................................ 17
3.4 Pemeriksaan Fisik .................................................................................... 19
3.5 Pemeriksaan Penunjang ........................................................................... 20
3.6 Diagnosis & Aspek fungsional ................................................................ 21
3.7 Penatalaksanaan ....................................................................................... 22
3.8 Prognosis .................................................................................................. 22
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 22
4.1 Alur Kunjungan........................................................................................ 23
4.2 Daftar Permasalahan ............................................................................... 23
4.3 Analisis Kebutuhan ................................................................................. 24
4.3.1 Kebutuhan Fisik-Biomedis ........................................................... 24
5
a. Kecukupan Gizi ........................................................................ 24
b. Kegiatan Fisik ........................................................................... 24
c. Akses Pelayanan Kesehatan ..................................................... 24
4.3.2 Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial ......................................................... 25
a. Lingkungan Biologis ................................................................ 25
b. Faktor Psikologisdan Sosial ..................................................... 25
4.4 Intervensi ................................................................................................. 26
4.4.1 Rencana Intervensi ........................................................................ 26
4.4.2 Implementasi Intervensi ................................................................ 27
4.4.3 Media Promosi Kesehatan ............................................................ 28
BAB V SIMPULAN ............................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 31
LAMPIRAN
6
BAB I
PENDAHULUAN
Obstruksi saluran kemih bagian atas merupakan salah satu masalah dalam
bidang urologi yang dapat terjadi pada seluruh fase kehidupan manusia dan
lokasinya bisa disepanjang traktus urinarius bagian atas. Akibat dari kondisi ini
dapat terjadi hidronefrosis, yaitu terjadinya dilatasi pelvis atau kaliks ginjal (Singh
et al., 2012).
7
adanya striktur uretra, hiperplasia prostat jinak atau karsinoma prostat, tumor buli-
buli yang melibatkan kedua orifisium ureter, penekanan ureter oleh tumor prostat,
batu ureter bilateral, fibrosis retroperitoneal atau kanker retroperitoneal, serta
kehamilan (Tanagho, 2010).
Pada fase awal dapat diterapi secara konservatif, bila tidak sembuh dengan
terapi konservatif maka perlu tindakan operatif dengan pemasangan ureteric stent
(Isfahani et al., 2005). Bila keadaan ini berlanjut bisa menyebabkan gagal ginjal.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dapat mengenai satu atau kedua ginjal, tergantung dari level obstruksinya.
Obstruksi saluran kemih atau sering disebut dengan uropati obstruktif, bisa
terjadi pada seluruh bagian saluran kemih, mulai dari kaliks hingga meatus uretra
eksterna. Sistem saluran kemih dibagi menjadi dua bagian besar, yakni bagian
atas yang dimulai dari sistem kalises hingga muara ureter dan bagian bawah,
yaitu buli dan uretra. Penyebab paling umum terjadinya obstruksi saluran kemih
bagian bawah adalah benign prostat hiperplasia, batu kantung kemih, striktur
uretra dan keganasan pada vesika urinaria, prostat dan uretra. Sedangkan pada
wanita, prolaps organ seperti vesica urinaria, rectum atau usus melalui vagina
dapat menyebabkan obstruksi fungsional melalui penekanan uretra atau kinking
(Romanzi, et al, 1999). Obstruksi ini dibedakan atas obstruksi akut atau kronik,
unilateral atau bilateral (pada saluran kemih atas, dan parsial atau total. Obstruksi
dapat menyebabkan dilatasi pelvis renalis maupun kaliks, yang dikenal sebagai
hidronefrosis. Hidronefrosis dapat menjadi petanda adanya obstruksi saluran
kemih (Tseng, et al, 2009).
2.2 Etiologi
2.3 Klasifikasi
10
akut. Hal ini sering kali disebabkan oleh batu. Obstruksi yang berkembang
perlahan dan berlangsung lama dikatakan kronis, seperti kelainan ureterovesikal
kongenital dan fibrosis retroperitoneal (Klahr, 2006).
2.4 Patofisiologi
12
2.5 Manifestasi Klinis
2.6 Diagnosis
14
dilakukan untuk mendiagnosis adanya uropati obstruktif. Pada fase awal
obstruksi akut, gambaran hidronefrosis sering tidak terlihat, terutama jika pasien
mengalami dehidrasi; sehingga dapat terjadi negatif palsu (false negative). Nilai
negatif palsu pemeriksaan USG pada diagnosis obstruksi saluran kemih ±35%.
