PENDAHULUAN
2.1. DEFINISI
Kanker Testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah zakar), yang bisa
menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam skrotum (kantung
zakar).
Kanker testikuler, yang menempati peringkat pertama dalam kematian akibat kanker
diantara pria dalam kelompok umur 20 sampai 35 tahun, adalah kanker yang paling umum pada
pria yang berusia 15 tahun hingga 35 tahun dan merupakan malignansi yang paling umum kedua
pada kelompok usia 35 tahun hingga 39 tahun.
Kanker yang demikian diklasifikasikan sebagai germinal atau nongerminal. Tumor
germinal timbul dari sel-sel germinal testis (seminoma, terakokarsinoma, dan karsinoma
embrional); tumor germinal timbul dari epithelium.
Klasifikasi patologik tumor testis menurut WHO:
I. Tumor sel bening:
2.2. INSIDENSI
Kanker testis adalah salah satu dari sedikit neoplasma yang dapat didiagnosis secara
akurat melalui pemeriksaan penanda tumor ( tumor marker ) pada serum tersangka penderita
yaitu pemeriksaan human chorionic gonadotropin (bhCG) dan α-fetoprotein (AFP).
Insiden kanker testis memperlihatkan angka yang berbeda-beda di tiap negara, begitu
pula pada setiap ras dan tingkat sosioekonomi. Di negara skandinavia dilaporkan 6,7 kasus baru
dari 100.000 laki-laki tiap tahunnya sedangkan di Jepang didapatkan 0,8 dari 100.000 penduduk
laki-laki. Di Amerika Serikat ditemuan 6900 kasus baru kanker testis setiap tahunnya. ( greenlee
et all,2000 ).
Kemungkinan seorang laki-laki kulit putih untuk terkena kanker testis sepanjang
hidupnya di Amerika Serikat adalah 0,2%. Saat ini angka survival pasien dengan tumor testis
meningkat, hal ini memperlihatkan perkembangan dan perbaikan dalam pengobatan dengan
kombinasi kemoterapi yang efektif. Secara keseluruhan 5-years survival rate mengalami
peningkatan dari 78% pada 1974-1976 menjadi 91% pada 1980 – 1985. Puncak insiden kasus
tumor testis terjadi pada usia-usia akhir remaja sampai usia awal dewasa ( 20-40 tahun ), pada
akhir usia dewasa ( Lebih dari 60 tahun ) dan pada anak ( 0-10 tahun ). Secara keseluruhan
insiden tertinggi kasus tumor testis terjadi pada pria dewasa muda, hal ini membuat tumor ini
menjadi noeplasma tersering mengenai pria usia 20-34 tahun dan tumor tersring kedua pada pria
usia 35-40 tahun di Amerika Serikat dan Inggris Raya.
Kanker testis sedikt lebih sering terjadi pada testis kanan dibanding testis kiri, ini berhu-
bungan dengan lebih tingginya insidensi kriptoidosme pada testis kanan dibanding testis kiri. Pa-
da tumor primer testis 2-3 % adalah tumor testis bilateral dan kira-kira 50% terjadi pada pria de-
ngan riwayat kriptokidsme unilateral ataupun bilateral. Jika tumor testis sekunder dising-kirkan
maka insiden tumor testis primer bilateral 1 – 2,8 % dari seluruh kasus tumor sel germinal testis.
Tumor primer testis bilateral dapat terjadi secara berbarengan ataupun tidak, tetapi cende-rung
memiliki kesamaan jenis histilogisnya. Dari penelitian oleh Bach dkk ( 1983 ) di dapatkan semi-
noma merupakan tumor primer testis bilateral tersering ( 48 % ) sedangkan limfoma malig-nan
adalah tumor testis sekunder bilateral tersering.
2.3. ETIOLOGI
Kebanyakan kanker testis terjadi pada usia di bawah 40 tahun. Penyebabnya yang pasti
tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang menunjang terjadinya kanker testis:
1. Testis undesensus (testis yang tidak turun ke dalam skrotum)
2. Perkembangan testis yang abnormal.
3. Sindroma Klinefelter (suatu kelainan kromosom seksual yang ditandai dengan
rendahnya kadar hormon pria, kemandulan, pembesaran payudara (ginekomastia) dan
testis yang kecil).
4. Faktor lainnya yang kemungkinan menjadi penyebab dari kanker testis tetapi masih
dalam taraf penelitian adalah pemaparan bahan kimia tertentu dan infeksi oleh HIV. Jika
di dalam keluarga ada riwayat kanker testis, maka resikonya akan meningkat. 1% dari
semua kanker pada pria merupakan kanker testis. Kanker testis merupakan kanker yang
paling sering ditemukan pada pria berusia 15-40 tahun. Kanker testis dikelompokkan
menjadi:
1. Seminoma : 30-40% dari semua jenis tumor testis. Biasanya ditemukan pada pria
berusia 30-40 tahun dan terbatas pada testis.
2. Non-seminoma: merupakan 60% dari semua jenis tumor testis. Dibagi menjadi
subkategori:
a. Karsinoma embrional: sekitar 20% dari kanker testis, terjadi pada usia 20-30
tahun dan sangat ganas. Pertumbuhannya sangat cepat dan menyebar ke paru-paru
dan hati.Tumor yolk sac: sekitar 60% dari semua jenis kanker testis pada anak
laki-laki.
b. Teratoma: sekitar 7% dari kanker testis pada pria dewasa dan 40% pada anak laki-
laki. - Koriokarsinoma.
c. Tumor sel stroma: tumor yang terdiri dari sel-sel Leydig, sel sertoli dan sel granu-
losa. Tumor ini merupakan 3-4% dari seluruh jenis tumor testis. Tumor bisa me-
nghasilkan hormon estradiol, yang bisa menyebabkan salah satu gejala kanker tes-
tis, yaitu ginekomastia.
2.4. PATOFISIOLOGI
Tumor testis pada mulanya berupa lesi intratestikuler yang akhinya mengenai seluruh
parenkim testis. Sel-sel tumor kemudian menyebar ke rete testis, epididimis, funikulus
spermatikus, atau bahkan ke kulit scrotum. Tunika albugenia merupakan barrier yang sangat kuat
bagi penjalaran tumor testis ke organ sekitarnya, sehingga kerusakan tunika albugenia oleh
invasi tumor membuka peluang sel-sel tumor untuk menyebar keluar testis.
Kecuali kariokarsinoma, tumor testis menyebar melalui pembuluh limfe menuju ke kele-
njar limfe retroperitoneal (para aorta) sebagai stasiun pertama, kemudian menuju ke kelenjar me-
diastinal dan supraclavikula, sedangkan kariokarsinoma menyebar secara hematogen ke paru, he-
par, dan otak.
3.1. PENATALAKSANAAN
Pengobatan tergantung kepada jenis, stadium dan beratnya penyakit. Setelah kanker
ditemukan, langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan jenis sel kankernya, selanjutnya
ditentukan stadiumnya:
1. Stadium I: kanker belum menyebar ke luar testis
2. Stadium II: kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di perut
3. Stadium III: kanker telah menyebar ke luar kelenjar getah bening, bisa sampai ke hati atau
paru-paru.
Tumor seminoma
1. Stadium I diobati dengan orkiektomi dan penyinaran kelenjar getah bening perut
2. Stadium II diobati dengan orkiektomi, penyinaran kelenjar getah bening dan kemoterapi
dengan sisplastin
3. Stadium III diobati dengan orkiektomi dan kemoterapi multi-obat.
Tumor non-seminoma:
1. Stadium I diobati dengan orkiektomi dan kemungkinan dilakukan limfadenektomi perut.
2. Stadium II diobati dengan orkiektomi dan limfadenektomi perut, kemungkinan diikuti
dengan kemoterapi.
3. Stadium III diobati dengan kemoterapi dan orkiektomi.
Jika kankernya merupakan kekambuhan dari kanker testis sebelumnya, diberikan
kemoterapi beberapa obat (ifosfamide, cisplastin dan etoposid atau vinblastin).
Kanker testikuler adalah salah satu tumor padat yang dapat disembuhkan. Tujuan
penatalaksanaan adalah untuk menyingkirkan penyakit dan mencapai penyembuhan. Pemilihan
pengobatan tergantung pada tipe sel dan keluasan anatomi penyakit. Testis diangkat dengan
orkhioektomi melalui suatu insisi inguinal dengan ligasi tinggi korda spermatikus. Prosthesis
yang terisi dengan jel dapat ditanamkan untuk mengisi testis yang hilang. setelah orkhioektomi
unilateral untuk kanker testis, sebagian besar pasien tidak mengalami fungsi endokrin. Namun
demikian, pasien lainnya mengalami penurunan kadar hormonal, yang menandakan bahwa testis
yang sehat tidak berfungsi pada tingkat yang normal. Diseksi nodus limfe retroperineal
(RPLND) untuk mencegah penyebaran kanker melalui jalur limfatik mungkin dilakukan setelah
orkhioektomi. Meskipun libido dan orgasme normal tidak mengalami gangguan setelah RPLND,
pasien mungkin dapat mengalami disfungsi ejakulasi dengan akibat infertilitas. Menyimpan
sperma di bank sperma sebelum operasi mungkin menjadi pertimbangan.
Iradiasi nodus limfe pascaoperasi dari diagfragma sampai region iliaka digunakan untuk
mengatasi seminoma dan hanya diberikan pada tempat tumor saja. Testis lainnya dilindungi dari
radiasi untuk menyelamatkan fertilitas. Radiasi juga digunakan untuk pasien yang tidak
menunjukkan respon terhadap kemoterapi atau bagi mereka yang tidak direkomendasikan untuk
dilakukan pembedahan nodus limfe.
Karsinoma testis sangat responsive terhadap terapi medikasi. Kemoterapi multiple
dengan sisplantin dan preparat lainnya seperti vinblastin, bleomisin, daktinomisin, dan
siklofosfamid memberikan persentase remisi yang tinggi. Hasil yang baik dapat dicapai dengan
mengkombinasi tipe pengobatan yang berbeda, termasuk pembedahan, terapi radiasi, dan
kemoterapi. Bahkan kanker testikuler diseminata sekalipun, prognosisnya masih baik, dan
penyakit kemungkinan dapat disembuhkan karena kemajuan dalam diagnosis dan pengobatan.