IVU (pielografi intravena) sampai saat ini masih dipakai sebagai sarana
diagnosis uropati obstruksi bagian atas.
Pielografi intravena dapat menilai faal dan struktur ginjal. Pada obstruksi
akut, terdapat peningkatan opasitas pada foto nefrogram, yang disebabkan oleh
kegagalan fungsi tubulus; dan keterlambatan gambaran pielogram. Dari urogram
juga dapat dikenali adanya penyebab obstruksi, mungkin berupa batu opak; serta
kelainan akibat obstruksi mulai dari kalises, pelvis renalis, dan urteter berupa
kaliektasis, hidronefrosis, penipisan korteks, atau hidrouretero-nefrosis,
pemeriksaan ini tidak mungkin dikerjakan pada insufiensi ginjal atau pasien lain
yang tidak memenuhi sarat. Pielografi retrograd dapat secara tepat
menggambarkan dan menentukan letak penyumbatan pada ureter. Pada keadaan
tertentu seorang spesialis urologi dapat menentukan adanya sumbatan, lokasi
sumbatan, sekaligus melakukan tindakan terhadap penyebab sumbatannya
dengan melakukan ureterorenoskopi (URS).
Renografi dapat menunjukkan gangguan fungsi ginjal dan ada atau tidak
adanya obstruksi. Pada ginjal yang fungsi sekresi maupun eksresinya normal
(tanpa ada obstruksi pasca renal), kurve renografi meningkat dan akan mencapai
puncaknya, yang kemudian menurun. Namun pada obstruksi saluran kemih,
kurva nya tidak pernah menurun. (Basuki, 2011).
2.7 Penatalaksanaan
15
harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi
untuk melakukan tindakan/ terapi pada batu saluran kemih adalah jika batu telah
menimbulkan obstruksi dan infeksi.
Beberapa tindakan untuk mengatasi penyakit urolithiasis adalah dengan
melakukan observasi konservatif (batu ureter yang kecil dapat melewati saluran
kemih tanpa intervensi), agen disolusi (larutan atau bahan untuk memecahkan
batu), mengurangi obstruksi (DJ stent dan nefrostomi), terapi non invasif
Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL), terapi invasif minimal:
ureterorenoscopy (URS), Percutaneous Nephrolithotomy, Cystolithotripsi/
cystolothopalaxy, terapi bedah seperti nefrolithotomi, nefrektomi, pyelolithotomi,
uretrolithotomi, sistolithotomi (Brunner & Suddart, 2015; Gamal, et al., 2010;
Purnomo, 2012; Rahardjo & Hamid, 2004).
2.8 Prognosis
16
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Sdr. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 23 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Hubungan : Anak
17
Nama : Nn. A
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 18 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Hubungan : Anak
Nama : Sdr. N
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 14 tahun
Pekerjaan : Siswa
Hubungan : Anak
3.3 Anamnesis
Aspek personal
Keluhan utama Nyeri punggung kiri
Riwayat perjalanan penyakit Pasien mengeluhkan nyeri punggung
kiri sekitar 2 bulan yang lalu, nyeri
timbul secara tiba tiba saat pasien
bangun tidur dan besrsifat hilang
timbul, nyeri menjalar ke daerah paha
kiri. Tidak pernah ada riwayat ekspulsi
batu saat berkemih, riwayat hematuria -
, demam disangkal, sudah berobat ke
dokter sekitar 2 bulan yang lalu dan
dilakukan beberapa pemeriksaan. dari
beberapa pertimbangan akhirnya
pasien dilakukan Trans Ureteroscopy
Resection Bladder dikarenakan
dicurigai adanya massa pada bladder,
namun ternyata hasil TURB tidak
ditemukan adanya massa dan
didiagniosis Stenosis Ureter Sinistra
dan dilakukan pemasangan DJ Stent
pada ureter kiri. Pasien dijadwalkan
untuk operasi AFF DJ Stent pada hari
Jumat, 06 November 2020.
Kepala Leher
Anemis/Ikterus/Dyspneu/Cyanosis/ : -/-/-/-
Exofthalmos :+
Pembesaran Kelenjar Thyroid :+
Pembesaran KGB :-
Thorax
Inspeksi dalam batas normal
Palpasi dalam batas normal
Perkusi Sonor
Auskultasi pulmo vesikuler/vesikuler, cor S1 S2 tunggal
20
Abdomen
Inspeksi dalam batas normal
Palpasi dalam batas normal
Perkusi tympani
Nyeri Ketok CVA -
Auskultasi bising usus dalam batas normal
Extremitas
Akral Hangat Kering Merah
Edema -/-
CRT <2 detik
Swab Covid 19 :
Tanggal 04/11/2020 PCR Covid19 Negatif
Xray IVP :
21
Ditemukan penyempitan di sepertiga distal ureter sinistra dan adanya Filling
Defect di muara ureter sinistra pada buli dengan Hidronefrosis Grade 1, suspect
CA Buli
Operatif TURB :
Ditemukan adanya penyempitan ureter sinistra pada sepertiga distal dan tidak
ditemukan adanya batu maupun massa disepanjang traktus urinarius.
Skala fungsional saat pasien sakit yaitu skala 2 karena pasien mengalami
sedikit kesulitan, namun saat saya peiksa skala pasien 1 karena sudah tidak ada
kesulitan dalam menjalani aktivitas keseharian
3.7 Penatalaksanaan
Pasien sudah berobat ke rumahsakit dan mendapatan penatalaksanaan
medikamentosa hingga penatalaksanaan opertaif yaitu pemasangan DJ Stent
Adapun medikamentosa yang diberikan antara lain :
Harnal Ocas 0,4 mg 0-0-1
Natrium Diklofenak 2x50 mg
Post Op :
Levofloxacin 1x500 mg
Na Diklofenak 3x50 mg
Asam Tranexamat 1x500 mg
3.8 Prognosis
Dubia ad bonam : Pasien mendapat terapi yang tepat dengan segera dan
pasien tidak memiliki kondisi sistemik lain seperti diabetes, penyakit
kardiovaskular, dan obesitas.
22
BAB IV
PEMBAHASAN
b. Kegiatan fisik
24
Kegiatan fisik pasien tergolong bagus. Selain pasien beraktifitas
cukup padat di rumah sakit militer angkatan darat, kegiatan olahraga
berjalan dan berlari rutin 2x dalam seminggu yang diprogramkan oleh
pihak rumahsakit selalu dilaksanakan. Namun hal tersebut diimbangi
dengan kualitas dan pola istirahat pasien yang cukup
26
Penyuluhan akan dilakukan di rumah pasien dan dihadiri oleh pasien
dan beberapa anggota keluarga yang berguna untuk membantu memonitor
keadaan pasien saat dilakukan kontrol kesehatan dalam program keluarga
binaan ini di kemudian hari. Media promosi yang digunakan pada penyuluhan
kali ini menggunakan leaflet yang dapat disimpan dan dapat menjadi
pengingat bagi pasien dan keluarga pasien terhadap penyakit yang diderita
pasien. Pada hasil akhir dari kegiatan intervensi penyuluhan ini akan
didokumentasikan berupa foto dan video.
28
29
BAB V
SIMPULAN
30
DAFTAR PUSTAKA
Ackermann RT, Finch EA, Brizendine E, Zhou H, Marrero DG. Translating the
Diabetes PreventionProgram into the community. The DEPLOY Pilot
Study. Am J Prev Med 2008;35(4):357–363.[PubMed: 18779029]
Brunner & Suddarth. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12
volume 1. Jakarta : EGC
Siddiqui, M.H., M.H. Al-Whaibi and M.O. Basalah. 2011. Interactive effect of
calcium and gibberellin on nickel tolerance in relation to antioxidant
systems in Triticum
31
Travaglini F, Bartoletti R, Gacci M, Rizzo M, 2004. Pathophysiology of Reno-
Ureteral Colic. Urol Int;72(suppl 1):20-23. doi: 10.1159/000076586
Tseng, Y.C., Chen, R.D., Lee, J.R., Liu, S.T., Lee, S.J., and Hwang, P.P, 2009.
Specific Expression and Regulation of Glucose Transporters in Zebrafish
Ionocytes. American journal of physiology. Regulatory, integrative and
comparative physiology. 297(2):R275-R290.
Ucero, A. C., Gonçalves, S., Benito-Martin, A., Santamaría, B., Ramos, A. M.,
Berzal, S., Ruiz-Ortega, M., Egido, J., & Ortiz, A, 2010. Obstructive
renal injury: from fluid mechanics to molecular cell biology. Open access
journal of urology, 2, 41–55. https://doi.org/10.2147/rru.s6597
Wagenlehner, F.M.E., Pilatz, A., Naber, K.G. and Weidner, W, 2008. Therapeutic
challenges of urosepsis. European Journal of Clinical Investigation, 38:
45-49.
32
Lampiran 1.
33
Lampiran 2.
34
35
36